Pelayanan KB IUD
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul “Pelayanan KB
IUD”dengan baik tanpa adanya suatu halangan apapun.
Kami menyadari bahwa terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan
dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Dalam kesempatan ini perkenankanlah
kami menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
AKDR / IUD
A. PENGERTIAN 3
B. JENIS-JENIS AKDR.............................................................................................................. 3
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari
mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan”keluarga
berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah yang sejahtera, sehat, maju, mandiri,
memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan Bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saefuddin, 2003).
Berdasarkan visi dan misi tersebut, program keluarga berencana nasional mempunyai
kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Dalam kontribusi tersebut Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah mewujudkan keberhasilannya selain berhasil
menurunkan angka kelahiran dan pertumbuhan penduduk, juga terpenting adalah keberhasilan
mengubah sikap mental dasar perilaku masyarakat dalam upaya membangun keluarga berkualitas.
Sebagai salah satu bukti keberhasilan program tersebut. Antara lain dapat diamati dari
semakin meningkatnya angka pemakaian kontrasepsi(prevalensi). Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 1997 memperlihatkan proporsi peserta KB yang terbanyak adalah suntik(21,1%),
pil(19,4%), AKDR(18,1%), Norplan(16%), Sterilisasi wanita(3%), Kondom(0,7%), Sterilisasi pria(0,4%), dan
sisanya merupakan peserta KB tradisonal yang masing-masing menggunakan cara tradisional seperti
pantang berkala maupun senggama terputus.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa AKDR / IUD berada diposisi ketiga. Sedangkan
dalam program BKKBN memberikan penekanan pada kontasepsi AKDR terutama adalah CuT380 A yang
menjadi primadona BKKBN. Namun begitu tidak semua klien berminat terhadap alat kontrasepsi AKDR
dikarenakan berbagai alasan yang berbeda-beda seperti takut efek samping, takut proses pemasangan ,
dilarang oleh suami, dan kurang mengetahui tentang KB AKDR. Maka dari itu penulis ingin mencoba
membahas makalah dengan judul “Kontrasepsi IUD “.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
A. PENGERTIAN
1. Suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka
panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif (Saefuddin, 2003)
2. AKDR adalah suatau usaha pencegahan kehamilan dengan menggulung secarik kertas, diikat dengan
benang lalu dimasukkan ke dalam rongga rahim (Prawirohardjo, 2005)
3. AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai
lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan
mempunyai benang (BKKBN,2003)
B. JENIS-JENIS AKDR
1. AKDR Non-hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4. Karena itu berpuluh-puluh macam AKDR telah
dikembangkan. Mulai dari genersi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi
plastik(polietilen) baik yang diambah obat maupun tidak.
1) Medicated IUD
2) Un Medicated IUD
Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera dibelakang IUD menunjukkanluasnya kawat halus
tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 200mm2.
a. Progestasert-T = Alza T
Panjang 36mm, lebar 32mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.Mengandung 38 mg
progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65mcg progesteron per hari. Tabung insersinya berbentuk
lengkung, Daya kerja :18 bulan. Teknik insersi: plunging. (modified withdrawal)
b. LNG-20
Mengandung 46-60mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20mcg per hari, Sedang diteliti di
Finlandia. Angka kegagalan /kehamilan sangat rendah: ‹0,5 per 100 wanita per tahun. Penghentian
pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya,
karena 25% mengalami amenore atau perdarahan hait yan sangat sedikit.
C. MEKANISME KERJA
1. Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada yang berpendapat bahwa
AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan
reaksi radang setempat, dengan sebutan lekorit yang dapat melarutkan blastosis atau seperma.
Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat tembaga mungkin berlainan. Tembaga dalam konsentrasi kecil
yang dikeluarkan ke dalam rongga uterus juga menghambat khasiatanhidrase karbon dan fosfatase
alkali. AKDR yang mengeluarkanhormon juga menebalkan lender sehingga menghalangi pasasi sperma
(Prawirohardjo, 2005).
2. Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti, kini pendapat yang terbanyak
ialah bahwa AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai
dengan sebutan leokosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma. Sifat-sifat dari cairan
uterus mengalami perubahan – perubahan pada pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokista tidak
dapat hidup dalam uterus. Walaupun sebelumnya terjadi nidasi, penyelidik-penyelidik lain menemukan
sering adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini
disebabkanoleh meningkatnya kadar prostaglandindalam uterus pada wanita (Wiknjoastro, 2005).
3. Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan sexual terjadi) AKDR mengubah transportasi
tuba dalam rahim danmempengaruhi sel elur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi. Sebagai
kontrasepsi darurat (dipasang setelah hubungan sexual terjadi) dalam beberapa kasus mungkin memiliki
mekanisme yang lebih mungkin adalah dengan mencegah terjadinya implantasi atau penyerangan sel
telur yang telah dibuahi ke dalam dinding rahim
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun AKDR membuat sperma sulit ke
dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
D. EFEKTIVITAS IUD
1. Efektivitas IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuition rate) yaitu beberapa lama IUD tetap
tinggal dalam uteri tanpa:
a. Ekspulsi
b. Terjadinya kehamilan
c. Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan parietas diketahui :
1) Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD
2) Makin muda usia, terutama pada nulligravida makin tinggi angka ekspulsi dan pengangkatan
/pengeluaran IUD.
1. Keuntungan
2. Kerugian
3) Perdarahan(spotting) antarmenstruasi
10) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal.
c. Efek samping dan komplikasi IUD hormonal dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
c) Perforasi uterus
b) Infeksi
c) Kehamilan intra-uterine
d) Kehamilan ektopik
e) Ekspulsi
a. Usia reproduktif
b. Keadan nullipara
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
i. Perokok
l. Sedang menyusui
2. Begitu juga ibu dalam keadaan seperti di bawah ini dapat menggunakan AKDR (Cu T-380A):
b. Epilepsi
c. Malaria
e. Penyakit tiroid
g. Penderita DM
a. Sedang hamil
a. Bivale speculum
b. Tanekulum(penjepit portio)
d. Forsep
e. Gunting
i. Cairan DTT
l. Aligator(penjepit AKDR)
Pemasangan AKDR sewaktu haid dan mengurangi rasa sakit dan memudahkan insersi melalui servikalis.
a. Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan bentuk, ukuran dan posisi uterus
d. Sambil menarik servik dengan cunan servik, masukkanlah sounde uterus untuk menentukan arah
sumbukanalis dan uterus, panjang kavum uteri, dan posisi osteum uteri internum. Tentukan arah ante
atau retroversi uterus. Jika sounde masuk kurang dari 5 cm atau kavumuteri terlalu sempit, insersi AKDR
jangan dilakukan
e. Tabung penyalur dengan AKDR di dalamnya dimasukkan melalui kanalis servikalis sesuai dengan arah
dan jarak yang didapat pada waktu pemasangan sounde. Kadang-kadang terdapat tahanansebelum
fundus uteri tercapai. Dalam hal demikian pemasangan diulangi
f. AKDR dilepaskan dalam kavum uteri dengan cara menarik keluar tabung penyalur atau dapat pula
dengan mendorong penyalur ke dalamkavumuteri, cara pertama agaknya dapat mengurangi perforasi
oleh AKDR
b. Inspikulo filamen ditarik perlahan-lahan,jangan sampai putus AKDR-nya akan ikut keluar perlahan-lahan.
Jika AKDR tidak ikut keluar dengan mudah, lakukan sounde uterus, sehingga osteum uteri internum
terbuka. Sounde diputus 900 perlahan-lahan. Selanjutnya AKDR dikeluarkan seperti di atas
c. Jika filamen tak tampak atau putus, AKDR dapat dikeluarkan ddengan mikro kuret. Kadang-kadang
diperlukan anastesi paraservikal untuk mengurangi rasa nyeri
d. Dilatasi kanalis servikalis dapat dilakukan dengan dilator atau tabung laminaria
e. AKDR Lippes tidak perlu dikeluarkan seara berkala, jika posisinya baik, tidak ada efek samping, dan
pasien masih mau memakainya. AKDR tersebut dibiarkan saja intra uteri. Hanya AKDR tembaga perlu
dikeluarkan dan digant secara periodik(2-3tahun), sedang Progestasert-T 1-2 tahun.
I. PENANGANAN EFEK SAMPING AKDR(Cu T-380A)
1. Amenora
Periksa apakah sedang hamil, apbila tidak, jangan lepas AKDR, lakukan konseling dan selidiki penyebab
amenoreaapabila diketahui. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR bila talinya
terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu. Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari
13 minggu, AKDR jangan dilepas.Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya
tanpa melepas AKDR jelaskan ada resiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta
perkembangan kehamilanharus lebih diamati dan diperhatikan
2. Kejang
Pastikan dan tegaskanlah adanya PRP dan penyebab ain dari kekejangan. Tanggulangi penyebabnya
apabila ditemuka. Apabila tidak ditemukan penyebabnya beri analgesik untuk sedikt meringankan.
Apabila klien menglami kejang yang berat, lepaskan AKDR dan bantu klien menentukan metode
kontrasepsi yang lain.
4. Benang yang hilang pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah AKDR terlepas. Apabila
tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, berikan kondom, periksa talinya di dalam saluran endoservik dan
kavum uteri (apabila memungkinkan adanya peralatan dan tenaga terlatih) setelah masa haid briutnya.
Apabila tidak ditemukan rujk ke dokter, lakukan x-ray atau pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak hamil
dan AKDR yang hilang tidak ditemukan, pasanglah AKDR baru atau bantulah klien menentukan metode
lain.
2. 3 bulan kemudian
3. setiap 6 bulanberikutnya
4. 1 tahun sekali
a. IUD pada umumnya: 1-3 kehamilan per 100 wanita per tahun
b. Lippes Loop dan First Generation Cu IUD: 2 kehamilan per 100 wanita per tahun.
c. Second Generation Cu IUD <1 kehamilan per 100 wanita per tahun dan 1,4 kehamilan per 100 wanita
setelah 6 tahun pemakaian.
L. INFORMASI UMUM
2. AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama beberapa bulan pertama.
3. Kemungkinan terjadi perdarahan (spotting) beberapa hari setelah pemasangan.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. AKDR adalah suatau usaha pencegahan kehamilan dengan menggulung secarik kertas, diikat dengan
benang lalu dimasukkan ke dalam rongga rahim (Prawirohardjo, 2005)
3. mekanisme kerja IUD yaitu Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi,
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, dll.
5. Kerugian AKDR (Cu T-380A) Non hormonal yaitu perubahan siklus haid, haid lebih lama. Perdarahan
(spotting) antar menstruasi. Disaat haid lebih sakit. Kerugian IUD hormonal yaitu Jauh lebih mahal dari
pada Cu IUD, harus diganti setelah 18 bulan
6. Indikasi pemakaian AKDR atau IUD yaitu Usia reproduktif, Keadan nullipara, Menginginkan
menggunakan kontrasepsi jangka panjang, Menyusui yang menginginkan menggunakan alat kontrasepsi,
Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya, dll.
7. Kontraindikasi pemakaian AKDR yaitu Sedang hamil, Perdarahan vagina yang tidak diketaui, Sedang
menderita infeksi genetalia, Penyakit trifoblas yang ganas, Diketahui menderita TBC velvik
8. AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan, AKDR dapat keluar dari uterus secara
spontan, khususnya selama beberapa bulan pertama, Kemungkinan terjadi perdarahan (spotting)
beberapa hari setelah pemasangan, Perdarahan menstruasi biasanya akan lebih lama dan lebih banyak,
AKDR mungkin dilepas setiap saat atas kehendak klien.
B. Saran
a. Sebagai tenaga kesehatan hendakna meningkatkan keterampilannya memasang AKDR yang baik dan
sesuai prosedur.
b. Sebelum memasang AKDR pada klien jangan lupa untuk melakukan infomconsent pada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Saefuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
makalah analisis kasus akseptor IUD
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut SDKI 2002 - 2003, Pada tahun 2003, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah
metode suntikan (49,1 persen), pil (23,3 persen), IUD/spiral (10,9 persen), implant (7,6
persen), MOW (6,5 persen), kondom (1,6 persen), dan MOP (0,7 persen) (Kusumaningrum,
2009). Strategi peningkatan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti
IUD, terlihat kurang berhasil, yang terbukti dengan jumlah peserta KB IUD yang terus
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BKKBN Provinsi Jawa
Tengah, jumlah peserta KB IUD terus menurun dari tahun 2004 yakni 552.233 menjadi
529.805 pada tahun 2005, dan 498.366 pada tahun 2006. Dalam perkembangannya
pemakaian IUD memang cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun (Imbarwati,
2009). Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB namun perlu diketahui
bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang. Untuk itu, setiap
pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi yang cocok untuk dirinya. Pelayanan kontrasepsi
(PK) adalah salah satu jenis pelayanan KB yang tersedia. Sebagian besar akseptor KB
memilih dan membayar sendiri berbagai macam metode kontrasepsi yang tersedia. Faktor
lain yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi antara lain faktor pasangan (umur, gaya
hidup, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu),
faktor kesehatan (status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan panggul), faktor metode kontrasepsi (efektivitas, efek samping, biaya), tingkat
pendidikan, pengetahuan, kesejahteraan keluarga, agama, dan dukungan dari suami/istri.
Faktor-faktor ini nantinya juga akan mempengaruhi keberhasilan program KB. Hal ini
dikarenakan setiap metode atau alat kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas yang
berbeda-beda. Berdasarkan data di atas, IUD merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi
yang menjadi alternative pilihan bagi masyarakat yang ingin ber-KB. Oleh karena itu penulis
membuat makalah dengan judul “Akseptor KB IUD dengan Perdarahan Massive (spotting)”
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kontrasepsi IUD?
2. Apa saja jenis-jenis IUD?
3. Bagaimana cara kerja IUD?
4. Apa kelebihan dan kelemahan IUD?
5. Apa efek samping IUD?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi IUD
2. Untuk mengetahui jenis-jenis IUD
3. Untuk mengetahui cara kerja IUD
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan IUD
5. Untuk mengetahui efek samping IUD
BAB II PEMBAHASAN
B. Jenis IUD.
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :
1. Copper-T IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek
anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik (Imbarwati, 2009).
2. Copper-7 IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan.
Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan
kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus
pada IUD Copper-T (Imbarwati, 2009).
3. Multi load IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang
diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk
menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini
(Imbarwati, 2009).
4. Lippes loop IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S
bersambung. Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari
pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau
penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastic (Imbarwati, 2009). Spiral bisa
bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu
harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah plastic
atau plastic lkkbercampur tembaga.
F. Jenis Perdarahan Perdarahan dibagi menjadi dua yaitu : Perdarahan yang fisiologis dan
perdarahan yang patofisiologis.
1. Perdarahan yang fisiologis adalah perdarahan yang disebabkan adanya perlukaan pada
dinding uterus setelah pemasangan IUD. IUD ini berbahan dasar padat, maka pada saat
dinding rahim bersentuhan dengan IUD bisa saja terjadi perlukaan. Hal inilah yang dapat
mengakibatkan keluarnya bercak darah (spotting) diluar masa haid. Demikian pula ketika
masa haid, darah yang keluar menjadi lebih banyak karena ketika haid, terjadi peluruhan
dinding rahim. Proses ini menimbulkan perlukaan di daerah rahim, sehingga apabila IUD
mengenai daerah tersebut, maka akan menambah volume darah yang keluar pada masa
haid. IUD merupakan benda asing didalam rahim sehingga rahim perlu beradaptasi dengan
kondisi ini. Masa adaptasi ini berlangsung selama tiga bulan pertama dengan ditandai
dengan timbulnya bercak darah (spotting) dan perubahan siklus haid yang lebih lama dan
lebih banyak. Penanganan dari perdarahan yang fisiologis ini adalah dengan memberikan
KIE kepada ibu bahwa perdarahan yang seperti ini merupakan hal yang wajar atau normal
yang dialami oleh akseptor KB IUD dan perdarahan ini tidak berbahaya serta tidak
memerlukan pengobatan. Tapi jika ada keluhan berupa nyeri berikan obat asam
mefenamat 3 x 250-500 mg perhari selama 3-5 hari. atau antalgin 3x 500 mg perhari
selama 3-5 hari, atau parasetamol 3x 500 mg per hari, Ibuprofen (800mg, 3 x sehari
selama seminggu). Jika ibu mengalami anemia maka beri tablet Fe (1 tablet setiap hari
selama 1 sampai 3 bulan) atau beri pasien preparat besi (ferrosus sulfat 200 mg: sekali
sehari selama 5-7 hari).
2. Perdarahan yang patofisiologis Perdarahan yang patofisiologis adalah perdarahan dengan
jumlah banyak disertai stosel (bekuan darah).
Perdarahan ini disebabkan adanya IMS (Infeksi Menular Seksual). Perdarahan ini dapat
ditangani dengan cara sebagai berikut:
1. Memastikan dan menegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila
tidak ada kelainan patologis, perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan
konseling dan pemantauan. Beri ibuprofen (800mg, 3x sehari selama 1 minggu) untuk
mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi( 1 tablet setiap hari selama 1 sampai 3
bulan).
2. Memberikan konseling pada ibu untuk mengganti IUD dengan metode kontrasepsi yang
lain.
CONTOH DAN ANALISIS KASUS :
A. Contoh Kasus Seseorang dipasang IUD, selama satu bulan setelah pemasangan terjadi
pendarahan massive (sedikit tapi terus). Apakah itu normal ataukah tidak? jelaskan!
B. Analisis Kasus Dari kasus diatas dapat diasumsikan bahwa perdarahan massive (sedikit
tapi terus menerus) atau spotting yang terjadi selama satu bulan setelah pemasangan
IUD merupakan hal yang normal. Perdarahan tersebut termasuk perdarahan yang
fisiologis. Perdarahan tersebut terjadi karena adanya perlukaan pada dinding uterus
setelah pemasangan IUD. IUD itu berbahan dasar padat, maka pada saat dinding rahim
bersentuhan dengan IUD bisa saja terjadi perlukaan. Hal inilah yang dapat
mengakibatkan keluarnya bercak darah (spotting) diluar masa haid. IUD merupakan
benda asing didalam rahim sehingga rahim perlu beradaptasi dengan kondisi ini. Masa
adaptasi ini berlangsung selama tiga bulan pertama dengan ditandai dengan timbulnya
bercak darah (spotting) dan perubahan siklus haid yang lebih lama dan lebih banyak.
Penanganan dari kasus akseptor KB IUD dengan perdarahan massive (spotting) ini
adalah sebagai berikut :
1. Memberikan konseling dan KIE bahwa perdarahan massive (spotting) yang
dialaminya tersebut merupakan hal yang normal yang dialami oleh akseptor KB
IUD.
2. Menginformasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah
masalah yang serius dan biasanya tidak memerlukan pengobatan.
3. Bila perdarahan massive atau spotting terus berlanjut dan klien tidak dapat
menerima perdarahan yang terjadi, KB IUD jangan dilanjutkan lagi dan lakukan
pencabutan IUD.
A. Kesimpulan AKDR atau IUD adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik
yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan
dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang
(BKKBN,2003). Jenis IUD antara lain copper T, copper 7, Multi load, Lippes loop,
dan Spiral. Salah satu efek samping atau akibat dari IUD adalah spotting yaitu
keluarnya bercak-bercak darah. Perdarahan massive (Spotting) setelah pemasangan
IUD merupakan hal yang normal dialami oleh akseptor KB IUD. Perdarahan
tersebut terjadi karena adanya perlukaan pada dinding uterus setelah pemasangan
IUD. IUD itu berbahan dasar padat, maka pada saat dinding rahim bersentuhan
dengan IUD bisa saja terjadi perlukaan. Hal inilah yang dapat mengakibatkan
keluarnya bercak darah (spotting) diluar masa haid.
B. Saran
1. Untuk Pasien : Bila ingin menghentikan pemakaian kontrasepsi IUD sebaiknya
kunjungi pekerja kesehatan yang memasangnya dan jangan mencoba
mencopotnya sendiri di rumah.
2. Untuk Petugas Kesehatan : Diharapkan agar memberikan Pelayanan IUD lebih
kompeten agar tidak terjadi komplikasi-komplikasi yang merugikan bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA