OLEH KELOMPOK 2
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu walaupun ada beberapa halangan yang
mengganggu proses pembuatan makalah ini, namun penulis dapat mengatasinya tentu atas
campur tangan Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis berharap makalah ini akan berguna bagi para mahasiswa terutama yang berada di
STIKES Banyuwangi, materi tentang “Analisa budaya pengaruh sirih pinang terhadap
kesehatan” sehingga diharapkan dengan mempelajari makalah ini mahasiswa maupun
pembaca lainnya untuk mendapatkan tambahan pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, penulis berharap adanya
kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini pada masa yang akan
datang. Akhir kata dari penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini sehingga menjadi bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
~2~
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 4
1.2 Rumusan masalah......................................................................................4
1.3 Tujuan Umum........................................................................................... 4
1.4 Tujuan Khusus............................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................... 6
2.1 Hubungan antara sosial budaya terhadap kesehatan................................. 6
2.2 Faktor sosial budaya terhadap kesehatan................................................ 19
2.3 Asal usul budaya bersirih........................................................................ 26
2.4___FIlosofi bersirih…………………………………………......………….26
2.5___Fungsi bersirih…...………………………….……………………….....27
2.6___Manfaat dan bahaya bersirih……………..……………………………..28
BAB III.................................................................................................................. 31
PENUTUP..............................................................................................................31
4.1 KESIMPULAN....................................................................................... 31
4.2 SARAN................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 32
BAB 1
~3~
PENDAHULUAN
membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup
maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu
hal yang berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang
bermukim dalam suatu tempat tertentu. Indonesia yang yang terdiri dari beragam etnis tentu
memiliki banyak budaya dalam masyarakatnya. Terkadang, budaya suatu etnis dengan etnis
yang lain dapat berbeda jauh. Hal ini menyebabkan suatu budaya yang positif, dapat
dianggap budaya negatif di etnis lainnya. Sehingga tidaklah mengherankan jika permasalahan
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku
kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam
dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masayarakat ada kecenderungan untuk
merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan. Untuk itu, untuk
mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai
mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam mensosialisasikan
kesehatan pada masyarakat luas dapat lebih terarah yang implikasinya adalah naiknya derajat
kesehatan masyarakat.
~4~
masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah
mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa
Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah
satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan
tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan
dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang
tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya
mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya
suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya
dengan kesehatan.
Mulut adalah salah satu organ terpenting pada tubuh manusia, dimana mulut
mempunyai peran sebagai pintu masuknya berbagai jenis makanan, minuman dan berbagai
jenis kuman, bakteri dan virus. Di dalam mulut terdapat juga organ-organ lain, salah satunya
yaitu gigi yang berfungsi sebagai penghancur atau pengunyah/pelumat makanan. Gigi juga
berfungsi sebagai hiasan yang mencerminkan citra diri seseorang (Boedihardjo, 2011).
Kesehatan mulut yang dimaksud saat ini adalah kesejahteraan rongga mulut, termasuk gigi
dan struktur serta jaringan-jaringan pendukungnya yang terbebas dari rasa sakit, serta
berfungsi secara optimal. Penyakit gigi dan mulut dapat menjadi resiko pada penyakit lain,
seperti fokal infeksi dari penyakit tonsilitis, faringitis, dan lain-lain. Tindakan pencegahan
terhadap penyakit gigi dan mulut perlu dilakukan agar tidak terjadi gangguan fungsi, aktivitas
~5~
serta penurunan produktifitas kerja yang tentunya akan mempengaruhi kualitas hidup
(Sriyono,2009).
tingginya angka penyakit gigi dan mulut saat ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain faktor perilaku masyarakat yang dijadikan suatu budaya atau kebiasaan salah
satunya adalah kebiasaan mengunyah sirih atau pinang (Nurjannah dkk, 2010). Saat ini
sejumlah penyakit gigi dan mulut dihubungkan dengan kebisaan, pola hidup, dan faktor
lingkungan, salah satunnya adalah mengunyah pinang. Diperkirakan terdapat sekitar 600 juta
suatu kebiasaan yang populer di Asia, terutama India, Sri Lanka, Asia Tenggara, Kepulauan
Pasifik, dan China. Menurut catatan sejarah nenek moyang di Asia Pasifik, Asia Selatan, dan
Asia Tenggara, kebiasaan ini secara sosial diterima di seluruh lapisan masyarakat termasuk
wanita dan sebagian anak-anak. Hal ini telah diketahui dan dilaporkan di beberapa negara
seperti Bangladesh, Thailand, Kamboja, Sri Lanka, Pakistan, Malaysia, Indonesia, China,
Papua Nugini, beberapa pulau di Pasifik, dan populasi yang bermigrasi ke tempat-tempat
seperti Afrika Selatan, Afrika Timur, Eropa, Amerika Utara dan Australia (Ray dkk, 2012).
Penyebab terjadinya gangguan gigi dan mulut pada prinsipnya sama dengan penyebab
terjadinya jenis penyakit lainnya baik penyebab langsung seperti bakteri, maupun penyebab
tidak langsung seperti karakteristik penderita, kebiasaan, perilaku dan faktor budaya.
Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita masyarakat adalah penyakit karies gigi
kemudian diikuti dengan penyakit periodental di urutan ke dua (Depkes RI, 2011). Ditinjau
dari sisi kedokteran gigi, kebiasaan mengunyah sirih pinang dapat mengakibatkan penyakit
periodental. Penyebab terbentuknya penyakit periodental adalah kalkulus atau karang gigi
~6~
akibat stagnasi saliva pengunyah pinang karena adanya kapur Ca(OH)2. Gabungan kapur
oksigen reaktif dan mungkin mengakibatkan kerusakan oksidatif pada DNA di aspek bukal
mukosa penyirih. Efek negatif menyirih adalah dapat mengakibatkan penyakit periodental
dengan adanya lesi-lesi pada mukosa mulut seperti submucus fibrosis, oral premalignant
lesion dan bahkan dapat mengakibatkan kanker mulut (Kasim dkk, 2006).
Makan sirih merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh berbagai suku di Indonesia,
kebiasaan makan sirih ini merupakan tradisi yang dilakukan turun temurun pada sebagian
besar penduduk pedesaan yang pada mulanya berkaitan erat dengan adat kebiasaan
masyarakat setempat. Adat kebiasaan ini biasanya dilakukan pada saat acara yang sifatnya
ritual.
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
~7~
Tujuan Khusus
~8~
BAB II
PEMBAHASAN
selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan. Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak mungkin bisa memisahkan
hidupnya dengan manusia lain. Sudah bukan rahasia lagi bahwa segala bentuk kebudayaan,
tatanan hidup, dan sistem kemasyarakatan terbentuk karena interaksi dan benturan
kepentingan antara satu manusia dengan manusia lainnya. Sejak zaman prasejarah hingga
sejarah, manusia telah disibukkan dengan keterciptaan berbagai aturan dan norma dalam
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa berinteraksi
dengan manusia lain, misalnya interaksi antara penyuluh kesehatan dengan masyarakat atau
interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien. Jika hubungan interaksi tersebut tidak
berjalan dengan baik maka tentu saja akan memberi dampak pada individu atau masyarakat
itu sendiri. Ketika petugas kesehatan khususnya penyuluh kesehatan tidak tahu tentang
bagaimana cara melakukan pendekatan sosial dan cara berinteraksi dengan suatu kelompok
~9~
masyarakat maka tentu saja komunikasi tidak akan berjalan dengan baik dan akan berdampak
Manusia memiliki kemapuan untuk mengola potensi diri (akal pikiran) interaksi dan
mengola lingkungan. Dalam mengola diri, manusia melahirkan ilmu dan keyakinan diri.
Berinteraksi melahirkan tata aturan dan norma. Sedangkan mengola lingkungan, selain
Keseluran dari kemampuan pengolahan manusia itu, baik secara individual maupun
kolektif, disebut budaya. Dengan kata lain, dimana ada manusia disana ada masyarakat dan
dimana ada masyarakat disana ada kebudayaan oleh karena itu manusia adalah makhluk
budaya.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitandengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Menurut
~ 10 ~
Koentjaraningrat: kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang
teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkanya dengan belajar dan yang semuanya
tersusun dalam kehidupan masyarakat. Selain itu terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu :
pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran masing-masing
2. Aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri atas
dengan yang lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat
3. Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan karya
Manusia dinilai makhluk yang berbudaya jika manusia tersebut memiliki akal dan
pikiran yang selalu aktual dalam mengisi kehidupannya dengan tidak lelah mencari ilmu
hidup mereka dengan baik. Sehingga dari hal tersebut, manusia dapat membagi apa yang
Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat
kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari
masyarakatnya yang tampak dari luar. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap
~ 11 ~
berbeda kebiasaanya dengan lingkungan lainnya dan mengasilkan kebudayaan yang berbeda
pula.
Menurut Clyde Kluckhohm menyebut ada tujuh unsur kebudayaan yaitu bahasa, sistem
pengetahuan, organisasi sosial system peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencarian
1. Bahasa yaitu alat komunikasi, baik yang di wujudkan dalam bentuk bahasa lisan,
3. Organisasi sosial yaitu kelembagaan sosial dimasyarakat baik yang bersifat primer
4. Kesenian yaitu wujud ekspresi seni masyarakat. Dalam konteks kesehatan yaitu
penggunaan music yang digunakan dalam terapi kesehatan tata ruang kamar rumah
5. Alat dan teknologi yaitu perangkat bantu dalam memperlancar aktifitas manusia
6. Religi, yaitu aspek kepercayaan dan keyakinan manusia pada al-khaliq atau sesuatu
yang suci
7. Mata pencaharian setiap masyarakat memiliki unsur mata pencaharian mulai bertanya
sampai menjual jasa, tenaga kesehatan adalah mata pencaharian penjual jasa
8. Sistem pendidikan yaitu proses manusia dalam mengsosialisasikan nilai dan norma
sosial tertentu.
~ 12 ~
2.2.3 Perilaku Kesehatan
merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun
eksternal. Determinan faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang
bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan
sebagainya. Sedangkan determinan faktor eksternal adalah faktor yang dominan yang
mewarnai perilaku seseorang, yaitu lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan
sebagainya.
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku
kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Menurut Sudarti (2005) yang menyimpulkan pendapat Bloom tentang status
kesehatan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan yaitu; lingkungan yang
terdiri dari lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, perilaku, keturunan, dan pelayanan
kesehatan, selanjutnya Bloom menjelaskan, bahwa lingkungan sosial budaya tersebut tidak
Selanjutnya Sudarti (2005), yang mengutip pendapat G.M. Foster menyatakan, selain aspek
sosial yang mempengaruhi perilaku kesehatan, aspek budaya juga mempengaruhi kesehatan
seseorang antaranya tradisi, sikap fatalisme, nilai, etnocentrism, dan unsur budaya yang
~ 13 ~
Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku manusia dari tingkat
kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behaviour cause) dan faktor
di luar perilaku (non-behaviour cause). Selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga
faktor, yaitu;
1. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
atau adopsia perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang
relatif lama. Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi
perilaku dalam kehidupannya melalui tiga tahap, yaitu; pengetahuan, sikap dan tindakan.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui penginderaan mata (melihat) dan telinga (mendengar). Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih permanen dianut oleh seseorang dibandingkan dengan perilaku yang
biasa berlaku, pengetahuan yang dimiliki sangat penting untuk terbentuk sikap dan tindakan.
~ 14 ~
Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang
atau kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga indikator, yaitu;
2) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidak senangan seseorang
terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman, atau dari orang yang dekat dengan kita.
Mereka dapat mengakrabkan kita dengan sesuatu, atau menyebabkan kita menolaknya
(Wahid, 2007).
Sikap dapat dipandang sebagai predisposisi untuk bereaksi dengan cara yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek, orang dan konsep apa saja. Ada
2) sikap yang berkaitan erat dengan perasaan seseorang terhadap objek
3) sikap adalah konstruksi yang bersifat hipotesis, artinya konsekuensinya dapat diamati,
~ 15 ~
Adapun ciri-ciri sikap menurut Azwar (2009) adalah sebagai berikut :
1. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan perasaan
2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal reference) merupakan factor
penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada
pertimbangan-pertimbangan individu.
3. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap positif
atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan kebutuhan
4. Sosial budaya (Culture), berperan besar dalam memengaruhi pola pikir seseorang
Kekuatan sikap tergantung dari banyak faktor, faktor yang terpenting adalah faktor
yang mempengaruhi terbentuknya sikap. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara lain;
a. Pengalaman pribadi, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu cenderung untuk
memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting (tokoh)
c. Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh
sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat,
~ 16 ~
d. Media massa, dalam media komunikasi berita atau informasi yang disampaikan
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari lembaga
f. Faktor emosional, kadangkala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
Praktik kesehatan ataupun tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau
aktivitas seseorang dalam rangka memelihara kesehatan. Suatu sikap belum tentu terwujud
dalam suatu tindakan (over behavior), untuk mewujudkannya menjadi suatu perbuatan yang
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain
adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas (sarana dan prasarana), juga diperlukan dukungan
bertransdensi, suatu kemampuan khas untuk meningkatkan dirinya selaku makhluk berakal
manusia). Keduanya bermakna spritual bukan fisikal. Tidak ada yang mampu menyangkal
bahwa kebudayaan adalah khas masyarakat sebagai pelaku aktif kebudayaan. Masyarakat
menjalankan kegiatannya untuk mencapai sesuatu yang bernilai baginya dan dengan
~ 17 ~
Manusia merupakan makhluk sosial, yang hidup dalam suatu kelompok masyarakat.
Dalam setiap kelompok masyarakat terdapat aturan, norma, nilai, dan tradisi yang berbeda-
beda. Hal-hal tersebut berkembang bersama masyarakat dan turun temurun dari generasi ke
generasi. Sosial budaya sering kali dijadikan petunjuk dan tata cara berperilaku dalam
bermasyarakat, hal ini dapat berdampak positif namun juga dapat berdampak negative.
Disinilah kaitannya dengan kesehatan, ketika suatu tradisi yang telah menjadi warisan turun
temurun dalam sebuah masyarakat namun ternyata tradisi tersebut memiliki dampak yang
tentang konsep sehat dan sakit dan persepsi masyarakat tentang penyebab terjadinya penyakit
disuatu masyarakat akan berbeda-beda tergantung dari kebudayaan yang ada dalam
masyarakat tersebut.
masyarakat terhadap tindakan yang mereka lakukan ketika mereka mengalami sakit, ini akan
sangat dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada dan tumbuh dalam
masyarakat tersebut. Misalnya masyarakat yang sangat mempercayai dukun yang memiliki
kekuatan gaib sebagai penyembuh ketika mereka sakit, dan bayi yang menderita demam atau
diare berarti pertanda bahwa bayi tersebut akan pintar berjalan. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa social budaya sangat mempengaruhi kesehatan baik itu individu maupun kelompok.
kepercayaan gaib. Sehingga usaha yang harus dilakukan untuk mengubah kebudayaan
tersebut adalah dengan mempelajari kebudayaan mereka dan menciptakan kebudayaan yang
inovatif sesuai dengan norma, berpola, dan benda hasil karya manusia.
~ 18 ~
Dalam menciptakan kebudayaan yang inovatif di suatu masyarakat setempat,
seseorang harus mengubah persepsi masyarakat agar mereka merasa butuh. Perubahan yang
ingin dicapai harus dipahami dan dikuasai masyarakat sehingga dapat diajarkan dan
diterapkan. Selain itu perubahan yang dilakukan tidak merusak prestise pribadi atau
kelompok masyarakat.
tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagai
kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit maupun menyembuhkan
diri dari penyakit. Oleh karena itu dalam memahami suatu masalah perilaku kesehatan harus
dilihat dalam hubungannya dengan kebudayaan, organisasi sosial, dan kepribadian individu-
individunya.
2.2 Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan dan Status
Kesehatan
2.2.1 Aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan dan perilaku kesehatan
a. Umur
Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan golongan
umur. Misalnya balita lebiha banyak menderita penyakit infeksi, sedangkan golongan usila
lebih banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker,
dan lain-lain.
~ 19 ~
b. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula. Misalnya
dikalangan wanita lebih banyak menderita kanker payudara, sedangkan laki-laki banyak
c. Pekerjaan
Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya dikalangan petani
banyak yang menderita penyakit cacing akibat kerja yang banyak dilakukan disawah dengan
lingkungan yang banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja diindustri , misal dipabrik
tekstil banyak yang menderita penyakit saluran pernapasan karena banyak terpapar dengan
debu.
Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit. Misalnya penderita
obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi,
dan sebaliknya malnutrisi lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang status
ekonominya rendah.
Menurut H. Ray Elling (1970) dan G.M Foster (1973), ada beberapa faktor sosial yang
Self Concept ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang kita rasakan
terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada
orang lain. Apabila orang lain melihat kita positif dan menerima apa yang kita lakukan, kita
~ 20 ~
akan meneruskan perilaku kita. Tetapi apabila orang lain berpandangan negatif terhadap
perilaku kita dalam jangka waktu yang lama, kita akan merasa suatu keharusan untuk
melakukan perubahan perilaku. Self Concept adalah faktor yang penting dalam kesehatan,
Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Sebagai contoh,
keluarga di pedesaan yang mempunyai kebiasaan untuk menggunakan pelayanan dukun, akan
berpengaruh terhadap perilaku anaknya dalam mencari pertolongan pengobatan pada saat
c. Pengaruh Identifikasi Individu kepada Kelompok Sosialnya terhadap Perilaku Kesehatan
keamanan psikologis dan kepuasan dalam pekerjaan mereka. Identifikasi tersebut dinyatakan
dalam keluarga besar, di kalangan kelompok teman, kelompok kerja desa yang kecil, dan
lain-lain.
2.2.2 Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan
Menurut G.M. Foster (1973), aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan seseorang
Banyak tradisi yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan misalnya
Makan sirih merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh berbagai suku di Indonesia, kebiasaan
makan sirih ini merupakan tradisi yang dilakukan turun temurun pada sebagian besar
penduduk pedesaan yang pada mulanya berkaitan erat dengan adat kebiasaan masyarakat
setempat. Adat kebiasaan ini biasanya dilakukan pada saat acara yang sifatnya ritual, tradisi
~ 21 ~
merokok bagi orang laki2 maka kebanyakan laki2 lebih banyak yang menderita penyakit paru
dibanding wanita. Tradisi wanita habis melahirkan tidak boleh makan ikan karena ASI akan
Sikap fatalistis arti sikap tentang kejadian kematian dari masyarakat Hal lain adalah sikap
masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatik) yang beragama islam percaya bahwa anak
adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha
Sikap ethnocentris yaitu sikap yang memandang bahwa budaya kelompok adalah yang
paling baik, jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Misalnya orang-orang barat
merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya,dan selalu
dari masyarakat yang sedang berkembang. tetapi dari sisi lain,semua anggota dari budaya
lainnya menganggap bahwa yang dilakukan secar alamiah adalah yang terbaik. Oleh karena
itu,sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari sikap yang menganggap bahwa petugas
adalah orang yang paling pandai,paling mengetahui tentang masalah kesehatan karena
pendidikan petugas lebih tinggi dari pendidikan masyarakat setempat sehingga tidak perlu
mengikut sertakan masyarakat tersebut dalam masalah kesehatan masyarakat.dalam hal ini
mereka bekerja lebih mengetahui keadaan di masyarakatnya sendiri. Contoh lain : Seorang
~ 22 ~
perawat/ dokter menganggap dirinya yang paling tahu tentang kesehatan, sehingga merasa
Sikap perasaan bangga atas perilakunya walaupun perilakunya tidak sesuai dengan konsep
kesehatan. hal tersebut berkaitan dengan sikap ethnosentrisme. Contoh : Dalam upaya
perbaikan gizi, disuatu daerah pedesaan tertentu, menolak untuk makan daun singkong,
walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki ternyata masyarakat
bernaggapan daun singkong hanya pantas untuk makanan kambing, dan mereka menolaknya
karena norma yang mereka miliki diyakininya sebagai bentuk perilaku yang baik. Contoh :
upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karena
ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang memberikan pelayanan dengan bumil
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan dan
perilaku individu masyarakat, kerena apa tidak melakukan nilai maka dianggap tidak
berperilaku “ pamali” atau “ Saru “. Nilai yang ada dimasyarakat tidak semua mendukung
perilaku sehat. Nilai-nilai tersebut ada yang menunjang dan ada yang merugikan kesehatan.
1. Nilai yang merugikan kesehatan, misalnya arti anak yang banyak akan membawa
rejeki sendiri sehingga tidak perlu lagi takut dengan anak banyak.
~ 23 ~
2. Nilai yang mendukung kesehatan misalnya; tokoh masyarakat setiap tutur katanya
harus wajib ditaati oleh kelompok masyarakat, hal ini tokoh masyarakat dapat di
pakai untuk membantu sebagai key person dalam program kesehatan. RRT kalau
Contoh : masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daipada beras merah,
padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada diberas
putih.
g. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap
perilaku kesehatan.
Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh terhadap kebiasaan pada
seseorang ketika ia dewasa. Misalnya saja, anak harus mulai diajari sikat gigi, buang air besar
di kakus, membuang sampah ditempat sampah, cara makan/ berpakaian yang baik sejak
awal, dan kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa dan bahkan
menjadi tua.kebiasaan tersebut sangat mempengaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit
Tidak ada kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu perubahan selalu
dinamis artinya setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua, ketiga dan seterusnya.
masyarakat,maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika
perubahan,dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan
tersebutapabila ia tahu budaya masyarakat setempat dan apabila ia tahu tentang proses
~ 24 ~
perubahan kebudayaan,maka ia harus dapat mengantisipasi reaksi yang muncul yang
Artinya seorang petugas kesehatan kalau mau melakukan perubahan perilaku kesehatan
harus mampu menjadi contoh dalam perilakukanya sehari-hari. Ada anggapan bahwa petugas
kesehatan merupakan contoh rujukan perilaku hidup bersih sehat, bahkan diyakini bahwa
perilaku kesehatan yang baik adalah kepunyaan/ hanya petugas kesehatan yang benar.
Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari banyak suku
bangsa yang mempunyai latar budaya yang beraneka ragam.lingkungan budaya tersebut
sangat mepegaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut,sehingga dengan
kesehatan kepada masyarakat dangan latar budaya yang beraneka ragam, perlu sekali
kesehatan masyarakat.
Karena perilaku dipengaruhi budaya, maka untuk merubah perilaku juga harus
~ 25 ~
Perubahan kebudayaan yang terjadi dalam jangka waktu pendek disebut inovasi,
Syarat inovasi:
Tradisi bersirih atau menginang (makan pinang) adalah warisan budaya Indonesia
yang dilakukan dengan mengunyah bahan-bahan bersirih seperti pinang, sirih, gambir,
tembakau, kapur, cengkeh. Kebiasaan menginang terlah berlangsung lama, yaitu lebih dari
3000 tahun yang lalu atau pada zaman Neolitik, hingga saat ini. Ada juga catatan para
musafir Tiongkok yang mengungkapkan bahwa sirih dan pinang sudah dikonsumsi sejak dua
abad sebelum Masehi. Sirih pinang telah menjadi suatu simbol bagi masyarakat adat Melayu.
Hal ini dapat dilihat dari tradisi lisan Melayu berupa sastra, misalnya : Sirih pembuka pintu
rumah, Sirih pembuka pintu hati. Bahan-bahan menginang adalah yang pertama disuguhkan
bagi seluruh tamu yang hadir pada acara adat di sebagian besar wilayah Indonesia, seperti
Tradisi bersisrih tidak diketahui secara pasti berasal darimana. Dari cerita-cerita sastra
bersirih berasal dari India. Namun, selain dari India, sirih telah dikenal oleh masyarakat Asia
Tenggara, termasuk Malaysia, dan kemudian tradisi ini menyebar ke Indonesia. Bukti
arkeologi bersirih tertua ditemukan di Gua Roh, Thailand. Kebiasaan menginang telah
~ 26 ~
dilakukan oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu, baik dari Sumatera, Sulawesi, Maluku dan
Papua.
Selain sebagai simbol sosial dan adat, sirih, pinang, dan bahan-bahan lainnya
1. Sirih
Sirih menyimbolkan sifat rendah hati dan memuliak27an orang lain, sebab pohon sirih
2. Pinang
Pinang melambangkan keturunan yang baik, karena dilihat dari pohonnya yang menjulang ke
atas, serta ada harapan mendapatkan keturunan yang baik dan sukses.
3. Kapur
Kapur dan tembakau melambangkan hati yang tabah dan rela berkorban demi orang lain.
Menginang sama halnya dengan merokok, minum teh dan kopi. Awalnya orang
menginang sebagai penyedap mulut, tetapi lama kelamaan menjadi kebiasaan yang
menimbulkan kesenangan dan terasa nikmat sehingga sulit untuk dilepaskan. Disamping
untuk kenikmatan, menginang juga berfungsi sebagai aktivitas pengobatan merawat gigi.
Masyarakat Indonesia telah lama mengenal daun sirih sebagai bahan menginang dengan
~ 27 ~
keyakinan bahwa menginang dapat menguatkan gigi, menyembuhkan luka di mulut,
menghilangkan bau mulut, menghentikan perdarahan gusi, serta sebagai obat kumur. Fungsi
menginang juga sebagai tata pergaulan dan tata nilai kemasyarakatan. Misalnya, bahan-bahan
menginang dijadikan hidangan penghormatan untuk tamu, dan sebagai alat pengikat dalam
pertunangan sebelum menikah. Menginang juga digunakan sebagai sesaji yang digunakan
1. Manfaat Menyirih
Menyirih dipercaya baik untuk menjaga kesehatan gigi dan sistem pencernaan. Ini karena
mengunyah daun sirih dan biji pinang bisa memicu produksi air liur. Air liur mengandung
beragam jenis protein dan mineral yang baik untuk menjaga kekuatan gigi serta mencegah
penyakit gusi. Selain itu, air liur juga senantiasa membersihkan gigi dan gusi dari sisa-sisa
Bagi sistem pencernaan, air liur berfungsi untuk mengikat dan melembutkan makanan.
Dengan begitu, kita bisa menelan dan mengirimkan makanan menuju kerongkongan, usus,
dan lambung dengan lancar. Hal ini tentu membantu memudahkan kerja sistem pencernaan.
Selain itu, menyirih juga diyakini sebagai sumber energi. Pasalnya, biji pinang mengandung
zat psikoaktif yang sangan mirip dengan nikotin, alkohol, dan kafein. Tubuh akan
memproduksi hormon adrenalin, sehingga tubuh akan merasa lebih segar, waspada dan
berenergi.
~ 28 ~
2. Bahaya Menyirih
para peneliti, diketahui bahwa menyirih ternyata beresiko menyebabkan berbagai penyakit
yang tidak bisa disepelekan, misalnya kanker. Berikut ini adalah bahaya menyirih bagi
kesehatan :
• Kanker Mulut
Menurut WHO, menyirih beresiko tinggi menyebabkan kanker, terutama di daerah mulut.
Kesimpulan ini diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan International Agency for
Ternyata campuran daun sirih, biji pinang, kapur dan tembakau bersifat karsinogenik (pemicu
kanker). Jika dikonsumsi terlalu sering dalam jangka waktu yang panjang, akan rentan
Mengunyah sirih pinang meningkatkan resiko mengalami lesi mukosa mulut, yaitu
munculnya luka (lesi) di dalam rongga mulut. Luka atau iritasi terbentuk karena campuran
bahan-bahan menyirih sifatnya sangat keras bagi mulut. Apalagi kalau menyirih sudah jadi
kebiasaann yang tidak bisa dihentikan. Efek buruknya pun jadi makin cepat timbul dan sulit
ditangani.
~ 29 ~
Jika sudah cukup parah, kondisi ini menyebabkan mulut terasa kaku dan pada akhirnya
rahang akan sulit digerakkan. Hingga saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan lesi
mukosa mulut. Pengobatan yang ditawarkan hanya mampu meringankan gejala yang muncul.
Belum banyak diketahui bahwa ibu hamil harus waspada terhadap bahaya menyirih. Menyirih
saat hamil beresiko menyebabkan perubahan genetik pada DNA janin. Perubahan genetik
akibat menyirih ini membahayakan kandungan, seperti halnya merokok bisa mengakibatkan
kecacatan janin. Ibu hamil yang menyirih juga bersiko melahirkan bayi dengan berat badan di
bawah normal. Oleh sebab itu, WHO dan para ahli kesehatan masyarakat menghimbau agr
~ 30 ~
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
mana yang perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam
~ 31 ~
memperbaiki status kesehatan. Kita juga perlu mempelajari bahasa lokal agar lebih mudah
berkomunikasi, menambah rasa kedekatan, rasa kepemilikan bersama dan rasa persaudaraan.
DAFTAR PUSTAKA
~ 32 ~
Putriyani, 2012, Persepsi tentang Kesehatan Diri dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Berobat Ke Dukun Cilik Ponari, Universitas Ahmad Dahlan,Yogyakarta. (Diaskes
21 februari)
Reni Kustyana, 2013, Perilaku Masyarakat Dalam Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan
(Studi Pada Poliklinik Desa Dan Dukun Di Gunung Ibul Barat Prabumulih), Universitas
Sriwijaya, Palembang. (Diaskes 20 februari)
Sandra Imelda H, 2013, Faktor sosial budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan
masyarakat menuju paradigma sehat, Padang. (Diaskes 20 februari)
Sunanti Z. Soejoeti, 2013, Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit
dalam Konteks Sosial Budaya, Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta. (Diaskes 20 februari)
Tiomarni Lumban Gaol, 2013, Pengaruh Faktor Sosiodemografi, Sosioekonomi Dan
Kebutuhan Terhadap Perilaku Masyarakat Dalam Pencarian Pengobatan Di Kecamatan
Medan Kota Tahun 2013, Universitas Sumatera Utara, Medan. (Diaskes 20 februari)
Yetti Wira Citerawati SY, 2012, Aspek Sosiobudaya Berhubungan Dengan Perilaku
Kesehatan,Universitas Brawijaya, Malang. (Diaskes 20 februari)
Zr. Rosita Saragih, 2012, Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Pelayanan
Puskesmas Di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang, Universitas Darma Agung, Medan.
(Diaskes 20 februari)
~ 33 ~