Anda di halaman 1dari 14

Nama : Rivany Triany Dewi

NPM : 1906292194

Kelas : Ilmu Dasar Keperawatan – A

Jawaban Modul Praktikum 6

( Infeksi )

Perhatikan slide di bawah ini!

a. Gambaran apakah yang tampak?


Gambar tersebut menunjukkan makroskopis dari lidah yang terinfeksi oleh jamur
Candida albicans. Oral Candidiasis adalah infeksi oportunistik yang mempengaruhi
mukosa oral. Sebagian kasus ini, lesi tersebut disebabkan oleh jamur Candida albicans.
Penyakit infeksi tersebut dapat terjadi Ketika system kekebalan tubuh melemah yang
disebabkan karena panyakit atau obat-obatan, seperti prednisone atau Ketika antibiotic
mengganggu keseimbangan alami mikroorganisme di dalam tubuh.

b. Organ tersebut diambil dari penderita dengan infeksi primer apa?


Organ tersebut diambil dari penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang
memiliki gejala berat terutama di mulut atau kerongkongan yang seringkali membuat
sakit dan sulit untuk makan. Jika infeksi tersebut menyebar sampai ke usus, maka akan
sulit untuk menerima nutrisi yang cukup.
c. Disebut apakah golongan infeksi yang menyerang penderita dengan kondisi
imunosupresi?
Golongan infeksi yang menyerang penderita dengan kondisi imunosupresi adalah
infeksi oportunistik, yaitu penyakit yang disebabkan oleh berbagai organisme, namun
beberapa diantaranya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan system
kekebalan tubuh yang normal. Ketika seseorang terinfeksi HIV dan mengembangkan
infeksi oportunistik, tahapannya masuk ke diagnosis AIDS.

d. Bagaimana mekanisme infeksi tersebut bisa terjadi?


Infeksi oportunistik dapat menyerang penderita imunokompromi, termasuk
penderita HIV. Imfeksi ini dapat berupa bakteri, virus, jamur, parasite, dan yang
lainnya. Candidiasis oral dapat dijumpai selama adanya infeksi HIV, hal ini karena
kondisi imunokompromi biasanya menyertai penderita HIV. Pada kondisi tersebut,
candida albicans akan mudah mengadakan perlekatan dengan mukosa pada rongga
mulut.
Mekanisme terjadinya perlekatan candida albicans dengan mukosa yaitu hifa
candida albicans memiliki kemampuan untuk menempel erat pada epitel dengan
perantara protein dinding hifa (karena protein ini memiliki susunan asam amnino mirip
dengan substrat transaminase keratinosit mamalia sehingga dapat diikat dan menempel
pada sel epithelia). Selain itu, pada jamur ini terdapat nanoprotein yang mirip dengan
integrin vertebrata sehingga jamur tersebut dapat menempel ke matriks ekstraseluler
seperti fibronectin, kolagen, dan laminin. Setelah melakukan penempelan, candida
albicans mengadakan kolonisasi dan terjadilan infeksi. Selanjutnya dapat terjadi invasi
ke jaringan yang lebih dalam melalui perlekatan dengan endotel vaskuler karena hifa
candida albicans mengeluarkan proteinase dan fosfolipase yang mencerna sel epite;
inang sehingga memudahkan untuk melakukan invasi.

Perhatikan gambar-gambar di link berikut!


e. Gambaran apakah yang tampak?
Gambar tersebut menunjukkan Kaposi sarcoma.

f. Apa ciri khas yang bisa diamati dari kelainan tersebut?


Pada gambar diatas menunjukkan ciri khas seperti adanya bercak-bercak yang berwarna
merah atau ungu seperti memar. Umumnya berbentuk rata terhadap kuliat seperti
memar biasa namun dapat juga menggumpal dan membentuk seperti benjolan. Kaposi
sarcoma ini umumnya disebabkan oleh virus Human Herpesevirus 8 (HHV-8) atau
biasa disebut Kaposi’s sarcoma-associated herpesvirus (KSHV). Virus tersebut dapat
menyebar melalui hubungan seksual, saliva, dan ditularkan oleh ibu pada anaknya saat
melahirkan. HHV-8 adalah virus yang biasa ditemui dan Sebagian besar orang yang
memiliki virus ini akan memiliki Kaposi sarcoma, namun hanya orang dengan system
umun lemah terhadap virus ini yang dapat menyebabkan kanker. Tempat yang sering
ditemui Kaposi sarcoma umumnya di kulit, seperti hidung, mulut, alat kelamin, dan
anus. Selain di kulit, Kaposi sarcoma dapat terjadi di orgam dalam sepert paru-paru,
hati, dan usus.

Perhatikan slide berikut!

g. Gambaran apakah yang tampak?


Gambar tersebut menunjukkan abses paru-paru yang disebabkan karena adanya jamur.
Pada gambar tersebut terdapat nanah dengan warna coklat kekuningan pada abses.

h. Apa jenis agen penginfeksi dan bagaimana patogenesis terjadinya kelainan tersebut?
Nanah yang terdapat pada paru-paru tersebut adalah nanah akibat infeksi dari jamur
Aspergillus, penyakit dengan jamur tersebut dinamakan Aspergillosis. Nanah tersebut
sangat padat karena terbentuk dari bagian hifa jamur. Aspergillosis dapat menyerang
berbagai bagian tubuh, terutama pada paru-paru.
Pathogenesis (Dagenais & Keller, 2009) :
1. Inhalasi spora dari lingkungan yang terkontaminasi,
2. Germinasi,
3. Adaptasi Aspergillus dengan kondisi lingkungan paru-paru,
4. Pada individu yang mengalami imunosupresi, kolonisasi spora yang
membentuk hypae atau miselium menyebabkan :
• Jejas pada jaringan paru atau epitel paru,
• Menghindari kemampuan membunuh pada makrofag,
• Merusak jaringan sekitar untuk mendapatkan sintesis nutrisi untuk
pertumbuhan Aspergillus.
5. Bergantung pada kondisi imun individu, Aspergillus dapat tumbuh secara tidak
terkontrol dan berdiseminasi (neutropenia) atau dapa terkontrol oleh neutrophil
dan menyebabkan inflamasi berlebih.

Perhatikan slide berikut!

i. Gambaran apa yang tampak?


Gambar tersebut menunjukkan pseudosit Toxoplasma gondii di dalam miokardium
pada pasien penderita AIDS. Toxo adalah infeksi oportunistik yang menyerang orang
dewasa dengan kekebalan tubuh yang imunokompromais, dimana fungsi dari system
imun tubuh tersebut menurun. Toxo juga termasuk ke dalam infeksi kongenital.

j. Gambarlah pada lembar praktikum


k. Apa jenis agen penginfeksi dan bagaimana patogenesis terjadinya kelainan tersebut
(baik sebagai bentuk infeksi sekunder maupun kongenital)?
Agen penginfeksi pada kelainan tersebut adalah protozoa.
Infeksi sekunder, kebanyakan infeksi oportunistik terjadi karena adanya reaktivasi
sekunder pathogen yang didapat sebelumnya bukan akibat infeksi primer ataupun baru.
Seseorang yang terinfeksi pertama kali seperti Ketika kecil atau jauh sebelum menderita
AIDS akan ditolak oleh system kekebalan tubuh yang masih baik. Kemudian,
organisme akibat infeksi akan tetap dorman pada tubuh. Potensi untuk muncul Kembali
menjadi aktif tetap ada apabila orang tersebut mengalami gangguan imun. Setelah
system kekebalan tubuh dirusak oleh HIV karena menderita AIDS, maka infeksi
tersebut akan dapat terjadi.
Infeksi kongenital, Toxoplasma gondii merupakan parasite yang terdapat didalam
tubuh hewan atau manusia. Penularannya dalam bentuk ookista yang biasanya
dikeluarkan dalam bentuk feses, dalam daging yang tidak matang, dan sayuran yang
tercemar yang kemudian dapat tercemar ke dalam tubuh manusia saat mengkonsumsi
makanan tersebut, serta melakukan kontak dengan binatang penderita taxoplasmosis
kemudian terkena fesesnya.

Perhatikan slide di bawah ini!

l. Gambaran apa yang tampak?


Gambar tersebut menunjukkan Taxoplasma gondii abses yang terjadi pada otak. Pada
gambar tersebut terdapat lesi seperti cincin.

m. Bagaimana mekanisme kerja agen penginfeksi sehingga bisa menimbulkan kerusakan


di otak?
Pathogenesis terjadi infeksi tersebut jika seseorang memiliki kekebalan tubuh yang
lemah. Kekebalan tubuh yang lemah akan menyebabkan perkembangbiakan
Toxoplasma gondii lebih cepat. Toxoplasma gondii umumnya didapat jika seseorang
mengkonsumsi makanan yang mengandung kista atau ookista. Ookista ditelan pada
bahan yang terkontaminasi oleh feses dari kucing yang terinfeksi akut. Ookista juga
mungkin didapatkan pada makanan yang dipindahkan oleh lalat. Bila organisme
tertelan, bradizoit terlepas dari kista atau sporozoite dari ookista, organisme tersebut
kemudian akan masuk ke saluran pencernaan lalu memperbanyak diri, memecah sel,
dan menginfeksi sel yang berdekatan. Organisme tersebut dipindahkan melalui vasa
limfatika dan menyebar secara hematogen ke seluruh tubuh. Takizoit berpoliferasi dan
menghasilkan focus nekrotik yang dikelilingi oleh reaksi seluler. Pada individu
imunodefesiensi, infeksi akut berkembang dan dapat menyebabkan keterlibatan yang
mungkin mematikan seperti ensefalitis nekrotin. Toksoplasmosis opotunistik pada
pasien AIDS biasanya terjadi karena reaksivasi dari infeksi kronik. Lesi predomunan
dari toksoplasmosis-ensefalitis pada pasien ini adalah nekrosis yang terkadang
menghasilakan abses multiganda.

Perhatikan slide berikut!

n. Gambaran apa yang tampak?


Gambar tersebut menunjukkan kelenjar getah bening pada mesentrium sebelah kiri
yang membesar dan memotok permukaan yang tambak kuning kecoklatan. Kelenjar
getah bening pada mesentrim tersebut telah dipenuhi oleh lembar-lembar organisme
Mycobacterium avium complex (MAC), yaitu grup bakteri yang menyerang individu
dengan system kekebalan tubuh yang membahayakan seperti pada penderita AIDS,
HIV, leukimia, dan yang lainnya.

o. Menimbulkan kelainan apakan proses infeksi tersebut?


Mycobacterium avium complex (MAC) umumnya terdapat di datanh, air, debu, dan
hewan domestic. Kelainan yang dapat timbul akibat adanya infeksi pada getah benih
pada mesentrium kiri adalah pembentukan granulomatosa yang tumbuh menjadi tidak
berfokus akibat rendahnya respon imun pada penderita AIDS. Infeksi bakter MAC juga
dapat menyebabkan demam berulang, diare, kehilaangan berat badan, sakit perut,
kelelahan, anemia, dan apabila sudah menyebar di tubuh dapat menyebabkan infeksi
darah, hepatitis, pneumonia, dan masalah berat lainnya.

Perhatikan slide berikut!

p. Gambaran apa yang tampak?


Gambar tersebut menunjukkan cacing Ascaris lumbricoides atau cacing gelang yang
dihilangkan dari perut orang dewasa. Cacing tersebut merupakan cacing terbesar
diantara golongan nematoda dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi ascariasis
(cacingan). Ascariasis terjadi karena tertelannya telur-telur cacing ascaris.

q. Bagaimana mekanisme agen penginfeksi tersebut menyebabkan kerusakan?


Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif
dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan oleh manusia akan
menetas di usus halus. Larvanya akan menembus dinding usus halus dan menuju
pembuluh darah atau saluran limfe, kemudian dialirkan ke jantung dan mengikuti aliran
darah ke paru-paru. Larva di paru-paru menembus dinding pembuluh darah, lalu
dinding alveolus, masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui brokiolus
dan brokus. Dari trakea larva ini menuju ke faring sehingga menimbulkan rangsangan
pada faring. Penderita batuk karena rangsangan ini dan larva akan tertelan ke esofagus
dan akan menuju usus halus. Pada usus halus akan berbah menjadi cacing dewasa.
Penyakit yang dapat disebabkan oleh cacing ini antara lain penyakit kantung empedu,
abses hati, pankrearitis, radang usus buntu, dan radang selaput perut.

Perhatikan slide di bawah ini!

r. Gambaran apakah yang tampak?


Gambar tersebut menunjukkan permukaan mukosa usus besar karena kutu besar oleh
Trichuris trichiuria atau cacing cambuk. Jika cacing tersebut menetap dalam jumlah
banyak akan mengakibatkan colitis (radang usus besar) dengan pendarahan.

s. Bagaimana mekanisme agen penginfeksi tersebut menyebabkan colitis dan


hemorrhage?
Trichuris trichiuria atau cacing cambuk merupakan organisme parasite yang sering
ditemukan pada manusia. Penduduk yang terinfeksi oleh parasite ini umumnya banyak
tinggal di daerah yang sedang berkembang dan wilayah beriklim tropis.
Mekanisme cacing parasite ini :
1. Cacing dewasa hidup diusus besar dan bertelur, telur tersebut keluarkan Bersama
dengan feses,
2. Di tanah, telur akan berbah menjadi telur embryonated dan dapat bertahan sampai
setahun,
3. Telur embryonated masuk kedalam saluran pencernaan manusia sehat dan menetas
menjadi cacing dewasa di usus besar,
4. Setelah menjadi dewasa, cacing turun ke bagian distal dan masuk ke kolon terutama
sekum. Struktur yang menyerupai ujung tombak pada bagian anterior membantu
cacing menembus dan menempatkan bagian anterior yang seperti cambuk ke dalam
mukosa usus tempat cacing mengambil makanan,
5. Pada trikuriasis, inflamasi tempat perkelkatan cacing dewasa dalam jumlah banyak
dapat menyebabkan colitis. Anak-anak yang menderita colitis akibat penyakit ini
akan merasakan nyeri di bagian abdomen secara kronis, diare, anemia, defesiensi
besi, gangguan pertumbuhan, dan yang lainnya.

Perhatika slide berikut!

t. Gambaran apa yang tampak?


Gambar tersebt menunjukkan antropoda kelas insecta, yaitu kutu yang umumnya
mendiami rambut dan menggigit bagian yang ditumbuhi rambut manusia untuk
makan darah.
Gambar 1, adalah telur kutu yang berbentuk seperti biji wijen dan terlihat tersebar
diantara rambut kepala. Telur ini akan menetas dan menjadi kutu.
Gambar 2, pada sebelah kiri adalah kutu kepala (Pedicus humanis capatis) dan pada
sebelah kanan kutu pada kemaluan (Phtirus pubis).

u. Bagaimana organisme tersebut dapat merugikan manusia?


• Pedicus humanis capatis (kutu rambut kepala)
Kutu rambut kepala ini merupakan ektroparasit bagi manusia. Tempat yang
disukainya adalah rambut bagian belakang kepala dan kuduk. Gigitannya
menyebabkan iritasi kulit yang disebabkan oleh air liur yang dikeluarkan pada
waktu menghisap darah. Kutu ini memberikan reaksi gatal, bila menggaruk
kepala setelah terkena gigitan kutu tersebut, maka akan menambah peradangan
dan infeksi sekunder oleh bakteri lalu terbentuk pustel crusta dan proses
penanahan. Kutu ini berkembang biak pada rambut yang kotor, lembab, jarang
disisir, dan dikeramas.
• Phthirus pubis (kutu kemaluan)
Phtirus pubis adalah serangga parasite penghisap darah yang hidup di kulit
sekitar kelamin manusia. Kutu kelamin memiliki sifat menyukai hidup di
rambut yang tebal dan agak kasar. Kutu kelamin sering disebut “kepiting”
karena bentuknya seperti kepiting kecil, kakinya mencengkram rambut.
Prosesnya dimulai dari kutu kelamin perempuan bertelur di rambut kemaluan,
telur tersebut menempel di rambut hingga menetas menjadi anak-anak kutu
sekitar 6-10 hari. Kutu kelamin betina ini dapat menetas sampai 300 telur dalam
jangka waktu 1-3 bulan. Ketika seseorang dihinggapi kutu kelamin, umumnya
terasa rasa gatal di daerah rambut kemaluan akibat dari sentuhan liur dengan
kulit.

v. Mengapa penyebarannya mudah? dan mengapa pemberantasannya cenderung sulit?


Penyebaran kutu ini mudah karena kutu tersebut mudah menular melalui kontak fisik,
rambut yang rontok, walaupun juga ada beberapa kasus yang terjadi pada kondisi
sanitasi yang baik, terutama pada anak sekolah. Siklus hidup kutu rambut kepala
maupun kutu kelamin terbilang cukup cepat dan dalam sekali menetaskan telurnya tentu
tidak hanya satu telur yang diteteskan tetapi dalam jumlah yang banyak, terlebih lagi
siklus tersebut akan terus berulang. Maka dari itu, pemberantasan terhadap kutu itu
cenderung sulit karena perkembangbiakannya yang terbilang cukup cepat.

w. Jika Anda sebagai perawat bertugas di daerah dengan kasus tersebut tinggi apa yang
akan Anda kerjakan?
Sebagai perawat, saya akan memberikan penyuluhan mengenai Kesehatan diri sendiri,
terutama pada rambt kepada warga dan masyarakat sekitar agar terhindar dari kasus
kutu-kutu tersebut. Selain itu, saya akan memberikan pengetahuan mengenai cara
penyebaran kutu-kutu tersebut, cara menjaga kebersihan rambut kepala dan kelamin,
dan cara mengurangi resiko terinfeksi oleh kutu rambut maupun kelamin.
Selain itu, saya akan memberikan promosi Kesehatan mengenai pencegahan
munculnya kutu pada rambut, seperti :
• Selalu membersihkan rambut dengan berkeramas minimal 2 hari sekali,
• Tidak menggunakan sisir bersamaan dengan orang lain,
• Menjaga kebersihan handuk dan tidak menggunakan Bersama orang lain,
• Menjaga kebersihan Kasur dan bantal dengan sering menjermur maupun
mencuci sarung bantal tersebut.

Di bawah ini adalah website yang berisi contoh booklet tentang penyakit infeksi. Booklet
tersebut ditujukan untuk masyarakat umum/klien dengan menggunakan bahasa sederhana.
Buka dan pahami isinya!

https://drive.google.com/file/d/0B_zrsCXLykV9NWp4N2JYc2VfZ0E/view

x. Apa saja tes diagnostik yang digunakan pada penyakit infeksi dan bagaimana peran
berbagai berbagai pemeriksaan diagnostik dalam penegakkan diagnosa medis infeksi?
Tes diagnostic merupakan tes yang dilakukan untuk mendukung dasar diagnosis
penyakit, penentuan pengobatan penyakit dan pemantauan terapi penyakit.
Beberapa tes diagnostic yang digunakan pada penyakit infeksi :
1. Tes Laboratorium
• Tes Darah
Tes ini dilakukan dengan memasukkan jarum ke dalam pembuluh darah
(biasanya lengan). Tes darah dapat berupa perhitungan sel darah yang
meliputi perhitungan sel darah putih yang jika berada diatas atau dibawah
normal maka diindikasikan adanya infeksi virus atau bakteri, dan
perhitungan konsentrasi hemoglobin yang dapat membentu tenaga
Kesehatan mengetahui adanya kelainan yang terjadi pada darah yang
kemudian mendukung data apakah ada atau tidaknya suatu infeksi.
• Tes Urin
Tes ini menggunakan urin pasien dimana pasien diharuskan untuk
membuang air kecil dalam satu wadah dengan terlebih dahulu
membersihkan area genital dengan antiseptic. Tes urin ini mengetes secara
kimiawi seperti apakah ada zat-zat kimia berbahaya yang seharusnya tidak
ada dalam urin normal yang menandakan adanya infeksi. Selain itu,
ketidaknormalan urin yang dikeluarkan seseorang dapat dijadikan tanda
adanya infeksi di dalam tubuh orang tersebut.
• Cairan Tenggorokan
Sampel dari cairan tenggorokan biasanya diambil dari sterile swab
kemudian di tes pada daerah yang lembab dan dilakukan dengan cara
mengusapkan pada daerah tersebut lalu dilakukan tes lab untuk mengetahui
apakah ada virus atau bakteri yang menyebabkan infeksi atau tidak.
• Feses
Sampel feses dilakukan dalam laboratorium untuk dapat memeriksa adanya
parasite atau organisme lain dalam tubuh yang dapat menyebabkan infeksi.
• Spinal Tap
Sampel ini digunakan untuk memperoleh cairan cerebrospinal melalui
jarum yang disisipkan di antara tulang punggung bagian bawah. Selain tes
tersebut, terdapat tes lain berupa scan tubuh dengan menggunakan x-ray
yang membantu mendiagnosis infeksi tersebut.
2. Imaging Scan
• Sinar-X
Memperlihatkan bagian tubuh klien dengan dosis kecil radiasi untuk
menghasilkan gambar struktur di dalam tubuh klien.
• Computerized tomography (CT)
CT-scan digital menggabungkan X-ray dan diambil dari berbagai sudut
yang berbeda untuk menghasilkan gambar penampang tulang, organ, dan
jaringan lunak lainnya. Gambar CT-scan lebih detail dibanding sinar-X.
• Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI menggunakan gelombang radio dan medang magnet yang kuat untuk
menghasilkan gambar rinci struktur internal.
3. Biopsi
Sampel kecil jaringan diambil dari organ internal untuk pengujian. Contohnya,
biopsy jaringan paru dapat diperiksa untuk berbagai jamur yang dapat
menyebabkan pneumonia.
y. Berikan komentar atau kesimpulan setelah Anda membaca booklet tersebut!
Booklet yang diberikan pada web tersebut mudah dimengerti dengan penggunaan
Bahasa yang sederhana. Kesimpulan dari booklet tersebut yaitu penyakit infeksi adalah
gangguan yang disebabkan oleh organisme seperti bakteri, virus, jamur, ataupun
parasite. Beberapa organisme tersebut umumnya tidak berbahaya bahkan dapat
membantu, tetapi beberapa organisme dalam kondisi tertentu dapat menyebabkan
penyakit. Selain itu, penyakit di dapat dengan memakan makanan yang terkontaminasi
dari lingkungan kotor. Tanda dan gejala cukup bervariasi, namun seringkali demam dan
menggigil. Tes diagnostic yang digunakan dalam penyakit infeksi meliputi tes darah,
tes urin, penyeka tenggorokan, spinal tap, imaging scan, sinar-X, CT, MRI, dan biopsy.
Penyakit menular seperti campak dan cacar air dapat dicegah dengan imunisasi vaksin.
Selain itu, mencuci tangan secara rutin dan menyeluruh juga dapat membantu
melindungi tubuh dari penyakit.

z. Secara umum, setelah Anda belajar patologi infeksi, apa yang perlu diperhatikan
perawat dalam merawat penderita?
Perawat memang sangat berperan dalam perawatan pasien yang menderita penyakit,
khususnya infeksi. Namun, dalam menangani pasien yang terinfeksi, tenaga Kesehatan
harus selalu memerhatikan perlindungan universal (universal precaution), yaitu
Tindakan pengendalian infeksi oleh seluruh petugas Kesehatan untuk semua pasien
dimanapun dan kapanpun serta pada semua pasien. Tujuan dari Universal precautions
ini adalah untuk mengendalikan infeksi secara konsisten serta mencegah penularan bagi
petugas Kesehatan dan pasien. Prinsip-prinsip universal precautions (Depkes RI, 1997
dalam Nursalam & Kuniawari, 2007) antara lain :
1. Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh. Bila menangani cairan tubuh
pasien, tenaga Kesehatan harus menggunakan alat pelindung diri berupa sarung
tangan, masker, kacamata pelindung, penutup kepala, apron, dan sepatu boot.
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan Tindakan, termasuk setelah
melepas sarung tangan.
3. Dekontaminasi cairan tubuh pasien.
4. Memakan alat medis sekali pakai atau mensteriliasasi semua alat yang telah
termakai dan tidak memakai jarum suntik lebih dari satu kali.
5. Memelihara kebersihan tempat pelayanan Kesehatan.
6. Membuang limbah yang tercemar bagi cairan tubuh secara benar dan aman.
Referensi

Arvin, B. K. (1996). Nelson textbook of pediatrics, 15ed. Philadelphia: W.B. Saunders


Company.

Black, J.M., Hawks, J. H.(2014). Medical surgical nursing: clinical management for positive
outcomes. Singapore: Elsevier.

Brunner, L., Suddarth, D., & Smeltzer, S. (2008). Brunner & Suddarth's Textbook of Medical-
Surgical Nursing (11th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Burket, L. W. (2008). Burket's Oral Medicine (11th ed.). Ontario: BC Decker.

Graham-Brown, Robin., & Burns, Tony (2002). Lecture Notes Dermatologi. (8th ed.). Jakarta:
Erlangga.

Kee, J., Hayes, E.(1996). Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC.

Kevin & Christine. (2013). Transmission and Epidemiology of Zoonotic Protozoal Diseases of
Companion Animals http://cmr.asm.org/content/26/1/58/F4.expansion.html diakses pada
Kamis, 30 Oktober 2014 pukul 11.00 WIB.

Muttaqin, A.(2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.


Jakarta:Salemba Medika.

Natadisastra, D., & Agoes, R. (2005). Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari Organ Tubuh
yang Diserang. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Nursalam, & Kurniawati, N. D. (2007). Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi


HIV/AIDS. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Potter, P.A. dan Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan. (terj. dr. Adrina Ferderika
Nggie dan dr. Marina Albar). Buku 2 Edisi 7. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M. (2012). Patofisiologi: Konep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Ed 6. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai