Perawat professional tentu saja memahami kode etik atau aturan yang harus dilakukan,
sehingga dalam melakukan suatu tindakan keperawatan mampu berpikir kritis untuk
memberikan pelayanan asuhan keperawatan sesuai prosedur yang benar tanpa ada kelalaian.
Namun mengapa masih banyak terjadi berbagai bentuk kelalaian tanpa tanggung jawab dan
tanggung gugat? Hal ini dikarenakan oleh kurangnya pengetahuan perawat dalam memahami
kode etik itu sendiri. Sehingga tindakan yang dilakukan adakalanya akan berdampak pada
keselamatan pasien. Oleh sebab itu, banyak perawat dimata masyarakat di anggap kurang
berpotensi dalam melakukan asuhan keperawatan yang pada akhirnya berdampak pada
persepsi masyarakat pada seluruh tenaga keperawatan. Oleh karena itu, sebagai calon perawat
maupun para perawat harus mampu memahami dengan baik dan benar tentang kode etik dan
salah satu kuncinya yaitu banyak membaca dan memahami pentingnya keselamatan pasien
sehingga keinginan untuk mempelajari kode etik sebagai landasan tindakan bisa lebih
bermanfaat.
Dalam ilmu keperawatan terdapat suatu standar yang akan menjadi pedoman bagi perawat
dalam melakukan tindakan atau praktik keperawatan profesional. Standar tersebut adalah
kode etik keperawatan. Dengan kode etik tersebut, perawat dapat bertindak sesuai hukum
atau aspek legal perawat. Selain itu, kode etik juga dapat membantu perawat ketika
mengalami masalah yang tidak adil. Karena kode etik adalah pernyataan standar profesional
yang digunakan sebagai pedoman perilaku yang menjadi kerangka kerja dalam membuat
keputusan. Kode Etik juga memberikan pemahaman kepada perawat untuk melakukan
tindakan sesuai etika dan moral serta akan menghindarkan dari tindakan kelalaian yang akan
menyebabkan klien tidak nyaman atau bahkan menyebabkan nyawa klien terancam.
Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan atau pedoman
bagi status perawat profesional yaitu dengan cara:
1. Menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami dan
menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada perawat oleh
masyarakat
2. Menjadi pedoman bagi perawat dalam berperilaku dan menjalin hubungan
keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal
3. Menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi yaitu hubungan
perawat dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan tenaga profesional
kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai seorang
kontributor dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan
4. Memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.
Dalam profesi perawat, seorang perawat harus mampu memahami dan menerapkan berbagai
kode etik yang menjadi dasar mereka bertindak khususnya dalam tindakan asuhan
keperawtan. Beberapa kode etik yang ada di Indonesia yang harus di miliki oleh seorang
perawat professional yaitu:
Perawat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan
tradisi luhur keperawatan.
Menjalin hubungan kerja sama dengan individu, keluarga, dan masyarakat dalam
mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan.
Secara umum, tujuan kode etik keperawatan adalah sebagai berikut(kozier, Erb. 1990):
1. Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan perawat, pasien, dan anggota
tenaga kesehatan lainnya.
2. Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat jika terdapat perawat yang
melakukan pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk membantu perawat yang
tertuduh suatu permasalahan secara tidak adil.
3. Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dan untuk
mengorientasikan lulusan keperawatan dalam memasuki jajaran praktik keperawatan
profesional.
4. Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan profesional.
Setiap saat bekerja dan berhubungan dengan klien, rekan kerja, dan seluruh komunitas tentu
saja perawat selalu dihadapkan dengan pengambilan keputusan dalam setiap tindakan yang
dilakukan berkaitan dengan etika dan moral. Terdapat dua aturan yang harus ditaati oleh
perawat professional dalam mengambil tindakan yaitu:
Standar etik
Panduan perilaku moral yaitu seseorang yang memberikan layanan kesehatan harus bersedia
secara sukarela dalam mengikuti standar etik.
Hukum legal
Panduan berperilaku sesuai hukum yang sah. Jika aturan tersebut tidak dipatuhi maka
perawat wajib menerima tanggung gugatnya.
A. Perilaku Etik
Dua perilaku etik yang harus dimiliki oleh perawat profesional yaitu:
Dalam hal ini, pedoman perawat adalah apa saja yang harus wajib dilakukan dan
kewajibannya dalam bertindak.
Pedoman yang digunakan adalah apa saja yang dilarang yang tidak boleh dilakukan oleh
perawat sesuai kewajiban dan kebajikan.
8. Autonomy yaitu klien memiliki hak untuk memutuskan sesuatu dalam pengambilan
tindakan terhadapnya. Seorang perawat tidak boleh memaksakan suatu tindakan pengobatan
kepada klien.
9. Beneficence yaitu semua tindakan dan pengobatan harus bermanfaat bagi klien. Oleh
karena itu, perlu kesadaran perawat dalam bertindak agar tindakannya dapat bermanfaat
dalam menolong klien.
10. Non- maleficence yaitu setiap tindakan harus berpedoman pada prinsip primum non
nocere ( yang paling utama jangan merugikan). Resiko fisik, psikologis, dan sosial
hendaknya diminimalisir semaksimal mungkin.
11. Veracity yaitu dokter maupun perawat hendaknya mengatakan sejujur-jujurnya tentang
apa yang dialami klien serta akibat yang akan dirasakan oleh klien. Informasi yang diberikan
hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan klien agar klien mudah memahaminya.
12. Confidentiality yaitu perawat maupun dokter harus mampu menjaga privasi klien
meskipun klien telah meninggal dunia.
13. Justice yaitu seorang perawat profesional maupun dokter harus mampu berlaku adil
terhadap klien meskipun dari segi status sosial, fisik, budaya, dan lain sebagainya.
Tindakan praktik keperawatan profesional adalah suatu proses ketika perawat berkaitan
langsung dengan klien dan dalam tindakan ini masalah klien dapat di identifikasi dan di atasi.
b) E= Ethical review
d) I= Investigate outcome
e) D= Decide on action
f) E= Evaluate result
Seorang perawat tidak sengaja menggunting jari bayi. Dan konyolnya, perawat itu tidak
meminta pertolongan dokter tetapi membuang jari tersebut ke bak sampah. Kejadian tersebut
mungkin tidak akan segera diketahui jika tidak ada seorang staf RS anak di Inggris salford
yang melihat tangan bayi tersebut berdarah. Bayi tersebut baru berusia tiga minggu.
Pencarian masih tetap dilakukan dan beruntung jari bayi tersebut masih ditemukan di bak
sampah. (Keterangan juru bicara rumah sakit Inggris Salford )
Cara penyelesaian:
Define the problem/ memperjelas masalah yaitu mengkaji prosedur keperawatan yang
seharusnya dilakukan, dokumentasi keperawatan, serta rekam medis.
Ethical review/ identifikasi komponen etik perawat harus mampu menggambarkan
komponen-komponen etik yang terlibat. Komponen etik dan hukum dalam masalah
ini berkaitan dengan kelalaian dan malpraktik
Identifikasi orang yang terlibat karena yang menjadi korban adalah bayi maka yang
berhak memberikan sanksi adalah orang tua bayi. Sedangkan yang terlibat adalah
perawat, staf rumah sakit dan dokter yang melihat tangan bayi tersebut berdarah.
Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh setiap warganya. Jika
tidak mematuhi hukum maka setiap orang akan terikat denda atau bahkan hukuman penjara.
Namun secara hukum, kita tidak perlu takut akan terikat denda atau hukuman penjara jika :
1. Hanya melakukan hal-hal yang diajarkan dan hanya ada pada cakupan pelatihan anda.
2. Selalu memiliki keterampilan dan pengetahuan yang terbaru.
3. Menempatkan keselamatan dan kesejahteraan pasien sebagai hal yang terpenting.
Pada dasarnya, bentuk kelalaian yang dilakukan perawat tersebut dapat diketahui dari hasil
kerjanya. Untuk lebih jelasnya, 2 bentuk kelalaian tersebut adalah:
A. Karakteristik Perawat
Tingkat Pengetahuan
Menurut hasil penelitian Sudiro (2005), banyaknya kasus tindakan medik yang dilakukan
oleh perawat khususnya perawat yang berada di daerah pedesaan, disebabkan oleh rendahnya
tingkat pengetahuan perawat terhadap fungsi dan peranannya.
Tingkat Pendapatan
Banyak perawat bergaji di bawah Upah Minimum Regional (UMR). Sebagai gambaran, gaji
perawat pemerintah di Indonesia antara Rp 300.000,- Rp1.000.000,- per bulan tergantung
golongan, sementara perawat di Filipina tak kurang dari Rp 3.500.000,-. Wajar jika para
perawat melakukan tindakan medik mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Kompas,
2007).
Lama kerja
Lama kerja juga dapat memberikan implikasi yang berbeda terhadap kemungkinan berbagai
tindakan keperawatan lainnya. Semakin lama seorang perawat menjalankan tugasnya, maka
semakin banyak juga tindakan medik yang mampu untuk dilakukan.
B. Karakteristik Pasien
Menurut Dever (1984) yang dikutip Ulina (2004) dalam Determinants of Health Service
Utilization, faktor karakteristik pasien atau masyarakat merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan disamping faktor-faktor lain. Lebih jelas
Dever menjelaskan faktor-faktor tersebut adalah:
Seorang wanita hamil cenderung akan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ditangani oleh
seorang wanita. Hal ini menyebabkan banyak wanita tidak nyaman untuk bersalin pada
fasilitas kesehatan yang ditangani oleh dokter atau perawat laki-laki.
Teknologi
2. Faktor Organisasional
Ketersediaan sumber daya yaitu suatu pelayanan hanya bisa digunakan apabila jasa
tersebut tersedia.
Keterjangkauan lokasi yaitu peningkatan akses yang dipengaruhi oleh berkurangnya
jarak, waktu tempuh, maupun biaya tempuh yang mengakibatkan peningkatan
pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Keterjangkauan sosial, konsumen memperhitungkan sikap dan karakteristik provider
terhadap konsumen seperti etnis, jenis kelamin, umur, ras, dan hubungan keagamaan.
Karakteristik struktur organisasi pelayanan dan proses, berbagai macam bentuk
praktik pelayanan kesehatan dan cara memberikan pelayanan kesehatan
mengakibatkan pola pemanfaatan yang berbeda-beda.
1. faktor sosio demografi, meliputi: umur, seks, ras, bangsa, status perkawinan, jumlah
anggota keluarga, status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan).
2. faktor sosio psikologi, meliputi: persepsi sakit, gejala sakit, dan keyakinan terhadap
perawatan medis/dokter, dan
3. faktor epidemiologis, meliputi mortalitas, morbilitas, disability, dan faktor resiko.
C. Landasan Teori
1. Tindakan medik adalah tindakan pemberian suatu substansi yang digunakan untuk
mendiagnosa, menyembuhkan, mengatasi, membebaskan, atau mencegah penyakit
(Priharjo, 2005).
2. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1239/Menkes/Sk/XI/2001 tentang
Registrasi dan Praktik Keperawatan, pasal 15 (d) dinyatakan bahwa perawat tidak
dapat melakukan tindakan medik. Tindakan medik hanya dapat dilakukan berdasarkan
permintaan tertulis dari dokter. Dalam hal ini perawat bekerja secara kolaboratif
dengan dokter. Namun dalam kenyataanya, banyak ditemukan kasus tindakan medik
yang dilakukan oleh perawat tanpa kolaboratif (Persatuan Perawat Nasional
Indonesia, 2008).