Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ASUHAN KEBUTUHAN GIZI DAN KELUARGA BERENCANA PADA MASA NIFAS DAN
MENYUSUI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas dan Menyusui
Dosen Pengajar : Diah Warastuti, S.SiT, M.Kes

Disusun Oleh :

Wahyu Kusuma Dewi (19402012)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MITRA RIA HUSADA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Asuhan Kebidanan Pada
Masa Nifas dan Menyusui.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih
terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan serta jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang
kita harapkan.
Oleh karena itu, dengan senang hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini di kemudian hari. Demikianlah
makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga jerih payah
kita mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, Amin.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan
yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang
dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian. Setiap
kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu, Pemantauan dan perawatan
kesehatan yang memadai selama kehamilan sampai masa nifas sangat penting
untuk kelangsungan hidup ibu dan bayinya. Dalam upaya mempercepat penurunan
kematian ibu, Kementerian Kesehatan menekankan pada ketersediaan pelayanan
kesehatan ibu di masyarakat (Riskesdas, 2013:169). Agar proses yang alamiah ini
berjalan dengan lancar dan tidak berkembang menjadi patologis, diperlukan upaya
sejak dini dengan memantau kesehatan ibu, dengan digunakan indicator cakupan
untuk memantau kesehatan ibu yaitu asuhan yang berkesinambungan dan
berkualitas serta melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur ke petugas
kesehatan.

2. Tujuan Penulisan
a) Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada masa nifas.
b) Untuk mengetahui macam-macam zat gizi yang diberikan pada masa nifas.
c) Untuk mengetahui pelayanan kontrasepsi pada masa nifas.
d) Untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.

3. Manfaat
a) Dapat memberikan asuhan kebidanan yang sesuai wewenang pada ibu nifas dan
menyusui.
b) Dapat memberikan asuhan mengenai zat gizi dan pelayanan kontrasepsi pada
ibu nifas dan menyusui.
c) Dapat menjelaskan dengan baik kepada ibu nifas dan menyusui.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebutuhan Gizi
Nutrisi yang di konsumsi oleh ibu nifas harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup
kalori. Kalori baik untuk proses metabolisme tubuh, kerja organ tubuh, proses
pembentukan ASI. Wanita dewasa memerlukan 2.200 k kalori. Ibu menyusui
memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa + 700 k. kalori pada 6 bulan
pertama kemudian + 500 k. kalori bulan selanjutnya.

1. Gizi Ibu Menyusui


Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. Makan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. Minum sedikitnya 3 liter
setiaphari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). Pil zat besi harus
diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin.Minum Vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan Vitamin A kepada
bayinya melalui ASInya. Sesudah satu bulan pasca persalinan, makanlah
makanan yang mengandung kalori cukup banyak untuk mempertahankan berat
badan si ibu. Jika ibu ingin menyusui bayi kembar dua, kembar tiga atau bayi
baru lahir beserta dengan kakaknya yang balita ibu membutuhkan kalori Iebih
banyak dari pada ibu menyusui satu bayi saja. Jika ibu ingin menurunkan berat
badan batasi besarnya penurunan tersebut sampai setengah kilogram
perminggu. Pastikan diet ibu mengandung 1500 kalori dan hidrasi diet cairan
atau obat-obatan pengurus badan. Penurunan berat badan lebih dari setengah
kilogram perminggu dan pembatasan kalori yang terlalu ketat akan rnengganggu
gizi dan kesehatan ibu serta dapat membuat ibu memproduksi ASI lebih lanjut.

2. Karbohidrat
Makanan yang dikonsumsi dianjurkan mengandung 50-60% karbohidrat. Laktosa
(gula susu) adalah bentuk utama dari karbohidrat yang ada dalam jumlah lebih
besar dibandingkan dalam susu sapi. Laktosa membantu bayi menyerap kalsium
dan mudah di metabolisme menjadi dua gula sederhana (galaktosa dan glukosa)
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otak yang cepat yang terjadi selama masa
bayi.
3. Lemak
Lemak 25-35% dari total makanan. Lemak menghasilkan kira-kira setengah
kalori yang diproduksi oleh air susu ibu.

4. Protein
Jumlah kelebihan protein yang diperlukan oleh ibu pada masa nifas adalah
sekitar 10-15%. Protein utama dalam air susu ibu adalah. Mudah dicerna menjadi
kepala susu yang lembut yang memudahkan penyerapan nutrien kedalam aliran
darah bayi. Sumber karbohidrat yaitu :
- Nabati : Tahu, tempe dan kacang – kacangan
- Hewani : daging, ikan, telur, hati, otak, usus, limfa, udang, kepiting.

5. Vitamin dan Mineral


Kegunaan vitamin dan mineral adalah untuk melancarkan metabolisme tubuh.
Beberapa vitamin dan mineral yang ada pada air susu ibu perlu mendapat
perhatian khusus karena jumlahnya kurang mencukupi, tidak mampu memenuhi
kebutuhan bayi sewaktu bayi bertumbuh dan berkembang. Vitamin dan mineral
yang paling mudah menurun kandungannya dalam makanan adalah Vit B6,
tiamin, As.folat, kalsium, seng, dan magnesium. Kadar Vit B6, tiamin dan As.folat
dalam air susu langsung berkaitan dengan diet atau asupan suplemen yang
dikonsumsi ibu. Asupan vitamin yang tidak memadai akan mengurangi cadangan
dalam tubuh ibu dan mempengaruhi kesehatan ibu maupun bayi.
- Sumber vitamin : Hewani dan nabati.
- Sumber mineral : ikan, daging banyak mengandung kalsium, fosfor, zat besi,
seng dan yodium.

6. Cairan
Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme tubuh.
Minumlah cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi.Asupan tablet
tambah darah dan zat besi diberikan selama 40 hari post partum. Minum kapsul
Vit A (200.000 unit).

B. Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan
sesuai dengan hak-hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas (UU
Kependudukan Nomor 52 tahun 2009). Keluarga Berencana merupakan suatu cara
yang memungkinkan setiap orang untuk mengatur jumlah anak yang diinginkan dan
jarak kehamilan melalui informasi, pendidikan dan penggunaan metode kontrasepsi
(WHO, 2014). Keluarga Berencana berperan dalam mengurangi risiko kematian ibu
pada waktu melahirkan yang disebabkan karena terlalu sering melahirkan dan jarak
antara kelahiran yang terlalu pendek(Prawirohardjo, 2005).
Salah satu program Keluarga Berencana untuk menurunkan AKI yaitu
dengan KB Pasca Persalinan (Riskesdas, 2013). KB Pasca Persalinan adalah
penggunaan metode kontrasepsi pada masa nifas sampai dengan 6 minggu atau 42
hari setelah melahirkan (Kemenkes, 2014a). KB Pasca Persalinan merupakan
langkah untuk mencegah kehilangan kesempatan menggunakan KB setelah
melahirkan (Riskesdas, 2013)
Penerapan KB Pasca Persalinansangat penting karena kembalinya
kesuburan pada ibu setelah melahirkan tidak dapat diketahui secara pasti dan dapat
terjadi sebelum datangnya siklus haid bahkan pada wanita menyusui. Hal ini
menyebabkan pada masa menyusui,wanitamengalami kehamilan yang tidak
diinginkan (KTD) atau unwanted pregnancy. Kontrasepsi sebaiknya sudah digunakan
sebelum kembali beraktivitas seksual. Oleh karena itu sangat penting untuk
menggunakan kontrasepsi seawal mungkin setelah persalinan (Mujiati, 2013).
KB Pasca Persalinan merupakan upaya pencegahan kehamilan dengan
menggunakan alat dan obat kontrasepsi segera setelah melahirkan sampai dengan
42 hari/ 6 minggu setelah melahirkan, sedangkan KB Pasca Keguguran merupakan
upaya pencegahan kehamilan dengan menggunakan alat dan obat kontrasepsi
setelah mengalami keguguran sampai dengan kurun waktu 14 hari.
Dalam mempersiapkan persalinan, sebaiknya calon ibu turut merencanakan
jenis kontrasepsi apa yang akan digunakan setelah bayi lahir. Alasannya, sejumlah
alat kontrasepsi jangka panjang dapat digunakan segera setelah proses persalinan
sehingga ibu tidak perlu repot membawa bayi ke dokter atau bidan untuk
mendapatkan layanan KB.
Layanan KB Pasca Persalinan (KB-PP) dapat diberikan langsung setelah
proses persalinan sampai dengan 42 hari setelahnya. Tujuannya adalah untuk
mengatur jarak kelahiran anak, meningkatkan kesejahteraan keluarga, sekaligus
meningkatkan angka harapan hidup ibu dan bayi. 
Sebelum persalinan, ibu hamil dapat berkonsultasi pada dokter dan bidan
mengenai kelebihan dan efek samping setiap jeni KB agar lebih mudah menentukan
pilihan. Jenis pilihan metode kontrasepsi jangka panjang terdiri dari kontrasepsi
mantap (tubektomi atau vasektomi), AKDR/IUD, dan AKBK/implan. Sedangkan, jenis
pilihan metode kontrasepsi jangka pendek terdiri dari suntikan, pil, dan kondom.

1. Tubektomi atau Vasektomi (MOW/MOP)


Tubektomi merupakan metode kontrasepsi mantap bagi pasangan yang ingin
membatasi jumlah anak. Bagi ibu yang bersalin dengan Sectio Caesaria,
tubektomi dapat dilakukan sesaat setelah bayi dikeluarkan. Bagi ibu yang
bersalin secara normal, tubektomi dapat dilakukan dengan teknik laparoskopi
(bedah di rongga perut dengan sayatan minimal). Tubektomi dapat dilakukan
maksimal 1 minggu pasca persalinan. Lewat dari waktu tersebut, tubektomi
paling cepat dilakukan 4 minggu setelah persalinan. Tubektomi tidak akan
mengganggu produksi ASI, sehingga dapat digunakan bagi ibu menyusui. 
MOP merupakan metode kontrasepsi mantap yang ditujukan untuk pria bagi
pasangan yang ingin membatasi jumlah anak. MOP dapat dilakukan kapan saja
dan menjadi lebih efektif setelah 3 bulan pasca prosedur.

2. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD)


IUD merupakan metode pilihan kontrasepsi jangka panjang yang efektif
hingga 5-12 tahun (tergantung jenisnya). IUD dapat dipasang 10 menit setelah
plasenta terlepas dari rahim atau maksimal 48 jam pasca persalinan. IUD tidak
mengganggu produksi ASI, sehingga dapat digunakan bagi ibu menyusui. Efek
samping yang dapat terjadi adalah perubahan pola atau jumlah haid, nyeri perut,
dan peningkatan cairan (sekret) vagina.

3. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK/Implan)


Implan merupakan pilihan metode kontrasepsi hormonal yang efektif selama
3-5 tahun, tergantung jenis implan yang dipasang. Pemasangan implan
disarankan 6 minggu pasca persalinan. Metode ini tidak menggangu produksi
ASI, sehingga dapat digunakan bagi ibu menyusui. Efek samping yang dapat
muncul adalah perubahan pola atau jumlah haid, peningkatan berat badan, nyeri
kepala, mual, dan perubahan mood.

4. KB Suntik
KB suntik merupakan metode kontrasepsi hormonal jangka pendek. KB
suntik progestin 3 bulanan baru dapat diberikan di atas 6 minggu setelah
persalinan dan aman digunakan bagi ibu menyusui. Sedangkan, KB suntik
kombinasi 1 bulanan tidak dapat diberikan bagi ibu menyusui karena akan
mengganggu produksi ASI. Efek samping yang dapat muncul adalah
peningkatan berat badan, perubahan pola atau jumlah haid, nyeri kepala, dan
perubahan mood. 

5. Pil KB
Pil KB merupakan metode kontrasepsi hormonal jangka pendek. Pil KB
progestin (mini pil) dapat segera digunakan pada ibu pasca bersalin dan aman
digunakan bagi ibu menyusui. Sedangkan, pil KB kombinasi tidak dapat diberikan
pada ibu menyusui, karena akan mengganggu produksi ASI. Efek samping yang
dapat muncul adalah peningkatan berat badan, gangguan pola atau jumlah haid,
dan nyeri perut. 

6. Kondom
Kondom merupakan metode kontrasepsi barrier (penghalang) jangka pendek
yang digunakan pada pria. Kondom apabila digunakan secara baik dan benar
akan sangat efektif sebagai alat kontrasepsi. 

7. Metode Amenore Laktasi


MAL adalah metode kontrasepsi alamiah yang mengandalkan pemberian ASI
secara ekslusif (minimal 8 kali sehari dengan jarak menyusui tidak lebih dari 4-6
jam), tanpa pemberian tambahan makanan ataupun minuman apapun. Tiga
persyaratan yang wajib dipenuhi agar MAL efektif sekurang-kurangnya selama 6
bulan, yaitu usia bayi kurang dari 6 bulan, memberikan ASI ekslusif, dan ibu
belum kembali menstruasi. Jika bayi sudah berusia lebih dari 6 bulan, ibu dapat
mempertimbangkan penggunaan metode kontrasepsi tambahan. Metode ini perlu
dipertimbangkan pada ibu dengan HIV. 

C. Konseling KB
Konseling KB merupakan percakapan tatap muka atau wawancara  antara
klien dengan konselor,  yang diselenggarakan dengan sengaja, dengan tujuan
membantu klien tersebut membuat keputusan yang sesuai dengan kondisi dan
keinginannya, serta pilihannya berdasarkan informasi yang lengkap tentang alat
kontrasepsi.
Pemilihan dan pemakaian alat KB yang didahului dengan Konseling KB akan
membuat peserta KB merasa aman dan nyaman. Rasa aman dan nyaman dalam
memakai alat KB bisa tercapai karena Konseling KB membantu calon peserta KB
supaya bisa memilih dan menggunakan cara KB yang sesuai dengan keadaan diri
dan kebutuhannya.  Peserta KB memilih sendiri alat KB yang dipakainya sesudah
mendapatkan penjelasan tentang bermacam-macam cara atau alat KB dan
kemungkinan yang bisa dialaminya kalau menggunakan alat atau cara KB tersebut. 
Jadi, dengan Konseling KB peserta KB tahu persis, mengapa dia memilih alat KB
yang digunakannya. Dengan begitu dia tidak akan mudah terpengaruh oleh
omongan orang lain atau pengalaman orang lain yang kurang enak. Dia tahu bahwa
pengalaman yang kurang enak itu tidak terjadi pada semua orang. Dia tahu bahwa
alat KB yang dipakainya adalah usaha yang dilakukannya untuk dapat memiliki
KKBS. Dia tahu bahwa kalau dia tidak cocok memakainya, masih ada cara KB lain
yang bisa dipilih dan dicobanya lagi.
Konseling KB membuat peserta KB tidak akan ikut-ikutan orang lain dalam
memilih alat KB. Juga tidak akan menyebabkan dia terpaksa memakainya, misalnya
karena dibujuk, diancam, atau didesak orang lain. Dia tahu bahwa alat KB itu di-
pakainya untuk kepentingannya sendiri dan bukan untuk kepentingan petugas KB,
dokter, bidan atau orang-orang lain di lnigkungannya. Dalam pelaksanaannya,
Konseling KB mempunyai 3 persyaratan, yaitu
- Suka rela (telah diberi informasi bahwa ada berbagai upaya penyelesaian
yang bisa dipilih)
- Bahagia dan merasa senang karena dibantu, dan
- Sehat kliennya dan konselornya.

Konseling KB mempunyai manfaat untuk mengetahui kemantapan calon


peserta atau peserta KB dalam memilih dan menggunakan alat KB. Dengan proses
konseling KB bisa diketahui, apakah cara KB yang dipilih dan dipakai oleh peserta
KB benar-benar atas kemauan sendiri atau karena mengikuti kehendak orang lain
(dibujuk, dipaksa).  Jika konseling KB dilakukan, maka pilihan dan pemakaian cara
KB bisa lebih mantap dan menjamin kelestarian peserta KB. Hal tersebut
dikarenakan alat KB tersebut dipilih secara sadar. Jadi, sewaktu memilih alat KB,
peserta sudah mempunyai pengetahuan yang cukup tentang manfaat alat KB
tersebut. Dia juga tahu macam-macam kemungkinan yang bisa dialaminya. Dia juga
tahu cara-cara mengatasinya kalau mengalami kesulitan, misalnya keluhan-keluhan
efek samping.
Pelaksanaan Konseling juga bertujuan untuk menghindari pengambilan
keputusan yang tidak rasional, menghindari penyesalan serta agar tidak
menghambat program KKB.
 
Dalam melaksanakan konseling KB disarankan memakai alat bantu atau
media konseling agar memudahkan pemahaman klien sehingga klien dapat
memutuskan menggunakan alat KB yang tepat. Adapun macam-macam media
konseling yang bisa digunakan antara lain: Lembar balik, Q chard,
Leaflet,Buku,Poster,Celemek Alat Reproduksi (Wanita dan Pria),Alokon Kit, Alat dan
obat KB,Video,ABPK
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang
serius, karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan
akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan.
BAB III
PENUTUP

Seorang ibu yang baru melahirkan memiliki kebutuhan khusus yang berbeda dengan
ibu hamil. Kebutuhan yang perlu diperhatikan oleh seorang bidan dalam memberikan
asuhan pada ibu nifas 2 diantaranya adalah kebutuhan nutrisi atau gizi dan pelayanan
kontrasepsi. Hal yang sangat perlu digaris bawahi terkait gizi pada ibu nifas adalah
mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, dan minum sedikitnya 3 liter setiap hari
(anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui).
KB Pasca Persalinan merupakan upaya pencegahan kehamilan dengan
menggunakan alat dan obat kontrasepsi segera setelah melahirkan sampai dengan 42 hari/
6 minggu setelah melahirkan. Tujuannya adalah untuk mengatur jarak kelahiran anak,
meningkatkan kesejahteraan keluarga, sekaligus meningkatkan angka harapan hidup ibu
dan bayi. Sebelum persalinan, ibu hamil dapat berkonsultasi pada dokter dan bidan
mengenai kelebihan dan efek samping setiap jeni KB agar lebih mudah menentukan pilihan.
Konseling KB mempunyai manfaat untuk mengetahui kemantapan calon peserta
atau peserta KB dalam memilih dan menggunakan alat KB. Dengan proses konseling KB
bisa diketahui, apakah cara KB yang dipilih dan dipakai oleh peserta KB benar-benar atas
kemauan sendiri atau karena mengikuti kehendak orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Asuhan-
Kebidanan-Nifas-dan-Menyusui_SC.pdf
2. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/5168/1/4_Asuhan%20Kebidanan%20Nifas%20dan
%20Menyusui_3.%20Modul%202%20Kebutuhan%20Dasar%20Ibu%20Masa
%20Nifas.pdf
3. https://jdihn.go.id/files/241/PERKA%2024%202017%20KB%20PPPK.pdf (PERKA
BKKBN No. 24 Tahun 2017)
4. http://scholar.unand.ac.id/38427/2/BAB%201%20Pendahuluan.pdf
5. http://eprints.umpo.ac.id/2735/2/BAB%201.pdf
6. https://skata.info/article/detail/561/ibu-baru-inilah-pilihan-kb-pasca-persalinan-2
7. https://dppkbpmd.bantulkab.go.id/memilih-kontrasepsi-yang-aman-untuk-ibu-
menyusui/
8. http://papua.bkkbn.go.id/?p=1009
9. http://www.dp3ap2.jogjaprov.go.id/berita/detail?judul_seo=392-pelatihan-kie-
konseling-kb-pasca-persalinan-dan-pasca-keguguran
10. https://www.bkkbn.go.id/detailpost/pentingnya-promosi-dan-konseling-kb-pasca-
persalinan-pp-dan-pasca-keguguran-pk
11. https://kesga.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/PMK%20No.%2097%20ttg
%20Pelayanan%20Kesehatan%20Kehamilan.pdf

Anda mungkin juga menyukai