Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Allah menciptakan dua model hubungan atau interaksi di dunia. Pertama, hubungan
atau interaksi manusia dengan tuhannya (disebut dengan ibadah). Kedua, hubungan
atau interaksi manusia dengan sesama manusia (disebut muamalah). Interaksi antar
sesama manusia mempunyai dua nilai built in yang tidak bisa dipisahkan satu sama
lain, pertama adalah interaksi itu harus selaras dengan hukum islam, dan kedua
interaksi itu memiliki kandungan dan nilai-nilai akhlak mulia.
Realita keperawatan secara islami memberikan tolak ukur untuk pelayanan
kesehatan yang lebih baik. Profesi keperawatan dalam islam adalah dipandang sebagai
profesi yang mulia, akan tetapi hal itu berlaku apabila asuhan keperawatan yang
dilakukan sesuai dengan syariah islam yaitu dengan memperhatikan kaidah-kaidah dan
aturan-aturan dalam islam. Seorang perawat islam masa kini harus menyadari untuk
mewujudkan perawat yang profesional itu haruslah memiliki kualitas sehingga mampu
bersaing. Profesi perawat bagi umat islam diyakini suatu profesi yang bernilai ibadah,
mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan (humanistik), mendahulukan kepentingan
kesehatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat di atas kepentingan
sendiri dengan menggunakan pendekatan holistik. Dengan demikian paradigma
pelayanan kesehatan islam memiliki komponen utama, yaitu manusia-kemanusiaan,
lingkungan, sehat-kesehatan, medis dan keperawatan. Islam telah mengajarkan tentang
pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan komprehensif baik bio-psiko-sosio-
kultural maupun spiritual yang ditujukan kepada individu maupun masyarakat.
Di dalam Islamic Code of Medical Ethics diterangkan bahwa pengobatan dan
keperawatan merupakan profesi mulia. Allah menghormatinya melalui mukjizat Nabi
Isa bin Maryam dan Nabi Ibrahim yang pandai mengobati penyakit dan selalu
menyebut nama Allah sebagai penyembuh penyakitnya. Sama halnya dengan semua
aspek ilmu pengetahuan, ilmu kedokteran dan keperawatan adalah sebagian dari ilmu
Allah, karena Allah-lah yang mengajarkan kepada manausia apa yang tidak

1
diketahuinya. Allah berfirman: Iqra wa rabbukal akram, alladzi allama bil qalam,
allamal insana ma lam ya’lam (Bacalah dan Tuhanmulah yang paling mulia, yang
mengajar manusia dengan perantaraan qalam (baca tulis), dan Dia mengajarkan kepada
manusia segala apa yang tidak diketahuinya. QS al-Alaq: 3-5). Melalui ayat ini Allah
menyuruh mempelajari alam semesta beserta segenap organisme dan anorganisme
yang ada di dalamnya dengan nama dan kemuliaan Tuhan, melalui baca tulis,
eksperimen, penelitian, diagnonis, dsb. Ini terbukti dengan semakin banyaknya studi di
bidang kedokteran dan kesehatan, semakin terungkap tanda-tanda kekuasaan Allah
terhadap makhluk-makhluk-Nya.
Berkaitan dengan ini pengadaan praktik kedokteran dan perawatan adalah perintah
agama kepada masyarakat, yang disebut fardlu kifayah, yang diwakili oleh beberapa
institusi untuk melayani kebutuhan kesehatan dan pengobatan masyarakat dan dapat
dinikmati oleh setiap orang tanpa kecuali, tanpa melihat kepada perbedaan ras, agama
dan status sosialnya. Kewajiban ini merupakan tugas negara untuk menjamin
kebutuhan bangsa akan para dokter dan perawat dalam berbagai bidang spesialisiasi.
Dalam Islam hal ini merupakan kewajiban negara terhadap warganegaranya.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana perawat sebagai profesi?
2) Apa peran perawat dalam membimbing pasien yang sakit?
3) Apa itu keperawatan islami?
4) Apa saja bentuk pelayanan sebagai ibadah?
5) Apa saja bentuk aplikasi pelayanan sebagai ibadah dalam keperawatan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang kepribadian perawat sebagai profesi:
pelayanan sebagai bentuk ibadah.

1.3.2 Tujuan Khusus

2
1) Menjelaskan bagaimana perawat sebagai profesi.
2) Menjelaskan peran perawat dalam membimbing pasien yang sakit.
3) Menjelaskan definisi dari keperawatan islami.
4) Menjelaskan bentuk pelayanan sebagai ibadah.
5) Menjelaskan bentuk aplikasi pelayanan sebagai ibadah dalam
keperawatan.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dengan adanya makalah ini adalah sebagai
berikut:
1) Mahasiswa
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami peran perawat dalam
membimbing pasien yang sakit, bagaimana perawat sebagai profesi, definisi
keperawatan islami, serta apa saja bentuk pelayanan sebagai ibadah dan bentuk
aplikasi pelayanan sebagai ibadah dalam keperawatan, khususnya untuk
mahasiswa keperawatan.
2) Dosen
Makalah ini dapat dijadikan tolak ukur sejauh mana mahasiswa mampu
mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen dan sebagai bahan pertimbangan
dosen dalam menilai mahasiswa.
3) Masyarakat umum
Masyarakat umum dapat mengambil manfaat dengan mengetahui peran
perawat dalam membimbing pasien yang sakit, bagaimana perawat sebagai
profesi, definisi keperawatan islami, serta apa saja bentuk pelayanan sebagai
ibadah dan bentuk aplikasi pelayanan sebagai ibadah dalam keperawatan.

3
BAB 2
KONSEP MATERI

2.1 Proses Keperawatan


Proses keperawatan adalah suatu metode sistematis dan ilmiah yang digunakan
perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau mempertahankan
keadaan biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang optimal melalui tahap
pengkajian, identifikasi diagnosis keperawatan, penentuan rencana keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan, serta evaluasi tindakan keperawatan. Selanjutnya
fungsi keperawatan adalah membantu perawat dalam melaksanakan pemecahan
masalah keperawatan secara sistimatis; dan, adanya tanggung jawab dan tanggung
gugat terhadap klien sehingga keperawatan dapat meningkat.1 Dengan fungsi
keperawatan maka seorang perawat tidak hanya bekerja menurut instink akan tetapi
melalui pemikiran yang sistimatis dilandasi oleh teori keperawatan sehingga tindakan
keperawatan menjadi bertanggung jawab dan memiliki kesiapan untuk digugat.
Perawat yang telah terlatih adalah merupakan sumber daya manusia yang telah
memiliki kemampuan sebagai:
1. Manajer keperawatan (case manager)
2. Fisioterafis
3. Occupational therapist;
4. Speech therapist;
5. Care coordinator;
6. Perawat kesehatan masyarakat;
7. Perawat panti tresna wreda, sasana tresna wreda;
8. Perawat di day care center, rumah sakit, dan pengunjung rumah.
Selanjutnya, sifat dan karakteristik proses keperawatan adalah sebagai berikut:

4
a) Dinamis, setiap proses keperawatan selalu dapat diperbarui seiring dengan
terjadi berbagai perubahan dalam masyarakat.
b) Siklus, proses keperawatan berjalan secara siklus atau berulang sesuai dengan
kebutuhan orang yang dirawat.
c) Saling interdependen artinya setiap proses keperawatan saling tergantung
dengan satu dengan yang lain misalnya apabila data yang dikumpulkan kurang
lengkap maka dapat berakibat diagnosis yang dilakukan salah demikian pula
apabila sudah berkaitan dengan perencanaan dan tindakan keperawatan.
d) Fleksibel, proses pendekatan dalam keperawatan yang tidak kaku dan dapat
berubah ketika terjadi perubahan akibat perubahan obyek dan kondisi yang
mengitarinya.
e) Bersifat individual untuk setiap kebutuhan pribadi klien.
f) Terencana, artinya proses keperawatan tidak melalui faktor kebetulan akan
tetapi ada perencanaan sebelumnya.
g) Mengarah kepada tujuan.
h) Memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk menerapkan
fleksibilitas dan kreativitas maksimal dalam merancang cara memecahkan
masalah kesehatan.
i) Menekankan umpan balik yaitu memberi arah kepada pengkajian ulang
masalah atau memperbaiki rencana asuhan. Dengan menekankan umpan
balik, maka hal tersebut dapat dijadikan pertimbangan tindakan ketika terjadi
kasus yang memiliki kesamaan diagnosisnya.
j) Menekankan validasi yaitu setiap masalah divalidasi dengan data agar
membuktikan bahwa tindakan keperawatan yang dilakukan benar.
Sebagai bagian dari operasionalisasi proses keperawatan yang lebih besar maka
daftar masalah klien yang berurutan dan komprehensif diuji dan dihasilkan. Masalah
klien dalam proses keperawatan itu dikelompokkan dalam empat domain utama yaitu
lingkungan, psikososial, fisiologis dan perilaku sehat. Sesuai dengan tipologi intervensi
keparawatan, maka dalam klasifikasi Freeman’s (1970), naskah keperawatan kesehatan
klasik ditemukan tiga langkah intervensi :

5
(1) suplemental, yaitu perawat menempatkan diri sebagai pemberi pelayanan
perawatan langsung dengan melakukan intervensi terhadap bidang-bidang yang
tidak dapat dilakukan keluarga
(2) fasilitatif, yaitu perawat menyingkirkan halangan-halangan terhadap pelayanan
yang diperlukan sepertti pelayanan medis, kesejahteraan sosial, tranportasi dan
pelayanan di rumah
(3) perkembangan, yaitu tujuan perawatan diarahkan pada perbaikan kapasitas
penerima perawatan agar dapat bertindak atas nama dirinya, lebih dari itu lagi,
membantu keluarga memanfaatkan sumber-sumber kesehatan pribadi seperti
sistim dukungan sosial internal dan eksternal.
Manfaat bagi pengunaan proses keperawatan dapat dilihat dari dua sisi yaitu
manfaat bagi pelayanan kesehatan dan manfaat bagi pelaksana keperawatan.
1. Manfaat bagi pelayanan kesehatan itu dilihat dari dua sisi :
a. sebagai pedoman yang sistimatis bagi terselenggaranya pelayanan
kesehatan,
b. sebagai alat untuk mengikatkan mutu pelayanan kesehatan, khsusunya
pelayanan keperawatan.
2. Manfaat terhadap pengunaan proses keperawatan terhadap pelaksana
keperawatan :
(1) menimbulkan kepuasan kerja
(2) menimbulkan profesionalisme
(3) tindakan legal terhadap pasien,
(4) proses keperawatan mengandung tanggung gugat dan tanggung jawab
perawat untuk mengkaji, menganalisis, merencanakan, melaksanakan dan
menilai asuhan klien.
Keperawatan terbagi ke dalam lima dimensi yaitu hukum, etik, profesi, gugatan dan
kebijakan. Dimensi etik keperawatan dapat ditelusuri pada tiga hal yaitu praktik
keperawatan, filsafat keperawatan dan etika keperawatan. Dalam profesi keperawatan
berkaitan dengan filsafat keperawatan yaitu pola hubungan tenaga professional-klien,

6
sistim bekerja dalam tim bersama kolega dan pertanyaan yang lebih luas terhadap m
berbagai kebijakan lembaga baik nasional maupun local.
Secara etik, perawatan kesehatan memiliki empat prinsip :
(5) penghargaan terhadap otonomi perawatan, hal ini bertujuan untuk
menghindarkan terjadinya ketergantungan antara tenaga professional terhadap
klien
(6) tidak bertentangan dengan teori perawatan
(7) memberikan keuntungan baik kepada klien maupun tenaga professional
(8) keadilan yaitu sesuatu diletakkan seimbang antara hak dan kewajibannya.

2.2 Perawat Sebagai Profesi

Beberapa pendapat terhadap pengertian suatu profesi:

1) Schein EH (1962)
Profesi merupakan sekumpulan pekerjaan yang membangun suatu norma yang
sangat khususyang berasal dari peranannya di masyarakat.
2) Hughes (1963)
Profesi merupakan mengetahui yang lebih baik tentang sesuatu hal dari orang
lain serta mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang terjadi pada
kliennya.
3) Wilensky (1964)
Profesi berasal dari perkataan profession yang berarti suatu pekerjaan yang
membutuhkan dukungan body of knowlegde sebagai dasar bagi perkembangan teori
yang sistematis meghadapi banyak tantangan baru ,dan karena itu membutuhkan
pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik orientasi utamanya
adalah melayani (alturism)

Melihat 3 pengertian tersebut, maka terdapat para tokoh yang memandang bahwa
profesi mempunyai beberapa kriteria:

7
1) Menurut Abraham Flexner (1915) menyatakan bahwa suatu pekerjaan dapat
dikatakan suatu profesi apabila memenuhi syarat:
a) Aktivitas intelektual
b) Berdasarkan ilmu dan belajar
c) Untuk tujuan Praktek dan Pelayanan
d) Dapat diajarkan
e) Terorganisir secara internal
f) Altruistik (untuk kepentingan masyarakat)
2) Menurut Green Wood E (1957) suatu pekerjaan dikatakan profesi adalah adanya
teori yang sistemik, otoritas, wibawa (martabat), kode etik dan budaya profesional.
3) Menurut Hall (1968) memberikan gambaran tentang suatu profesi yaitu suatu
pekerjaan yang harus melalui proses 4 tahapan antara lain:
a) Memperoleh badan pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi
b) Menjadi pekerjaan utama
c) Adanya organisasi profesi
d) Terdapat kode etik
4) Menurut Moore dan Rosenblum (1970) memandang kriteria sebagai profesi
adalah apabila dasar pekerjaan memiliki teori yang sistematis, otoritas, wibawa
dan prestice, kode etik, budaya profesional dan menjadi sumber utama dari
penghasilan.
5) Menurut Edgar Schein (1974) memberikan kriteria pekerjaan sebagai profesi
apabila pekerjaan tersebut:
a) Pekerjaan seumur hidup
b) Komitmen seumur hidup sebagai karier
c) Penghasilan utama
d) Motivasi kuat
e) Panggilan hidup
f) Pengetahuan dan keterampilan didapat melalui diklat
g) Pengetahuan dianggap khusus
h) Keputusan terhadap klien berdasarkan ilmu

8
i) Pelayanan berdasarkan keahlian dan obyektif
j) Mempertimbangkan otoritas
k) Ada batasan dalam profesi
l) Lebih tahu daripada klien yang dilayani
m) Perkumpulan profesi
n) Standar pendidikan
o) Uji kompetensi untuk masuk profesi
p) Tidak advertensi dalam mencari klien

Hasil Lokakarya Nasional dalam bidang keperawatan tahun 1983 telah


menghasilkan kesepakatan nasional secara konseptual yang mengakui keperawatan di
Indonesia sebagai profesi, mencakup pengertian, pelayanan keperawatan sebagai
professional dan pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi (professional
education). Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana
dalam menentukan tindakannya didasarkan pada ilmu pengetahuan serta memiliki
keterampilan yang jelas dalam keahliannya.

1) Mempunyai Body Of Knowledge


Tubuh pengetahuan yang dimiliki keperawatan adalah ilmu keperawatan
(nursing science) yang mencakup ilmu-ilmu dasar (alam, sosial, perilaku), ilmu
biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu keperawatan dasar, ilmu keperawatan
klinis dan ilmu keperawatan komunitas.
2) Pendidikan Berbasis Keahlian pada Jenjang Pendidikan Tinggi
Di Indonesia berbagai jenjang pendidikan telah dikembangkan dengan
mempunyai standar kompetensi yang berbeda-beda mulai DIII Keperawatan
sampai dengan S3 akan dikembangkan.
3) Memberikan Pelayanan kepada Masyarakat Melalui Praktik dalam Bidang Profesi
Keperawatan dikembangkan sebagai bagian integral dari Sistem Kesehatan
Nasional. Oleh karena itu sistem pemberian askep dikembangkan sebagai bagian
integral dari sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang
terdapat di setiap tatanan pelayanan kesehatan. Pelayanan/ askep yang

9
dikembangkan bersifat humanistik/menyeluruh didasarkan pada kebutuhan
klien,berpedoman pada standar asuhan keperawatan dan etika keperawatan.
4) Memiliki Perhimpunan/Organisasi Profesi
Keperawatan harus memiliki organisasi profesi, organisasi profesi ini sangat
menentukan keberhasilan dalam upaya pengembangan citra keperawatan sebagai
profesi serta mampu berperan aktif dalam upaya membangun keperawatan
profesional dan berada di garda depan dalam inovasi keperawatan di Indonesia.
Saat ini di indonesia memilki organisasi profesi keperawatan dengan nama PPNI,
dengan aggaran dasar dan anggaran rumah tangga, sedangkan organisasi
keperawatan di dunia dengan nama Internasional Council Of Nurse (ICN).
5) Pemberlakuan Kode Etik Keperawatan
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, perawat profesional selalu
menunjukkan sikap dan tingkah laku profesional keperawatan sesuai kode etik
keperawatan. Kode keperawatan pada tiap negara berbeda-beda akan tetapi pada
prinsipnya adalah sama yaitu berlandaskan etika keperawatan yang dimilikinya.
Dalam hal ini terdapat 5 tanggung jawab perawat, yaitu:
a) Perawat dan klien
b) Perawat dan praktik
c) Perawat dan masyarakat
d) Perawat dan teman sejawat
e) Perawat dan profesi
6) Otonomi
Keperawatan memiliki kemandirian, wewenang, dan tanggung jawab untuk
mengatur kehidupan profesi, mencakup otonomi dalam memberikan askep dan
menetapkan standar asuhan keperawatan melalui proses keperawatan,
penyelenggaraan pendidikan, riset keperawatan dan praktik keperawatan dalam
bentuk legislasi keperawatan (KepMenKes No.1239 Tahun 2001).
7) Motivasi Bersifat Altruistik
Masyarakat profesional keperawatan Indonesia bertanggung jawab membina
dan mendudukkan peran dan fungsi keperawatan sebagai pelayanan profesional

10
dalam pembangunan kesehatan serta tetap berpegang pada sifat dan hakikat
keperawatan sebagai profesi serta selalu berorientasi kepada kepentingan
masyarakat.
8) Lingkup dan Wewenang / Otonomi
Lingkup dan wewenang praktek keperawatan berdasarkan standar praktek
keperawatan yang bersifat dinamis antara lain terdiri dari:
a) Falsafah keperawatan
b) Tujuan askep
c) Pengkajian keperawatan
d) Diagnosa keperawatan
e) Perencanaan keperawatan
f) Intervensi keperawatan
g) Evaluasi
h) Catatan asuhan keperawatan

Ciri-ciri Keperawatan sebagai Profesi

1) Memberi pelayanan/asuhan keperawatan serta penelitian sesuai dengan kaidah


ilmu dan keterampilan keperawatan profesi serta kode etik keperawatan
2) Telah lulus dari pendidikan pada jenjang perguruan tinggi yang mapan demikian
tenaga tersebut dapat:
a) Bersikap profesi
b) Mempunyai pengetahuan dan keterampilan professional
c) Mampu memberi pelayanan asuhan keperawatan professional
d) Menggunakan etika keperawatan dalam memberi pelayanan
3) Pengelolaan keperawatan oleh tenaga keperawatan sesuai dengan kaidah-kaidah
suatu profesi dalam bidang kesehatan
a) Sistem pelayanan/asuhan keperawatan
b) Pendidikan keperawatan/pelatihan keperawatan yang berjenjang berlanjut
c) Perumusan standar keperawatan asuhan keperawatan, pendidikan keperawatan
registrasi/legislasi.

11
2.3 Keperawatan Islami

Islam adalah agama yang memiliki akar kata s-l-m yang berarti selamat, damai,
penyerahan dan tangga. Oleh karena itu, seluruh bangunan ajaran Islam adalah
membawa ajaran yang menyelamatkan kehidupan umat manusia di dunia dan di
akhirat. Secara terminologi, Islam adalah tunduk dan patuh secara sempurna terhadap
seluruh ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW yang dapat diketahui secara darurat
(al islam: al khudlu’ wa al inqiyad al tamm lima ja-a bihi Nabiyu Muhammadin
sallallahu ‘alaihi wa salam wa ‘ulima bi al dlarurat). Setiap umat Islam dituntut untuk
menjadikan seluruh rangkaian kehidupannya menjadi ibadah (taqarrub) kepada Allah
SWT karena hanya dengan cara seperti itulah hidup menjadi bermakna. 2[10] Tugas
seorang muslim untuk menyebarkan keselamatan bagi setiap makhluk termasuk
manusia tanpa membeda-bedakan seorang pasien berdasar pada agamanya. Tugas
penyebaran untuk berbuat baik adalah merupakan inti dari ajaran dakwah yaitu
mendorong manusia kepada kebaikan dan petunjuk, menyuruh perbuatan makruf dan
mencegah perbuatan mungkar, agar mereka memperoleh kehidupan yang beruntung di
dunia dan di akhirat.

Oleh karena itu, profesi keperawatan dalam pandangan Islam memiliki berbagai
aspek. Seorang perawat juga bisa berfusngsi sebagai muballig, da’i, guru dan
sebagainya. Sebagaimana disinggung di muka bahwa terdapat empat prinsip etika
dalam profesi keperawatan, maka akan diberi alas teologis dari sudut pandangan Islam.
Pertama, penghargaan terhadap kemandirian klien menjadi prinsip etik dalam teori
keperawatan. Islam mengajarkan bahwa keberadaan seorang manusia hendaklah
memperbanyak orang yang memberikan pertolongan bukan orang yang mengharap
pertolongan sesuai dengan sabda Rasul yadu al ‘ulya khairun min yadu al sufla, artinya
tangan di atas yaitu yang memberikan pertolongan lebih baik dari tangan yang di
bawah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pandangan Islam seseorang sebaiknya

12
menjadi pribadi yang mandiri yaitu yang dapat menolong orang lain karena perbuatan
itu pada hakikatnya adalah menolong dirinya sendiri. Kedua, tidak melakukan tindakan
yang bertentangan dengan teori keperawatan sekalipun pada akhirnya yang
menyembuhkan itu semata-mata Allah SWT. Seluruh perangkat tenaga medis hanya
berfungsi sebagai sebab yang mengantarkan kesembuhan atau sebaliknya terhadap
klien. Ketiga, seorang yang berprofesi sebagai perawat dan memiliki komitmen
keislaman yang kuat adalah selalu mempertimbangkan manfaat dari perbuatannya
karena Rasul bersabda yang artinya sebagian dari tanda keindahan Islam seseorang
adalah meninggalkan perbuatan yang tidak berguna kepadanya (min husni islam al
mar-I tarku ma la ya’nihi). Keempat, seorang yang berprofesi perawat adalah mereka
yang mampu berlaku adil baik kepada pasien maupun kepada dirinya sendiri sehingga
juga memperhatikan kebutuhan fisik dan psikisnya. Berikut akan diuraikan beberapa
prinsip keperawatan dalam Islam yaitu sebagai berikut.

1. Aspek Teologis
setiap hamba telah dibekali oleh Allah dua potensi yaitu kehendak
(masyiah) dan kemampuan (istitha’ah). Atas dasar kehendak maka seorang
muslim memiliki cita-cita untuk melakukan berbagai rekayasa dan inovasi
dalam kehidupannya yang dibaktikan karena Allah. Dengan adanya kehendak
dan kemampuan maka seorang manusia melakukan upaya yang sungguh-
sungguh tanpa menyisakan kemampuannya dan setelah itu menyerahkan
hasilnya menanti ketentuan Allah. Dalam perspektif yang seperti itulah
bertemunya dua hal yang seing dipandang krusial dalam pemahaman akidah
yaitu antara usaha manusia dan takdir Allah. Keduanya adalah merupakan
perpaduan dalam perjalanan hidup manusia yang disebut tawakkal. Hal ini
tercermin dalam Al Quran sebagian diantaranya menekankan manusia agar
berbuat secara maksimal karena Allah tidak akan merubah nasib seseorang
sehingga merubah sendiri.3[12] Sementara pada ayat yang lain menegaskan

13
seakan manusia tidak berperan sedikitpun dalam perbuatannya dengan
mengatakan Dan Allah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu kerjakan.
2. Aspek Fungsi keanusiaan yaitu khilafah dan ibadah.
Tugas khilafah adalah mengelola seluruh alam semesta untuk
kepentingan umat manusia. Dan tentunya harus diingat bahwa tugas
pengelolaan yang baik harus dilakukan oleh hamba-hamba Allah yang
memiliki kepatutan untuk itu.4[14] Selanjutnya pelaksanaan tugas khilafah
yang benar pastilah akan menghasilkan ibadah yang benar pula dan demikian
sebaliknya. Atas dasar itu, seorang muslim hendaknya menggali seluruh
informasi ilmu pengetahuan tentang alam semesta termasuk tugas perawatan
sekalipun ilmu itu ada pada umat lain yang tidak muslim. Anjuran tentang hal
ini ditegaskan dalam berbagai ayat Al Quran antara lain dengan penyebutan
tipologi orang berilmu itu dengan ulul albab. Allah menegaskan bahwa
sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan
malam adalah menjadi tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang
berpikir5[15] Selanjutnya dalam ayat berikutnya Allah menjelaskan tanda-
tanda orang yang disebut ulul albab yaitu orang yang selalu mengingat Allah;
memikirkan penciptaan langit dan bumi; dan kemudian yang mampu
mengambil keputusan: ya Tuhan kami, tidaklah Engkau jadikan semua ayang
ada di alam semesta ini sia-sia; dan terakhir pernyataan Maha Suci Allah dari
sifat kekurangan dan peliharalah kami dari azab neraka.6[16]

14
3. Aspek akhlak
ihsan yang menyatakan bahwa setiap orang yang beriman hendaklah
menyadari bahwa dirinya selalu dalam pengawasan Allah sesuai dengan Hadis
Rasul bahwa engkau menyembah Allah seakan engkau melihatNya dan
andaikata engkau tidak mampu melihatNya maka yakinlah Ia melihatmu (an
ta’bud Allah kaannaka tarahu fa in lam takun tarahu fa innahu yaraka). Atas
dasar itu, seorang muslim dalam segala tindakannya tidak memerlukan kendali
eksternal untuk menjadi orang baik karena di dalam hatinya terdapat potensi
fitrah yang selalu menuntunnya untuk menjadi orang yang takut berbuat
maksiat.

Proses keperawatan adalah suatu pendekatan sistematis untuk mengenal


masalah pasien dan mencarikan alternatif pemecahan dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pasien.
Sedangkan keperawatan islami merupakan pelayanan keperawatan yang
diberikan berbentuk ibadah yang didasarkan pada Al-Qur’an dan hadist untuk
mencapai ridho Allah SWT dengan karakteristik profesional, ramah, amanah,
istiqoma, sabar dan ikhlas (Sudalhar, 2011).
Askep islami adalah asuhan keperawatan yang bertujuan memberikan
pelayanan keperawatan melebihi harapan klien dengan menggunakan nilai islam
dalam menerapkan akhlak pribadi, landasan kerja, perilaku, penampilan, dan ciri
khas seorang perawat muslim (Wahyudi dalam Sudalhar, 2011).
Farran et.al (1989) dalam Perry & Potter, 2005 telah mengembangkan
model pengkajian spiritual yaitu:
1) Data tentang keyakinan dan makna dalam hidup
a) Dapatkah anda katakan, filosofi hidup anda?
b) Jelaskan apa yang penting dalam hidup anda
2) Autoritas dan pembimbing dalam hidupnya
a) Apa yang memberi kekuatan dari dalam diri anda

15
b) Kepada siapa and mencari bantuan untuk pedoman dalam hidup
anda
3) Pengalaman dan emosi dalam keagamaan
a) Pernah mempunyai pengalaman keagamaan yang membuat
berbeda dalam menjalani hidup
b) Apaah ada sesuatu yang mengancam spiritualitas anda akibat
penyakit yang anda derita ini?
4) Persahabatan dan komunitas dalam keagamaan atau sosial
a) Apakah mereka menjenguk atau mengunjungi?
b) Apakah mereka membacakan doa
5) Ritual dan ibadah agama yang dijalankan
6) Dorongan dan pertumbuhan yang memberikan harapan
7) Panggilan dan konsekuensi dalam mengekspresikan spiritualitas
Diagnosa keperawatan spiritual:
1. Kesejahteraan spiritual
2. Potensial ditingkatkan
3. Distress spiritual
4. Resio distress spiritual
5. Gangguan beribadah
6. Potensial untuk meningkatkan ibadah
Planning asuhan keperawatan:
1. Menetapan kehadiran secara kualitas maupun kantitas dari seorang perawat,
pembimbing rohani, maupun orang terdekat
2. Mendukung hubungan yang menyembuhkan dengan meningkatkan harapan
pasien
3. Menghadirkan sistem pendukung seperti keluarga, teman, sosial
4. Memberi kesempatan berdoa
5. Terapi diet yang sesuai agama
6. Mendukung ritual agama

16
2.4 Pelayanan sebagai bentuk ibadah

Memberikan pelayan terbaik kepada umat manusia adalah pekerjaan yang


sangat mulia dan merupakan pintu kebaikan bagi siapa saja yang mau melakukannya.
Dan sekarang tiba saatnya bagi kita untuk menelaah “sebagian kecil” ayat Al-Qur’an
dan hadits-hadits yang mendorong umat manusia untuk memberikan pelayanan terbaik
kepada sesama. Akan tetapi sebelum berbicara lebih jauh islam meletakkan batasan
yang difirmankan oleh Allah dalam salah satu ayat yang berbunyi : “…. Dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah : 2).

Dalam salah satu haditsnya rasulullah SAW memerintahkan kepada kita agar
berusaha untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama, bahkan beliau
menjadikan “bermanfaat bagi sesama” sebagai parameter baik tidaknya kualitas iman
seseorang. Hal ini beliau sampaikan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Jabir bin
Abdillah :

(( ‫)) خير الناس أنفعهم للناس‬


“Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
sesamanya”.

Dalam kitab Sohih Muslim sahabat Abu Hurairah RA meriwayatkan


sebuah hadits yang berbunyi :

“Barang siapa menghilangkan (memberikan solusi) kesukaran seorang


mukmin didunia maka kelak Allah akan menghilangkan kesukarannya dihari
kiamat. Barang siapa yang memberikan kemudahan bagi orang yang sedang
mengalami kesulitan, maka Allah akan memudahkan urusan duniawi dan
akhiratnya. Dan barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan

17
menutupi (keburukannya) didunia dan akhirat, dan Allah akan senantiasa
membantu hamba-Nya selama dia mau membantu saudaranya.”

Hadits ini menjelaskan kepada kita tentang keutamaan yang didapatkan


seseorang jika dia mau memberikan bantuan dan pelayan kepada sesama demi untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Baik pertolongan dalam bidang materi, berbagi ilmu,
bahu membahu mengerjakan sesuatu, memberikan nasehat dan masih banyak lagi. Dan
yang juga perlu kita tegaskan disini bahwa hadits ini melarang kita untuk mengumbar
“aurat (kejelekan)” orang lain, karena konsekwensi mengumbar “aurat” orang lain
adalah Allah akan membuka “aurat” kita dihadapan makhluknya.
Hadits berikutnya adalah tentang standar layanan yang “harus” diberikan
kepada sesama. Beliau Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh
sahabat Anas bin Malik RA :

(( ‫ؤم ُن أحدُكم حتى يُ ِحب ألخيه ما يُ ِحب لنَفسِه‬


ِ ُ‫)) ال ي‬

“Tidak sempurna iman seseorang sampai dia mencintai saudaranya


seperti dia mencintai dirinya sendiri”.(HR. Bukhori).

Inti hadits ini adalah “Perlakukan saudara anda seperti anda memperlakukan
diri anda sendiri”. Kita pasti ingin diperlakukan dengan baik, kita pasti ingin dilayani
dengan baik, kita pasti ingin dilayani dengan cepat, maka aplikasikan keinginan anda
tersebut ketika anda melayani orang lain.
Hadits berikutnya adalah tentang pentingnya tersenyum. Senyum menjadi
sambutan yang paling hangat dibandingkan apapun, bahkan tak jarang senyum
menjadikan interaksi lebih akrab. Rasulullah SAW mengajarkan hal ini kepada kita
dalam salah satu hadits yang diriwayatkan sahabat Abu Dzar al-Ghifari :

(( ‫)) تبسمك في وجه أخيك صدقة‬


“Tersenyum dihadapan saudaramu adalah sedekah”.

18
Kesimpulannya adalah jika kita mau menelaah lebih jauh ajaran Islam kita akan
banyak banyak sekali nilai-nilai interaksi sosial yang saat ini sedang digalakkan
diberbagai instansi pemerintahan maupun swasta. Hal ini bukan merupakan sesuatu
yang sulit untuk diterapkan, yang dibutuhkan adalah rasa cinta kepada Allah dan Rasul-
Nya agar nilai-nilai interaksi sosial itu bisa diterapkan secara menyeluruh. Jika agama
kita mempunyai produk lengkap, kenapa kita musti meng-impor produk buatan orang
lain?. Penting kita ketahui bahwa :
“Berbuat baiklah engkau (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat
baik, kepadamu”. (QS. al-Qashas : 77).
Jadi kesimpulannya adalah “jika” seandainya umat Islam mau menerapkan ajaran-
ajaran diatas, maka bisa dipastikan bahwa umat Islam adalah umat yang paling
menjunjung tinggi profesionalisme kerja dan menjadikan pelayanan sebagai bentuk
ibadah.

2.5 Aplikasi Pelayanan Sebagai Ibadah pada Perawat

Nilai – Nilai Islami dalam Peran dan Fungsi Perawat Profesional :

Peran Pelaksana : Peran ini dikenal dengan istilah care giver. Peran perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada klien
sebagai individu keluarga dan masyarakat. Dalam melaksanakan peran ini perawat
bertindak sebagai comforter, protector, dan advokat, communicator, serta rehabilitator.

1. Sebagai comforter, perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman


pada klien. Islam mengajarkan bagaimana umat manusia dapat menolong
terhadap sesamanya, pertolongan itu diberikan secara tulus ikhlas dan holistic,
sehingga kita dapat merasakan apa yang klien kita rasakan. Ibarat orang
mukmin saling mencintai kasih mengasihi dan saling menyayangi adalah
lukisan satu tubuh jika salah satu angggota tubuhnya sakit maka selruh tubuh
akan merasa sakit

19
2. Peran sebagai protector lebih berfokus pada kemampuan perawat melindungi
dan menjamin agar hak dan kewajiban klien terlaksana dengan seimbang dalam
memperoleh pelayanan kesehatan. Misalnya, kewajiban perawat memenuhi
hak klien untuk menerima informasi dan penjelasan tentang tujuan dan manfaat
serta efek samping suatu terapi pengobatan atau tindakan keperawatan. Dalam
islam kita tidak boleh membuka aib sausara kita sendiri karena jika kita
membukanya sama saja kita memakan bangkai saudara kita
3. Peran sebagai communicator akan nampak bila perawat bertindak sebagai
mediator antara klien dengan anggota tim kesehatan lainnya. Peran ini berkaitan
erat dengan keberadaan perawat mendampingi klien sebagai pemberi asuhan
keperawatan selama 24 jam. Perawat dalam islam harus memberikan dukungan
4. Rehabilitator berhubungan erat dengan tujuan pemberian askep yakni
mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat
berfungsi normal.

Salah satu peran perawat yang lain adalah mampu menjadi perawat yang memiliki visi
Transcendental . Maksudnya perawat yang memiliki visi Transcendental ialah perawat
yang bertujuan tidak hanya kesejahteraan di dunia tetapi pengabdian dan perilakunya
ditujukan untuk ibadah dan kesejahteraan akherat (hereafter, afterlife, eternity).

RASULULLAH BERSABDA :

“Kehidupan dunia ini dibandingkan dengan kehidupan akherat seperti seseorang dari
kalian mencelupkan telunjuk ke dalam lautan kemudian mengangkatnya, air yang
menetes dari telunjuk tersebut itulah kehidupan dunia dan air yang ada di lautan itulah
kehidupan akherat” (Hadits Sahih Muslim)

Perawatan yang Holistik mempertimbangakan aspek Spirituality & religion pasiennya.


Karena hal tersebut menjadi sumber: Kekuatan (energy), kedamaian (inner peace),
ketabahan (inner strength), keyakinan & tata nilai (belief & values), tahu tujuan hidup

20
(existensial reality), merasa dibimbing Allah (connectedness) dan (keyakinan diri
bahwa ada alam perhitungan) self transcendense.

FIRMAN ALLAH SWT,YANG MENUNJUKKAN DUNIA SEBENTAR


& AKHERAT TUJUAN KITA

َ‫اآلخ َرة ُ خَي ٌر ِ ِّللذِينَ يَتقُونَ أَفَالَ تَع ِقلُون‬


ِ ‫ار‬ ُ ‫َو َما ال َحيَاة ُ الدنيَا ِإال لَعِبٌ َولَه ٌو َولَلد‬

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka.
Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka
tidakkah kamu memahaminya?” (Surah Al-An’Am ayat 32)

َ‫ي ال َحيَ َوا ُن لَو كَانُوا يَع َل ُمون‬


َ ‫ار اآل ِخ َرةَ لَ ِه‬
َ ‫َو َما َه ِذ ِه ال َحيَاة ُ الدنيَا إِال لَه ٌو َولَعِبٌ َوإِن الد‬

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.”
(Surah Al-Ankabut ayat 64)

َ ‫إِن َما ال َحيَاة ُ الدنيَا لَعِبٌ َولَه ٌو َوإِن تُؤ ِمنُوا َوتَتقُوا يُؤ ِت ُكم أ ُ ُج‬
‫ور ُكم َو َال َيسأَل ُكم أَم َوالَ ُكم‬
“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika
kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia
tidak akan meminta harta-hartamu.” (Surah Muhammad ayat 36)

‫ولالخرة خير لك من األولى‬

“Dan sesungguhnya akhirat itu lebih baik bagimu daripada kehidupan sekarang.”
(Ad-Dhuha: 4)

َ‫ظاه ًِرا ِمنَ ال َح َيا ِة الدن َي َاوهُم َع ِن اآلَ ِخ َر ِة هُم غَافِلُون‬


َ َ‫َيعلَ ُمون‬

“Mereka hanya mengetahui yang lahir/material saja dari kehidupan dunia; sedang
mereka tentang kehidupan akhirat adalah lalai.” (QS Ar-Ruum ayat 7)

21
CIRI PERAWAT YANG MEMILIKI VISI TRASCEDENTAL :

1. menghargai keunikan pasiennya, dan adil terhadap pasien yang berbeda agama.
2. memulai tindakan keperawatan dengan basmalah
3. mampu membimbing pasien untuk bersuci dan sholat
4. mampu membimbing pasien saat sakaratul maut
5. melindungi pasien dari zat makanan dan minuman yang haram
6. memaknai hikmah sakit bagi pasien
7. memperkuat diri dan pasiennya untuk menuju husnul khotimah
8. mengutamakan kesejahteraan akherat di banding dunianya

Sakit Menurut Pandangan Islam

Sakit yang dimaksud dalam tulisan ini adalah sakit fisik. Yaitu suatu keadaan di mana
metabolisme dalam tubuh tidak berjalan sebagaimana mestinya. Namun, walaupun
sakit merupakan satu kondisi yang tidak mengenakkan, sebagai seorang muslim kita
tidak perlu banyak mengeluh, karena terlalu banyak mengeluh merupakan bagian dari
godaan syaithan.

Saat Allah menakdirkan kita untuk sakit, pasti ada alasan tertentu yang menjadi
penyebab itu semua. Tidak mungkin Allah subhanahu wa ta’ala melakukan sesuatu
tanpa sebab yang mendahuluinya atau tanpa hikmah di balik semua itu. Allah pasti
menyimpan hikmah di balik setiap sakit yang kita alami. Karenanya, tidak layak bagi
kita untuk banyak mengeluh, menggerutu, apalagi su’udzhan kepada Allah subhanahu
wa ta’ala. Lebih parah lagi, kita sampai mengutuk taqdir. Na’udzu billah…

Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam pernah menemui Ummu As-Saa’ib, beliau


bertanya : ”Kenapa engkau menggigil seperti ini wahai Ummu As-Saa’ib?” Wanita
itu menjawab : “Karena demam wahai Rasulullah, sungguh tidak ada barakahnya sama
sekali.” Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda : ”Jangan engkau

22
mengecam penyakit demam. Karena penyakit itu bisa menghapuskan dosa-dosa
manusia seperti proses pembakaran menghilangkan noda pada besi”. (HR. Muslim)

Secara umum, kondisi sakit mempunyai dua sisi rasa. Namun, yang kerap kita rasakan
hanya salah satu sisinya, yakni penderitaan. Sisi lain berapa hikmah dan kenikmatan
di balik sakit sering kali kita lupakan. Padahal, jika kita mau merenungkannya,
banyak hikmah yang dapat dipetik dari sakit yang diderita.

Beberapa hikmah itu adalah sebagai berikut,

 Pertama, secara medis sakit merupakan suatu peringatan (warning) mengenai


tingkat kekuatan tubuh kita. Jika tubuh kita mengalami satu kondisi, kemudian
berakibat sakit, hal itu merupakan peringatan agar kita menghindari kondisi
yang sama yang dapat menyebabkan sakit tersebut. Sakit juga memberi
kesempatan kepada kita untuk beristirahat dan berkonsultasi dengan dokter
sehingga penyakit yang ada tidak menjadi lebih parah dan sulit diobati. Tak
jarang, sakit yang dialami mencegah seseorang agar tidak terkena penyakit
yang lebih berat lagi.
 Kedua, sakit dapat menjadi penggugur dosa. Penyakit yang diderita seorang
hamba menjadi sebab diampuninya dosa yang telah dilakukan, termasuk dosa-
dosa setiap anggota tubuh. Rasulullah SAW. bersabda,

“Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya,


melainkan Allah akan menggugurkan bersama dosa-dosanya, seperti pohon yang
menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 Ketiga, orang yang sakit akan mendapatkan pahala dan ditulis untuknya
bermacam-macam kebaikan dan ditinggikan derajatnya. Rasulullah
SAW.bersabda,

23
“Tiadalah tertusuk duri atau benda yang lebih kecil dari itu pada seorang Muslim,
kecuali akan ditetapkan untuknya satu derajat dan dihapuskan untuknya satu
kesalahan.” (HR. Muslim)

 Keempat, sakit dapat menjadi jalan agar kita selalu ingat pada Allah. Dalam
kondisi sakit biasanya orang merasa benar-benar lemah, tidak berdaya,
sehingga ia akan bersungguh-sungguh memohon perlindungan kepada Allah
SWT. Zat yang mungkin telah ia lalaikan selama ini. Kepasrahan ini pula yang
menuntunnya untuk bertobat.
 Kelima, sakit bisa menjadi jalan kita untuk membersihkan penyakit batin.
Pendapat Ibnu Qayyim, “Kalau manusia itu tidak pernah mendapat cobaan
dengan sakit dan pedih, ia akan menjadi manusia ujub dan takabur. Hatinya
menjadi kasar dan jiwanya beku. Oleh karena itu, musibah dalam bentuk apa
pun adalah rahmat Allah yang disiramkan kepadanya, akan membersihkan
karatan jiwanya dan menyucikan ibadahnya. Itulah obat dan penawar
kehidupan yang diberikan Allah untuk setiap orang beriman. Ketika ia menjadi
bersih dan suci karena penyakitnya, martabatnya diangkat dan jiwanya
dimuliakan, pahalanya pun berlimpah-limpah apabila penyakit yang menimpa
dirinya diterimanya dengan sabar dan ridha.“
 Keenam, sakit mendorong kita untuk menjalani hidup lebih sehat, baik sehat
secara jasmani maupun rohani. Sakit membuat orang tahu manfaat sehat.
Tidak jarang orang merasakan nikmat justru ketika sakit. Begitu
banyaknikmat Allah yang selama ini lalai ia syukuri. Bagi orang yang banyak
bersyukur dalam sakit, ia akan memperoleh nikmat.
 Ketujuh, secara sosial sakit mengajarkan kepada kita bagaimana merasakan
penderitaan orang lain, seperti halnya puasa yang mendidik kita agar
mengetahui bagaimana pedihnya rasa lapar dan dahaga yang dialami kaum
papa. Rasa sakit harusnya melahirkan kepekaan sosial yang lebih tinggi.

2.6 Peran Perawat Dalam Membimbing Pasien yang Sakit

24
Sebagai seorang perawat yang bertugas memenuhi kebutuhan manusia secara
utuh tidak boleh satu hal pun yang terlewatkan, termasuk pemenuhan spiritual.
Spiritual sangatlah penting diperhatikan oleh perawat karena spiritual dapat membuat
perasaan pasien menjadi tenang dan aman.
Salah satu yang harus diperhatikan dalam spiritual pasien ialah agama. Perawat
dituntut mampu membimbing pasien agar dekat kepada pencipta-Nya. Karena hanya
Allah lah yang memegang peran dalam sakit maupun sehat umatnya. Bimbingan
spiritual ternyata berdampak pada peningkatan kesembuhan dan motivasi pasien.
Dengan demikian terdapat keyakinan antara keyakinan dengan pelayanan kesehatan
dimana kebutuhan dasar manusia melalui asuhan keperawatan tidak hanya berupa
aspek biologi, tetapi juga meliputi aspek spiritual yang dapat membangkitkan semangat
pasien dalam proses penyembuhan. Untuk itulah perawat harus bisa membimbing
pasien beribadah. Berikut merupakan peran-peran perawat yang dapat dilakukan ketika
membimbing klien yang sedang sakit:
1. Memberikan bimbingan ibadah
Agama merupakan salah satu faktor yang mempunyai hubungan
penting bagi kesehatan fisik dan mental. Hal itu dibuktikan dari beberapa hasil
penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Larson, et al (1989) menunjukan
adanya hubungan antara komitmen agama dengan penyakit kardiovaskuler.
Dalam studinya disebutkan bahwa kelompok yang menjalankan ibadah
keagamaan secara rutin memiliki risiko lebih rendah untuk terkena
kardiovaskuler. Lorson dalam penelitian nya (1989) terhadap penderita
hipertensi dan kelompok kontrol dimana variable yg dipilih seperti merokok,
umur dan berat badan menemukan bahwa orang yang rajin menjalankan ibadah
keagamaan dan religuitasnya tinggi, ternyata tekanan darahnya jauh lebih
rendah. Sebaliknya orang tekanan darahnya menjadi tinggi karena orang yang
beranggapan bahwa agama tidak penting dan mereka tidak ikut dalam kegiatan
agama (Dadang hawari, 1996:16)
Adapun bimbingan ibadah yang di lakukan perawat rohani Islam di
rumah sakit meliputi:

25
a. Bimbingan shalat bagi orang sakit
Setelah perawat mengkaji agama pasien, yang harus dilakukan adalah
menanyakan apakah pasien mampu melakukan ibadahnya. Jadi, tugas
perawat disini adalah mendampingi pasien tersebut dan membantu
segala keterbatasan fisiknya. Tentu bantuan disini disesuaikan dengan
agama pasien dan bagaimana keadaan pasien sendiri.
Apabila pasien tidak mampu melaksanakan solat dengan berdiri,
maka bisa dengan posisi duduk, jika tidak bisa dalam posisi duduk
pasien bisa melakukan dalam posisi berbaring dengan menghadap ke
arah kiblat. Jika pasien tidak dapat berbuat apapun, maka pasien
tersebut wajib kita bimbing untuk bershalat dengan cara pasien tersebut
shalat dengan hatinya diniatkan dalam hatinya kalau kita sedang shalat

sambil membayangkan gerakan shalat.

Artinya : Peliharalah semua shalat (mu), dan (peliharalah) shalat


wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu.
(Q.S. Al-Baqarah : 238)

b. Bimbingan wudhu
Bimbingan wudhu yang dilakukan Perawat rohani islam ialah
memberikan pengetahuan wudhu dan tatacara wudhu kepada pasien
meliputi:
1) Pengertian wudhu
Kata wudhu berasal dari kata al- wadhoah yang artinya
kebaikan, kebersihan dan bersih dari hitamnya dosa. Wudhu

26
secara istilah yaitu mengalirkan air ke bagian anggahota tubuh
dengan dibarengi niat (Ibrahim al- bayjuri, 2007: 86)
2) Rukun wudhu
a) Niat
b) Membasuh wajah
c) Membasuh kedua tangan sampai dua sikut
d) Mengusap sebagian rambut kepala
e) Membasuk kedua kaki
f) Tertib (Ibrahim al- bayjuri, 2007: 99).

c. Bimbingan tayamum
Bimbingan tayamum yang dilakukan Perawat rohani islam ialah
memberikan pengetahuan tatacara tayamum kepada pasien meliputi:
1) Pengertian tayamum Tayamum artinya menyapu debu tanah
yang suci kemuka dan dua tangan dengan syarat-syarat yang
tertentu. Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi wajib
karena tidak ada air atau udur.
2) Syarat- syarat tayamum Tayamum memiliki beberapa syarat,
yaitu harus menggunakan debu yang suci, telah berusaha
semaksimal mungkin mencari sumber air, menghilangkan najis
sebelum tayamum, memiliki udur yang tidak bisa menggunakan
air, dan yakin telah masuk waktu shalat.
3) Rukun tayamum
a) Niat
b) Mengusap wajah dengan tanah
c) Mengusap kedua tangan
d) Tertib (Melvi Yendra, 2007: 101)

27
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendekati
shalat, ketika kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu sadar apa
yang kamu ucapkan, dan jangan pula (kamu hampiri masjid ketika
kamu) dalam keadaan junub kecuali sekedar melewati untuk jalan
saja, sebelum kamu mandi (mandi junub). Adapun jika kamu sakit atau
sedang dalam perjalanan atau sehabis buang air atau berhubungan

28
dengan istri, sedang kamu tidak mendapat air, maka bertayammumlah
kamu dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu
dengan (debu) itu. Sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha
Pengampun”. (QS An-Nisâ: 43)

2. Membimbing pasien berdo’a

Artinya : “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut
(tadlarru’aa wa khufyah). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas” (Q.S. Al-A’raaf [7] : 55)

a. Mekanisme pelayanan doa di rumah sakit


Petugas hendaknya memiliki dasar- dasar pengetahuan tentang
doa, meliputi pengertian doa, dasar hukum berdoa, fungsi doa, dasar
perintah berdoa dengan cara hitungan tertentu, kaifiat berdoa, dasar
mendoakan orang lain, kode etik doa, dan lain-lain
.
b. Pelayanan doa bagi pasien di rumah sakit
Proses pelayanan doa terhadap pasien di rumah sakit dapat
dilakukan dengan beberapa prinsip sebagai berikut :
1) Dilakukan secara profesional oleh perawat di Rumah Sakit sesuai
dengan agama dan kepercayaan pasien.
2) Pada prinsipnya pelayanan doa bukan bermaksud mengubah
keyakinan agama pasien, melainkan menguatkan kekuatan batin
pasien untuk membantu proses kesembuhan bersama terapi
lainnya. Konsekuensinya perawat aspek ini harus memiliki
kelebihan, yaitu fasih melafalkan dan mampu mendoakan pasien

29
3) Memiliki kode etik dan protap yang jelas.
4) Pelaksana profesional ini dapat diambil dari perawat medis
dengan plus diberi pendidikan mengenai Askep Rohis
5) Ada beberapa cara memberikan pelayanan doa, yaitu :
a) Pasien dituntun untuk bersama-sama melafalkan doa oleh
perawat
b) Pasien hanya mengamini doa yang dibacakan perawat
c) Pasien sendiri disuruh berdoa yang ia bisa, perawat
mengamini
d) Pasien diberi berbagai tulisan doa oleh perawat untuk ia pilih
melafalkannya sesuai kebutuhan, dibimbing oleh perawat
e) Pasien diberi tulisan/buku doa untuk dibaca tanpa disaksikan
oleh perawat
f) Perawat secara khusus mendoakan pasien pada waktu-waktu
khusus, misalnya ketika di rumah, di masjid, atau di tempat
perawat, baik perorangan maupun secara bersamasama
perawat lain
g) Pelayanan doa dapat mengambil waktu khusus, aktifitas
khusus, atau kejadian khusus, saat kritis, saat pendampingan
atau kapan saja ketika dibutuhkan oleh pasien atau keluarga.
6) Untuk kepentingan terapi sebaiknya doa dibaca sesering dan
sebanyak mungkin (Isep zainal Arifin, 2009 : 68)

3. Membimbing pasien membaca Al-Quran dan menjelaskan maknanya


dalam kehidupan kita
Bimbing pasien dengan membaca Al-Quran terutama ayat-ayat dengan
orang sakit, rahmat allah, dan karunia allah, dengan begitu pasien akan
termotivasi untuk sembuh. Dan memberikan pengertian bagi pasien supaya
membaca Al-Quran daripada mengeluh atas penyakit yang dideritanya.

30
ُ‫َاءو ْل ُم ْنك َِر َولَ ِذ ْك ُراللَّ ِهأ َ ْكبَ ُر‬
ِ ‫ص ََلةَت َ ْن َهىُ َعنِ ْالفَحْ ش‬ ُِ ‫إُِ لَيْكَُ ِمن َْال ِكتَا‬
َّ ‫ب َوأَقِ ِمال‬
َّ ‫ص ََلُة َ إِنَّال‬
َُ ‫وح‬
‫ي‬ ِ ُ ‫ل َماأ‬ ُُ ْ‫ات‬

Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.“ (Al-Ankabut : 45)

4. Membimbing untuk bersabar dan rela terhadap ketentuan Allah SWT.

Artinya : ” Barang siapa sakit pada malam hari, ia sabar dan rela terhadap
ketentuan Allah SWT dalam menderita sakit maka lepaslah ia dari dosa-
dosanya seperti pada waktu ia lahir dari kandungan ibunya” .(HR. Hakim)

Abu Hurairoh RA berkata bahwa Rasululloh SAW bersabda:

” Barang siapa dikehendaki kebaikan oleh Allah SWT, maka ia akan diberi
ujian” . (HR. Bukhari)

Yaitu diuji dengan berbagai cobaan, baik itu sakit maupun selain itu
kemudian Allah SWT memberi pahala dengan jalan itu ia bersabar dan
rela (ikhlas).

5. Sebelum pasien pulang, perawat membimbing pasien dan keluarga untuk


berdoa (mensyukuri nikmat sembuh)

‫العافية تمام واسالك البالء جميع من والعافية واسعا ورزقا جميال وصبرا قريبا فرجا اسالك اني اللهم‬
‫العلي باهلل اال والقوة والحول الناس عن الغني واسالك العافية علي الشكر واسالك العافية دوام واسالك‬
‫العظيم‬

31
Artinya : “Wahai Tuhanku, bahwasanya aku memohon kelapangan dalam
waktu yang dekat, kesabaran yang sempurna, rizki yang luas, terhindar dari
segala bala. Ya Allah aku memohon kepada Engkau untuk pandai mensyukuri
nikmat sehat yang Engkau limpahkan. Ya Allah aku memohon kepada Engkau
kecukupan dari manusia (tidak memerlukan kepada orang lain). Tak ada daya
dan tak ada tenaga, kekuatan melainkan dengan Allah yang Mahatinggi lagi
maha besar. Orang yang cerdas secara spiritual, ia harus dapat merasakan
kehadiran dan peranan Allah dalam hidupnya. “Spiritual intelligence is the
faculty of our non-material dimension- the human soul,” kata Khalil Khawari.
Ia harus sudah menemukan makna hidupnya dan mengalami hidup yang
bermakna. Ia tampak pada orang-orang di sekitarnya sebagai “orang yang
berjalan dengan membawa cahaya.” (Q.S. Al-An’am:122)

32
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dengan mengetahui definisi, ciri profesi kita dapat menganalisis bahwa
keperawatan di indonesia dapat dikatakan sebagai suatu profesi. Karena memiliki ciri-
ciri dari profesi yaitu mempunyai body of knowledge, pendidikan berbasis keahlian
pada jenjang pendidikan tinggi, memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui
praktik dalam bidang profesi, memiliki perhimpunan/organisasi profesi, pemberlakuan
kode etik keperawatan, otonomi, dan motivasi bersifat altruistik.
Sebagai seorang perawat yang bertugas memenuhi kebutuhan manusia secara
utuh tidak boleh satu hal pun yang terlewatkan, termasuk pemenuhan spiritual.
Spiritual sangatlah penting diperhatikan oleh perawat karena spiritual dapat membuat
perasaan pasien menjadi tenang dan aman.

3.2. Saran
Setelah mengetahui tentang keperawatan sebagai profesi perawat diharapka
untuk lebih meningkat kulitas kerja sebagai perawat dan mampu menjadi perawat yang
profesional dibidangnya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Abu Zahwa. 2010. Shalat Saat Sulit. Jakarta: Qultum Media

Ash Shiddieqy, HAsbi.1951.pedoman shalat.jakarta.penerbit bulan bintang

Dadang Hawari. 1998. Al-Qur’an Dan Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa

Ibrahim Al-Bayjuri. 2007. Hasiyat Al-Sayh Ibrahim Al-Bayjuri ‘Ala Sarh Ibn Al-
Qasim Al- Gazzi ‘Ala Matn Abi Suja. Lebanon: Dar Al- Khotob Al- Iimiyah

Isep Zainal Arifin. 2009. Bimbingan Dan Penyuluhan Islam Pengembangan Da’wah
Melalui Psikoterapi Islam. Jakarta:PT Raja Grapindo Persada

Lamsudin, Rusdi. 2012. Nilai-Nilai Islam Dalam Layanan Kesehatan. Yogyakarta:


Gema Muhammadiyah

Pribadi, Ulung. 2012. Nilai-Nilai Agama dan Pelayanan Publik. (Tesis). Yogyakarta :
Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah

Suhaemi, Mimin Emi, Hj. 2003. Etika Keperawatan: Aplikasi pada Praktik. Jakarta:
EGC

34

Anda mungkin juga menyukai