DI SUSUN OLEH:
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................
BAB 11 PEMBAHASAN
2.1Pengertian Diare...................................................................................................
2.2 Penyebab Penyakit Diare....................................................................................
2.3 Cara Penularan Penyakit Diare..........................................................................
2.4 Faktor Resiko Penyakit Diare..........................................................................
2.5 Gejalah Dan Tanda Penyakit Diare.................................................................
2.6 Derajat Dehidrasi............................................................................................
2.7 Tata Laksana Diare..........................................................................................
2.8 Konseling Tata Laksana Diare........................................................................
2.9 Pencegahan Penyakit Diare...........................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1. Pengertian Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam bahasa Inggris yaitu Intregated
Management of Chilhood Illness (IMCI) adalah suatu manajemen melalui pendekatan yang
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit, status gizi, status imunisasi maupun
penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan (Surjono et al,; Wijaya, 2009;
Depkes RI, 2008).
Materi MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan,
pengobatan, konseling, perawatan di rumah dan kapan kembali untuk tindak lanjut. MTBS
bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita
sakit. Sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 tahun dan dibagi menjadi dua kelompok sasaran
yaitu kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan (bayi muda) dan kelompok usia 2 bulan sampai 5
tahun (Depkes RI, 2008).
2. Tujuan MTBS
Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan secara
signifikan angka kesakitan dan kematian global yang berkaitan dengan penyebab utama
penyakit pada balita, melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan
fasilitas kesehatan dasar dan memberi kontribusi terhadap pertumbuhan perkembangan
kesehatan anak.
3. Alur Pendekatan MTBS
Materi MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi penyakit, identifikasi
tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di rumah dan kapan kembali. Bagan penilaian
anak sakit terdiri dari petunjuk langkah untuk mencari riwayat penyakit dan pemeriksaan
fisik. Klasifikasi dalam MTBS merupkan suatu keputusan penilaian untuk penggolongan
derajat keparahan penyakit. Klasifikasi bukan merupakan diagnosis penyakit yang spesifik.
Setiap klasifikasi penyakit mempunyai nilai suatu tindakan sesuai klasifikasi tersebut. Tiap
klsifikasi mempunyai warna dasar, yaitu merah (penanganan segera atau perlu dirujuk),
kuning (pengobatan spesifik di pelayanan kesehatan), dan hijau (perawatan di rumah) sesuai
dengan urutan keparahan penyakit (Depkes RI, 2008; Surjono, et al, 1998). Tiap klasifikasi
menentukan karakteristik pengelolaan balita sakit.
Bagan pengobatan terdiri dari petunjuk cara komunikasi yang baik dan efektif dengan ibu
untuk memberikan obat dan dosis pemberian obat yang harus diteruskan di rumah. Alur
konseling merupakan nasihat perawatan termasuk pemberian makan dan cairan di rumah dan
nasihat kapan harus kembali segera maupun kapan untuk tindak lanjut (Surjono et al, 1998).
Oleh karena itu, pesan mengenai kapan ibu perlu mencari pertolongan bila anak sakit
merupakan bagian penting dalam MTBS.
Kegiatan MTBS memiliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:
Komponen I: Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam
tatalaksana kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter
dapat pula memerikasa dan menangani pasien apabila sudah dilatih);
Komponen II: Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya
banyak program kesehatan dalam 1 kali pemerikasaan MTBS);
Komponen III: Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam
perawatan di rumah dan upaya pemberian pertolongan kasus balita sakit
(meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan
kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.”
4. Proses Manajemen Kasus
Proses Manjemen kasus disajikan dalam suatu bagan yang memperlihatkan urutan
langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya. Seorang balita sakit dapat ditangani
dengan pendekatan MTBS oleh petugas kesehatan yang telah dilatih memekai tool yang
disebut Algoritma MTBS.
Bagan tersebut menjelaskan langkah-langkah berikut ini :
Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan – 5 tahun “Menilai
anak” berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan
fisik. “Membuat kalsifikasi” berarti membuat sebuah keputusan mengenai
kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat keparahannya. Sudara akan
memiliki suatu katagori atau klasifikasi untuk setiap gejala utama yang
berhubungan dengan berat ringan penyakit. Klasifikasi merupakan suatu
katagori untuk menentukan tindakan, bukan sebagai diagnosis spesifik
penyakit.
Menentukan tindakan dan memberi pengobatan “Menentukan tindakan dan
memberi pengobatan” berarti menentukam tindakan dan memberi pengobatan
di fasilitas kesehatan sesuai dengan setiap klsifikasi, memberi obat untuk
diminum di rumah dan juga mengajari ibu tentang cara memberikan obat serta
tindakan lain yang harus dilakukan di rumah.
Memberi konseling bagi ibu “Memberi konseling bagi ibu” juga termsuk
menilai cara memberi makan anak, memberi anjuran pemberian makan yang
baik untuk anak serta kapan harus membawa anaknya kembali ke fasilitas
kesehatan.
Manajeman terpadu bayi muda umur kurang dari 2 bulan “Manajemen
terpadu bayi muda” meliputi: menilai dan membuat klasifikasi, menentuan
tindakan dan memberikan pengobatan, konseling dan tindak lanjut pada bayi
umur kurang dari 2 bulan baik sehat maupun sakit. Pada prinsifnya, proses
manajemen kasus pada bayi muda umur kurang dari 2 bulan tidak berbeda
dengan anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Memberi pelayanan tindak lanjut “Memberi pelayanan tindak lanjut” berarti
memberikan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang untuk kunjungan
ulang (Depkes RI, 2008. Modul-1).
5. Konseling Dalam MTBS
Menggunakan Keterampilan Komunikasi Yang Baik
Berhasil tidaknya pengobatan di rumah tergantung keterampilan komunikasi petugas
kesehatan yang disampaikan kepada ibu balita. Penting bagi ibu untuk tahu: cara
memberi obat dan mengerti tentang pentingnya pengobatan bagi anaknya.
Komunikasi yang baik tersebut adalah:
Tanya dan dengar; mengajukan pertanyaan dan dengarkan jawaban ibu
dengan seksama untuk mengetahui tindakan yang telah dilakukan dengan
benar dan apa yang perlu ditambah.
Puji; berikan pujian atas tindakan yang benar yang telah dilakukan ibu
Nasehati; menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh ibu untuk
memberikan nasehat
Cek pemahaman; Mengajukan pertanyaan untuk mengetahui apa yang telah
dipahami dan apa yang perlu dijelaskan lebih lanjut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Diare
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih
dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi encer, dengan/tanpa
darah dan/atau lendir) (Suraatmadja, 2010).
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau
cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering dari biasanya (tiga kali atau
lebih) dalam satu hari (WHO; Kemenkes RI, 2011).
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair
dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Dalam referensi lain disebutkan
bahwa definisi diare untuk bayi dan anak-anak adalah pengeluaran tinja > 10 gr/kg/24 jam,
sedangkan pengeluaran tinja normal pada bayi sebesar 5-10 gr/kg/24 jam (Buku ajar
Gastroenterologi-Hepatologi, 2011).
Berdasarkan lamanya maka diare dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan pada anak yang
sebelumnya sehat yang berlangsung kurang dari 14 hari,
b. Diare kronik adalah diare yang berlanjut sampai 14 hari (2 minggu) atau lebih
dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to therive)
selama masa diare tersebut.
2.2 Penyebab Penyakit Diare
a. Golongan Bakteri; yaitu Aeromonas, Bacilus cereus, Complycobacter jejuni,
Clostridium perfrengen, Clostridium defficile, Escherium coli, Plesiomonas
shigeolides, Samonella, Shigella, Staphylococus aureus, Vobrio cholera, Vobrio
parahaemolytius, Yersinia enterocolitica. Biasanya terjadi pada diare dengan darah
dan lendir.
b. Golongan Virus; yaitu Astrovirus, Calcivirus (Notovirus, Sapovirus), Enteric
adenovirus, Entamoeba histolytica, Rotavirus, Norwalk virus, Herves simplex virus,*
Cytomegalovirus.*
c. Golongan Parasit; yaitu Balantidium coli, Blastocystis homonis, Crytosporidium
parvum, Entamoeba histolytica, Giardia lambia, Isospora belli, Stongyoides
stercoralis, Trichuris trichiura.
2.3 Cara Penularan Penyakit Diare
a. Infeksi/kuman penyakit
Kuman–kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui makanan/minuman yang
tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita (fecel-oral). Siklus penyebaran
penyakit diare bisa digambarkan sebagai berikut melalui: Feces atau tinja, Flies atau
lalat, Food atau makanan, Fomites atau peralatan makan, dan Finger atau tangan
(jari tangan). Dibawah ini beberapa contoh perilaku terjadinya penyebaran kuman
yang menyebabkan penyakit diare:
Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara ekslusif sampai 6 bulan kepada bayi
atau memberikan MP-ASI terlalu dini. Memberikan MP-ASI terlalu dini
mempercepat bayi kontak terhadap kuman.
Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan resiko terkena penyakit diare karena
sangat sulit membersihkan botol dan juga kualitas air dibeberapa wilayah Indonesia
juga sudah terkontaminasi kuman-kuman penyakit seperti bakteri E. Coli.
Menyimpan makanan pada suhu kamar dan tidak ditutup dengan baik.
Sediakan 1 gelas air minum yang telah dimasak/air teh (200 cc)
Berikan sedikit-sedikit sampai habis, atau sampai anak tidak kelihatan haus
Bila larutan oralit pertama habis, buatkan satu gelas larutan oralit berikutnya.
Mempercepat Kesembuhan
Berikan obat zinc sekali sehari selama 10 hari berturut-turut meskipun diare
sudah berhenti untuk efektifitas obat zinc dalam mempercepat kesembuhan,
mengurangi parahnya diare dan mencegah kambuhnya diare selama 2-3 bulan
ke depan.
ZINC
Bukti zinc baik dan aman untuk pengobatan diare berdasarkan penelitian
Departement of child and Adolesescent Health and Development,World
Health Organization (WHO) yaitu:
ZINC sebagai obat pada diare; 20% lebih cepat sembuh jika anak diare
diberi zinc (penelitian di India), 20% resiko diare lebih dari 7 hari
berkurang, 18% - 59% mengurangi jumlah tinja, mengurangi resiko
diare berikutnya 2-3 bulan kedepan.
ZINC dan pengobatan diare akut; 25% mengurangi lama diare.
ZINC dan pengobatan diare persisten; 24% diare persisten berkurang.
ZINC sebagai obat pencegah diare akut dan persisten; jika zinc
diberikan 5-7 kali per minggu dengan dosis setengah yang dianjurkan
(RDA) memberikan 18% penurunan insiden diare dan 25% penurunan
diare, Pada penelitian lanjutan didapatkan 11% penurunan insiden
diare persisten dan 34% penurunan prevalen diare.
ZINC pencegahan dan pengobatan diare berdarah; pemberian zinc
baik dalam jangka pendek dan panjang terbukti menurunkan kejadian
diare berdarah.
Memberi makanan
Oleh karena itu perlu diperhatikan:
Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui
bahkan meningkatkan pemberian ASI selama diare dan selama masa
penyembuhan (bayi 0-24 bulan atau lebih).
Dukung ibu untuk memberikan ASI ekslusif kepada bayi berusia 0-6
bulan, jika bayinya sudah diberikan makanan lain atau susu formula
berikan konseling pada ibu agar kembali menyusui eksklusif. Dengan
menyusui lebih sering maka produksi ASI akan meningkat dan
diberikan kepada bayi untuk mempercepat kesembuhan karena ASI
memiliki antibodi yang penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh
bayi.
Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makanan:
makanan pendamping ASI (MP-ASI) sesuai umur pada bayi 6-24
bulan dan sejak balita berusia 1 tahun sudah dapat diberikan makanan
keluarga secara bertahap.
Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2
minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
Pemberian makan sesuai umur sangat penting saat sakit maupun sehat
1. Bayi berusia 1 – 6 bulan
Saat usia ini, bayi HANYA diberi Air Susu Ibu (ASI) saja sesuai dengan keinginan
anak, paling sedikit 8 kali sehari; pagi, siang, maupun malam hari. Jangan berikan makanan
atau minuman lain selain ASI. ika ibu memberikan susu formula atau makanan lain:
bangkitkan rasa percaya ibu untuk HANYA memberikan ASI saja; jelaskan keuntungan ASI
dan dengan memberi ASI saja mencukupi kebutuhan bayi meskipun sedang diare; susui bayi
lebih sering, lebih lama: pagi, siang, maupun malam; secara bertahap mengurangi pemberian
susu formula atau makanan lain.
2. Bayi berusia 6 – 24 bulan
Teruskan pemberian ASI; mulai memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
yang teksturnya sangat lembut seperti bubur/susu/pisang; secara bertahap sesuai dengan
pertambahan umur berikan bubur tim lumat ditambah kuning telur/ayam/ikan/tempe; setiap
hari berikan makanan sebagai berikut: usia 6 bulan 2 x 6 sdm peres, usia 7 bulan 2 -3 x 7 sdm
peres, usia 8 bulan 3 x 8 sdm peres.
3. Balita umur 9 sampai 12 bulan
Teruskan Pemberian ASI; berikan MP-ASI lebih padat dan kasar seperti nasi tim,
bubur nasi; tambahkan telur/ayam/ikan/tempe/sapi/kacang hijau; setiap hari berikan makanan
sebagai berikut: usia 9 bulan 3 x 9 sdm peres, usia 10 bulan 3 x 10 sdm peres, usia 11 bulan 3
x 11 sdm peres; berikan selingan 2 kali sehari di antara waktu pemberian makan sesuai umur
sangat penting saat sakit maupun sehat.
4. Balita umur 12 sampai 24 bulan
Teruskan pemberian ASI; berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai dengan
kemampuan anak; berikan 3 x sehari, sebanyak 1/3 porsi makanan orang dewasa terdiri dari
nasi, lauk pauk, sayur, dan buah; beri makanan selingan kaya gizi 2 x sehari di antara waktu
makan; perhatikan variasi makanan; sejak umur 12 bulan, anak sudah bisa makan makanan
keluarga.
5. Balita umur 2 tahun lebih
Berikan makan keluarga 3 x sehari, sebanyak 1/3 – 1/2 porsi makan orang dewasa;
berikan makanan selingan kaya gizi 2x sehari diantara waktu makan.
6. Anjuran makanan untuk diare persisten
Jika anak masih mendapatkan ASI: berikan lebih sering dan lebih lama, pagi, siang,
dan malam; jika anak mendapatkan susu selain ASI: kurangi pemberian susu tersebut dan
tingkatkan pemberian ASI, gantikan setengah bagian susu dengan bubur nasi ditambah
tempe, jangan diberi susu kental manis, untuk makanan lain, ikuti anjuran pemberian makan
sesuai dengan kelompok umur.
2. Prosedur Tatalaksana Diare
I. Menilai Derajat Dehidrasi
1) Tanyakan riwayat penyakit anak
a) Berapa lama anak sudah mengalami diare?
b) Berapa kali anak buang air besar dalam satu hari?
c) Apakah tinjanya ada darah?
d) Apakah anak muntah?
e) Apakah ada penyakit lainnya?
II. Lihat dan periksa
e) Berikan minum, apakah dia mau minum? Jika ya, apakah ketika minum ia
tampak sangat haus atau malas minum?
a. Ada 3 (tiga) langkah dasar cara mengajari ibu tentang tatalaksana diare balita di rumah:
Berikan informasi yang tepat dan relevan kepada ibu, contoh bagaimana memberikan
zinc kepada balitanya,
Jelaskan alasan mengapa memberikan obat tersebut dan penyakit yang diobati.
Jelaskan dengan perlahan bagaimana memberikan obat, jelaskan label yang ada di
obat dan paket obat yang diberikan.
Jika obat yang dibeikan lebih dari satu, hitung jumlah obat yang diberikan dan
pisahkan obat berdasarkan jenis dan pisahkan pada kantong yang berbeda.
Jelaskan kepada ibu untuk menghabiskan semua obat yang diberikan meskipun balita
sudah membaik dari sakitnya.
Lihat jika ada kemajuan anak (semakin membaik atau tidak) atau berikan pengobatan
lain jika balita tidak membaik.
Tambahkan minyak, lemak, dan gula kedalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi.
Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan
sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak. Suapi anak dengan
sendok yang bersih.
Masak makan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan
dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
c. Menggunakan air bersih yang cukup
Yang harus diperhatikan oleh keluarga:
Ambil air dari sumber yang bersih.
Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung
khusus mengambil air.
Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak.
Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan
cukup.
d. Mencuci Tangan
Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi anak
dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Menurunkan kejadian
diare sebesar 47%).
e. Menggunakan Jamban
Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
oleh seluruh anggota keluarga.
Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah dijangkau
olehnya.
Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam
lubang atau di kebun kemudian ditimbun.
Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun.