Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN KEPADA PASIEN DENGAN DEMAM REMATIK

OLEH :

KELOMPOK III

1.SRIYANTI MONA

2.DORATEA KALLI

3.AGUSTINA KOFI

4. MUNI L.R BANSAE

KELAS/SEMESTER :A/V

PRODI :S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
Askep ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya. Kami sangat berharap semoga Askep ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
Askep ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai
penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Askep ini karena
keterbatasan pengetahuan kami.

Kupang,5 Oktober 2023


DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................................................i

Daftar Isi ......................................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan .......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................................... 2
a. Tujuan umum ...................................................................................................................2
b. Tujuan khusus ..................................................................................................................2

Bab II Tinjauan Teori ...................................................................................................................3

2.1 Definisi ...................................................................................................................................3

2.2 Epideomologi .........................................................................................................................4

2.3 Etiologi ...................................................................................................................................5

2.4 klasifikasi ...............................................................................................................................10

2.5 Manifestasi klinis ...................................................................................................................12

2.6 Patofisiologi ...........................................................................................................................16

2.6 Patway ....................................................................................................................................18

2.7 Penatalaksanaan .....................................................................................................................19

2.8 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................................19

2.9 Komplikasi .............................................................................................................................19

Bab III Konsep Asuhan Keperawatan ..........................................................................................20

3.1 Pengkajian...............................................................................................................................20

3.2 Diagnosa .................................................................................................................................20


3.3 Intervensi ................................................................................................................................21

3.4 Implementasi ..........................................................................................................................21

3.5 Evaluasi ..................................................................................................................................22

Bab IV Penutup ............................................................................................................................22

4.1 kesimpulan .............................................................................................................................22

4.2 Saran .......................................................................................................................................23

Daftar Pustaka...............................................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Demam rematik adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya reaksi imunologis
terhadap infeksi bakteri group A beta-hemolytic Streptococcus (GAS). Demam rematik akut
merupakan sinonim dari demam rematik dengan penekanan onset terjadi secara akut (PAPDI,
2018; RHDAustralia, 2018). Infeksi bakteri GAS menyebabkan respon inflamasi yang akut
dan sistemik serta menimbulkan gangguan yang mempengaruhi bagian tubuh tertentu,
terutama jantung, sendi, otak dan kulit. Pasien dengan demam rematik akut sering merasakan
nyeri berat dan memerlukan rawat inap di rumah sakit. Meskipun demikian, demam rematik
akut tidak menyebabkan gangguan permanen pada otak, sendi ataupun kulit (RHDAustralia,
2018).

Bagaimana pun juga, gangguan yang ditimbulkan pada jantung, atau secara spesifik
yakni pada katup mitral dan atau katup aorta dapat menetap segera sesudah episode akut
terselesaikan. Hal ini disebut dengan penyakit jantung rematik. Jika dibandingkan dengan
komunitas masyarakat yang lebih luas, pasien yang telah memiliki demam rematik akut
berisiko lebih besar untuk mengalami episode yang sama di lain waktu. Episode berulang
dari demam rematik akut menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada katup jantung. Hal ini
disebut sebagai penyakit jantung rematik. Oleh karena itu, penyakit jantung rematik secara
terus menerus dapat memburuk pada pasien dengan episode berulang dari demam rematik
akut (RHDAustralia, 2018).

Demam rematik dapat dijumpai di seluruh dunia (PAPDI, 2018). Setiap


tahunnya, terdapat 471.000 kasus baru demam rematik akut; serta, timbul lebih
dari 230.000 kematian yang diakibatkan oleh penyakit jantung rematik (Carapetis
et al., 2018; RHDAustralia, 2018). Data terakhir mengenai prevalensi demam
rematik di Indonesia untuk tahun 1981-1990 didapati 30-80 di antara 100.000
anak sekolah(Siregar, 2018).
Penanganan yang tepat penting dilakukan untuk mencegah serangan
berulang, komplikasi dan peningkatan biaya kesehatan. Karenanya, diperlukan
ketersediaan penatalaksanaan dan pencegahan yang mengurangi risiko kekambuhan dan
perburukan kondisi. Sehubungan tingkat kepatuhan minum obat berhubungan dengan
prediktor risiko terjadinya serangan berulang dalam demamr reumatik, diperlukan edukasi
yang lengkap dan efektif .
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi demam rematik
2. Apa epideomologi demam rematik
3. Apa itu penyebab demam rematik
4. Apa itu klasifikasi demam rematik
5. Apa patofisiologi demam rematik
6. Apa itu patway dari demam rematik
7. Apa penatalaksanaan demam rematik
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang demam rematik
9. Apa saja komplikasi demam rematik
1.3 Tujuan
a. Tujuan umum

Agar mahasiswa mampu mengetahui lebih luas tentang demam rematik dan cara penanganan
yang baik terhadap demam rematik

b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Apa itu definisi demam rematik
2. Untuk mengetahui apa epideomologi demam rematik
3. Untuk mengetahui penyebab demam rematik
4. Untuk mengetahui klasifikasi demam rematik
5. Untuk mengetahui patofosiologi demam rematik
6. Untuk mengetahui patway demam rematik
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan demam rematik
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang demam rematik
9. Untuk mengetahui komplikasi demam rematik

BAB II

TINJAUN TEORI

2.1 Definisi

Demam reumatik adalah penyakit inflamasi serius yang dapat terjadi pada individu 1 sampai
4 minggu setelah infeksi tenggorokan oleh bakteri streptococcus beta-hemolitik kondisi ini
ditandai dengan demam dan inflamasi di persendian ,jantung ,sistem saraf ,dan kulit .pada
beberapa kasus demam reumatik dapat secara permanen memengaruhi struktur dan fungsi
jantung ,terutama katup jantung .demam reumatik adalah jenis penyakit yang jarang
terjadi ,hanya menyerang 3%penderita infeksi steptokokus yang tidak diobati .

Demam reumatik merupakan penyakit vaskuler kolagen multisystem yang terjadi setelah
infeksi streptokokus grup A pada individu yang mempunyai faktor predisposisi .penyakit ini
masih merupakan penyebab terpenting jantung didapat pada kardiovaskuler pada penyakit ini
ditandai oleh inflamasi endocardium dan miokardium melalui suatu proses autoimun yang
menyebabkan kerusakan jaringan .

Serangan pertama demam reumatik terjadi paling sering antara umur 5-15 tahun .Demam
reumatik jarang ditemukan pada anak dibawah umur 5 tahun . demam reumatik menyertai
faringitis streptococcus beta –homolitykus yang tidak diobati .pengobatan yang tuntas
terhadap faringitis akut hampir meniadakan resiko terjadinya demam reumatik .dipekirakan
hanya sekitar 3% dari individu yang belum pernah menderita demam reumatik akan
menderita komplikasi ini setelah menderita faringitis stereptokokus yang tidak diobati.

2.2 Epideomologi
Terdapat kurang lebih 471.000 kasus demam rematik akut tiap tahunnya
dengan 71,33% di antaranya adalah anak berusia 5-14 tahun. Berdasarkan pada
sistematik review pada tahun 2005, demam rematik akut dan penyakit jantung
rematik mengakibatkan 350.000 kematian tiap tahunnya, dan sebagian besar
kematian ini terjadi pada negara-negara dengan pendapatan rendah dan menengah
(Carapetis et al., 2016). Data terakhir mengenai prevalensi demam rematik di
Indonesia didapati 30-80 kasus tiap 100.000 anak sekolah(Siregar, 2007).

Beberapa faktor risko pada penyakit demam rematik akut adalah :

a.Usia

Insiden awal pada demam rematik akut dapat dijumpai kasus tertingginya pada anak usia 5-
14 tahun. Walaupun pada beberapa kasus episode awal dapat terjadi di usia yang lebih muda
yakni usia 2-3 tahun ataupun pada remaja dan orang dewasa. Namun, kasus-kasus yang
dijumpai pada orang dengan usia lebih dari 30 tahun sangat jarang dijumpai. Sementara,
episode recuurent sering dijumpai pada anak dengan usia lebih tua, remaja dan dewasa muda,
tetapi episode reccurent akan berlanjut hingga decade keempat dalam kehidupan. Oleh sebab
itu episode reccurent pada demam rematik akut akan sangat jarang dijumpai pada usia di
atas35-40 tahun(Carapetis et al., 2016; RHDAustralia, 2012).

b.Jenis kelamin

Pada sebagian besar populasi, rasio demam rematik akut antara laki-laki dan perempuan
adalah sama(Carapetis et al., 2016).

c.Faktor ekonomi dan lingkungan

Kondisi yang umum dijumpai pada demam rematik akut berhubungan dengan kemiskinan
dan status ekonomi yang rendah. Kepadatan penduduk mungkin merupakan faktor risiko
tingginya kasus demam rematik(Carapetis et al., 2016). Namun, wabah demam rematik akut
pada tahun 1980 di Amerika, pasien- pasien anak yang terserang juga pada kelempok
ekonomi menengah dan atas (PAPDI, 2014).

2.4 Patofisiologi
Setelah infeksi GAS pada faring, neutrophil, makrofag dan sel dendritic memfagosit bakteri
dan present antigen terhadap sel T. Baik sel B dan sel T memberikan respond imun terhadap
infeksi GAS, melalui produksi antibody (IgM dan IgG) dan kemudian melalui aktivasi sel T
(terutama sel CD4). Pada suspectible individu, respond imun host menghadapi GAS akan
memicu reaksi autoimun terhadap jaringan pada host itu sendiri (contohnya, jantung, otak,
sendi dan/ kulit) (Carapetis et al., 2018). Reaksi autoimun ini dimediasi oleh antibody-
antibodi specific- Streptococcus spp. dan sel-sel T melalui proses molecular mimicy
Molecular mimicry adalah proses sharing antibody atau epitope sel T antara host dan
mikororganisme penyebab infeksi. Infeksi mikororganisme pada host menghasilkan antibodi-
antibodi atau sel-sel T yang melawan pathogen infeksi agar membersihkan infeksi dari host.
Namun antibody-antibodi dan sel-sel T tersebut turut mengenali antigen host. Dalam kasus
demam rematik akut, antigen host terletak pada jaringan seperti jantung dan otak(Carapetis et
al., 2018).

Respon imun cross-reactive ini menyebabkan :

1) .polyarthritis migran sementara akibat pembentukan imun kompleks yang berikatan pada
membrane synovial dan atau kolagen pada sendi,

2). Sydenham’s chorea oleh karena neuron neuron pada basal ganglia diserang oleh antibody-
antibodi yang memerangi group A karbohirat Streptococcus spp. yang berekasi dengan
permukaan neuron,

3 ). erythema marginatum, karena antibodi –antibodi terhadap group A karbohidrat


melakukan cross reacting dengan keratin serta subkutan nodul, yang disebabkan oleh delayed
hypersensitivity terhadap antigen-antigen group A streptococcal,

4). peradangan pada katup jantung dan miokardium, melalui ikatan antara antibodi- antibodi
(yang dihasilkan oleh sel-sel B) terhadap group A carbohydrate dengan permukaan katup
serta kemudian antibodi tersemengatur vascular sel adhesi molecule 1 (VCAM1) pada
permukaan endothelium katup – yang berujung pada damage dan remodeling struktur katup
dan mengakibatkan regurgitasi dan stenosis pada katup (Carapetis et al., 2018).
2.5 Patway

Demam Rematik

Menyebabkan lesi patologik di


jantung ,pembuluh darah ,sendi
dan jaringan subkutan

Inflamasi eksudatif Nodul


Karditis Korea Polyarthritis Eritma
dan proliferasi subkutan
marginatum
jaringan mesekim
jantung
Mk .nyeri
Mk .intoleransi
Suplai darah ke aktivitas
jaringan berkurang

Mk.defisit
Saluran pencernaan Mual muntah
nutrisi
2.6 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis utama yang dijumpai pada pasien dengan demam rematik akut adalah
(Carapetis et al., 2018; PAPDI, 2018) :

a. Arthritis

Artrhtis merupakan gejala major yang sering ditemukan pada demam rematik akut. Sendi
yang dikenai berpindah-pindah tanpa cacat. Sendi yang biasanya terkena adalah sendi besar
seperti lutut, pergelangan kaki, paha, lengan, panggul, siku dan bahu. Gejala ini munculnya
tiba-tiba dengan rasa nyeri yang meningkat 12-24 jam yang diikuti dengan reaksi radang.
Nyeri ini akan menghilang secara perlahan-lahan. Radang sendi ini jarang yang menetap
lebih dari satu minggu dan seringkali sembuh sempurna. Proses migrasi artritis ini membu-
tuhkan waktu 3-6 minggu. Sendi-sendi kecil jari tangan dan kaki juga dapat terkena. dengan
aspirin dapat merupakan diagnosis terapetik pada atritis yang sangat bermanfaat. Bila tidak
membaik dalam 24 - 72 jam, maka diagnosis menjadi meragukan. Jika terdapat poliartritis,
maka artralgia tidak dapat digunakan sebagai gejala minor dari demam rematik akut.
Mungkin tidak ada tanda-tanda arthritis yang jelas, terutamanya ketika NSAID telah
digunakan. Manifestasi sendi dapat berlangsung fluktuatif selama berhari-hari hingga
beberapa minggu, dan mungkin sulit untuk membedakan artritis dengan artralgia berdasarkan
riwayat saja (Webb, Grant and Harnden, 2018). Kadang-kadang peradangan dirujuk dengan
lima tanda kardinal dengan nama Latin - Dolor (sakit), kalor (hangat), rubor (kemerahan),
tumor (pembengkakan), fungsi laesa (kehilangan fungsi) (Antonelli and Kushner,2018).

b.Karditis rematik
Karditis rematik adalah inflamasi aktif pada jaringan jantung, terutama katup mitral dan atau
katup aorta, yang disebabkan oleh demam rematik akut. Karditis rematik merupakan
manifestasi klinis yang penting dengan insidensi 40-50% dan dapat berlanjut dengan gejala
yang lebih berat yaitu gagal jantung. Karditis rematik sebagian besar ditegakkan melalui
adanya valvulitis pada katup mitral (mitral regurgitasi) dan, yang jarang terjadi, valvulitis
pada katup aorta (aortic regurgitasi). Kardiomegali terjadi ketika dijumpai regurgitasi katup
moderate atau severe. Sejak publikasi kriteria Jones tahun 2018, penggunaan Doppler
echocardiography diperlukan dalam penegakan diagnosis keterlibatan jantung pada demam
rematik akut. Oleh sebab itu, evaluasi echocardiography pada seluruh pasien dengan suspek
demam rematik akut merupakan rekomendasi baru pada kriteria Jones tahun 2018. Kadang-
kadang karditis rematik asimtomatik dan terdeteksi saat adanya nyeri sendi. Karditis rematik
ini bisa hanya mengenai endokardium saja. Endokarditis terdeteksi saat adanya bising
jantung. Katup mitral merupakan katup yang paling banyak terkena dan dapat bersamaan
dengan katup aorta. Katup aorta sendiri jarang dikenai. Dapat dijumpai regurgitasi mitral
ditemukan dengan bising sistolik yang menjalar ke aksila, dan kadang-kadang juga disertai
bising mid-diastolik (Bising Carey Coobs). Dengan ekokardiografi dua dimensi dapat
mengevaluasi kelainan anatomi jantung sedangkan dengan pemeriksaan Doppler dapat
ditentukan fungsi dari jantung. Miokarditis dapat terjadi bersamaan dengan endokarditis
sehingga terdapat kardiomegali atau gagal jantung. Perikarditis tak akan berdiri sendiri,
biasanya yang terjadi adalah pankarditis.

c.Chorea

Chorea ini didapatkan pada 30% dari demam rematik dan dapat merupakan manifestasi klinis
sendiri atau ditemui bersamaan dengan karditis. Masa laten infeksi GAS dengan chorea
cukup lama yaitu 2 - 6 bulan atau lebih. Lebih sering menyerang wanita pada umur 8 - 12
tahun dan gejalanya biasanya muncul selama 3 - 4 bulan. Gerakan-gerakan tidak disadari
yang menghilang saat tidur akan ditemukan pada wajah dan angota-anggota gerak tubuh dan
biasanya unilateral.

d.Eritema marginatum
Eritema marginatum ini ditemukan pada kira-kira 5% pasien demam reamtik akut, dan
berlangsung berminggu-minggu dan berbulan, tidak nyeri dan tidak gatal.

e.Nodul Subkutanius:

Besar diameternya kira-kira 0.5 - 2 cm, bundar, terbatas dan tidak nyeri tekan. Nodul ini
terbentuk pada area penonjolan tulang atau tendon ekstensor. Baik eritema marginatum dan
nodul subkutanius jarang dijumpai pada kasus demam rematik akut. Keduanya hanya
dijumpai sejumlah kurang dari 10% pada kasus di pasien. Demam pada demam rematik akut
tidak khas dan jarang menjadi keluhan utama pada demam reamtik akut. Untuk menetapkan
ada atau pernah adanya infeksi bakteri GAS ini perlu dilakukan pemeriksaan mikrobiologi
klinik hapusan tenggorokan pada saat akut. Biasanya kultur GAS negatif pada fase akut itu.
Bila positif pun, belum pasti membantu diagnosis sebab masih ada kemungkinan terjadi
akibat kekambuhan dari kuman GAS itu atau infeksi streptokok dengan strain yang lain.
Namun, antibodi streptokok lebih menjelaskan adanya infeksi streptokok dengan adanya
kenaikan titer ASTO dan anti DNA-se. Terbentuknya antibodi- antibodi ini sangat
dipengaruhi oleh umur dan lingkungan. Titer ASTO positif bila besarnya 210 Todd pada
orang dewasa dan 320 Todd pada anak-anak, sedangkan titer pada DNA-se B 120 Todd
untuk orang dewasa dan 240 Todd untuk anak- anak. Pada fase akut ditemukan lekositosis,
laju endap darah yang meningkat, protein C- reactive, mikoprotein serum. Laju endap darah
dan protein C-reactive yang tersering diperiksa. Keduanya selalu meningkat atau positif saat
fase akut dan tidak dipengaruhi oleh obat-obat antireumatik.

2.7Tanda dan Gejala

Gejala umum:

a. Tanda-tanda demam reumatik bisanya muncul 2-3 minggu setelah infeksi, tetapi dapat juga
muncul awal minggu pertama atau setelah 5 minggu.

b. Insiden puncak antara umur 5-15 tahun, demam reumatik jarang terjadi sebelum umur 4 tahun
dan setelah umur 40 tahun.
c. Karditis reumatik dan valvulitis dapat sembuh sendiri atau berkembang lambat menjadi
kelainan katup.

d. Karakteristik lesi adalah adanya reaksi granulomotosa perivaskuler

dengan vaskulitis.

e. Pada 75-85% kasus, yang terserang adalah katup mitral, katup aorta pada 30% kasus (tetapi
jarang berdiri sendiri), dan mengenai katup pulmonalis kurang dari5%.

1) Kriteria mayor

a. Karditis merupakan peradangan pada jantung (miokarditis atau endokarditis) yang


menyebabkan terjadinya gangguan pada katup mitral dan aorta dengan manifestasi terjadi
penuruna curah jantung (seperti hipotensi, pucat, sianosis, berdebar-debar dan denyut jantung
meningkat), bunyi jantung melemah dan terdengar suarah bising katup. Pada auskultasi
akibatstenosisdari katup terutama mitral (bising sistolik), karditis paling sering menyerang anak
dan remaja. Beberapa tanda karditis, antara lain kardiomegali, gagal jantung kongestif kanan dan
kiri (pada anak yang lebih menonjol sisi kanan), dan regurgitasi mitral serta aorta.

b. Poliatritis Penderita penyakit ini biasanya datang dengan keluhan nyeri pada sendi yang
berpindah-pindah, radang sendi besar. Lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku
(poliatritis migrans), gangguan fungsi sendi, dapat timbul bersamaan tetapi sering bergantian.
Sendi yang terkena menunjukkan gejala radang yang khas (bengkak, merah, panas sekitar sendi,
nyeri dan disertai gangguan fungsi sendi). Kondisi ini berlangsung selama 1-5 minggu dan
mereda tanpa deformitas residual.

c. Khorea syndenham. Merupakan gerakan yang tidak disengaja/ gerakan abnormal, bilateral,
tanpa tujuan dan involunter, serta seringkali disertai dengan kelemahan otot, sebagai manifestasi
peradangan pada sistem saraf pusat. Pasien yang terkena penyakit ini biasanya mengalami
gerakan tidak terkendali pada ekstremitas, wajah dan kerangka tubuh. Hipotonik akibat
kelemahan otot, dan gangguan emosi selalu ada bahkan sering merupakan tanda dini.

d) Eritema marginatum. Gejala ini merupakan manifestasi penyakit jantung reumatik pada kulit
berupa bercak merah dengan bagian tengah berwarna pucat sedangkan tepinya berbatan tegas,
berbentuk bulat dan bergelombang tanpa indurasi dan tidak gatal. Biasanya terjadi pada batang
tubuh dan telapak tangan.

e) Nodul supkutan. Nodul ini terlihat sebagai tonjolan keras dibawah kulit tanpa adanya
perubahan warna atau rasa nyeri. Biasanya timbul pada minggu pertama serangan dan
menghilang setelah 1-2 minggu. Nodul ini muncul pada permukaan ekstensor sendi terutama
siku, ruas jari, lutut, persendiaan kaki. Nodul ini lunak dan bergerak bebas.

2) Kriteria minor

a) Memang mempunyai riwayat penyakit jantung reumatik

b) Nyeri sendi tanpa adanya tanda objektif pada persendian, klien juga sulit menggerakkan
persendian.

c) Deman namun tidak lebih dari 39ᴼ C dan pola tidur tertentu.

d) Leokositosis, peningkatan laju endapan darah (LED).

e) Protein krea (CPR) positif.

f) Peningkatan denyut jantung saat tidur.

g) Peningkatan anti streptolosin O (ASTO).

2.8 Penatalaksanaan

Dasar pengobatan demam reumatik terdiri dari istirahat, eradikasi kuman streptokok,
penggunaan obat anti radang, dan pengobatan suportif.

a. Istirahat ; bergantung pada ada tidaknya dan berat ringannya karditis.

b. Eradikasi kuman streptokok, untuk negara berkembang

WHO menganjurkan penggunaan benzatin penisilin 1,2 juta IM. Bila alergi terhadap penisilin
digunakan eritromisin 20 mg/kg BB 2x sehari selama 10 hari.

c. Penggunaan obat anti radang bergantung terdapatnya dan beratnya kardiris. Prednison hanaya
digunakan pada karditis dengan kardiomegali atau gagal jantung.
d. Pengobatan suportif, berupa diet tinggi kalori dan protein serta vitamin (terutama vitamin C)
dan pengobatan terhadap komplikasi. Bila dengan pengobatan medikamentosa saja gagal perlu di
pertimbangkan tindakan operasi pembetulan katup jantung.

Demam reumatik cenderung mengalami serangan ulang, maka perludiberikanpengobatan


pencegahan (profilaksis sekunder) dengan memberikan bezatin penisilin 1,2 juta IM tiap bulan.
Bila tidak mau disuntik dapat diganti dengan penesilin oral 2 x 200.000 U/hari. Bila

alergi terhadap obat tersebut dapat diberikan sulfadiazin 1000 mg/hari untuk anak 12 tahun ke
atas, dan 500 mg/hari untuk anak 12 tahun ke bawah. Lama pemberian profilaksis sekunder
bergantung ada tidaknya dan beratnya karditis. Bagi yang berada di dalam yang

mudah terkena infeksi streptokok dianjurkan pemberian profilaksis seumur hidup.Secara singkat
penanganan demam reumatik adalah sebagai berikut:

a. Artritis tanpa kardiomegali : Istirahat baring 2 minggu, rehabilitas 2 minggu,obat-obatan anti


inflamasi, erdikasi dan profilaksi (seperti yang diuraikan diatas). Anak boleh sekolah setelah 4
minggu perawatan, olahraga bebas.

b. Artritis+karditis tanpa kardiomegali: Tirah baring 4 minggu, pengobatan sepertiyang


diuraikan: sekolah setelah 8 minggu perawatan. Olahraga bebas.

c. Karditis+kardiomegali: tirah baring 6 minggu, mobilisasi 6 minggu, pengobatan seperti yang


diuraikan. Sekolah setelah perawatan selama 12 minggu. Olahraga terbatas, hindari olahraga
berat dan kompetitif.

d. Karditis + kardimegali + gagal jantung: tirah baring selama ada gagal jantung, mobilisasi
bertahap 12 minggu. Pengobatan seperti yang diuraikan, sekolah setelah perawatan 12 minggu
gagal jantung teratasi. Olahraga di larang (Ngastiyah, 2018)

2.9 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium :Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan anti


steptolisin (ASTO), peningkatan laju endap darah (LED), terjadi leukositosis, dan dapat terjadi
penurunan hemoglobin.

b. Radiologi :Pada pemeriksaan foto toraks menunjukkan terjadinya pembesaran pada jantung.
c. Pemeriksaan ekokardiogram :Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi.

d. Pemeriksaanelektrokardiogram Menunjukkan interval PR menanjang

e. Apus tenggorokan Ditemukan streptokokus beta hemolitikus grup

A (Aspiani, 2018).

2.10 Komplikasi

a. Gagal jantung pada kasus yang berat.

b. Dalam jangka panjang timbul penyakit demam jantung reumatik.

c. Aritmia.

d. Perikarditis dengan efusi.

e. Pneumonia reumatik.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas

Identitias pasien terdiri dari Nama ,No RM ,Umur ,Jenis Kelamin ,Suku ,Bangsa ,Alamat

Agama, Pekerjaan, Status Pernikahan ,Tgl MRS ,Tgl Pemeriksaan..

2.Riwayat kesehatan

Keluhan Utama :Nyeri pada telapak kaki kanan

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya gejala yang muncul yaitu badan lemas, demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan dan
nafsu makan,menurun.
d. Riwayat Penyakit Masa Lampau
Biasanya penderita penyakit ini sudah pernah mengalami penyakit ini sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit ini bukan termasuk penyakit turunan namun penyakit ini mudah sekali menular.
f.Riwayat Sosial

Penyakit ini bisa disebabkan oleh faktor lingkungan seperti lingkungan yang tidak bersih,
berdebu dan kepadatan penduduk Kebutuhan Dasar.
g..Nutrisi dan Metabolisme
Nafsu makan menurun, penurunan intake, nutrisi dan cairan.
h. Aktivitas dan Istirahat
Lesu, kelemahan, rewel dan banyak berbaring.
i.Eliminasi

Tidak terdapat gangguan yang spesifik.


f. Kenyamanan

Nyeri kepala, nyeri otot.


gPersonal Hygiene
Biasanya anak masih membutuhkan bantuan dari orang tua dalam hal kebersihana .
2. Pemeriksaan Fisik
a.Keadaan Umum
Bagaimana keadaan klien, apakah lemah, letih atau sakit berat.
b. Tanda-Tanda Vital
Bagaimana suhu tubuh, pernapasan, tekanan darah dan nadi klien.
c. Tingi Badan/Berat Badan
Sesuai pertumbuhan dan perkembangan anak.
d.Kepala
Bagaimana kebersihan kepala, bentuk kepala, dan apakah ada luka atau lesi pada kepala.
e. Mata
Bagaimana bentuk mata, apakah ada pembengkakan mata, konjungtiva anemis atau tidak
dan apakah ada gangguan dalam penglihatan atau tidak.
f. Hidung
Bentuk hidung, ada sekret atau tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman.
g. Mulut
Membran mukosa kering atau lembab, bentuk mulut, apakah ada gangguan menelan dan
apakah ada kesulitan dalam berbicara.
h. Telinga
Apakah ada kotoran atau cairan pada telinga, apakah ada respon nyeri pada daun telinga.
i. Thoraks
Kaji pola pernapasan, bentuk dada simetris atau tidak, apakah ada wheezing atau tidak.
j. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, ada nyeri pada abdomen atau tidak, perut terasa kembung atau
tidak, apakah terjadi peningkatan bising usus atau tidak.
k. Genitalia
Apakah daerah genital ada luka atau tidak, daerah genital bersih atau tidak dan terpasang alat
bantu atau tidak.
l.. Kulit
Kaji warna kulit, turgor kulit kering atau tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit
teraba hangat.
m. Ekstremitas
Apakah terjadi kelemahan fisik, nyeri otot atau kelainan bentuk atau tidak

I.Pemeriksaan Perkembangan.

1. Motorik Kasar Pada pemeriksaan motorik ini untuk memeriksa anak bagaimana
kemampuan anak dalam menggerakkan anggota badan.
2) Motorik Halus
Pada pemeriksaan motorik ini untuk memeriksa anak bagaimana kemampuan anak dalam
menggenggam benda, menggambar, menulis dan mengambil dengan jari.
3) Kemampuan Bahasa
Dalam hal ini anak diperiksa bagaimana kemampuan bahasa dari anak apakah sudah bisa
dipahami.

J.Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis pada pasien ISPA meliputi
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan mikrobiologi, rontgen thorax dan pemeriksaan
lainnya yang sesuai dengan kondisi klien.
3.2 Diagnosa keperawatan

1. Intoleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksogen d.d
dengan merasa lemah

2. Nyeri Akut b.d agen pecedera fisiologis d.d mengeluh nyeri

3. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d mual –muntah

3.3 Intervensi Keperawatan

No . Sdki Slki Siki


1. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
b.d keperawatan selama 2x24 (I.12379)
ketidakseimbangan jam diharapkan Observasi
antara suplai dan toleransi(l.05047) aktivtas 1.identifikasi gangguan
kebutuhan oksogen membaik dengan kriteria fungsi tubuh yang
d.d dengan merasa hasil : mengakibatkan kelelahan .
lemah 1. Frekuensi nadi 2.monitor kelelahan fisik
meningkat (4) dan emosional
2. Saturasi oksigen 3.monitor pola tidur
meningkat (4) 4.monitor lokasi dan
3. Keluhan lemah ketidaknyamanan selama
menurun (4) melakukan aktivitas
4. Aritmia saat Terapeutik
aktivitas menurun 1.Sediakan lingkungan
(4) nyaman dan rendah
stimulus(mis.cahaya ,suara ,
kunjungan )
2.Lakukan latihan gerak
rentan pasif atau aktif
3.Berikan aktivitas distrasi
yang menenangkan
4.Fasilitasi duduk disis
tempat tidur jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
1.anjurkan tirah baring
2.anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3.anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
4.ajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1.kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
2. Nyeri Akut b.d agen Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
pecedera fisiologis d.d
keperawatan selama 2x24 Observasi
mengeluh nyeri
jam diharapkan tingkat -identifikasi skala nyeri
nyeri menurun dengan -identifikasi
kriteria hasil : lokasi ,karakteristik ,durasi ,
1 .keluhan nyeri menurun frekuensi ,kualitas ,intensita
(5) s nyeri .
2.gelisah menurun (5) -identifikasi faktor yang
3.meringgis menurun (5) memperberat dan
4.kesulitan tidur menurun memperingan nyeri
(5) Terapeutik
-berikan teknik
5.nafsu makan membaik (5)
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
-kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
-fasilitas istirahat dan tidur
Edukasi
-jelaskan penyebab ,periode
dan pemicu nyeri
-jelaskan strategi meredakan
nyeri
-anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
-kolaborasi

-kolaborasi pemberian obat


(jika perlu)
3. Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan intervensi Observasi
ketidakmampuan
keperawatan selama 2x24 1.identifikasi status nutrisi
mencerna
makanan d.d mual jam diharapkan status 2.identifikasi alergi dan
–muntah
nutrisi membaik dengan intoleransi makan
kriteria hasil : 3.identifikasi makanan yang
1.porsi makan yang di di sukai
habiskan meningkat 4.identifikasi kebutuhan
2.nafsu makan meningkat kalori dan jenis nutrisi
3.frekuensi makan membaik 5. monitor asupan makanan
4.berat badan membaik 6.monitor berat badan
Terapeutik
1.lakukan oral hygiene
sebelum makan
2.sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
Edukasi
1. anjurkan posisi duduk
Kolaborasi
1.kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan
3.4 Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pengetahuan dan perwujudan dan rencana


keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2018). Implementasi
keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat maupun
tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan
serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien sebelumnya disusun dalam rencana
keperawatan (Nursalam, 2018).

3.5 Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk


menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2018).
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Demam reumatik adalah penyakit inflamasi serius yang dapat terjadi pada individu 1
sampai 4 minggu setelah infeksi tenggorokan oleh bakteri streptococcus beta-hemolitik
kondisi ini ditandai dengan demam dan inflamasi di persendian ,jantung ,sistem saraf ,dan
kulit .pada beberapa kasus demam reumatik dapat secara permanen memengaruhi struktur
dan fungsi jantung ,terutama katup jantung .demam reumatik adalah jenis penyakit yang
jarang terjadi ,hanya menyerang 3%penderita infeksi steptokokus yang tidak diobati .

Serangan pertama demam reumatik terjadi paling sering antara umur 5-15 tahun .Demam
reumatik jarang ditemukan pada anak dibawah umur 5 tahun . demam reumatik menyertai
faringitis streptococcus beta –homolitykus yang tidak diobati .pengobatan yang tuntas
terhadap faringitis akut hampir meniadakan resiko terjadinya demam reumatik .dipekirakan
hanya sekitar 3% dari individu yang belum pernah menderita demam reumatik akan
menderita komplikasi ini setelah menderita faringitis stereptokokus yang tidak diobati.

4.2 Saran
Yang kami harapkan dari penulisan ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat
bagi kita semua terutama bagi mahasiswa jurusan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas p ,&Haryati A.S (2022) .majalah ilmiah sultan Agung ,49(123),85-95


Anggraini ,Y.Leniwita ,H,&Erita .(2019).petunjuk praktikum keperawatan medikal bedah
I.in kementrian kesehatan republik indonesia.
Anisa ,K.D.(2019) efektifitas kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh pada An.
Dengan demam remantik jurnal ilmu kesehatan :wawasan kesehatan ,5(2),122 -
127 .https://doi.org/10.33485/jiik –wk.v512.112
Asman ,A (2021)Manjemen operasional digital terhadap faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian pneumonia di poliklinik paru di RSUD Pariaman .ADI bisnis digital
interdisiplin jurnal ,2(2),13-19. https ://doi .org/10.34306/abdi ,v2i2.542
Besinug .I mahihody ,A.J., & Surudani ,C .(2019)Nursing Care To Children With Acute
Respiratory Infection (ARI) In Anggrek Ward public hospital liun Kendage
Tahuna jurnal ilmiah Sesebanua ,3(1),22-26
Damanik ,S,M & dan sitorus ,E .(2019).Buku materi pembelajaran keperawatan Anak .In
Universitas kristen Indonesia
Dary ,Sujana ,T &Pajara ,J.N .(2018).Strategi Tenaga Kesehatan dalam menurunkan angka
kejadiian demam rematik pada anak di wilayah binaan puskesmas getasan .
Jurnal kesehatan Kusuma Husada ,142-152
Dinarti ,& Mulyana ,Y .(2017 ). Dokumentasi keperawatan .Kementrian kesehatan Rebuplik
Indonesia .
Effendi ,F .,& Evelin ,A (2020).Evaluasi penggunaan Antibiotik pasien demam rematik
Dengan metode Atc /Ddd di puskesmas Beji Depok Periode januari-juni
2019 .jurnal farmamedika (pharmamedika journal ),5(8-13).htpps :htpps ://doi.org
/10.47219/ath ,v5il.89
Ellon ,Y., & Simbolon ,U .(2018) tindakan kompres hangat pada temporal lobe dan
Abdomen terhadap reaksi suhu tubuh pasien dengan Typoid fever jurnal skolastik
keperawatan ,4(1) 73-

Anda mungkin juga menyukai