Anda di halaman 1dari 2

PENYESALAN TIDAK PERNAH DATANG DI

AWAL

Aku adalah siswa SMA Negeri 54 Jakarta kelas XII. Malam ini aku
berencana ingin belajar untuk UAS terakhirku di SMA. Seminggu lagi aku akan
mengikuti ujian untuk mengisi nilai rapot yang otomatis akan menentukan
diterima atau tidaknya aku di PTN melalui jalur SNMPTN.
Rencana hanyalah rencana. Buku sudah ada di depan mata, namun handphone
tetap di tangan. Berkali-kali aku sudah mencoba mematikan data di handphone,
lalu aku berusaha fokus dengan apa yang kubaca, namun hasilnya tetap nihil.
Fokusku masih terbagi dengannya.
5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, masih saja aku terpaku dengan
handphone. Akhirnya aku memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum
benar-benar memulai belajar. Aku keluar kamar dan duduk di ruang keluarga,
berkumpul bersama mama dan papaku sambil memakan cemilan (yang sudah
menjadi hobiku). Tidak terasa, ketika aku ingin masuk kembali ke kamar kulihat
jam dinding sudah menunjukkan pukul 21.36 WIB dan aku memutuskan untuk
memulai belajar untuk UAS besok malam karena setelah ini aku akan tidur.
Pagi yang cerah tiba, ini adalah hari Senin. Aku melakukan aktivitas seperti
biasanya, sekolah. Sepulang sekolah, aku selalu tidur siang sampai maghrib, itu
rutinitasku. Rencanaku untuk nyicil materi UAS gagal lagi karena tugas yang
harus dikerjakan untuk esok hari. Akhirnya, aku bertekad untuk hari Selasa harus
benar-benar terealisaskan rencanaku untuk nyicil materi UASnya.
Selasa, Rabu, Kamis, Jumat sudah berlalu, dan kalian tau? Aku sama sekali
belum melaksanakan rencanaku dari hari Minggu lalu. Tugas, les, dan lainnya
yang harus aku kerjakan akhirnya menghalangiku untuk belajar materi UAS hari
Senin depan.
Sabtu pagi, aku dan 2 orang kakakku membantu mamaku, mulai dari mencuci
piring, menyapu, memasak dan yang lainnya kami berbagi tugas. Setelah selesai
membantu, sarapan, dan yang lainnya aku beristirahat dan tidur siang sebentar.
Tiada hari tanda tidur siang bagiku, disitu ada kesempatan, maka aku akan tidur.
Pukul 12.00 WIB aku bangun dan melanjutkan untuk berangkat les sampai pukul
17.30 WIB. Setelah itu aku langsung pulang kerumah kemudian menjalankan
niatku yang dari hari Minggu lalu belum aku laksanakan.
Sesampainya dirumah, aku sholat maghrib dan beristirahat (yang aku kira
sebentar). Setelah sudah mengumpulkan niat untuk belajar, pukul 20.00 aku
memulainya ditemani dengan kasur dan guling karena aku belajar di tempat tidur
kesayanganku. Mungkin baru beberapa menit aku belajar, aku tertidur. Pagi hari
ketika aku dibangunkan oleh mamaku semua bukuku masih di depan mata. Belum
di bereskan sama sekali.

Ini sudah hari Minggu dan aku sama sekali belum mempersiapkan dengan
matang UAS esok hari, yang tadinya malah aku rencanakan belajar dari minggu
lalu. Mamaku sudah mengingatkan berkali-kali, tapi aku tetap saja masih seperti
ini, terlalu santai. Kuakui, aku memang sedang ada masalah dari hari Kamis
dengan temanku, sehingga itu menjadi salah satu alasan kenapa aku kurang fokus
dalam setiap pembelajaran.
Akhirnya hari UAS pun tiba. Mungkin ini akan menjadi UAS terhancurku
karena benar-benar tidak mempersiapkannya dengan matang. Aku hanya belajar
seadanya, malah menggunakan yang orang-orang bilang SKS (Sistem Kebut
Semalam). Selama seminggu itu aku belajar hanya malam, kemudian dilanjutkan
jam 03.00 pagi dan langsung berangkat sekolah. Benar-benar pesiapan yang tidak
matang bukan?
Seminggu sudah kujalani, kali ini aku tidak terlalu ingin melihat nilai-nilaiku.
Aku tahu, semua nilaiku pasti mengecewakan. Ya, benar saja, satu persatu nilai di
masukkan dalam grup kelasku. Hampir semua mata pelajaran kali ini nilaiku
dibawah KKM, hanya beberapa saja yang tidak. Alhasil, aku harus mengikuti
banyak remedial di minggu berikutnya.
Semua sudah terjadi, mau menyesal pun tidak berpengaruh apapun. Aku tidak
menggunakan waktuku dengan baik. Hal yang seharusnya tidak terlalu dipikirkan
selalu memecah kefokusanku dalam belajar. Tak ketinggalan handphone, yang
selalu menjadi bumerang bagi diriku sendiri.
Aku janji, setelah aku lulus nanti, aku tidak akan seperti ini lagi. Aku harus
bisa me-manage waktu dengan baik. Kelak orangtuaku akan bangga mempunyai
anak seperti aku. Aku harus membanggakannya di kemudian hari.

Karya :
Rivany Triany Dewi
XII IPA 1

Anda mungkin juga menyukai