Anda di halaman 1dari 33

ANALISA BUDAYA

PENGARUH SIRIH PINANG TERHADAP KESEHATAN

Disusun sebagai penugasan mata kuliah Sosial Politik


Dosen Pembimbing : Agus Putra Murdani, S.KM, M.Kes

OLEH KELOMPOK 2

Nama NIM Nama NIM


LELY MAYASARI 202002T118 ROSITA AGUSTINA 202002T042
MEGA IKE SHERLY O 202002T051 SANDI EKO PRASETYO 202002T006
MOCH ILHAM WAHYUDI 202002T110 SITI MUSYAROFAH 202002T075
MOHAMAD SAMHAN 202002T101 SRI HANDAYANI 202002T055
MUHAIMIN 202002T067 SRI WAHYUNI 202002T117
M. SANDY WIBOWO 202002T053 SUGIARTO 202002T008
NOVITA DEWI CAHYANING 202002T034 TIESSA RINJANI 202002T012
R. MOHAMMAD KHOZIN 202002T023 TITIS RISKY DWI NOVITASARI 202002T016
RENDI SANDIKA 202002T122 WIDIYANINGSIH 202002T011
RIA PUSPITASARI 202002T020 YESI NOVIA AYU A 202002T0100
ROBITH TAMARA EL W 202002T115 YUYUN INDRASARI 202002T027

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN


PROGRAM NON REGULER

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI


2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu walaupun ada beberapa halangan yang
mengganggu proses pembuatan makalah ini, namun penulis dapat mengatasinya tentu atas
campur tangan Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis berharap makalah ini akan berguna bagi para mahasiswa terutama yang berada di
STIKES Banyuwangi, materi tentang “Analisa budaya pengaruh sirih pinang terhadap
kesehatan” sehingga diharapkan dengan mempelajari makalah ini mahasiswa maupun
pembaca lainnya untuk mendapatkan tambahan pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, penulis berharap adanya
kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini pada masa yang akan
datang. Akhir kata dari penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini sehingga menjadi bermanfaat bagi kita semua.

Banyuwangi, 30 Oktober 2020

Penulis

~2~
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 4
1.2 Rumusan masalah......................................................................................4
1.3     Tujuan Umum........................................................................................... 4
1.4    Tujuan Khusus............................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................... 6
2.1 Hubungan antara sosial budaya terhadap kesehatan................................. 6
2.2 Faktor sosial budaya terhadap kesehatan................................................ 19
2.3 Asal usul budaya bersirih........................................................................ 26
2.4___FIlosofi bersirih…………………………………………......………….26
2.5___Fungsi bersirih…...………………………….……………………….....27
2.6___Manfaat dan bahaya bersirih……………..……………………………..28
BAB III.................................................................................................................. 31
PENUTUP..............................................................................................................31
4.1 KESIMPULAN....................................................................................... 31
4.2 SARAN................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 32

BAB 1

~3~
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang banyak

membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup

maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu

hal yang berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang

bermukim dalam suatu tempat tertentu. Indonesia yang yang terdiri dari beragam etnis tentu

memiliki banyak budaya dalam masyarakatnya. Terkadang, budaya suatu etnis dengan etnis

yang lain dapat berbeda jauh. Hal ini menyebabkan suatu budaya yang positif, dapat

dianggap budaya negatif di etnis lainnya. Sehingga tidaklah mengherankan jika permasalahan

kesehatan di Indonesia begitu kompleksnya.

Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku

kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam

dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masayarakat ada kecenderungan untuk

merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan. Untuk itu, untuk

mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai

mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam mensosialisasikan

kesehatan pada masyarakat luas dapat lebih terarah yang implikasinya adalah naiknya derajat

kesehatan masyarakat.

Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat  memberikan peranan penting dalam

mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam

~4~
masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah

mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa

memberikan dampak positif maupun negatif.

Hubungan antara budaya dan kesehatan  sangatlah erat hubungannya, sebagai salah

satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan

tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan

dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang

tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya

mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya

suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya

dengan kesehatan.

Mulut adalah salah satu organ terpenting pada tubuh manusia, dimana mulut

mempunyai peran sebagai pintu masuknya berbagai jenis makanan, minuman dan berbagai

jenis kuman, bakteri dan virus. Di dalam mulut terdapat juga organ-organ lain, salah satunya

yaitu gigi yang berfungsi sebagai penghancur atau pengunyah/pelumat makanan. Gigi juga

berfungsi sebagai hiasan yang mencerminkan citra diri seseorang (Boedihardjo, 2011).

Kesehatan mulut merupakan bagian fundamental dari kesehatan secara menyeluruh.

Kesehatan mulut yang dimaksud saat ini adalah kesejahteraan rongga mulut, termasuk gigi

dan struktur serta jaringan-jaringan pendukungnya yang terbebas dari rasa sakit, serta

berfungsi secara optimal. Penyakit gigi dan mulut dapat menjadi resiko pada penyakit lain,

seperti fokal infeksi dari penyakit tonsilitis, faringitis, dan lain-lain. Tindakan pencegahan

terhadap penyakit gigi dan mulut perlu dilakukan agar tidak terjadi gangguan fungsi, aktivitas

~5~
serta penurunan produktifitas kerja yang tentunya akan mempengaruhi kualitas hidup

(Sriyono,2009).

Gangguan kesehatan mulut akan berdampak pada kinerja seseorang. Masalah

tingginya angka penyakit gigi dan mulut saat ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain faktor perilaku masyarakat yang dijadikan suatu budaya atau kebiasaan salah

satunya adalah kebiasaan mengunyah sirih atau pinang (Nurjannah dkk, 2010). Saat ini

sejumlah penyakit gigi dan mulut dihubungkan dengan kebisaan, pola hidup, dan faktor

lingkungan, salah satunnya adalah mengunyah pinang. Diperkirakan terdapat sekitar 600 juta

penduduk mempunyai pola kebiasaan mengunyah pinang. Mengunyah pinang merupakan

suatu kebiasaan yang populer di Asia, terutama India, Sri Lanka, Asia Tenggara, Kepulauan

Pasifik, dan China. Menurut catatan sejarah nenek moyang di Asia Pasifik, Asia Selatan, dan

Asia Tenggara, kebiasaan ini secara sosial diterima di seluruh lapisan masyarakat termasuk

wanita dan sebagian anak-anak. Hal ini telah diketahui dan dilaporkan di beberapa negara

seperti Bangladesh, Thailand, Kamboja, Sri Lanka, Pakistan, Malaysia, Indonesia, China,

Papua Nugini, beberapa pulau di Pasifik, dan populasi yang bermigrasi ke tempat-tempat

seperti Afrika Selatan, Afrika Timur, Eropa, Amerika Utara dan Australia (Ray dkk, 2012).

Penyebab terjadinya gangguan gigi dan mulut pada prinsipnya sama dengan penyebab

terjadinya jenis penyakit lainnya baik penyebab langsung seperti bakteri, maupun penyebab

tidak langsung seperti karakteristik penderita, kebiasaan, perilaku dan faktor budaya.

Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita masyarakat adalah penyakit karies gigi

kemudian diikuti dengan penyakit periodental di urutan ke dua (Depkes RI, 2011). Ditinjau

dari sisi kedokteran gigi, kebiasaan mengunyah sirih pinang dapat mengakibatkan penyakit

periodental. Penyebab terbentuknya penyakit periodental adalah kalkulus atau karang gigi

~6~
akibat stagnasi saliva pengunyah pinang karena adanya kapur Ca(OH)2. Gabungan kapur

dengan pinang mengakibatkan timbulnya respon primer terhadap pembentukan senyawa

oksigen reaktif dan mungkin mengakibatkan kerusakan oksidatif pada DNA di aspek bukal

mukosa penyirih. Efek negatif menyirih adalah dapat mengakibatkan penyakit periodental

dengan adanya lesi-lesi pada mukosa mulut seperti submucus fibrosis, oral premalignant

lesion dan bahkan dapat mengakibatkan kanker mulut (Kasim dkk, 2006).

Makan sirih merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh berbagai suku di Indonesia,

kebiasaan makan sirih ini merupakan tradisi yang dilakukan turun temurun pada sebagian

besar penduduk pedesaan yang pada mulanya berkaitan erat dengan adat kebiasaan

masyarakat setempat. Adat kebiasaan ini biasanya dilakukan pada saat acara yang sifatnya

ritual.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah kaitan antara sosial budaya dan perilaku kesehatan ?

2. Apa sajakah faktor sosial budaya pada perilaku kesehatan ?

3. Bagaimana asal usul budaya bersirih?

4. Apa filosofi bersirih?

5. Apa fungsi menyirih?

6. Apa manfaat dan bahaya menyirih?

1.3 Tujuan

Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh budaya sirih pinang terhadap kesehatan

~7~
Tujuan Khusus

1. Mengetahui kaitan antara sosial budaya dan perilaku kesehatan.

2. Mengetahui faktor sosial budaya pada perilaku kesehatan.

3. Mengetahui asal usul budaya bersirih.

4. Mengetahui filosofi bersirih.

5. Mengetahui fungsi menyirih.

6. Mengetahui dan bahaya menyirih.

~8~
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hubungan antara sosial budaya dan perilaku kesehatan

2.1.1 Manusia sebagai makhluk sosial

Manusia adalah makhluk multidimensional yaitu sebagai personal atau individual,

sosial-komunal, dan spiritual-kosmologikal. Dari kehidupan ini, muncul konteks

mikrokosmos (pribadi) dan makrokosmos (alam semesta). 

Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat,

selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat

dikembangkan. Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak mungkin bisa memisahkan

hidupnya dengan manusia lain. Sudah bukan rahasia lagi bahwa segala bentuk kebudayaan,

tatanan hidup, dan sistem kemasyarakatan terbentuk karena interaksi dan benturan

kepentingan antara satu manusia dengan manusia lainnya. Sejak zaman prasejarah hingga

sejarah, manusia telah disibukkan dengan keterciptaan berbagai aturan dan norma dalam

kehidupan berkelompok mereka.

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa berinteraksi

dengan manusia lain, misalnya interaksi antara penyuluh kesehatan dengan masyarakat atau

interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien. Jika hubungan interaksi tersebut tidak

berjalan dengan baik maka tentu saja akan memberi dampak pada individu atau masyarakat

itu sendiri. Ketika petugas kesehatan khususnya penyuluh kesehatan tidak tahu tentang

bagaimana cara melakukan pendekatan sosial dan cara berinteraksi dengan suatu kelompok

~9~
masyarakat maka tentu saja komunikasi tidak akan berjalan dengan baik dan akan berdampak

pada kesehatan masyarakat itu sendiri.

Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena

beberapa alasan, yaitu:

a.   Manusia tunduk pada aturan, norma sosial

b.   Perilaku manusia mengharapkan suatu penilain dari orang lain

c.   Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain

d.   Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

2.1.2  Manusia Sebagai Makhluk yang Berbudaya

Manusia memiliki kemapuan untuk mengola potensi diri (akal pikiran) interaksi dan

mengola lingkungan. Dalam mengola diri, manusia melahirkan ilmu dan keyakinan diri.

Berinteraksi melahirkan tata aturan dan norma. Sedangkan mengola lingkungan, selain

melahirkan organisasi juga melahirkan alat dan teknologi.

Keseluran dari kemampuan pengolahan manusia itu, baik secara individual maupun

kolektif, disebut budaya. Dengan kata lain, dimana ada manusia disana ada masyarakat dan

dimana ada masyarakat disana ada kebudayaan oleh karena itu manusia adalah makhluk

budaya.

a.    Pengertian Kebudayaan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang

merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

berkaitandengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,

yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Menurut

~ 10 ~
Koentjaraningrat: kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang

teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkanya dengan belajar dan yang semuanya

tersusun dalam kehidupan masyarakat. Selain itu terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu :

1. Wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan,dan sebagainya. Wujud

pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran masing-masing

anggota masyarakat di tempat kebudayaan itu hidup.

2. Aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri atas

aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu

dengan yang lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat

kelakuan. Sistem sosial ini bersifat nyata atau konkret.

3. Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan karya

manusia dalam masyarakat.

Manusia dinilai makhluk yang berbudaya jika manusia tersebut memiliki akal dan

pikiran yang selalu aktual dalam mengisi kehidupannya dengan tidak lelah mencari ilmu

pengetahuan apapun untuk mengembangkan kepribadiannya. Dengan berbekal akal dan

pikiran yang terus-menerus diasah, diharapkan manusia tersebut mencapai tujuan-tujuan

hidup mereka dengan baik. Sehingga dari hal tersebut, manusia dapat membagi apa yang

telah meraka dapatkan dengan manusia-manusia lainnya yang membutuhkan.

Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat

kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari

masyarakatnya yang tampak dari luar. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap

lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa di sebuah lingkungan tertentu akan

~ 11 ~
berbeda kebiasaanya dengan lingkungan lainnya dan mengasilkan kebudayaan yang berbeda

pula. 

b.    Unsur-Unsur Budaya

Menurut Clyde Kluckhohm menyebut ada tujuh unsur kebudayaan yaitu bahasa, sistem

pengetahuan, organisasi sosial system peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencarian

sistem religi dan kesenian :

1. Bahasa yaitu alat komunikasi, baik yang di wujudkan dalam bentuk bahasa lisan,

tulisan, atau simbolik.

2. Pengetahuan yaitu aspek fungsi dari akal pikiran manusia.

3. Organisasi sosial yaitu kelembagaan sosial dimasyarakat baik yang bersifat primer

(alamiah) maupun sekunder (dibentuk).

4. Kesenian yaitu wujud ekspresi seni masyarakat. Dalam konteks kesehatan yaitu

penggunaan music yang digunakan dalam terapi kesehatan tata ruang kamar rumah

sakit secara indah juga termasuk kedalam wujud kesenian

5. Alat dan teknologi yaitu perangkat bantu dalam memperlancar aktifitas manusia

dalam mencapai kebutuhan hidupnya.

6. Religi, yaitu aspek kepercayaan dan keyakinan manusia pada al-khaliq atau sesuatu

yang suci

7. Mata pencaharian setiap masyarakat memiliki unsur mata pencaharian mulai bertanya

sampai menjual jasa, tenaga kesehatan adalah mata pencaharian penjual jasa

8. Sistem pendidikan yaitu proses manusia dalam mengsosialisasikan nilai dan norma

kepada anggota masyarakatnya, baik dilingkungan rumah keluarga atau lembaga

sosial tertentu.

~ 12 ~
2.2.3   Perilaku Kesehatan

Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang

merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun

eksternal. Determinan faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang

bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan

sebagainya. Sedangkan determinan faktor eksternal adalah faktor yang dominan yang

mewarnai perilaku seseorang, yaitu lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan

sebagainya.

Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku

kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Menurut Sudarti (2005) yang menyimpulkan pendapat Bloom tentang status

kesehatan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan yaitu; lingkungan yang

terdiri dari lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, perilaku, keturunan, dan pelayanan

kesehatan, selanjutnya Bloom menjelaskan, bahwa lingkungan sosial budaya tersebut tidak

saja mempengaruhi status kesehatan, tetapi juga mempengaruhi perilaku kesehatan.

Selanjutnya Sudarti (2005), yang mengutip pendapat G.M. Foster menyatakan, selain aspek

sosial yang mempengaruhi perilaku kesehatan, aspek budaya juga mempengaruhi kesehatan

seseorang antaranya tradisi, sikap fatalisme, nilai, etnocentrism, dan unsur budaya yang

dipelajari pada tingkat awal dalam proses sosialisasi.

~ 13 ~
Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku manusia dari tingkat

kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behaviour cause) dan faktor

di luar perilaku (non-behaviour cause). Selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga

faktor, yaitu;

1.  Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya

2.  Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau

tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-

obatan, air bersih dan sebagainya

3.  Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Menurut Notoatmodjo (2007), memberikan pandangan bahwa perubahan perilaku

atau adopsia perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang

relatif lama. Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi

perilaku dalam kehidupannya melalui tiga tahap, yaitu; pengetahuan, sikap dan tindakan.

1.   Pengetahuan Kesehatan (health knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui penginderaan mata (melihat) dan telinga (mendengar). Perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih permanen dianut oleh seseorang dibandingkan dengan perilaku yang

biasa berlaku, pengetahuan yang dimiliki sangat penting untuk terbentuk sikap dan tindakan.

~ 14 ~
Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang

terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Indikator untuk mengetahui tingkat pengetahuan

atau kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga indikator, yaitu;

1)     Pengetahuan tentang sakit dan penyakit

2)     Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat

3)     Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

2.    Sikap Terhadap Kesehatan (health attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidak senangan seseorang

terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman, atau dari orang yang dekat dengan kita.

Mereka dapat mengakrabkan kita dengan sesuatu, atau menyebabkan kita menolaknya

(Wahid, 2007).

Sikap dapat dipandang sebagai predisposisi untuk bereaksi dengan cara yang

menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek, orang dan konsep apa saja. Ada

beberapa asumsi yang mendasari pendapat tersebut, yaitu:

1)     sikap berhubungan dengan perilaku

2)     sikap yang berkaitan erat dengan perasaan seseorang terhadap objek

3)     sikap adalah konstruksi yang bersifat hipotesis, artinya konsekuensinya dapat diamati,

tetapi sikap itu tidak dapat dipahami.

~ 15 ~
Adapun ciri-ciri sikap menurut Azwar (2009) adalah sebagai berikut :

1. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan perasaan

seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap

objek atau stimulus.

2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal reference) merupakan factor

penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada

pertimbangan-pertimbangan individu.

3. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap positif

atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan kebutuhan

dari pada individu tersebut.

4. Sosial budaya (Culture), berperan besar dalam memengaruhi pola pikir seseorang

untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu.

Kekuatan sikap tergantung dari banyak faktor, faktor yang terpenting adalah faktor

yang mempengaruhi terbentuknya sikap. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara lain;

a.  Pengalaman pribadi, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi

tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional

b.  Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu cenderung untuk

memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting (tokoh)

c.   Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh

sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat,

karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat

~ 16 ~
d.  Media massa, dalam media komunikasi berita atau informasi yang disampaikan

dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya

e.  Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari lembaga

pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan sehingga

mempengaruhi sikap, dan;

f.    Faktor emosional, kadangkala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari

emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego

3.    Tindakan Kesehatan (health practice)

Praktik kesehatan ataupun tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau

aktivitas seseorang dalam rangka memelihara kesehatan. Suatu sikap belum tentu terwujud

dalam suatu tindakan (over behavior), untuk mewujudkannya menjadi suatu perbuatan yang

nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain

adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas (sarana dan prasarana), juga diperlukan dukungan

(support) dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007).

Masyarakat mengembangkan kebudayaaan, karena manusia merupakan makhluk yang

bertransdensi, suatu kemampuan khas untuk meningkatkan dirinya selaku makhluk berakal

budi. Kebudayaan memungkinkan masyarakat memperoleh gerak hominisasi (pemanusiaan

manusia) dilain pihak kebudayaan merupakan proses humanisasi (peningkatan martabat

manusia). Keduanya bermakna spritual bukan fisikal. Tidak ada yang mampu menyangkal

bahwa kebudayaan adalah khas masyarakat sebagai pelaku aktif kebudayaan. Masyarakat

menjalankan kegiatannya untuk mencapai sesuatu yang bernilai baginya dan dengan

demikian tugas kemanusiannya menjadi lebih nyata.

~ 17 ~
Manusia merupakan makhluk sosial, yang hidup dalam suatu kelompok masyarakat.

Dalam setiap kelompok masyarakat terdapat aturan, norma, nilai, dan tradisi yang berbeda-

beda. Hal-hal tersebut berkembang bersama masyarakat dan turun temurun dari generasi ke

generasi. Sosial budaya sering kali dijadikan petunjuk dan tata cara berperilaku dalam

bermasyarakat, hal ini dapat berdampak positif namun juga dapat berdampak negative.

Disinilah kaitannya dengan kesehatan, ketika suatu tradisi yang telah menjadi warisan turun

temurun dalam sebuah masyarakat namun ternyata tradisi tersebut memiliki dampak yang

negatif bagi derajat kesehatan masyarakatnya. Misalnya, cara masyarakat memandang

tentang konsep sehat dan sakit dan persepsi masyarakat tentang penyebab terjadinya penyakit

disuatu masyarakat akan berbeda-beda tergantung dari kebudayaan yang ada dalam

masyarakat tersebut.

Contoh lain, sosial budaya mempengaruhi kesehatan adalah pandangan suatu

masyarakat terhadap tindakan yang mereka lakukan ketika mereka mengalami sakit, ini akan

sangat dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada dan tumbuh dalam

masyarakat tersebut. Misalnya masyarakat yang sangat mempercayai dukun yang memiliki

kekuatan gaib sebagai penyembuh ketika mereka sakit, dan bayi yang menderita demam atau

diare berarti pertanda bahwa bayi tersebut akan pintar berjalan. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa social budaya sangat mempengaruhi kesehatan baik itu individu maupun kelompok.

Kebudayaan perilaku kesehatan yang terdapat dimasyarakat beragam dan sudah

melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan tersebut seringkali berupa

kepercayaan gaib. Sehingga usaha yang harus dilakukan untuk mengubah kebudayaan

tersebut adalah dengan mempelajari kebudayaan mereka dan menciptakan kebudayaan yang

inovatif sesuai dengan norma, berpola, dan benda hasil karya manusia.

~ 18 ~
Dalam menciptakan kebudayaan yang inovatif di suatu masyarakat setempat,

seseorang harus mengubah persepsi masyarakat agar mereka merasa butuh. Perubahan yang

ingin dicapai harus dipahami dan dikuasai masyarakat sehingga dapat diajarkan dan

diterapkan. Selain itu perubahan yang dilakukan tidak merusak prestise pribadi atau

kelompok masyarakat.

Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan mempengaruhi

tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagai

kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit maupun menyembuhkan

diri dari penyakit. Oleh karena itu dalam memahami suatu masalah perilaku kesehatan harus

dilihat dalam hubungannya dengan kebudayaan, organisasi sosial, dan kepribadian individu-

individunya.

2.2 Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan dan Status

Kesehatan

2.2.1 Aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan dan perilaku kesehatan

Aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan

 antara lain adalah:

a.  Umur

Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan golongan

umur. Misalnya balita lebiha banyak menderita penyakit infeksi, sedangkan golongan usila

lebih banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker,

dan lain-lain.

~ 19 ~
b.  Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula. Misalnya

dikalangan wanita lebih banyak menderita kanker payudara, sedangkan laki-laki banyak

menderita kanker prostat.

c.   Pekerjaan

Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya dikalangan petani

banyak yang menderita penyakit cacing akibat kerja yang banyak dilakukan disawah dengan

lingkungan yang banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja diindustri , misal dipabrik

tekstil banyak yang menderita penyakit saluran pernapasan karena banyak terpapar dengan

debu.

d.  Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit. Misalnya penderita

obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi,

dan sebaliknya malnutrisi lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang status

ekonominya rendah.

Menurut H. Ray Elling (1970) dan G.M Foster (1973), ada beberapa faktor sosial yang

berpengaruh pada perilaku kesehatan, antara lain :

a.    Pengaruh Self Concept terhadap Perilaku Kesehatan

Self Concept ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang kita rasakan

terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada

orang lain. Apabila orang lain melihat kita positif dan menerima apa yang kita lakukan, kita

~ 20 ~
akan meneruskan perilaku kita. Tetapi apabila orang lain berpandangan negatif terhadap

perilaku kita dalam jangka waktu yang lama, kita akan merasa suatu keharusan untuk

melakukan perubahan perilaku. Self Concept adalah faktor yang penting dalam kesehatan,

Karena mempengaruhi perilaku masyarakat dan juga perilaku petugas kesehatan.

b.    Pengaruh Image Kelompok terhadap Perilaku Kesehatan

Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Sebagai contoh,

keluarga di pedesaan yang mempunyai kebiasaan untuk menggunakan pelayanan dukun, akan

berpengaruh terhadap perilaku anaknya dalam mencari pertolongan pengobatan pada saat

mereka sudah berkeluarga.

c.    Pengaruh Identifikasi Individu kepada Kelompok Sosialnya terhadap Perilaku Kesehatan

Identifikasi individu kepada kelompok kecilnya sangat penting untuk memberikan

keamanan psikologis dan kepuasan dalam pekerjaan mereka. Identifikasi tersebut dinyatakan

dalam keluarga besar, di kalangan kelompok teman, kelompok kerja desa yang kecil, dan

lain-lain.

2.2.2  Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan

Menurut G.M. Foster (1973), aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan seseorang

antara lain adalah :

a.  Pengaruh tradisi

Banyak tradisi yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan misalnya

Makan sirih merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh berbagai suku di Indonesia, kebiasaan

makan sirih ini merupakan tradisi yang dilakukan turun temurun pada sebagian besar

penduduk pedesaan yang pada mulanya berkaitan erat dengan adat kebiasaan masyarakat

setempat. Adat kebiasaan ini biasanya dilakukan pada saat acara yang sifatnya ritual, tradisi

~ 21 ~
merokok bagi orang laki2 maka kebanyakan laki2 lebih banyak yang menderita penyakit paru

dibanding wanita. Tradisi wanita habis melahirkan tidak boleh makan ikan karena ASI akan

berbahu amis, sehingga ibu nifas akan pantang makan ikan,

b.  Sikap fatalistis

Sikap fatalistis arti sikap tentang kejadian kematian dari masyarakat Hal lain adalah sikap

fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Contoh : Beberapa anggota

masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatik) yang beragama islam percaya bahwa anak

adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha

untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit.

c.   Sikap ethnosentris

Sikap ethnocentris yaitu sikap yang memandang bahwa budaya kelompok adalah yang

paling baik, jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Misalnya orang-orang barat

merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya,dan selalu

beranggapan bahwa kebudayaannya paling maju,sehingga merasa superior terhadap budaya

dari masyarakat yang sedang berkembang. tetapi dari sisi lain,semua anggota dari budaya

lainnya menganggap bahwa yang dilakukan secar alamiah adalah yang terbaik. Oleh karena

itu,sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari sikap yang menganggap bahwa petugas

adalah orang yang paling pandai,paling mengetahui tentang masalah kesehatan karena

pendidikan petugas lebih tinggi dari pendidikan masyarakat setempat sehingga tidak perlu

mengikut sertakan masyarakat tersebut dalam masalah kesehatan masyarakat.dalam hal ini

memang petugas lebih menguasai tentang masalah kesehatan,tetapi masyarakat dimana 

mereka bekerja lebih mengetahui keadaan di masyarakatnya sendiri. Contoh lain : Seorang

~ 22 ~
perawat/ dokter menganggap dirinya yang paling tahu tentang kesehatan, sehingga merasa

dirinya berperilaku bersih dan sehat sedangkan masyarakat tidak.

d.  Pengaruh perasaan bangga pada statusnya

Sikap perasaan bangga atas perilakunya walaupun perilakunya tidak sesuai dengan konsep

kesehatan. hal tersebut berkaitan dengan sikap ethnosentrisme. Contoh : Dalam upaya

perbaikan gizi, disuatu daerah pedesaan tertentu, menolak untuk makan daun singkong,

walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki ternyata masyarakat

bernaggapan daun singkong hanya pantas untuk makanan kambing, dan mereka menolaknya

karena status mereka tidak dapat disamakan dengan kambing.

e.  Pengaruh norma

Norma dalam masyarakat sangat mempengaruhi perilaku masyarakat dibidang kesehatan,

karena norma yang mereka miliki diyakininya sebagai bentuk perilaku yang baik.  Contoh :

upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karena

ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang memberikan pelayanan dengan bumil

sebagai pengguna pelayanan.

f.    Pengaruh nilai

Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan dan

perilaku individu masyarakat, kerena apa tidak melakukan nilai maka dianggap tidak

berperilaku “ pamali” atau “ Saru “. Nilai yang ada dimasyarakat tidak semua mendukung

perilaku sehat. Nilai-nilai tersebut ada yang menunjang dan ada yang merugikan kesehatan.

1. Nilai yang merugikan kesehatan, misalnya arti anak yang banyak akan membawa

rejeki sendiri sehingga tidak perlu lagi takut dengan anak banyak.

~ 23 ~
2. Nilai yang mendukung kesehatan misalnya; tokoh masyarakat setiap tutur katanya

harus wajib ditaati oleh kelompok masyarakat, hal ini tokoh masyarakat dapat di

pakai untuk membantu sebagai key person dalam program kesehatan. RRT kalau

punya anak lebih satu didenda

Contoh : masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daipada beras merah,

padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada diberas

putih.

g. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap

perilaku kesehatan.

Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh terhadap kebiasaan pada

seseorang ketika ia dewasa. Misalnya saja, anak harus mulai diajari sikat gigi, buang air besar

di kakus, membuang sampah ditempat sampah, cara makan/ berpakaian yang baik  sejak

awal, dan kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa dan bahkan

menjadi tua.kebiasaan tersebut sangat mempengaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit

untuk diubah ketika dewasa.

h.  Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan

Tidak ada kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu perubahan selalu

dinamis artinya  setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua, ketiga dan seterusnya.

apabila seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan

masyarakat,maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika

melakukan perubahan,menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh terhadap

perubahan,dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan

tersebutapabila ia tahu budaya masyarakat setempat dan apabila ia tahu tentang proses

~ 24 ~
perubahan kebudayaan,maka ia harus dapat mengantisipasi reaksi yang muncul yang

mempengaruhi outcome dari perubahan yang  telah direncanakan.

Artinya seorang petugas kesehatan kalau mau melakukan perubahan perilaku kesehatan

harus mampu menjadi contoh dalam perilakukanya sehari-hari. Ada anggapan bahwa petugas

kesehatan merupakan contoh rujukan perilaku hidup bersih sehat, bahkan diyakini  bahwa

perilaku kesehatan yang baik adalah kepunyaan/ hanya petugas kesehatan yang benar.

2.2.3   Perubahan Sosial Budaya

Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari banyak suku

bangsa yang mempunyai latar budaya yang beraneka ragam.lingkungan budaya tersebut

sangat mepegaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut,sehingga dengan

beranekaragam budaya,menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam segala hal,

termasuk dalam perilaku kesehatan.

Dengan masalah tersebut,maka petugas kesehatan yang memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat dangan latar budaya yang beraneka ragam, perlu sekali

mengetahui budaya dan masyarakat yang dilayaninya,agar pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada masyarakat akan memberikan hasil yang optimal,yaitu meningkatkan

kesehatan masyarakat.

Karena perilaku dipengaruhi budaya, maka untuk merubah perilaku juga harus

dirubah budayanya. Bentuk perubahan sosial budaya:

1.  Perubahan yang terjadi secara lambat dan cepat

2.  Perubahan yang pengaruhnya kecil dan yang pengaruhnya besar

3.  Perubahan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan

~ 25 ~
Perubahan kebudayaan yang terjadi dalam jangka waktu pendek disebut inovasi,

Syarat inovasi:

1.  Masyarakat merasa membutuhkan perubahan

2.  Perubahan harus dipahami dan dikuasi masyarakat

3.  Perubahan dapat diajarkan

4.  Perubahan memberikan keuntungan di masa yang akan datang

2.3 Asal usul tradisi bersirih

Tradisi bersirih atau menginang (makan pinang) adalah warisan budaya Indonesia

yang dilakukan dengan mengunyah bahan-bahan bersirih seperti pinang, sirih, gambir,

tembakau, kapur, cengkeh. Kebiasaan menginang terlah berlangsung lama, yaitu lebih dari

3000 tahun yang lalu atau pada zaman Neolitik, hingga saat ini. Ada juga catatan para

musafir Tiongkok yang mengungkapkan bahwa sirih dan pinang sudah dikonsumsi sejak dua

abad sebelum Masehi. Sirih pinang telah menjadi suatu simbol bagi masyarakat adat Melayu.

Hal ini dapat dilihat dari tradisi lisan Melayu berupa sastra, misalnya : Sirih pembuka pintu

rumah, Sirih pembuka pintu hati. Bahan-bahan menginang adalah yang pertama disuguhkan

bagi seluruh tamu yang hadir pada acara adat di sebagian besar wilayah Indonesia, seperti

upacara pernikahan, kelahiran, kematian, penyembuhan, dan lain-lain.

Tradisi bersisrih tidak diketahui secara pasti berasal darimana. Dari cerita-cerita sastra

bersirih berasal dari India. Namun, selain dari India, sirih telah dikenal oleh masyarakat Asia

Tenggara, termasuk Malaysia, dan kemudian tradisi ini menyebar ke Indonesia. Bukti

arkeologi bersirih tertua ditemukan di Gua Roh, Thailand. Kebiasaan menginang telah

~ 26 ~
dilakukan oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu, baik dari Sumatera, Sulawesi, Maluku dan

Papua.

2.4 Filosofi menyirih

Selain sebagai simbol sosial dan adat, sirih, pinang, dan bahan-bahan lainnya

memiliki makna tertentu, yaitu :

1. Sirih

Sirih menyimbolkan sifat rendah hati dan memuliak27an orang lain, sebab pohon sirih

memerlukan sandaran untuk hidup tanpa merusak.

2. Pinang

Pinang melambangkan keturunan yang baik, karena dilihat dari pohonnya yang menjulang ke

atas, serta ada harapan mendapatkan keturunan yang baik dan sukses.

3. Kapur

Kapur melambangkan keturunan yang baik.

4. Kapur dan Tembakau

Kapur dan tembakau melambangkan hati yang tabah dan rela berkorban demi orang lain.

2.5 Fungsi menginang

Menginang sama halnya dengan merokok, minum teh dan kopi. Awalnya orang

menginang sebagai penyedap mulut, tetapi lama kelamaan menjadi kebiasaan yang

menimbulkan kesenangan dan terasa nikmat sehingga sulit untuk dilepaskan. Disamping

untuk kenikmatan, menginang juga berfungsi sebagai aktivitas pengobatan merawat gigi.

Masyarakat Indonesia telah lama mengenal daun sirih sebagai bahan menginang dengan

~ 27 ~
keyakinan bahwa menginang dapat menguatkan gigi, menyembuhkan luka di mulut,

menghilangkan bau mulut, menghentikan perdarahan gusi, serta sebagai obat kumur. Fungsi

menginang juga sebagai tata pergaulan dan tata nilai kemasyarakatan. Misalnya, bahan-bahan

menginang dijadikan hidangan penghormatan untuk tamu, dan sebagai alat pengikat dalam

pertunangan sebelum menikah. Menginang juga digunakan sebagai sesaji yang digunakan

dalam upacara adat istiadat dan upacara kepercayaan atau religi.

2.6 Manfaat dan bahaya menyirih

1. Manfaat Menyirih

Menyirih dipercaya baik untuk menjaga kesehatan gigi dan sistem pencernaan. Ini karena

mengunyah daun sirih dan biji pinang bisa memicu produksi air liur. Air liur mengandung

beragam jenis protein dan mineral yang baik untuk menjaga kekuatan gigi serta mencegah

penyakit gusi. Selain itu, air liur juga senantiasa membersihkan gigi dan gusi dari sisa-sisa

makanan atau kotoran yang menempel.

Bagi sistem pencernaan, air liur berfungsi untuk mengikat dan melembutkan makanan.

Dengan begitu, kita bisa menelan dan mengirimkan makanan menuju kerongkongan, usus,

dan lambung dengan lancar. Hal ini tentu membantu memudahkan kerja sistem pencernaan.

Selain itu, menyirih juga diyakini sebagai sumber energi. Pasalnya, biji pinang mengandung

zat psikoaktif yang sangan mirip dengan nikotin, alkohol, dan kafein. Tubuh akan

memproduksi hormon adrenalin, sehingga tubuh akan merasa lebih segar, waspada dan

berenergi.

~ 28 ~
2. Bahaya Menyirih

Meskipun tradisi menyirih bisa memberikan manfaat, para ahli kesehatan

masyarakat mulai menyuarakan kekhawatiran terkait bahaya menyirih. Dari laporan-laporan

para peneliti, diketahui bahwa menyirih ternyata beresiko menyebabkan berbagai penyakit

yang tidak bisa disepelekan, misalnya kanker. Berikut ini adalah bahaya menyirih bagi

kesehatan :

• Kanker Mulut

Menurut WHO, menyirih beresiko tinggi menyebabkan kanker, terutama di daerah mulut.

Kesimpulan ini diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan International Agency for

Research on Cancer di Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Ternyata campuran daun sirih, biji pinang, kapur dan tembakau bersifat karsinogenik (pemicu

kanker). Jika dikonsumsi terlalu sering dalam jangka waktu yang panjang, akan rentan

mengalami kanker mulut, kanker esofagus (kerongkongan), kanker tenggorokan, kanker

laring, dan kanker pipi.

• Luka di Rongga Mulut

Mengunyah sirih pinang meningkatkan resiko mengalami lesi mukosa mulut, yaitu

munculnya luka (lesi) di dalam rongga mulut. Luka atau iritasi terbentuk karena campuran

bahan-bahan menyirih sifatnya sangat keras bagi mulut. Apalagi kalau menyirih sudah jadi

kebiasaann yang tidak bisa dihentikan. Efek buruknya pun jadi makin cepat timbul dan sulit

ditangani.

~ 29 ~
Jika sudah cukup parah, kondisi ini menyebabkan mulut terasa kaku dan pada akhirnya

rahang akan sulit digerakkan. Hingga saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan lesi

mukosa mulut. Pengobatan yang ditawarkan hanya mampu meringankan gejala yang muncul.

• Gangguan pada Janin

Belum banyak diketahui bahwa ibu hamil harus waspada terhadap bahaya menyirih. Menyirih

saat hamil beresiko menyebabkan perubahan genetik pada DNA janin. Perubahan genetik

akibat menyirih ini membahayakan kandungan, seperti halnya merokok bisa mengakibatkan

kecacatan janin. Ibu hamil yang menyirih juga bersiko melahirkan bayi dengan berat badan di

bawah normal. Oleh sebab itu, WHO dan para ahli kesehatan masyarakat menghimbau agr

ibu hamil tidak menyirih.

~ 30 ~
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perilaku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan merupakan suatu tingkah


laku yang selektif, terencana, dan tanda dalam suatu sistem kesehatan yang merupakan
bagian dari budaya masyarakat yang bersangkutan. Perilaku tersebut terpola dalam kehidupan
nilai sosial budaya yang ditujukan bagi masyarakat tersebut. Perilaku merupakan tindakan
atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan sekelompok orang untuk kepentingan atau
pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma
kelompok yang bersangkutan. Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan
mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial dalam
memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit
maupun menyembuhkan diri dari penyakit. Oleh karena itu dalam memahami suatu masalah
perilaku kesehatan harus dilihat dalam hubungannya dengan kebudayaan, organisasi sosial,
dan kepribadian individu-individunya.

3.2 Saran

Sebagai petugas kesehatan perlu mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.

Dengan  mengetahui pengetahuan masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui

mana yang perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam

~ 31 ~
memperbaiki status kesehatan. Kita juga perlu mempelajari bahasa lokal agar lebih mudah

berkomunikasi, menambah rasa kedekatan, rasa kepemilikan bersama dan rasa persaudaraan.

DAFTAR PUSTAKA

Ayu Purnamaningrum, 2010, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Perilaku Masyarakat Untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Mata (Factors Related To
The Community’s Behaviour To Get Eye
Health Servic), Universitas Diponegoro. (diakses tgl 20 februari 2015)
Dwi Hapsari, dkk.,2012, Pengaruh Lingkungan Sehat, Dan Perilaku Hidup Sehat
Terhadap Status Kesehatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status
Kesehatan, Jakarta. (diakses tgl 20 februari 2015)
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.
Fitri Nur azizah. 2013. Aspek Sosial Mempengaruhi Kesehatan, (diakses tgl 23 februari
2015)
Lukman Hakim, dkk., 2013, Faktor Sosial Budaya Dan Orientasi Masyarakat Dalam
Berobat (Socio-Cultural Factors And Societal Orientation In The Treatment), Universitas
Jember (UNEJ),
Jember. (Diakses tgl 20 februari 2015)
Ida Ayu Alit Laksmiwati, 2012. Transformasi Sosial Dan Perilaku Reproduksi Remaja,
Universitas Jember, Jember. (Diakses tgl 20 februari 2015)
Momon sudarman, sosiologi untuk kesehatan, google book. (Diaskes 20 februari)
Notoatmodjo Soekidjo, 1990, Pengantar Perilaku Kesehatan, FKM-UI, Jakarta.
Nugroho,dkk., 2010, Perilaku Kesehatan Dan Proses Perubahannya Dinas Kesehatan
Polewali mandar, Sulawesi tengah.

~ 32 ~
Putriyani, 2012, Persepsi tentang Kesehatan Diri dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Berobat Ke Dukun Cilik Ponari, Universitas Ahmad Dahlan,Yogyakarta. (Diaskes
21 februari)
Reni Kustyana, 2013, Perilaku Masyarakat Dalam Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan
(Studi Pada Poliklinik Desa Dan Dukun Di Gunung Ibul Barat Prabumulih), Universitas
Sriwijaya, Palembang. (Diaskes 20 februari)
Sandra Imelda H, 2013, Faktor sosial budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan
masyarakat menuju paradigma sehat, Padang. (Diaskes 20 februari)
Sunanti Z. Soejoeti, 2013, Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit
dalam Konteks Sosial Budaya, Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta. (Diaskes 20 februari)
Tiomarni Lumban Gaol, 2013, Pengaruh Faktor Sosiodemografi, Sosioekonomi Dan
Kebutuhan Terhadap Perilaku Masyarakat Dalam Pencarian Pengobatan Di Kecamatan
Medan Kota Tahun 2013, Universitas Sumatera Utara, Medan. (Diaskes 20 februari)
Yetti Wira Citerawati SY, 2012, Aspek Sosiobudaya Berhubungan Dengan Perilaku
Kesehatan,Universitas Brawijaya, Malang. (Diaskes 20 februari)
Zr. Rosita Saragih, 2012, Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Pelayanan
Puskesmas Di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang, Universitas Darma Agung, Medan.
(Diaskes 20 februari)

~ 33 ~

Anda mungkin juga menyukai