Anda di halaman 1dari 17

TREND KESEHATAN DI INDONESIA

“EFEKTIFITAS VITAMIN C DALAM PENGOBATAN COVID 19”

Disusun Sebagai Penugasan Mata Sosial Politik


Dosen Pembimbing : Agus Putra Murdani, S.KM, M.Kes

DISUSUN OLEH :

EKO PRAYUGO SAPUTRO (202002T044)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

TREND KESEHATAN DI INDONESIA “EFEKTIFITAS VITAMIN C DALAM


PENGOBATAN COVID 19”
TUJUAN :
“Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Sosial Politik selain
itu makalah ini disusun untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang
pemahaman diri penulis maupun pembaca”

DISUSUN OLEH :

NAMA : Eko Prayugo Saputro


NIM : 202002T044
KELAS :A

DISAHKAN OLEH Banyuwangi, 20 November 2020


Dosen Pembimbing Penulis

Agus Putra Murdani, S.KM, M.Kes Eko Prayugo Saputro

ii
KATA PENGANTAR

Alahamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT,
atas segala limpahan kerunia serta limpahan Rahmat dan Hidayahnya sehingga makalah
yang berjudul TREND KESEHATAN DI INDONESIA “EFEKTIFITAS VITAMIN C
DALAM PENGOBATAN COVID 19”ini dapat diselesaikan dengan baik. Meskipun
segala upaya dan pikiran telah penulis tuangkan, tetapi penulis menyadari adanya
keterbatasan pengetahuan dan pengalama. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan selanjutnya.

Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis akan
mendapatkan imbalan yang sesuai dengan Ridho ALLAH SWT. Penulis berharap
semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Stikes Banyuwangi.

Banyuwangi, 20 November 2020

Eko Prayugo Saputro

iii
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................ii

KATA PENGANTAR......................................................................................................iii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3

A. Definisi Trend..............................................................................................................3
B. Definisi Covid 19.........................................................................................................3
C. Tanda dan gejala Covid 19..........................................................................................4
D. Vitamin C dan fungsinya.............................................................................................4
E. Vitamin C sebagai terapi Covid 19..............................................................................6
F. Keterlibatan Vitamin C dalam modulasi tubuh dan fungsi kekebalan tubuh..............7

BAB III PENUTUP.........................................................................................................9

A. Kesimpulan..................................................................................................................9
B. Saran............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................11

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) mengumumkan pada Desember 2019
tentang wabah pneumonia coronavirus di Wuhan, provinsi Hubei (China).
Dilaporkan pada 12 Maret 2020 terdapat 125.048 kasus dan 4.614 kasus kematian.
Coronavirus adalah virus RNA, dari genus Betacoronavirus, yaitu didistribusikan
pada burung, manusia, dan mamalia lainnya. WHO telah menamai penyakit
coronavirus baru ini sebagai COVID-19. Saat ini, tidak ada vaksin atau obat
antivirus khusus untuk penyakit COVID-19. Lebih dari 80 uji klinis telah
diluncurkan untuk menguji pengobatan coronavirus, termasuk beberapa obat
reposisi untuk COVID-19. Salah satu obat reposisi yaitu vitamin C. Infeksi virus
yang disebakan coronavirus dapat menginduksi ekspresi sitokin mengarah
keaktivasi sel endotel kapiler paru, infiltrasi neutrofil dan peningkatan stres
oksidatif. Vitamin C, komponen penting dari sistem antioksidan seluler bermanfaat
bagi manajemen perawatan kritis. Vitamin C juga dapat membunuh dan mencegah
replikasi virus. Beberapa penelitian menunjukkan pemberian vitamin C secara oral
dan intravena dapat mengurangi peningkatan risiko komplikasi, mengurangi tingkat
keparahan, mengatasi gejala maupun meningkatkan prognosis pasien dengan
COVID-19.
Beberapa upaya pencegahan dan kontrol infeksi perlu diterapkan prinsip-prinsip
yaitu hand hygiene, penggunaan alat pelindung diri untuk mencegah kontak
langsung dengan pasien (darah, cairan tubuh, sekret termasuk sekret pernapasan,
dan kulit yang luka), pencegahan tertusuk jarum serta benda tajam, manajemen
limbah medis, pembersihan dan desinfektan peralatan serta pembersihan
lingkungan. Sayangnya, tidak ada vaksin maupun obat-obatan yang disetujui
sebagai tatalaksana COVID-19. Saat ini terdapat pengobatan simptomatik yang
dipakai untuk COVID-19 diantaranya human immunoglobulin, interferon,
chloroquine, hydroxychloroquine, osetalmivir, remdesivir, arbidol,
lopinavirritonavir, methylprednison, dan vitamin C. Vitamin C memiliki aktivitas
antioksidan dan dapat mengurangi stress oksidatif dan peradangan oksidatif. Selain
itu vitamin C mempunyai efek yangmeningkatkan sintesis vasopressor,

1
meningkatkan fungsi sel kekebalan tubuh, meningkatkan fungsi endovaskular, dan
memberikan modifikasi imunologis epigenetik.
Berdasarkan informatorium obat COVID-19 di Indonesia yang diterbitkan oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI beberapa saat yang lalu, terdapat 2 jenis
vitamin yang masuk dalam daftar obat untuk pasien COVID-19, yaitu asam askorbat
(vitamin C) dan alfa tokoferol asetat (vitamin E).
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, dr. Achmad Yurianto
mengatakan, masyarakat tak perlu mengonsumsi makanan-makanan khusus untuk
memerangi virus corona. "Semuanya penuhi dengan gizi yang seimbang, nutrisinya
cukup. Kemudian istirahat dengan baik. Tidak perlu kemudian mengonsumsi hal-hal
yang khusus, tidak perlu kemudian terpengaruh untuk mengonsumsi hal-hal
tertentu," katanya. Lebih lanjut, dia juga mengimbau masyarakat agar tidak
memborong multivitamin di supermarket maupun apotek di tengah darurat virus
corona. Pasalnya, menurut dia, kandungan vitamin juga banyak ditemukan di dalam
sayur dan buah. "Tidak kemudian harus panik dengan membeli multivitamin di
toko, di apotek. Karena pada hakekatnya kita kaya dengan buah-buahan, kita kaya
dengan sayur mayur. Dan semuanya pasti mengandung vitamin yang kita
butuhkan," ucap Yurianto.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan trend?
2. Apakah yang dimaksud Covid 19?
3. Bagaimana tanda dan gejala Covid 19?
4. Apa saja fungsi dari Vit C?
5. Mengapa Vit C digunakan sebagai terapi Covid 19?
6. Bagaimana keterlibatan Vit C dalam modulasi tubuh dan fungsi kekebalan
tubuh?
C. TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan trend?
2. Mengetahui apa yang dimaksud Covid 19?
3. Mengetahui bagaimana tanda dan gejala Covid 19?
4. Mengtahui apa saja fungsi dari Vit C?
5. Mengetahui engapa Vit C digunakan sebagai terapi Covid 19?

2
6. Mengetahui bagaimana keterlibatan Vit C dalam modulasi tubuh dan fungsi
kekebalan tubuh?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Trend
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren
juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada
saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Trend adalah sesuatu
yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan
fakta.
B. Definisi COVID 19
Severe acute respiratory syndrome corona virus 2 (SARS-CoV-2) adalah infeksi
virus baru yang pertama kali dilaporkan di Kota Wuhan, Tiongkok Tengah dan telah
menyebar ke dua kota domestik serta ke beberapa Negara. Pada tanggal 11 Februari
2020, World Health Organization memberi nama virus baru tersebut yaitu COVID-
19 dan mengumumkan bahwa COVID-19 merupakan penyakit infeksi pandemik
yang sudah melanda seluruh dunia.. Coronavirus jenis baru ini bersifat letal namun
tingkat kematian masih belum pasti, serta saat ini masih dapat dicegah dan
dikontrol.
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul, partikel
berbentuk bulat atau elips, sering pleomorfik dengan diameter sekitar 50-200 mm.
Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan.
Coronavirus merupakan virus zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari
hewan ke manusia. Hewan liar (kelelawar, tikus bambu, unta dan musang)
merupakan host yang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk
penyakit menular tertentu. Coronavirus dari hewan ke manusia dan dari manusia ke
manusia melalui transmisi kontak, transmisi droplet, rute feses dan oral.
Pada SARS-CoV-2 ditemukan target sel kemungkinan berlokasi di saluran napas
bawah. Virus SARS-CoV-2 menggunakan ACE-2 (angiotensin-converting enzyme
2) sebagai reseptor, sama dengan pada SARSCoV. Sekuens dari RBD (Reseptor-
binding domain) termasuk RBM (receptor- binding motif) pada SARS-CoV-2
kontak langsung dengan enzim ACE-2 (angiotensin-converting enzyme 2). Hasil
residu pada SARS-CoV-2 RBM (Gln493) berinteraksi dengan ACE 2 pada manusia,
sehingga membuat kapasitas SARSCoV-2 dapat menginfeksi sel manusia. Pada

4
penelitian 41 pasien pertama pneumonia COVID-19 di Wuhan ditemukan nilai
tinggi dari Interleukin1 Beta (IL1β), Interferon Gamma (IFNγ), Interferon gamma-
induced protein 10 (IP10), T-helper-1 (Th1).
C. Tanda dan gejala COVID 19
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang hingga berat.
Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >38°C), batuk dan kesulitan
bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala
gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Pada beberapa pasien,
gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam. Pada kasus berat
perburukan secara cepat dan progresif, seperti Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS), syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau
disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Kebanyakan pasien memiliki
prognosis baik, dan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Oleh
karena itu untuk mencegah jatuhnya korban banyak penelitian yang sedang
dikembangkan terkait pengobatan COVID-19. Beberapa intervensi farmakologis
adjuvan telah dipelajari untuk efek imunomodulatornya, termasuk vitamin C.
D. Vitamin C dan Fungsinya
Vitamin C, juga dikenal sebagai asam askorbat, adalah nutrisi yang larut dalam
air yang ditemukan dalam beberapa makanan. Di dalam tubuh, ia bertindak sebagai
antioksidan, membantu melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal
bebas. Radikal bebas adalah senyawa yang terbentuk ketika tubuh kita mengubah
makanan yang kita makan menjadi energi. Orang-orang dapat terkena radikal bebas
di lingkungan dari asap rokok, polusi air, dan sinar ultraviolet dari matahari.
Tubuh juga membutuhkan vitamin C untuk membuat kolagen, protein yang
dibutuhkan untuk membantu menyembuhkan luka. Selain itu, vitamin C
meningkatkan penyerapan zat besi dari makanan nabati serta membantu sistem
kekebalan tubuh bekerja dengan baik untuk melindungi tubuh dari penyakit.
Vitamin C mencegah pneumonia virus dan COVID 19 diawali dengan adanya
infeksi virus memicu serangkaian peristiwa signaling yang menyebabkan induksi
IFNs tipe I, termasuk sitokin IFN-β dan IFN-α. RIG-I (retinoic acidinducible gen 1)
dan MDA5 (melanoma diferensiasi protein 5) telah diidentifikasi sebagai reseptor
dsRNA intraseluler dan bertanggung jawab untuk transmisi sinyal ke caspase

5
activation recruitment domain (CARD) mengandung protein adaptor mitochondrial
antiviral proteins (MAVS). MAVS adalah protein mitokondria yang mengaktifkan
nuclear factor-KappaB (NF-κB) dan Interferon regulatory factor 3 (IRF3) faktor
transkripsi untuk menginduksi IFNs dan menimbulkan respon antivirus bawaan.
MAVS diperlukan untuk aktivasi IRF3 dan NF-κB. MAVS diaktifkan dan
difosforilasi oleh inhibitor of nuclear factor kappa B (IKB) kinase kompleks setelah
infeksi virus. IRF 3 sangat penting untuk induksi segera faktor transkripsi setelah
infeksi virus. Ini penting baik pada fase awal dan kemudian dari tanggapan
kekebalan antivirus. NF-κB terlibat dalam regulasi IFN tipe I dan ekspresi sitokin
inflamasi yang diinduksi sitokin. Kemudian NFκB dilepaskan ke dalam nukleus dan
bergabung dengan IRF3 untuk memulai transkripsi IFN-β.13 Pemberian vitamin C
secara signifikan dapat meningkatkan ekspresi IRF3 dan menurunkan ekspresi NF-
κB sehingga vitamin C dapat mencegah pneumonia virus.
Sebuah studi Randomized Controlled Trial (RCT) yang baru-baru ini dilakukan
di Amerika Serikat pada 167 pasien dengan ARDS terkait sepsis menunjukkan
bahwa pemberian vitamin C intravena 15 g/hari selama 4 hari dapat menurunkan
mortalitas komplikasi seperti ARDS dan syok pada pasien COVID-19. Hemila dan
rekannya melaporkan bahwa dengan dosis tinggi intravena Infus vitamin C (200
mg/KgBB/hari, dibagi menjadi 4 dosis) dapat mempersingkat masa perawatan
intensif diruang ICU dan disertai penurunan yang signifikan pada tingkat moralitas.
Selain itu, pemberian vitamin C oral (6 g/hari) dapat mengurangi risiko infeksi atau
mengatasi gejala. Pemberian Vitamin C dosis tinggi intravena juga telah berhasil
digunakan pasien COVID-19 di China sebanyak 50 kasus sedang sampai parah
dengan dosis yang bervariasi antara 2 g dan 10 g per hari, diberikan selama 8 sampai
10 jam. Hasil yang di dapatkan indeks oksigenasi membaik secara real time dan
semua pasien akhirnya sembuh dan habis.
Buah dan sayuran adalah sumber vitamin C terbaik. Anda bisa mendapatkan
jumlah vitamin C yang memadai dengan mengonsumsi berbagai makanan berikut
ini:
1. Buah jeruk (termasuk lemon dan jeruk nipis) dan jusnya, paprika merah dan
hijau serta buah kiwi, yang memiliki banyak vitamin C.

6
2. Buah dan sayuran lainnya — seperti brokoli, stroberi, melon, kentang
panggang, dan tomat — yang juga mengandung vitamin C.
3. Beberapa makanan dan minuman juga diperkaya dengan vitamin C. Untuk
mengetahui apakah vitamin C telah ditambahkan ke produk makanan,
periksa label produknya.
E. Vitamin C Sebagai Terapi Melawan SARS-COV-2
Untuk pengurangan ARDS, badai sitokin, kerusakan neutrofil, stres oksidatif,
kerusakan alveolar, gagal napas akut, dankematian yang disebabkan karena SARS-
Cov-2 vitamin C adalah obat yang diusulkan. Dalam laporan 29 pasien dengan
pneumonia COVID-19, 27 (93%) menunjukkan peningkatan hsCRP, penanda
inflamasi dan stres oksidatif. Faktor transkripsi, faktor inti eritroid 2(nfe2)-related
factor 2 (nrf2), adalah pengatur utama antioksidan respon elemen (ARE)-dorong
ekspresi protein sitoprotektif. Aktivasi pensinyalan Nrf2 memainkan peran penting
dalam pencegahan sel dan jaringan dari cedera yang disebabkan oleh stres
oksidatif. Vitamin C adalah bagian penting dari sistem antioksidan seluler. Vitamin
C sangat efektif dalam manajemen perawatan intensif. Vitamin C adalah terapi yang
disarankan pada COVID-19 karena meminimalkan efeknya stres oksidatif dan
sitokin dan peran yang menjanjikan ini juga diamati pada 146 pasien COVID-
19. Telah dilaporkan bahwa pemberian dosis tinggi intravena 200mg / kg berat
badan bisa mengurangi gejala klinis pada infeksi virus. Dan pengurangan ini juga
diamati pada pasien yang terinfeksi virus influenza. Menggunakan antioksidan
dalam nutrisi menurunkan respons peradangan sindrom yang disebabkan oleh
SARS-Cov-2.Dosis oral vitamin C sampai 6g per hari dapat mengurangi risiko
banyak infeksi virus dan membantu meningkatkan kondisi kesehatan. Di Cina
hingga 50 COVID-19 pasien dirawat menggunakan vitamin C dengan memberikan
dosis 10g sampai 20g perhari. Selama beberapa dekade dosis vitamin intaravenous
tinggi C digunakan untuk mengobati infeksi virus.

7
Tabel 1 : Dosis vitamin C yang disarankan untuk pasien COVID-19 dan
peningkatan kesehatan terkait dosi

Dose Body weight Improvement in patient health

high-dose intravenous vitamin C Reduce the intensive care by 7.8% and decrease
infusions of 200mg in 4 doses Per kg body weight in mortality of COVID-19 patients

6 g daily orally Compared with reduce viral infection risk


200mg/kg
Improve oxygenation index and many of
varied dose of 10 g and 20 g per COVID-19 pateints are discharged by
Compared with 200mg
day, given over a period of 8–10 completing this dose.
per kg weight
h

F. Keterlibatan Vitamin C dalam Modulasi Kekebalan Tubuh dan Fungsi


Kekebalan
Terutama vitamin C diakumulasi dalam jumlah yang lebih besar sebanyak 50
sampai 100 lipatan pada leukosit yang berkontribusi pada fungsi normalnya. Untuk
fungsi sel kekebalan normal yang perlu diambil seseorang 100mg vitamin C per
hari. Dibandingkan dengan sel kekebalan sel lain membutuhkan vitamin C yang
tinggi. Neutrofil yang pertama sel untuk melakukan perjalanan di tempat infeksi
mengakumulasi vitamin C pada 1mm konsentrasi di dalam sel. Neutrofil juga bisa
mengambil bentuk vitamin teroksidasi bila dibutuhkan dalam konsentrasi tinggi.
Dehydroascorbate yang dikenal sebagai DHA adalah bentuk teroksidasi vitamin C
yang kemudian diubah menjadi askorbat dalam bentuk tereduksi untuk
meningkatkan tingkat vitamin C intraseluler hingga 10Mm. inidiyakini dari
konsentrasi mili molar vitamin C berkontribusifungsi normal vitamin C. vitamin C
sangat bermanfaatdalam aktivitas pemulungan sel mati, fungsi neutrofil
normal,regenerasi vitamin E, aktivasi pro-inflamasifaktor transkripsi faktor inti κB
(NFκB), modulasijalur pensinyalan, aktivasi kaskade pensinyalan, regulasimediator
inflamasi, fagositosis, regulasi gen danjalur pensinyalan di sel-T, aktivasi κB
(NFκB) di dendritiksel dan neutrofil, meningkatkan motilitas neutrofilmencapai

8
tempat infeksi, vitamin c juga memiliki peran yang menjanjikanmodulasi kekebalan
dan fungsi kekebalan yang tepat.

Gambar 1 : Highlights the role of vitamin C in immune cell function vitamin C is


involved in following different function
1 Shows enhance neutrophils migration in response to chemo attractants (chemotaxis)
2 Enhance engulfment (phagocytosis) of microbes
3 Stimulate reactive oxygen species (ROS) generation and killing of microbes.
4 Vitamin c support caspase-dependent apoposis, enhancing uptake and clearance by
macrophages and inhibits necrosis, including NETosis, thus supporting resolution of
the inflammatory response and tissue damage.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi COVID-19 yang disebabkan virus corona baru merupakan suatu
pandemik baru dengan penyebaran antar manusia yang sangat cepat. Derajat
penyakit dapat bervariasi dari infeksi saluran napas atas hingga ARDS. Diagnosis
ditegakkan dengan RT-PCR, hingga saat ini belum ada terapi antivirus khusus dan
belum ditemukan vaksin untuk COVID-19. Diperlukan pengembangan mengenai
berbagai hal termasuk pencegahan di seluruh dunia.
Penggunaan vitamin C secara oral maupun intravena sebagai pengobatan
suportif simptomatik dalam penanganan COVID-19. Vitamin C memiliki banyak
dampak positif fungsi sistem kekebalan. Vitamin C juga merupakan antioksidan
kuatmembantu dalam pemulungan spesies oksidatif, neutrofil normalfungsi,
regenerasi vitamin E, aktivasi pro-inflamasifaktor transkripsi faktor inti κB (NFκB),
modulasijalur pensinyalan, aktivasi kaskade pensinyalan, regulasimediator
inflamasi, fagositosis, regulasi gen danjalur pensinyalan di sel-T, aktivasi κB
(NFκB) di dendritiksel dan neutrofil, meningkatkan motilitas neutrofilmencapai
tempat infeksi, vitamin c juga memiliki peran yang menjanjikandalam modulasi
kekebalan dan fungsi kekebalan yang tepat. Sebagai kesehatanpekerja perawatan
dan profesional adalah komunitas berisiko untuk COVID-19jadi vitamin C harus
dimasukkan dalam pencegahan dan pengobatanCOVID-19 di komunitas ini. Karena
vitamin C juga merupakan prooksidankonsentrasi farmakologis vitamin C mili-
molar lebih kecilbermanfaat. Tetapi dalam kasus COVID-19 dosis vitamin intravena
tinggiC akan menjadi pilihan yang tepat. Lebih banyak vitamin C harus digunakan
sebagaiterapi pencegahan terhadap COVID-19 dan infeksi virus lainnya
B. Saran
Adanya vitamin C hanya untuk obat yang bersifat memperkuat simtem immune
tubuh dan sebagai salah satu strategi untuk mengatasi pandemi. Masih ada hal lain
yang harus dilakukan, untuk benar-benar terhindar dari paparan virus tersebut. Tetap
harus dipahami bahwa strategi penyelesaian pandemi dengan karakter seperti Covid-
19 ini tidak bisa hanya mengandalkan vaksin dan obat saja. Namun tetap harus
menjaga optimalisasi program testing, tracing, isolasi, dan perubahan perilaku,

10
disamping itu kita semua wajib menjalankan 3M yaitu Menggunakan masker,
Mencuci tangan, dan Menjaga jarak.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. N. Chen, M. Zhou, X. Dong J, Qu J, Gong FY, Han, Dkk. Epidemiological and


clinical characteristics of 99 cases of 2019 novel coronavirus pneumonia in Wuhan,
China : a descriptive study. The Lancet. 2020: 507-13.
2. WHO. WHO Director-General’s remarks at the media briefing on 2019-nCov.
2019.
3. Wang Z, Qiang W, Ke H. A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control and
Prevention. Hubei Science and Technologi Press. China; 2020.
4. Guan Y, Zheng BJ, He YQ, Liu XL, Zhuang ZX, Cheung CL, Dkk. Isolation and
characterization of viruses related to the SARS coronavirus from animals in
southern China.Science. 2003;13: 276– 278.
5. Kan B , Wang M, Jing H, Xu H, Jiang X, Yan M, Dkk. Molecular evolution
analysis and geographic investigation of severe acute respiratory syndrome
coronavirus-like virus in palm civets at an animal market and on farms. J. Virol.
2005;79, 11892– 11900.
6. World Health Organization. Clinical management of severe acute respiratory
infection when novel coronavirus (2019nCoV) infection is suspected. interim
guidance. 2020.
7. Kashiouris MG, L’heureux M, Cable CA, Fisher BJ, Leichtle SW, Fowler AA. The
emerging role of vitamin C as a treatment for sepsis. Nutrients. 2020;12(2):1–16.
8. Wang Y, Fei D, Vanderlaan M, Song A. Biological activity of bevacizumab, a
humanized anti-VEGF antibody in vitro. Angiogenesis. 2004; 7(4):335–45.
9. Zhiyong Peng. Vitamin C infusion for the treatment of severe 2019-nCoV infected
pneumonia. US National Library of
Medicine. 2020; 2.
10. Zhong B, Yang Y, Li S, Wang Y, Li Y, Diao F, Dkk. The adaptor protein MITA
links virus-sensing receptors to IRF3 transcription factor activation. Immunity.
2008;29(4):538– 550.
11. Seth RB, Sun L, Ea CK, Chen ZJ. Identification and characterization of MAVS, a
mitochondrial antiviral signaling protein that activates NF-κB and IRF3. Cell.
2005;122(5):669–682.
12. Reily M. M., Pantoja C., Hu X., Chinenov Y., Rogatsky I. The GRIP1:IRF3
interaction as a target for glucocorticoid receptormediated immunosuppression. The
EMBO Journal. 2006;25(1):108–117.
13. Lawrence T. The nuclear factor NF-κB pathway in inflammation. Cold Spring
Harbor perspectives in biology. 2009;1(6).
14. Ying Cai, Yi-Fang Li, dan Lu-Ping Tang. A New Mechanism of Vitamin C Effects
on A/FM/1/47(H1N1) Virus-Induced Pneumonia in Restraint-Stressed Mice.
Biomed Research International. 2015
15. Fowler AA, Truwit , Hite HD, Morris P, DeWilde C, Priday A , Dkk. Effect of
vitamin C infusion on organ failure and biomarkers of inflammation and vascular
injury in patients with sepsis and severe acute respiratory failure: the CITRIS-ALI
randomized clinical trial. JAMA. 2019; 13: 1261–1270.

12
16. Hemilä H, Chalker E. Vitamin C can shorten the length of stay in the ICU: a meta -
analysis. Nutrients. 2019; 11(708).

13

Anda mungkin juga menyukai