Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1 LATAR BELAKANG
Perkembangan pendidikan saat ini meningkat dengan pesat sebagai
konsekwensi dari logis globalisasi. Perkembangan pendidikan keperawatan
hendaknya tidak hanya berupah peningkatan kwantitas semata,namun harus di ikuti
dengan peningkatan kwalitas pendidikan. Dengan demikian akan di hasilkan perawat
yang professional dan siap berkompotisi dengan enaga kesehatan lain,baik di tingkat
nasional atau internasonal.
Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam segala
bidang serta meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula terhadap
meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk
pelayanan keperawatan atau kebidanan. Hal ini merupakan tantangan bagi profesi
keperawatan dan kebidanan dalam mengembangkan profesionalisme selama memberi
pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayanan yang tinggi memerlukan landasan
komitmen yang kuat dengan basis pada etik dan moral yang tinggi.
Perawat di tuntut untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk pasien/klien
baik secara individu,keluarga,kelompok,dan masyarakat dengan memandang manusia
secara biopsikososial spiritual yang komprehensi.Sebagai tenaga yang
professional,dalam melaksanakan tugasnya diperlukan suatu sikap yang menjamin
terlaksananya tugas tersebut dengan baik dan bertanggung jawab secara moral.
Etika merupakan sesuatu yang dikenal,diketahui,diulang,serta menjadi suatu
kebiasaan di dalam suatu masyarakat,baik berupa kata-kata atau suatu bentuk
perbuatan yang nyata. Etika lebih menitik beratkan pada aturan-aturan,prinsip-prinsip
yang melandasi perilaku yang mendasar dan mendekati aturan-aturan,hukum,dan
undang-unang yang membedakan benar atau salah secara moralitas.

1
Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada individu,keluarga,atau
komunitas,perawat sangat memerlukan etika keperawatan. Karena itu,focus dari etika
keperawatan di tujukan terhadap sifat manusia yang unik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Apa pengertian Nilai, Etika dan Norma ?
1.2.2 Apa saja klasifikasi nilai ?
1.2.3 Apa saja nilai yang diperlukan perawat ?
1.2.4 Apa etika kesehatan ?
1.2.5 Apa etika keperawatan ?
1.2.6 Apa saja macam-macam norma ?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui pengertian Nilai, Etika dan Norma ?
1.3.2 Mengetahui klasifikasi dan karasteristik nilai ?
1.3.3 Mengetahui Nilai yang diperlukan oleh perawat ?
1.3.4 Mengetahui pengertian etika kesehatan ?
1.3.5 Mengetahui pengertian etika keperawatan ?
1.3.6 Mengetahui Macam-Macam norma ?
1.4. MANFAAT
Etika keperawatan dipelajari dengan harapan dapat memperoleh pengetahuan
pemahaman tentang Nilai, Etika dan norma serta seluk beluk tentang Moral dan
norma

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Pengertian Nilai
Nilai adalah kebebasan pilihan dan kepercayaan atau perilaku yang sangat
berharga bagi seseorang, adat istiadat, agama, tradisi dan juga kelompok seumat serta
keluarga. Nilai akan mendasari perilaku, jika seseorang telah menyadari nilai-nilai
yang dianut, maka secara konsisten akan tercermin pada pola perilaku nya karena
orang tersebut telah mempunyai control internal. (Koizer B., dkk 1997)

Nilai adalah keyakinan pribadi tentang kebenaran dan manfaat dari pemikiran,
objek atau perilaku. (Kode Etik Perawat Indonesia 2003)
Menurut Pumphyrey, dalam Iskandar J (1992) Nilai mempunyai tingkat
sebagai berikut :
1. Nilai-nilai akhir atau abstrak seperti demokrasi, keadilan, persamaan,
kebebasan, kedamaian dan kemajuan social, perwujudan diri, penentuan
sendiri
2. Nilai-nilai tingkat menengah seperti kualitas keberfungsian manusia/pribadi,
keluarga yang bai, pertumbuhan, serta peningkatan kelopok dan masyarakat
yang baik
3. Nilai-nilai instrumental atau operasional yang mengacu kepada ciri-ciri
perilaku dari lembaga social yang baik, pemerintahan yang baik dan seorang
professional yang baik. Misalnya : dapat di percaya, jujur dan meiliki disiplin
diri.

Perawat juga telah menetapkan nilai dan harus mengembangkan kesadaran


tentang system nilai yang mereka anut, selanjutnya diharapkan dapat mempengaruhi
asuhan keperawatan yang akan diberikan pada klien, sebagai contohnya adalah
perawat yang meyakini bahwa melibatkan keluarga dalam proses perawatan akan

3
mendapatkan hasil yang lebih baik jika dibandingakan dengan tidak adanya
keterlibatan keluarga.

2.1.1 Klasifikasi Nilai


2.1.1.1 Nilai-nilai pramanusiawi (prahuman)
Berlaku untuk manusia, tetapi tidak membuatnya manusiawi (nilai-nilai
hedonis dan biologis)
2.1.1.2 Nilai-nilai manusiawi pramoral (Human Value Human)
Berkaitan dengan kepentingan social atau cultural, yaitu nilai-nilai
ekonomis, intelektual dan etis
2.1.1.3 Nilai-nilai Moral (moral value)
Meliputi nilai-nilai yang merupakan tindak pelaksanaan kebebasan dala
realisasinya dengan kewajiban dan kebaikan
2.1.1.4 Nilai-nilai spiritual dan religious
Meliputi nilai-nilai dengan lingkup yang lebih tinggi yang berkaitan
dengan suci dan Tuhan

Menurut Iskandar J(1992), nilai-nilai dan norma-normma yang telah di


internalisasikan kedalam diri individu akan menjadi kerangka referensi individu
tersebut sebagai prinsip-prinsip etik. Prinsip-prinsip etik akan menjadi dasar orientasi
dan petunjuk dalam mengatasi asalah-masalah kehidupan dan menjalin hubungan
dengan orang lain.
Keterikatan antara nilai dan norma yang sama akan mebentuk solidaritas
keelompok, serta tindakam-tindakan kolektif yang bersifat kerjasama dan konformitas
(seragam) yang juga akan menggerakkan organisasi social dan masyarakat.
Nilai terbentuk dalam lingkungan social dimana latar belakang pendidikan,
sosioekonom, spiritual, dan budaya orang dapat bervariasi. Pada umumnya orang

4
akan mengambil berbagai nilai budaya yang dominan dalam masyarakat, seperti
kebiasaan, tingkah laku dan ritual sehingga sikap orang lain yang tidak umum
dianggap sebagai suatu penyimpangan, tidak efekif dan bahkan dapat membahayakan
dirinya sendiri. Hal ini juga berlaku dalam praktik keperawatan. Agar dapat
memberikan asuhan keperawatan yang efektif, perawat harus dapat memahami
pengaruh budaya pada tingkah laku klien, keluarga, masyarakat setempat, rekan kerja
dan juga sesame perawat sendiri.

2.1.3 Nilai-nilai yang sangat diperlukan oleh perawat :


1. kejujuran
2. lemah lembut
3. ketepatan setiap tindakan
4. menghargai orang lain

2.1.4 Nilai Dalam Praktik Keperawatan Profesional


Menurut Potter dan Perry (1997), nilai memberikan identitas, mempengaruhi
tindakan, dan mempertahankan apa yang bermanfaat, profesi memiliki nilai yang
sama kuat dengan nilai yang mendasarinya. Karena bekerja dengan masyarakat, nilai
dasar dan fundamental dari suatu profesi akan selalu mengkaji ulang secara periodic
tentang nilai dan tingkah laku serta prioritas atau pengembangannya untuk
mengakomodasi kebutuhan baru.
American Assosiation of Colleges of Nursing (AACN) menetapkan tujuh nilai
keperawatan esensial yang perlu diketahui oleh perawat.

Nilai dan Perilaku Keperawatan Profesional menurut AACN

5
No Nilai Esensial Sikap dan kualitas pribadi Perilaku Profesional
1. Alturisme Perhatin Berikan perhatian
Peduli dengan Komitmen yang penuh pada
kesejahteraan klien ketika
Kasihan
orang lain memberikan
Kemurahan hati
perawatan
Ketekunan
Bantu rekan
perawat lainnya
dalam memberikan
perawatan ketika
mereka tidak dapat
melakukannya
Tunjukan perhatian
pada
kecenderungan dan
masalah social yang
memiliki implikasi
perawatan
kesehatan
2. Persamann Penerimaan Berikan asuhan
Memiliki hak, Asertif keperawatan berdasarka
kepentingan kebutuhaan individu,
Tidak berpihak
atau status yang bukan pada karakter
Harga diri
sama pribadi
Toleransi
Lakukan interaksi
dengan perawat lain
dengan cara yang tidak
diskriminatif

6
Ekspresikan pemikiran
tentang perkembangan
keperawatan.
3. Estestika Penghargaan Adaptif dengan
Kualitas objek, Kreativitas lingkungan, sehingga
peristiwa dan dapat memuaskan klien
Imajinasi
orang yang Ciptaan lingkungan
Sensivitas
memberikan kerja yang
kepuasan menyenangkan bagi diri
sendiri dan orang lain
Tempatkan diri dengan
cara yang dapat
meningkatkan kesan
positif dalam
keperawatan
4. Kebebasan Percaya diri Hargai individu yang
Kapasitas untuk Harapan menolak perawatan
menerapkan Dukung hak perawat
Kemerdekaan
pilihan lain untuk memberikan
Keterbukaan
berbagai alternative
Penguasaan diri
pada rencena
Disiplin
keperawataan
Dukung dilakukannya
diskusi terbuka pada
isu-isu yang
controversial
5. Martabat Pertimbangan Lindungi hak individu
manusia Empati tentang kebebasan
Mewarisi pribadi

7
derajat dan Kemanusiaan Perlakuan individu
keunikan Sangat menghargai yang ingin mereka
sebagai individu terima
Percaya
Pertahankan
kerahasiaan klien dan
staf
Rawat orang lain
dengan hormat tanpa
emmandang latar
belakang
6. Keadilan Keberanian bertindak sebagai
Menjunjung Integritas advokat dalam
moral dan perawatan kesehatan
Moralitas
prinsip legal alokasikan sumberdaya
Objektivitas
secara adil
laporankan praktik
yang kompeten, tidak
etis, dan illegal secara
objectif dan actual
7. Kebenaran akuntabilitas dokumentasi tindakan
Jujur pada fakta kebenaran keperawatan secara
atau realitas akurat dan jujur
kejujuran
dapatkan data yang
keingintahuaan
cukup untuk membuat
rasionalitas
sesuatu keputusan
sebelum melaporkan
adanya pelangaran
kebijakan organisasi

8
berpatisipasi dalam
usaha profisional untuk
melindungi masyarakat
dari kesalahan
informasi mengenai
keperawatan

2.2 Pengertian Etika


Etika berasal dari bahas Yunani kuno, yaitu Ethos yang dalam bentuk tunggal
mempunyai arti tempat yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak,
sikap, dan cara berfikir. Dalam bentuk jamak berarti adat kebiasaan. Arti terakhir
inilah yang menurut Arisstoteles menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah
etika. Jika kita membatasi diri pada asal-usul kata ini Etika berarti ilmu yang
biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
Kata yang cukup dekat dengan Etika adalah Moral yang berasal dari
bahasa latin Mos (jamak:mores) yang berarti juga kebiasaan, adat. Jadi etimologi kata
Etika sama dengan etimologi Moral, karena keduanya berarti adat kebiasaan
hanya bahasa asalnya berbeda (etika berasal dari bahasa Yunani, sedangkan moral
berasal dari bahasa latin)
Dua istilah ini ( Etika dan Etiket ) sering kali dicampuradukkan, padahal
perbedaan diantaranya sangat hakiki. Etika berarti moral dan Etiket berarti Sopan
Santun. Jika dilihat dari asal-usulnya, sebenarnya tidak ada hubungan antara dua
istilah ini. Hal ini menjadi jelas, jika kita membandingkan bentuk kata dalam bahasa
inggris yaitu Ethics dan Etiquette. Akan tetapi dipandang menurut artinya, dua istilah
ini memang saling berdekatan.
2.2.1 Persamaan Etika dan Etiket
a. Etika dan Etiket menyangkut perilaku manusia, istilah ini hanya
digunakan untuk manusia. Hewan tidak mengenal Etika dan Etiket

9
b. Baik Etika maupun etiket mengatur perilaku manusia secara normatif,
artinya member norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian
menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Sifat
normatif inilah yang menyebabkan kedua istilah tersebut mudah
dicampuradukkan.

2.2.3 Perbedaan Etika dan Etiket


a. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan yang harus dilakukan manusia
yang telah ditentukan dalam suatu kalangan tertentu misalnya, saya menyerahkan
sesuatu kepada atasan, saya harus enyerahkannya dengan tangan kanan. Dianggap
melanggar Etiket bila menerahkan dengan menggunakan tangan kiri. Akan tetapi
tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan melainkan memberi norma
tentang perbuatan itu sendiri, artinya apakah suatu perbuatan boleh dilakukan atau
tidak.
b. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Jika tidak ada orang lain hadir atau
tidak ada saksi mata, etiket tidaak berlaku. Misalnya, peraturan etiket yang mengatur
cara kita makan, sebaliknya etika selalu berlaku. Etika tidak bergantung pada hadir
tidaknya orang lain. Larangan untuk mencuri selalu berlaku, entah orang lain hadir
atau tidak. Barang yang dipinjam selalu harus dikembalikan, juga jika pemiliknya
sudah lupa.
c. Etiket bersifat relative. Hal ini yang dianggap tidak sopan dalam satu
kebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Contoh makan
dengan tangan atau bersendawa pada waktu makan. Lain halnya dengan etika yang
jauh lebih absolute. Jangan Mencuri, jangan berbohong, jangan membunuh
merupakan prinsip-prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar atau mudah diberi
dispensasi

10
Etika pada umunya mengajarkan bahwa setiap pribadi manusia mempunyai
otonomi moral, artinya ia mempunya hak dan kewajiban untuk menentukan sendiri
tindakannya dan mepertanggung jawabkannya di hadapan Tuhan. Tenaga kesehatan
mempunyai otonomi klinis, artinya tenaga kesehatan mempunyai hak dan kewajiban
untuk bertanggung jawab dalam pengabilan keputusan klinis yang empengaruhi
kesehatan pasiennya.

2.2.3 Etika Kesehatan


Etika kesehatan adalah suatu pengkhususan dari etika umum, suatu penerapan
dari nilai etika terhadap bidang pemeliharaan/pelayanan kesehatan (Lennen,2006).
Etika kesehatan jelas mencakup suatu rekomendasi bagaimana bersikap tindak
secara pantas dala bidang kesehatan. ( Soerjono Soekamto 1987 )

2.2.4 Etika Keperawatan


Etika keperawatan dikaitkan dengan hubungan antar manusia dengan karakter
serta sikap perawat terhadap orang lain. Pengertahuan keperawatan diperoleh melalui
keterlibatan pribadi emosional dengan orng lain serta ikut terlibat dalam masalah
moral mereka. Perawat yang professional akan memiliki empati kepada klien, dapat
memahami situasi yang dialami serta sebanyak mungkin dapat memahami kehidupan
dan pengalaman klien, sehingga mampu melakukan perubahan posisi yang terjadi
berfokus pada diri sendiri, menjadi berfokus pada klien serta mampu mengambil
tindakan demi kepenringan klien tesebut. (Cooper,1991)
Etika keperawatan mengarahkan perawat untuk menjadi sensitive pada setiap
situasi dan memberikan respons berdasarkan pengetahuan teknis dan moral
kompetesi, integritas pribadi, dan rasa kasih. Etika keperawatan adalah suatu
ungkapan tentang bagimana perawat wajib bertingkah laku. (Ferry, 1994), etika
keperawatan merujuk pada standar etik yang menentukan dan menuntun perawat

11
dakam praktik sehari-hari seperti berlaku jujur terhadap klien, menghargai hak-hak
klien, serta beradvokasi atas nama klien.
Etika akan memandu perawat agar lebih peka terhadap hubungan yang tidak
seimbang, yang dapat mengacu pada penyalahgunaan kekuasaan seseorang pada
orang lain baik secara sengaja maupun tidak.
Perawat mengeban identitas professional dengan berikrar untuk mengerti,
enerjemahkan dan meperluas pohon pengetahuan, mengkritik dan mengatur diri
dengan disiplin yang saa, serta membudayakan sikap dan tingkah laku terpuji yang
kemudian dijadikan sebagai acuan. Oleh karena itu, seorang professional harus
memilliki orientasi pelayanan, standart praktik, dan kode etik untuk melindungi
masyarakat, serta memajukan profesi.

2.3 Pengertian Norma


Norma berasal dari kata norm yang artinya pedoman atau patokan bagi
setiap orang dalam bersikap tindak baik terhadap diri orang lain ataupun terhadap
dirinya sendiri. Norma yang menjadi pedoman untuk bersikap tindak terhadap orang
lain adalah norma sopan santun, norma huku, dan norma tata tertib. Norma-norma ini
disebut norma insubjektif.
Norma yang diperlukan sebagai pedoman untuk bersikap tindak terhadap diri
sendiri, misalnya pola hidup yang baik dan benar, baik dalam berfikir, berkehendak
dan berbuat, norma pemeliharaan kesehatan tubuh, dan norma tata busana. Norma
yang menjadi patokan atau pedoman untuk bersikap tindak terhadap diri sendiri
disebut norma reflektif.

2.3.1 Macam norma social yang biasa dijadikan pedoman untuk menolong :
1) Norma timbale balik
Pendapat Goulder (1960), dalam Sarwono S.W (2002), pada dasarnya
manusia mempunyai prinsip bahwa pertolongan harus dibalas dengan pertolongan,
artinya ia akan mendapatkan pertolongan dari orang lain jika ia pernah menolong

12
orang. Norma ini biasanya berlaku bagi sekelompok orang yang setara atau sekelas,
dimana kemapuan mereka pada umunya seimbang. Dalam hubungannya dengan
masyarakat yang kemampuannya lebih rendah seperti pada anak-anak, kaum
miskin,orang sakit, orang cacat, dan orang yang mengalami kecelakaan, yang berlaku
adalah norma tanggung jawab social.

2) Norma tanggung jawab social


Berkowits (1972) dan Schwartz (1975) menyatakan bahwa manusian wajib
menolong orang lain tanpa mengharapkan balasan apapun dimasa depan. Oleh karena
itu, orang mau menolong orang buta menyebrang jalan, mengambilkan barang yang
jatuh dari orang berkursi roda, serta menjawab dengan benar pada orang yang
menanyakan jalan. Orang akan meprioritaskan menolong pada individu paling
memerlukan pertolongan dari pada individu yang lain, dengan demikian penetapan
prioritas pertolongan sangat bergantumg pada persepsi orang yang menolong dalam
menentukan atribusi.
3) Norma keseimbangan
Dalam pandangan isla tentang keseimbangan dalam kesehatan, dinyatakan
bahwa keseimbangan tubuh terganggu oleh beberapa perkara ; yang antara lain adalah
tidak enerapkan cara dan keseimbangan makan-minum yang baik, gangguan gerak
tubuh seperti adanya pergerakan otot maupun tulang yang pasif atau aktif, gerak dan
diamnya emosi yakni bergolaknya emosi atau matinya emosi seseorang yang dalam
dunia
kesehatan disebut afek datar pengaruh udara seperti kelembaban suhu, kecepatan, dan
kebersihan udara. Salah satu penyebab sakit yang sering terjadi adalah gangguan
keseimbangan unsure-unsur tanah, api, dan udara dalam tubuh. Gangguan
keseimbangan ini menyebabkan berbagai faktor kekebalan maupun pertahanan tubuh

13
menurun, oleh karena itu manusia perlu menjaga keseimbangan agar daya tahan
tubuh tetap terjaga. Seluruh gangguan keseimbangan sangat dipengaruhi oleh tidak
tertatanya hati serta pola pikir sehingga menata hati adalah obat yang sangat penting
bagi kesehatan secara umum ( Assegaf M.A.T,200

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam upaya mendorong profesi keperawatan agar dapat diteriima dan
dihargai oleh pasien dan masyarakat atau profesi lain. Maka mereka harus
memanfaatkan nilai-nilai keperawatan dalam menerapkan etika dan moral disertai
komitmen yang kuat dalam mengemban peran professionalnya. Dengan demikian
perawat yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan
secara etis professional. Sikap etis professional berarti bekerja sesuai dengan standart,
keadaan tersebut dapat memberikan jaminan bagi keselamatan hak-hak pasien dan
berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
Dan setiap perawat harus mampu untuk memahami nilai dan moral agar
dalam melakukan tindakan tidak terjadi kesalahan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sumijatun. 2011 . Membudayakan Etika Dalam Praktik Keperawatan . Jakarta :


Salemba Medika
Hendrik. 2011 . etika dan hukum kesehatan. Jakarta:EGC

15

Anda mungkin juga menyukai