Sel mampu mengatur dirinya dalam dengan cara merubah struktur dan
fungsinya sebagai respons terhadap berbagai kondisi fisiologis maupun
patologis. Kemampuan ini disebut sebagai adaptasi seluler.
Ada 4 tipe adaptasi sel, yaitu:
1. Atrofi
Atrofi adalah pengerutan ukuran dengan hilangnya susbstansi sel. Apabila
mengenai sel dalam jumlah yang cukup banyak, seluruh jaringan akan atau
organ akan berkurang massanya menjadi atrofi. Sel atrofi dapat menurunkan
fungsi sel tetapi sel tidak mati. Atrofi menggambarkan pengurangan
komponen strktural sel, dan akan mempengaruhi keseimbangan antara
sintesis dan degradasi, ini bisa terjadi karena:
a.
atrofi otot lurik yaitu: serat otot lurik tampak menipis, bervakuol dan
lebih pucat daripada normal karena mengandung atrofi yang disertai
dengan penimbunan pigmen lipofusing lebih sedikit miofilamen atau
b.
c.
2. Hipertropi
Hipertrofi merupakan penambahan ukuran sel dan menyebabkan penambahan
ukuran organ. Hipertrofi dapat fisiologi ataupun patologi dan disebabkan juga
oleh peningkatan kebutuhan fungsional atau rangsangan hormonal spesifik.
Hipertropi dibedakan menjadi 2 tipe:
a. Hipertropi fisiologis, contohnya pembesaran uterus yang disebabkan oleh
rangsangan hormon estrogen selama kehamilan, pembesaran massa otot
akibat beban berat yang simultan pada atlet binaraga.
b. Hipertropi patologis, contohnya pembesaran jantung pada penderita
hipertensi.
3. Hyperplasia
Hiperplasia merupakan peningkatan jumlah sel mengadakan proliferasi akibat
beban kerja yang bertambah dalam organ atau jaringan. Bila pada hipertrofi
hanya terjadi penambahan ukuran dan tidak ada sel baru tapi pada
hyperplasia ditandai dengan penambahan ukuran sel.
4. Metaplasia dan Displasia
a. Metaplasia adalah perubahan perubahan reversibel, pada perubahan
tersebut satu jenis sel dewasa digantikan oleh jenis sel dewasa lainnya.
Metaplasia merupakan adaptasi selular, yang selnya sensitif terhadap
stress tertentu, digantikan oleh jenis sel lain yang lebih mampu bertahan
pada lingkungan kebalikannya. Contoh metaplasia fisiologis adalah
ketika beredarnya monosit menjadi makrofag dimana mereka berpindah
menuju jaringan yang cedera. Sedangkan metaplasia patologi adalah
ketrika epitel kolumner pseudostratifiet pada bronki berubah menjadi
dan
jumlahnya.
Sel
dalam
proses
metaplasia
yang
1. Atrofi pada testis. Testis mengalami atrofi karena berbagai hal. Kebanyakan,
atrofi testis diawali dengan orkitis yaitu peradangan pada testis yang
desebabkan oleh infeksi. Biasanya, infeksi tersebut ditandai dengan gejala
pembengkakan testis. Pada orkitis dapat terjadi kerusakan pembuluh darah
pada korda spermatic (saluran
kelenjar getah bening, dan saluran sperma) yang dapat menyebabkan atrofi
testis. Akibatnya testis tersebut mengalami kegagalan fungsi untuk
memproduksi sperma. Sehingga akan terjadi gangguan dalam menghasilkan
keturunan.
2. Atrofi pada otak pada penderita Alzeimer. Contoh pada penderita alzeimer
mengalami atrofi pada otak. Secara anatomi, serebrum mengalami atrofi,
yaitu girus serebrum menjadi lebih kecil sedangkan sulkusnya melebar.
Penderita Alzheimer biasanya akan sulit mengingat nama atau lupa
meletakkan suatu barang. Ini merupakan akibat atrofi otak yang sangat
mematikan, karena sel-sel saraf pada otaknya mati.
Secara makroskopik, perubahan otak pada AD melibatkan kerusakan berat
neuron korteks dan hipokampus, serta penimbunan amiloid dalam pembuluh
darah intracranial. Awalnya, AD merusak saraf-saraf pada bagian otak yang
mengatur
memori,
khususnya
pada
hipokampus
dan
struktuyang
Sumber: Patofosiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit Sylvia A price hal11341135
Perawatan yang dapat dilakukan pada perderita Alzheimer dirumah adalah dengan :
a. mendukung fungsi kognitif
b. peningkatan keamanan fisik
c. mengurangi ansietas dan meningkatkan komunikasi
d. meningkatkan aktivitas dalam perawatan diri
e. meningkatkan aktivitas dan istirahat yang seimbang
3. Atrofi pada otot bisep. Seseorang yang mengalami atrofi otot akan
mengalami penurunan kekuatan bahkan yang lebih fatal yaitu dapat
mengakibatkan kelumpuhan. Yang pernah ditemukan ialah kasus pada anak
cerebral palsy, terjadi atrofi sel otot. Mekanismenya ialah Atrofi pada sel otot
mengandung sedikit reticulum endoplasma dan mitokondria serta miofilamen
(bagian dari serat otot untuk mengontrol kontraksi). Atrofi otot disebabkan
kehilangan stimulus saraf, penggunaan oksigen dan asam amino berkurang.
Mekanismenya juga berhubungan dengan berkurangnya sintesis protein dan
atau meningkatnya katabolisme protein.
B. Hipertropi dan Hiperplasia
Perbedaan antara hipertropi dan hiperplasia
Karakteristi
k
Hipertropi
Hiperplasia
Jumlah
Ukuran
Penyebab
Sifat
Fisiologis
Patologis
Tetap
Bertambah
Beban kerja
organ yang
berat
Reversibel
Pembesaran
otot
binaragawan
hipertropi
jantung kiri
Bertambah
Bertambah
Hormonal
Reversibel
Pembesaran
payudara
saat
kehamilan
BPH, kutil
dinding dan diameter ventrikelar. Hipertropi jenis ini sering terjadi pada
keadaan yang disertai peningkatan preload.
Jantung mengalami hipertrofi dalam usaha kompensasi akibat beban tekanan ( pressure over
load) atau beban volume (volume overload ) yang mengakibatkan peningkatan tegangan
dinding otot jantung. Kebanyakan hipertrofi ventrikel yang terjadi adalah pada ventrikel kiri
karena ventrikel kiri bertanggung jawab untuk memompakan darah ke seluruh tubuh.
Komplikasi yang terjadi pada hipertropi ventrikel kiri :
1. Aritmia.
Hipertensi dengan LVH akan meningkatkan resiko atrial atau ventrikel aritmia. Hal ini
terjadi karena inhomogenitas dari otot jantung dalam menghantarkan impuls atau aliran
listrik otot jantung dimana fibrosis atau infiltrasi serat kolagen akan mempengaruhi
pengaturan kontraksi otot jantung. Proses reentry yang mendasari proses aritmia
menyebabkan kenaikan mortalitas dan menimbulkan 40 50 X kejadian ventrikel extra
sistol pada hipertensi dengan LVH disbanding dengan tanpa LVH.
2. Infarka Miokard.
Konsekuensi dari peningkatan tekanan dinding pada LVH menimbulkan peningkatan
kebutuhan oksigen sementara cadangan aliran koroner terbatas atau tidak dapat
mengimbangi kebutuhan tersebut, sehingga dengan sedikit peningkatan beban kerja otot
jantung akan kekurangan oksigen (iskemik) atau nekrosis (infark miokard). Dengan
demikian otot jantung sangat rentan dengan iskemik, walaupun dengan angiografi masih
terdapat gambaran arteri koroner yang normal.
Penambahan massa miokard membutuhkan pertambahan perfusi jaringan dan
pertambahan jumlah pembuluh darah koroner untuk bisa berkontraksi dengan baik.
Cadangan aliran darah koroner yang tidak mencukupi tergambar dari penurunan
kepadatan pembuluh arteri koroner persatuan miokard, peningkatan rasio antara dinding
dengan lumen arteri, penurunan kapasitas vasodilatasi koroner dan peningkatan tahanana
mikrovaskuler koroner.
3. Gagal Jantung
Apakah hipertensi dengan LVH menyebabkan payah jantung karena
Hipertensi
PJK
Gagal jantung
Aorta stenosis
Penatalaksanaannya pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam dua kategori
pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan pengobatan penyakit jantung
hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit
diabetes dan penyakit ginjal kronik dan kurang dari 130/90 pada pasien dengan penyakit
diatas jantung hipertensi. Berbagai macam strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi:
a. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau dengan obatobatan yang menurunkan tekanan darah dapat menurunkan gejala gagal jantung dan dapat
memperbaiki keadaan LVH.
Beberapa diet yang dianjurkan:
1) Rendah garam, beberapa studi mennjukkanbahwa diet rendah garam dapat
menurunkan tekanan darah pad pasien dengan hipertensi. Dengan pengurangan
konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi sistem renin-angiotensin sehingga sangat
berpotensi sebagai anti hipertensi.Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50-100
mmol atau setara dengan 3-6 gramgaram per hari.
2) Diet tinggi potassium, dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya belum
jelas. Pemberian potassium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang
dipercaya di mediasi oleh nitric oxide pada dinding vaskular.
3) Diet kaya buah dan sayur mayur.
golongan
antihipertensi
ACE
inhibitor,
beta-blocker,
dan
monitoring ttv
Struktur maupun fungsi sel diatur melalui program genetik, diferensiasi, dan lain-lain pada sel
normal. Sel akan selalu mempertahankan keadaan homeostasis. Jejas sel merupakan keadaan
dimana sel beradaptasi secara berlebih atau sebaliknya, sel tidak memungkinkan untuk
beradaptasi secara normal. Beberapa diantaranya penyebab jejas sampai pada kematian sel
adalah
1. Ketidakseimbangan nutrisi
Insufisiensi kalori protein, defesiensi vitamin tertentu, air mineral dan lainnya
Akumulasi sellular meliputi : zat besi ( iron ), air, karbohidrat dan lipid, protein, kalsium,
asam urat dan lainnya.
Ada lima (5) dari beberapa penyebab umum jejas sel antara lain:
1. Agen infeksius
Beberapa agen infeksius adalah baktri, virus, fungi, dan protozoa. Kerusakan membran
plasma dapat langsung diakibatkan oleh toksin bakteri, protein virus, komponen
komplemen, limfosit sitolitik , yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya jejas dan
kerusakan sel.
2. Bahan kimia dan obat-obatan
Bahan Kimiawi dan Obat-Obatan meliputi racun, polutan lingkungan dan stimuli social
(alcohol serta narkotika).Semua bahan kimia jika terkonsumsi dalam konsentrasi lebih
dari normal dapat menyebabkan jejas, termasuk glukosa, mineral dan oksigen.
3. Kerusakan ditimbulkan oleh gangguan keseimbangan lingkungan osmotic, seperti :
a. Bahan polutan seperti polusi udara, insektisida, karbon monoksida, asbes, etanol,
obat obatan dan lainnya dapat menyebabkan jejas sel. Pada keracunan
karbonmonoksida , gas CO membentuk ikatan yang kuat dan stabil dengan
haemoglobin sehingga menghalangi ikatan hemoglobin dengan oksigen.
b. Bahan kimia racun menyebabkan kerusakan sel akibat perubahan permeabilitas
membrane, gangguan homeostatic osmotik, atau gangguan pada enzim dan kofaktor.
Misalnya bahan kimia merkuri klorida yang berikatan dengan berbagai protein
membran sel dan menyebabkan peningkatan pada permeabilitas membran.
4. Kerusakan radikal bebas termasuk oleh zat kimia, radang,toksisitas, radiasi serta
penuaan sellular dapat mengaktivasi spesies oksigen seperti radikal superoksida,
hihdrogen peroksida,dan hidroksil, yang merupakan mediator penting dalam kematian
sel.
5. Respon Imunitas/ Reaksi Imunologi
Respon imun yang abnormal merupakan respon dari kekebalan tubuh
terhadap suatu keadaan yang dapat menimbulkan jejas sel. sebagai contoh
dalam Skleroderma terjadi pada fase vaskuler. pada fase tersebut dari respon
imun
yang
abnormal
mengakibatkan
akumulasi
lokal
faktor-faktor
berisi
cairan.
Mekanisme
yang
mendasari
terjadinya generasi ini yaitu kekurangan oksigen, karena adanya toksik, dan karena
pengaruh osmotik.
Dua pola perubahan morfologik yang berkaitan dengan jejas reversibel dapat dikenali
dengan mikroskop cahaya:
a.
Pembengkakan sel adalah manifestasi yang pertama terjadi dari hampir semua
bentuk jejas sel; muncul setiap sel tidak mampu mempertahankan homeostatik inik
dan cairan. Pembengkakan sel dapat menjadi perubahan morfologik yang sulit
diamati dengan mikroskop cahaya dan mungkin lebih tampak pada tingkat seluruh
organ. Bila semua sel pada organ terkena, terdapat warna kepucatan, peningkatan
turgor, dan penambahan berat badan. Secara mikroskopik bisa tampak vakuola kecil,
jernih di dalam sitoplasma; vakuola itu menggambarkan segmen retikulum
endoplasma yang berditensi dan menekuk. Pola jejas nonletal, ireversibel tersebut
kadang
kadang
disebut
perubahan
hidroponik
atau
degenerasi
vakuolar
Perlemakan terjadi pada jejas hipoksik dan berbagai bentuk jejas toksik atau
metabolik, bermanifestasi dengan munculnya vakuola lipid dalam sitoplasma.
Perlemakan merupaka reaksi yang kurang sering terjadi, terutama ditemukan pada
sel yang berperan dalam metabolisme lemak (misalnya hepatosit dan sel miokardial,
dan juga bersifat ireversibel)
2. Jejas irreversible.
Terdapat dua jenis jejas irreversible (kematian sel) yaitu apoptosis dan nekrosis.
Apoptosis merupakan kematian sel yang terprogram. Sedangkan nekrosis merupakan
kematian sel/jaringan pada tubuh yang hidup di luar dari kendali. Sel yang mati pada
nekrosis akan membesar dan kemudian hancur dan lisis pada suatu daerah yang
merupakan respons terhadap inflamasi. Jadi, perbedaan apoptosis dan nekrosis terletak
pada terkendali atau tidaknya kematian sel tersebut.
Nekrosis menunjukkan sekuens perubahan morfologik yang mengikuti
kematian sel pada jaringan hidup. Manifestasi yang paling sering terjadi
adalah nekrosis koagulatif yang ditandai dengan pembengkakan sel,
denaturasi protein sitoplasma dan pemecahan organela sel. Gambaran
morfologi nekrosis merupakan hasil dua proses penting yang terjadi secara
memperbaiki-disfungsi
mitokondria
(kekurangan
fosforilasioksidatif dan pembentukan ATP), bahkan setelah resolusi jejas asal (misal,
restorasi aliran darah).
2. Terjadinya gangguan fungsi membran yang besar
Bukti sangat kuat menyokong kerusakan membran sel sebagai faktor
sentral pada patogenesis jejas sel ireversibel. Pengaturan volume yang
hilang, peningkatan permeabilitas molekul ekstrasel, dan defek
ultrastruktur membran plasma yang dapat diperlihatkan terjadi, bahkan
pada stadium paling dini jejas ireversibel.
Degenerasi Hidropik: Mola Hidatidosa
Pada mola hidatidosa komplit, vili korialis berubah menjadi massa gelembung yang jernih
dengan ukuran bervariasi, berkelompok & menggantung pada pedikel yang tipis. Secara
histopatologi, gambaran yang dapat ditemukan adalah:
a. Degenerasi hidropik & edema stroma vilus
b. Ketiadaan pembuluh darah dalam vilus yang edema
c. Proliferasi epitel trofoblastik dengan derajad yang berbeda-beda
d. Ketiadaan jaringan fetus & amnion.
Mola komplit dibagi menjadi 2 tipe:
Mola komplit androgenetik
Homozigot
Kormosom sel mola terdiri atas 2 komponen kromosom paternal yang identik, yang diperoleh
dari duplikasi kromosom paternal yang haploid. Selalu merupakan sel kromosom perempuan
(46,XX), belum pernah tercatat adanya mola dengan kromosom 46,YY.
Heterozigot
Dapat memiliki kromosom laki-laki ataupun perempuan. Seluruh kromosom berasal dari
sperma, paling sering terjadi akibat fertilisasi dispermia.
Mola komplit biparental
Pada mola jenis ini, terdapat gen dari kedua pihak namun terjadi kegagalan imprinting gen
maternal sehingga hanya genom paternal yang diekspresikan. Mola jenis ini jarang terjadi.
Rekurensi dari mola tipe biparental, yang bersifat familial, diperkirakan diturunkan secara
autosomal resesif.
2. Mola Parsial
Seperti pada mola komplit, pada mola parsial juga terdapat hiperplasia jaringan trofoblastik
& edema dari vili korialis. Pada jenis ini masih terdapat sebagian elemen fetus. Pada
penyakit ini terjadi pembengkakan lambat yang progresif pada stroma yang ditandai dengan
vili korialis yang avaskuler, sedangkan di beberapa bagian lain masih terdapat vili yang
vaskuler dengan sirkulasi fetal-plasenta yang fungsional.
Kista Theca-Lutein
Pada banyak kasus mola hidatidosa, ovarium mengandung kista theca-lutein multipel
dengan ukuran bervariasi. Permukaan kista licin, kekuningan dan dilapisi oleh sel lutein.
Insidens kista ini berkisar antara 25-60% pada kehamilan mola. Diperkirakan kista ini
terjadi akibat overstimulasi dari elemen lutein oleh kadar hCG yang tinggi yang disekresi
oleh sel trofoblas yang berproliferasi. Neoplasma trofoblas gestasional lebih umum terjadi
pada wanita dengan kista theca-lutein, khususnya yang bilateral. Kista dapat mengalami
torsi, infark dan perdarahan. Kista akan mengecil setelah persalinan sehingga tidak perlu
dilakukan ooforektomi kecuali terjadi infark yang luas. Kista ovrium yang besar dapat
didekompresi dengan aspirasi jika menimbulkan keluhan.
ETIOLOGI
Penyebab mola hidatidosa secara pasti belum diketahui.Berbagai factor yang menyebabkan
antara lain:
Faktor ovum : ovum yang sudah patologik mati api terlambat keluar.
Kekurangan protein
Infeksi virus
Defisiensi vitamin A
GAMBARAN KLINIK
1. Amenorrhoe dan tanda tanda kehamilan
2. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat. Merupakan gejala utama
dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama berapa minggu sampai
beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
3. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usia kehamilan.
4. Tidak dirasakan tanda tanda adanya gerakan janin maupun ballottement
5. Hiperemesis,
6. Pasien dapat mengalami mual dan muntah cuku berat.
7. Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke 24
Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi mola hidatidosa pada perut ibu yang mulai
membesar adalah USG. Pada hasil foto USG ditemukan gambaran vesikular (seperti badai
salju).
Contoh gambaran hasil USG klien dengan diagnosa Mola Hidatidosa:
Virus penyebab utama molatidahidosa salah satunya akibat infeksi virus dan parasit TORCH
(Toxoplasma gondii, Rubella, Cyto Megalo Virus, Herpes Simplex Virus) serta kemungkinan
virus lain namun dampak klinisnya lebih terbatas yaitu: Measles, Varicella, Echovirus,
Mumps, virus Vaccinia, virus polio, & virus coxsackie-B.
Dengan perantara hewan seperti ayam, kucing, anjing, burung, tikus, sapi,
kambing, babi dengan memakan sayur-sayuran mentah (biasanya karena ada
parasit atau virus dari kotoran hewan yang tidak dapat mati jika hanya dicuci dgn
air bersih), kemudian memakan daging yang belum matang, dll.
Berdasarkan perubahan sel yang terjadi, ciri khas yang tampak pada
makrokopik dan mikrokopik mola.
Secara mikroskopis,
mola
memperlihatkan
yang
yang
bervariasi.
yang
Gambaran
khas
tidak
pembengkakan
total
histopatologiknya
adekuat,
dan
vili
proliferasi
adalah
parsial.
bersifat
anggur.
diploid
46
xx,
sebagai
hasil
23
kromosom,
yang
xx.
Terlihat villi chorialis lebih besar dari
normal.
stroma
menjadi
regang
dan
villi
menjadi
menghilang.(avaskular).
berkurang
Juga
atau
terlihat
proliferasi
sel
3. Pemeriksaan dan pemantauan kadar hCG pasca kuretase perlu dilakukan mengingat
kemungkinan terjadi keganasan;
4. Penundaan kehamilan sampai 6 bulan setelah kadar hCG normal, dan
Pemberian kemoterapi pada mola hidatidosa dengan resiko tinggi.
C. Kematian Sel: Nekrosis
Dua jenis jejas irreversible (kematian sel) yaitu apoptosis dan nekrosis. Apoptosis merupakan
kematian sel yang terprogram. Contoh untuk apoptosis pada keadaan tertentu proses
apoptosis berlebihan sehingga terjadi kematian sel yang terlalu banyak sehingga
mengakibatkan penyakit, seperti Alzheimer, Parkinson, stroke,penyakit AIDS. Sedangkan
proses apoptosis yang terganggu dapat mengakibatkan kanker, yakni replikasi sel yang tidak
terkontrol. Sedangkan nekrosis merupakan kematian sel/jaringan pada tubuh yang hidup di
luar dari kendali. Sel yang mati pada nekrosis akan membesar dan kemudian hancur dan lisis
pada suatu daerah yang merupakan respons terhadap inflamasi. Jadi, perbedaan apoptosis dan
nekrosis terletak pada terkendali atau tidaknya kematian sel tersebut.
Nekrosis menunjukkan sekuens perubahan morfologik yang mengikuti kematian
sel pada jaringan hidup. Manifestasi yang paling sering terjadi adalah nekrosis
koagulatif yang ditandai dengan pembengkakan sel, denaturasi protein sitoplasma
dan pemecahan organela sel. Gambaran morfologi nekrosis merupakan hasil dua
proses penting yang terjadi secara bersamaan yaitu digesti enzimatik sel dan
mekanisme terjadinya nekrosis seperti yang dijelaskan oleh sisa pada gambar tersebut antara
lain :
Nekrosis terjadi kerusakan membran, lisososm mengeluarkan enzim ke sitoplasma dan
menghancurkan sel, isi sel keluar dikarenakan kerusakan membran plasma dan
mengakibatkan reaksi inflamatori. Nekrosis adalah pathway yang secara umum terjadi pada
kematian sel yang diakibatkan oleh: ischemia, keracunan, infeksi, dan trauma.
Nukleus
Piknosis : nukleus terlihat lebih bundar, ukuran lebih kecil dan gelap Karioreksis : nukleus
mengalami fragmentasi menjadi kecil dan tersebar Kariolisis: nukleus lisis, tidak terlihat
sehingga rongga kosong dibatasi membran nukleus disebut ghost.
Sitoplasma
Berwarna asidofilik, struktur tidak jelas, jika melanjut: Tidak terlihat garis besar struktur
histologi sel, dan Tidak terlihat adanya pewarnaan.
Salah satu contoh nekrosis liquefaktif di tunjukkan dengan kematian sel hipoksia pada
sistem saraf pusat.nekrosis liquefaktif pada hakikatnya mencerna bangkai kematian sel
dan sering meninggalkan cacat jaringan yang diisi leukosit imidran dan menimbulkan
abse. Materialnya bewarna kuning krem, biasanya ada pada abses pada otak. Nekrosis
liquefactive mengakibatkan sel pada organ jantung menjadi memiliki cairan, sel gosong,
dan kemudian menghilang.
Daftar Pustaka
Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia; dari sel ke system edition 6. Alih bahasa
BBrahm U Pendit. EGC . Jakarta
Bullock, B.A. (2000). Focus on pathophysiology. Philadelphia : J.B .Lippincott.
Bullock, B.A.(1994).Pathophysiology : Adaptation & alteration function.
Philadelphia : JB. Lippincott.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16627048
Huether S L, McCance K L .( 2012 ). Understanding Pathophysiology. Fifth Edition . Elsevier
Mosby
Robin, SL (2007). Buku ajar Patologi. Edisi 7. Penerbit EGC
Kumar, V., Cotran, R.S., & Robbins, S.L. (2007). Buku Ajar Patologi. Edisi 7.Jakarta: EGC
Cunningham F, Leveno K, Bloom s, Hauth J, Glstrap L, Wenstrom K. (2003). Williams
Manual of Obstetrics. USA: McGraw Hills.
Sastrawinata S., Martaadisoebrata, D., Wirakusumah, F. (2003). Ilmu Kesehatan
Reproduksi: Obstetri Patologi E/2. Jakarta: EGC.
www.pengobatanTORCH.com
Richard, N.Mitchell,et all.(2009). Buku saku dasar patologis penyakit.(7 ed.).( Dr. Andry
hartono, penerjemah). Jakarta : EGC
Sudiono, janti.,drg.et all.(2001).Penuntun pratikum patologi anatomi. Jakarta : EGC
Sastrawinata S, dkk.( 2004). Ilmu Kesehatan reproduksi:obsterti patologi. Jakarta:
EGC
Errol, Norwitz. 2006. At Glance Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: erlangga. Hlm:
70-71
Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika. Hlm:
47.
Linda, Walsh. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC. Hlm: 452453
Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hlm: 238-243.
Kowalak, dkk.( 2011 ). Buku Ajar Patofisiologi. alih bahasa : Andry Hartono.
Jakarta : EGC