PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
SLE merupakan penyakit radang atau inflamasi mulitisistem yang
disebabkan oleh banyaka faktor (Isenberg and Horsfall,1998) dan
dikarakterisasi oleh adanya gangguan disregulasi sistem imun berupa
peningkatan sistem imun dan produksi aotoantibodi yang berlebihan (Albar,
2003).
Terbentuknya autoantibodi terhadap DNA, berbagai macam
ribonukleoprotein intraseluler, sel-sel darah, dan fosfolipid dapat
menyebabkan kerusakan jaringan (Albar, 2003) melalui mekanisme
pengaktivan komplemen (Epstein, 1998).
1. Pengertian
Imunologi adalah suatu ilmu yang mempelajari antigen, antibodi,
dan fungsi pertahanan tubuh penjamu yang diperantarai oleh sel, terutama
berhubungan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologis hipersensitif,
alergi dan penolakan jaringan.
Sistem imun adalah sistem pertahanan manusia sebagai
perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan
organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan
juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain
seperti yg terjadi pd autoimunitas dan melawan sel yang teraberasi mjd
tumor.
2. Letak Sistem Imun
2.3 Etiologi
2.4 Patofisiologi
SLE adalah salah satu dari beberapa penyakit yang dikenal sebagai "
peniru hebat "karena sering meniru atau keliru untuk penyakit lainnya. SLE
adalah barang klasik dalam diagnosis diferensial, karena gejala lupus sangat
bervariasi dan datang dan pergi tak terduga. Diagnosis demikian dapat sulit
dipahami, dengan beberapa orang yang menderita gejala yang tidak jelas
dari SLE yang tidak diobati selama bertahun-tahun.
1. Dermatologis manifestasi
2. Musculoskeletal
Perhatian medis yang paling sering dicari adalah untuk nyeri sendi,
dengan sendi-sendi kecil dari tangan dan pergelangan tangan biasanya
terpengaruh, meskipun semua sendi beresiko. The Lupus Foundation of
America memperkirakan lebih dari 90 persen dari mereka yang terkena
akan mengalami nyeri sendi dan / atau otot pada beberapa waktu selama
perjalanan penyakit mereka. Tidak seperti rheumatoid arthritis , arthritis
lupus kurang mematikan dan biasanya tidak menyebabkan kerusakan
parah sendi. Kurang dari sepuluh persen orang dengan arthritis lupus
akan mengembangkan kelainan bentuk tangan dan kaki. SLE pasien
berada pada risiko tertentu mengembangkan osteoarticular tuberkulosis.
3. Hematologi
4. Jantung
5. Paru
6. Ginjal
7. Neuropsikiatri
8. Neurologis
9. Reproduksi
10. Sistemik
2.7 Komplikasi
Yang menjadi komplikasi dari SLE adalh sebagai berikut.
1. Terapi farmakologi
2. Terapi nonfarmakologi
Gejala yang sering muncul pada penderita SLE adalah lemah sehingga
diperlukan keseimbangan antara istirahat dan kerja, dan hindari kerja yang
terlalu berlebihan. Penderita SLE sebaiknya menghindari merokok karena
hidrasin dalam tembakau diduga juga merupakan faktor lingkungan yang
dapat memicu terjadinya SLE. Tidak ada diet yang spesifik untuk
penderita SLE (Delafuente, 2002). Tetapi penggunaan minyak ikan pada
pasien SLE yang mengandung vitamin E 75 IU and 500 IU/kg diet dapat
menurunkan produksi sitokin proinflamasi seperti IL-4, IL-6, TNF-a, IL-
10, dan menurunkan kadar antibodi anti-DNA (Venkatraman et al., 1999).
Penggunaan sunblock (SPF 15) dan menggunakan pakaian tertutup untuk
penderita SLE sangat disarankan untuk mengurangi paparan sinar UV
yang terdapat pada sinar matahari ketika akan beraktivitas di luar rumah
(Delafuente, 2002).
3. NSAID
4. Antimalaria
a. Klorokuin
b. Hidroksiklorokuin
5. Kortikosteroid
Penderita dengan manifestasi klinis yang serius dan tidak
memberikan respon terhadap penggunaan obat lain seperti NSAID atau
antimalaria diberikan terapi kortikosteroid. Beberapa pasien yang
mengalami lupus eritematosus pada kulit baik kronik atau subakut
lebih menguntungkan jika diberikan kortikosteroid topikal atau
intralesional. Kortikosteroid mempunyai mekanisme kerja sebagai
antiinflamasi melalui hambatan enzim fosfolipase yang mengubah
fosfolipid menjadi asam arakidonat sehingga tidak terbentuk mediator –
mediator inflamasi seperti leukotrien, prostasiklin, prostaglandin, dan
tromboksan-A2 serta menghambat melekatnya sel pada endotelial
terjadinya inflamasi dan meningkatkan influks neutrofil sehingga
mengurangi jumlah sel yang bermigrasi ke tempat terjadinya inflamasi.
6. Siklofosfamid
7. Obat lain
8. Obat-obat lain yang digunakan pada terapi penyakit SLE antara lain
adalah azatioprin, intravena gamma globulin, monoklonal antibodi,
terapi hormon, mikofenolat mofetil dan pemberian antiinfeksi.
Ada beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat membantu dokter
untuk membuat diagnosaSLE, antara lain :
1. Pemeriksaan anti-nuclear antibodi (ANA)
yaitu : pemeriksaan untuk menentukan apakah autoantibodi terhadap inti
sel sering muncul di dalam darah.
2. Pemeriksaan anti ds DNA ( Anti double stranded DNA ).
yaitu : untuk menentukan apakah pasien memiliki antibodi terhadap mater
i genetik di dalam sel.
3. Pemeriksaan anti-Sm antibody
yaitu : untuk menentukan apakah ada antibodi terhadap Sm (protein
yang ditemukandalam sel protein inti).
4. Pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan immune complexes
(kekebalan) di dalam darah
5. Pemeriksaan untuk menguji tingkat total dari serum complement (kelomp
ok proteinyang dapat terjadi pada reaksi kekebalan)
6. Pemeriksaan sel LE (LE cell prep)
yaitu : pemeriksaan darah untuk mencari keberadaan jenis sel tertentu yan
g dipengaruhi membesarnya antibodi terhadap lapisan inti sel lain
pemeriksaan ini jarang digunakanjika dibandingkan dengan pemeriksaan
ANA, karena pemeriksaan ANA lebih peka untukmendeteksi penyakit Lu
pus dibandingkan dengan LE cell prep.
7. Pemeriksaan darah lengkap, leukosit, thrombosit
8. Urine Rutin
9. Antibodi Antiphospholipid
10. Biopsy Kulit
11. Biopsy Ginjal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
3.1 Pengkajian
b. Riwayat kesehatan saat ini : adanya tanda dan gejala klinis berupa
demam, malaise, nyeri sendi, mialgia, kelelahan, dan hilangnya
kemampuan kognitif sementara.
Sistem Integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu
yang melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat
mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
Sistem Kardiovaskuler
Friction rub pericardium yang menyertai miokarditis dan efusi
pleura. Lesi eritematosus papuler dan purpura yang menjadi
nekrosis menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari
tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau
sisi lateral tangan.
Sistem Muskoloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeriketika bergerak,
rasa kaku pada pagi hari.
Sistem Paru
Pleuritis atau efusi pleura
Sistem Vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler,
eritematosus dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku sreta
permukaan ekstensor bawah.
Sistem Renal
Edema dan hematuria.
Sistem Saraf
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang,
korea ataupun manifestasi SSP lainnya.
3.2. Aplikasi NANDA, NOC, dan NIC
No Diagnosa NOC NIC
keperawatan
1 Nyeri akut b.d kontrol nyeri Manajemen nyeri
inflamasi indicator :
lakukan pengkajian nyeri secara
Mengenali faktor komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
penyebab durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
Mengenali onset presipitasi
(lamanya sakit) observasi reaksi non verbal dari
Menggunakan metode ketidaknyamanan
pencegahan gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
Menggunakan metode mengetahui pengalaman nyeri pasien
nonanalgetik untuk kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
mengurangi nyeri evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Menggunakan analgetik evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
sesuai kebutuhan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
Mencari bantuan tenaga masa lampau
kesehatan bantu pasien dan keluarga untuk mencari
Melaporkan gejala pada dan menemukan dukungan
tenaga kesehatan kontrol lingkungan yang dapat
Menggunakan sumber- mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
sumber yang tersedia pencahayaan dan kebisingan
Mengenali gejala-gejala kurangi faktor presipitasi
nyeri pilih dan lakukan penanganan nyeri
Mencatat pengalaman (farmakologi, non farmakologi dan inter
nyeri sebelumnya personal)
Melaporkan nyeri sudah kaji tipe dan sumber nyeri untuk
terkontrol menentukan intervensi
ajarkan tentang teknik non farmakologi
berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
evaluasi keefektifan kontrol nyeri
tingkatkan istirahat
Tingkat nyeri
Indicator :
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
SLE merupakan penyakit radang atau inflamasi multisistem yang
disebabkan oleh banyak faktor .dan karaktersasi oleh adanya gangguan
disregulasi sistem imun berupa peningkatan imun dan produksi autoantibody
yang berlebihan.
Manifestasi yang ditimbulkan berupa demam, malaise, nyeri sendi,
mialgia, kelelahan, dan hilangnya kemampuan kognitif sementara. Karena
mereka begitu sering terlihat dengan penyakit lain, tanda-tanda dan gejala
bukan merupakan bagian dari kriteria diagnostik untuk SLE.
SLE lebih banyak terjadi pada wanita dari pada pria,manifestasi klinik
secara umum yang sering timbul pada pasien SLE adalah rasalelah,
malaise,demam,penurunan napsu makan,dan penurunan BB.Tidak ada satu
testlaboratorium tunggal yang dapat memastikan diagnostik SLE.pengobatan
yangdigunakan pada SLE adalah nonsteroidal anti-inflammatory
drugs(NSAIDs),corticosteroids dan lain lain yang dapat mendukung
pengobatan penyakit SLE.
4.2 Saran
Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien dengan SLE
diperlukan pengkajian,konsep dan teori oleh seorang perawat. Sehingga tidak
terjadi kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan. Karena dengan
memberikan asuhan keperawatan yang tepat kesehatan baik fisik maupun
psikologis pasien dapat membaik dengan cepat.
ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA TN. A
DI RUANG UGD
DOSEN PEMBIMBING
DI SUSUN OLEH
SUMIYEM
NIM . P27220018338
JURUSAN KEPERAWATAN
2018