NPM : 1906292194
( Infeksi )
h. Apa jenis agen penginfeksi dan bagaimana patogenesis terjadinya kelainan tersebut?
Nanah yang terdapat pada paru-paru tersebut adalah nanah akibat infeksi dari jamur
Aspergillus, penyakit dengan jamur tersebut dinamakan Aspergillosis. Nanah tersebut
sangat padat karena terbentuk dari bagian hifa jamur. Aspergillosis dapat menyerang
berbagai bagian tubuh, terutama pada paru-paru.
Pathogenesis (Dagenais & Keller, 2009) :
1. Inhalasi spora dari lingkungan yang terkontaminasi,
2. Germinasi,
3. Adaptasi Aspergillus dengan kondisi lingkungan paru-paru,
4. Pada individu yang mengalami imunosupresi, kolonisasi spora yang
membentuk hypae atau miselium menyebabkan :
• Jejas pada jaringan paru atau epitel paru,
• Menghindari kemampuan membunuh pada makrofag,
• Merusak jaringan sekitar untuk mendapatkan sintesis nutrisi untuk
pertumbuhan Aspergillus.
5. Bergantung pada kondisi imun individu, Aspergillus dapat tumbuh secara tidak
terkontrol dan berdiseminasi (neutropenia) atau dapa terkontrol oleh neutrophil
dan menyebabkan inflamasi berlebih.
w. Jika Anda sebagai perawat bertugas di daerah dengan kasus tersebut tinggi apa yang
akan Anda kerjakan?
Sebagai perawat, saya akan memberikan penyuluhan mengenai Kesehatan diri sendiri,
terutama pada rambt kepada warga dan masyarakat sekitar agar terhindar dari kasus
kutu-kutu tersebut. Selain itu, saya akan memberikan pengetahuan mengenai cara
penyebaran kutu-kutu tersebut, cara menjaga kebersihan rambut kepala dan kelamin,
dan cara mengurangi resiko terinfeksi oleh kutu rambut maupun kelamin.
Selain itu, saya akan memberikan promosi Kesehatan mengenai pencegahan
munculnya kutu pada rambut, seperti :
• Selalu membersihkan rambut dengan berkeramas minimal 2 hari sekali,
• Tidak menggunakan sisir bersamaan dengan orang lain,
• Menjaga kebersihan handuk dan tidak menggunakan Bersama orang lain,
• Menjaga kebersihan Kasur dan bantal dengan sering menjermur maupun
mencuci sarung bantal tersebut.
Di bawah ini adalah website yang berisi contoh booklet tentang penyakit infeksi. Booklet
tersebut ditujukan untuk masyarakat umum/klien dengan menggunakan bahasa sederhana.
Buka dan pahami isinya!
https://drive.google.com/file/d/0B_zrsCXLykV9NWp4N2JYc2VfZ0E/view
x. Apa saja tes diagnostik yang digunakan pada penyakit infeksi dan bagaimana peran
berbagai berbagai pemeriksaan diagnostik dalam penegakkan diagnosa medis infeksi?
Tes diagnostic merupakan tes yang dilakukan untuk mendukung dasar diagnosis
penyakit, penentuan pengobatan penyakit dan pemantauan terapi penyakit.
Beberapa tes diagnostic yang digunakan pada penyakit infeksi :
1. Tes Laboratorium
• Tes Darah
Tes ini dilakukan dengan memasukkan jarum ke dalam pembuluh darah
(biasanya lengan). Tes darah dapat berupa perhitungan sel darah yang
meliputi perhitungan sel darah putih yang jika berada diatas atau dibawah
normal maka diindikasikan adanya infeksi virus atau bakteri, dan
perhitungan konsentrasi hemoglobin yang dapat membentu tenaga
Kesehatan mengetahui adanya kelainan yang terjadi pada darah yang
kemudian mendukung data apakah ada atau tidaknya suatu infeksi.
• Tes Urin
Tes ini menggunakan urin pasien dimana pasien diharuskan untuk
membuang air kecil dalam satu wadah dengan terlebih dahulu
membersihkan area genital dengan antiseptic. Tes urin ini mengetes secara
kimiawi seperti apakah ada zat-zat kimia berbahaya yang seharusnya tidak
ada dalam urin normal yang menandakan adanya infeksi. Selain itu,
ketidaknormalan urin yang dikeluarkan seseorang dapat dijadikan tanda
adanya infeksi di dalam tubuh orang tersebut.
• Cairan Tenggorokan
Sampel dari cairan tenggorokan biasanya diambil dari sterile swab
kemudian di tes pada daerah yang lembab dan dilakukan dengan cara
mengusapkan pada daerah tersebut lalu dilakukan tes lab untuk mengetahui
apakah ada virus atau bakteri yang menyebabkan infeksi atau tidak.
• Feses
Sampel feses dilakukan dalam laboratorium untuk dapat memeriksa adanya
parasite atau organisme lain dalam tubuh yang dapat menyebabkan infeksi.
• Spinal Tap
Sampel ini digunakan untuk memperoleh cairan cerebrospinal melalui
jarum yang disisipkan di antara tulang punggung bagian bawah. Selain tes
tersebut, terdapat tes lain berupa scan tubuh dengan menggunakan x-ray
yang membantu mendiagnosis infeksi tersebut.
2. Imaging Scan
• Sinar-X
Memperlihatkan bagian tubuh klien dengan dosis kecil radiasi untuk
menghasilkan gambar struktur di dalam tubuh klien.
• Computerized tomography (CT)
CT-scan digital menggabungkan X-ray dan diambil dari berbagai sudut
yang berbeda untuk menghasilkan gambar penampang tulang, organ, dan
jaringan lunak lainnya. Gambar CT-scan lebih detail dibanding sinar-X.
• Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI menggunakan gelombang radio dan medang magnet yang kuat untuk
menghasilkan gambar rinci struktur internal.
3. Biopsi
Sampel kecil jaringan diambil dari organ internal untuk pengujian. Contohnya,
biopsy jaringan paru dapat diperiksa untuk berbagai jamur yang dapat
menyebabkan pneumonia.
y. Berikan komentar atau kesimpulan setelah Anda membaca booklet tersebut!
Booklet yang diberikan pada web tersebut mudah dimengerti dengan penggunaan
Bahasa yang sederhana. Kesimpulan dari booklet tersebut yaitu penyakit infeksi adalah
gangguan yang disebabkan oleh organisme seperti bakteri, virus, jamur, ataupun
parasite. Beberapa organisme tersebut umumnya tidak berbahaya bahkan dapat
membantu, tetapi beberapa organisme dalam kondisi tertentu dapat menyebabkan
penyakit. Selain itu, penyakit di dapat dengan memakan makanan yang terkontaminasi
dari lingkungan kotor. Tanda dan gejala cukup bervariasi, namun seringkali demam dan
menggigil. Tes diagnostic yang digunakan dalam penyakit infeksi meliputi tes darah,
tes urin, penyeka tenggorokan, spinal tap, imaging scan, sinar-X, CT, MRI, dan biopsy.
Penyakit menular seperti campak dan cacar air dapat dicegah dengan imunisasi vaksin.
Selain itu, mencuci tangan secara rutin dan menyeluruh juga dapat membantu
melindungi tubuh dari penyakit.
z. Secara umum, setelah Anda belajar patologi infeksi, apa yang perlu diperhatikan
perawat dalam merawat penderita?
Perawat memang sangat berperan dalam perawatan pasien yang menderita penyakit,
khususnya infeksi. Namun, dalam menangani pasien yang terinfeksi, tenaga Kesehatan
harus selalu memerhatikan perlindungan universal (universal precaution), yaitu
Tindakan pengendalian infeksi oleh seluruh petugas Kesehatan untuk semua pasien
dimanapun dan kapanpun serta pada semua pasien. Tujuan dari Universal precautions
ini adalah untuk mengendalikan infeksi secara konsisten serta mencegah penularan bagi
petugas Kesehatan dan pasien. Prinsip-prinsip universal precautions (Depkes RI, 1997
dalam Nursalam & Kuniawari, 2007) antara lain :
1. Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh. Bila menangani cairan tubuh
pasien, tenaga Kesehatan harus menggunakan alat pelindung diri berupa sarung
tangan, masker, kacamata pelindung, penutup kepala, apron, dan sepatu boot.
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan Tindakan, termasuk setelah
melepas sarung tangan.
3. Dekontaminasi cairan tubuh pasien.
4. Memakan alat medis sekali pakai atau mensteriliasasi semua alat yang telah
termakai dan tidak memakai jarum suntik lebih dari satu kali.
5. Memelihara kebersihan tempat pelayanan Kesehatan.
6. Membuang limbah yang tercemar bagi cairan tubuh secara benar dan aman.
Referensi
Black, J.M., Hawks, J. H.(2014). Medical surgical nursing: clinical management for positive
outcomes. Singapore: Elsevier.
Brunner, L., Suddarth, D., & Smeltzer, S. (2008). Brunner & Suddarth's Textbook of Medical-
Surgical Nursing (11th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Graham-Brown, Robin., & Burns, Tony (2002). Lecture Notes Dermatologi. (8th ed.). Jakarta:
Erlangga.
Kee, J., Hayes, E.(1996). Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC.
Kevin & Christine. (2013). Transmission and Epidemiology of Zoonotic Protozoal Diseases of
Companion Animals http://cmr.asm.org/content/26/1/58/F4.expansion.html diakses pada
Kamis, 30 Oktober 2014 pukul 11.00 WIB.
Natadisastra, D., & Agoes, R. (2005). Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari Organ Tubuh
yang Diserang. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Potter, P.A. dan Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan. (terj. dr. Adrina Ferderika
Nggie dan dr. Marina Albar). Buku 2 Edisi 7. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M. (2012). Patofisiologi: Konep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Ed 6. Jakarta: EGC.