Anda di halaman 1dari 22

PENGATURAN NUTRISI

UNTUK USIA SEKOLAH DAN REMAJA

Mata Kuliah : Gizi Dan Diet

Dosen Pembimbing : Endah Mayang Sari, S.Gz., MPH

NIP : 196806151998031005

Disusun Oleh Kelompok 4

Nama Anggota :

Yosi Cantika 221440139

M.Ung Febriaji 221440117

Monika Ayu 221440118

Mutiara Hikmah 221440120

Nachwa Ramanda Putri 221440121

Muhamad apriansyah 221440119

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Pangkalpinang

Program Studi D-lll Keperawatan Pangkalpinang

2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Atas nikmat dan rahmat yang selalu
dilimpahkan kepada kita, tak lupa shalawat serta salam semoga selalu dihaturkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas
terstruktur mata kuliah Gizi dan Diet.

Keberhasilan penyusunan tugas makalah ini tidak terlepas dari kerja sama tim
yang baik. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari seluruh komponen yang telah membantu dalam penyelesaian makalah yang
berjudul “Pengaturan nutrisi untuk usia sekolah dan remaja”, terutama kepada
Dosen mata kuliah Gizi dan Diet yaitu Ibuk Endah Mayang Sari, S.Gz., MPH

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca, serta seluruh civitas akademika Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang,
khususnya para mahasiswa keperawatan agar ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Kami menyadari pembuatan tugas makalah ini jauh dari kata sempurna,
disebabkan keterbatasan penulis dalam pengetahuan, kemampuan, mencari
sumber serta pengalaman sehingga makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami sangat menerima segala bentuk saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pangkalpinang, 31 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................I
KATA PENGANTAR..............................................................................II
DAFTAR ISI............................................................................................III
PENDAHULUAN....................................................................................IV
A. LATAR BELAKANG..................................................................IV
B. TUJUAN ......................................................................................IV
C. MANFAAT ..................................................................................IV
PEMBAHASAN.......................................................................................V
A. MASALAH GIZI ANAK SEKOLAH..........................................V
B. PENGATURAN NUTRISI UNTUK REMAJA...........................VII
REVIEW JURNAL...................................................................................XIV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN JURNAL
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ilmu gizi adalah mata kuliah yang sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran di setiap Akademi Keperawatan. Dalam hal kesehatan yang
berhubungan dengan manusia, tentunya penting sekali dalam pembelajaran ilmu
gizi yang mana akan menjadi syarat utama dalam pemenuhan nutrisi yang
diperlukan oleh tubuh manusia. Menyangkut materi makanan pada usia sekolah
dan remaja di tingkat 1 Akademi Keperawatan pangkal pinang, maka kami
menyusun kajian-kajian dan materi yang berhubungan dengan materi itu dalam
makalah ini.

B. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk khususnya para ibu agar lebih dapat memperhatikan
nutrisi anaknya, terutama yang berusia sekolah dan juga remaja yang masih sangat
membutuhkan asupan nutrisi yang banyak untuk pertumbuhannya.

C. MANFAAT
Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak berikut:
1.Mahasiswa
Bagi mahasiswa, makalah ini bisa menjadi bahan masukan bahwa materi
pengaturan nutrisi untuk usia sekolah dan remaja sangat dibutuhkan untuk kelak
menjadi seorang perawat yang berwawasan luas.
2. Masyarakat
Bagi masyarakat, khususnya untuk para ibu diharapkan dapat memperhatikan
nutrisi anaknya,terutama yang masih berusia sekolah dan juga remaja yang sangat
membutuhkan asupan nutrisi yang banyak untuk pertumbuhannya.
PEMBAHASAN

A. Masalah Gizi Anak Sekolah


1. Gizi Kurang
Gizi yang diperoleh seseorang anak melalui konsumsi makanan setiap
hari berperan besar untuk kehidupan anak tersebut. Laporan analisis lanjut data
Riskesdas 2010 menyatakan bahwa defisit energi populasi anak sekolah (6-12
tahun) sebesar 294 kkal/hari. Sedangkan hasil review terhadap berbagai penelitian
bidang gizi dan kesehatan di Indonesia anak usia sekolah mengalami defisit
asupan energi sebesar 35% dan defisit asupan protein sebesar 20% dari Angka
Kecukupan Gizi. Selain itu, 20% anak memiliki kebiasan makan kurang dari tiga
kali sehari (Analitical and Capacity Development, 2013). Analisis Riskesdas 2010
yang dilakukan terhadap konsumsi pangan 35.000 anak sekolah dasar,
menunjukkan 26,1% anak hanya sarapan dengan minuman, dan 44,6% anak
sarapan hanya memperoleh asupan energi kurang dari 15% AKG.
2. Gizi Lebih
Kelebihan berat badan yang terjadi akibat asupan energi yang masuk
lebih banyak dibandingkan dengan energi yang dikeluarkan disebut dengan
kondisi gizi lebih. Dampak gizi lebih pada anak terutama pada anak sekolah dasar
menjadi sangat serius karena dapat berisiko terhadap faktor pemicu berbagai
penyakit tidak menular yang timbul lebih cepat, seperti penyakit metabolik dan
degeneratif, antara lain diabetes mellitus tipe 2, penyakit jantung, hipertensi,
osteoporosis. Selain itu, gangguan kesehatan lain yang dialami anak penderita gizi
lebih, seperti masalah pertumbuhan tungkai, gangguan tidur, sleep apnea (henti
napas sesaat) dan gangguan pernapasan.
Gizi yang baik pada anak sekolah merupakan investasi suatu bangsa, karena
di tangan generasi muda bangsa dapat melanjutkan pembangunan yang
berkesinambungan. Kekurangan gizi pada siswa di sekolah akan mengakibatkan
anak menjadi lemah, cepat lelah dan sakit-sakitan, sehingga anak menjadi sering
absen serta mengalami kesulitan untuk mengikuti dan memahami pelajaran
dengan baik . Untuk mencapai status gizi yang balk pada anak sekolah diperlukan
perilaku makan yang balk sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu gizi modern.
Perilaku makan yang baik tersebut didapat melalui pendidikan di rumah
tangga atau keluarga dan di lingkungan sekolah .untuk mencapai status gizi yang
balk pada anak sekolah diperlukan perilaku makan yang balk sesuai dengan
kaidah-kaidah ilmu gizi modern. Perilaku makan yang baik tersebut didapat
melalui pendidikan di rumah tangga atau keluarga dan di lingkungan sekolah .
Sebenarnya pemerintah telah menaruh perhatian terhadap status gizi anak sekolah.
lni dibuktikan dengan adanya program Pemberian Makanan Tambahan Anak
Sekolah (PMT-AS).
PMT-AS bertujuan untuk mencegah masalah kekurangan energi protein
pada siswa Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah lbtidayah (Ml) sekaligus
mengupayakan mengurangi kecacingan pada anak. PMT-AS dilaksanakan dengan
memberikan kudapan dan merupakan program nasional dimulai sejak 1996/1997.
Pengalaman penulis dalam pelayanan makanan anak di sekolah adalah dapat
mengubah perilaku makan sayur dan buah pada anak SD. Siswa yang tidak pernah
makan pepaya, dan menyatakan bahwa bau pepaya yang menjadi alasan siswa
tidak suka, tetapi ibu guru kelas pada saat makan slang rnenqatakan bahwa tidak
diperbolehkan keluar kefas (istirahat) bagi siswa yang belum menghabiskan buah.
Pada akhirnya semua murid mau mencoba makan buah pepaya. Salah
satu media pendidikan gizi yang balk di sekolah adalah dengan mendirikan kantin
yang sehat. Apabila setiap kantin di sekolah dapat dijadikan media pembelajaran,
maka penanaman perilaku makan yang baik sejak usia dini adalah suatu
kebutuhan yang sangat mendasar. Sangat disayangkan berdasarkan hasil
penelitian dari sekolah yang memiliki kantin, sebesar 84,30% kantinnya belum
memenuhi syarat kesehatan.
Dan masih banyaknya ditemukan pangan jajanan anak sekolah yang
tidak memenuhi persyaratan mutu kebersihan, kesehatan dan keamanan, sehingga
dapat menimbulkan dampak yang tidak baik bagi kesehatan siswa. Laporan
Riskesdas 2013 menunjukkan masih tingginya persentase anak usia 5-12 tahun
yang kurus, pendek (stunting), gemuk dan anemia yaitu masing-masing 11,2%,
30,7%, 18,8% dan 26,4%. Meskipun persentase anak sekolah dasar yang pendek
di Indonesia menurun dari 35,8% (Riskesdas 2010) menjadi 30,7% (Riskesdas,
2013), tetapi persentase tersebut masih tergolong sangat tinggi dan merupakan
masalah gizi masyarakat .
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2016
meluncurkan Program Gizi Anak Sekolah (ProGAS) dengan tujuan umum untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dan prestasl belajar peserta didik melalui
pemberian pendidikan gizi, peningkatan asupan gizi melalui sarapan sehat dan
pendidikan karakter agar siswa mempunyai perilaku dan budaya hid up bersih dan
sehat untuk membentuk karakter insan Indonesia yang tangguh dan berdaya
saing .
Dalam rangka mencapai status gizi yang baik pada anak sekolah
diperlukan usaha-usaha yang nyata dalam pemenuhan kebutuhan gizinya.
Kebutuhan utama yang harus diperhatikan adalah terutama kebutuhan energi dan
protein, disamping zat gizi lainnya. Penanaman pola makan gizi seimbang harus
dilaksanakan pada anak sekolah.

B. Pengaturan Nutrisi Untuk Remaja


Fenomena pertumbuhan pada masa remaja menuntut kebutuhan nutrisi
yang tinggi agar tercapai potensi pertumbuhan secara maksimal karena nutrisi dan
pertumbuhan merupakan hubungan integral. Tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi
pada masa ini dapat berakibat terlambatnya pematangan seksual dan hambatan
pertumbuhan linear. Pada masa ini pula nutrisi penting untuk mencegah terjadinya
penyakit kronik yang terkait nutrisi pada masa dewasa kelak, seperti penyakit
kardiovaskular, diabetes, kanker dan osteoporosis.
Sebelum masa remaja, kebutuhan nutrisi anak lelaki dan anak perempuan
tidak dibedakan, tetapi pada masa remaja terjadi perubahan biologik dan fisiologik
tubuh yang spesifik sesuai gender (gender specific) sehingga kebutuhan
nutrienpun menjadi berlainan. Sebagai contoh, remaja perempuan membutuhkan
zat besi lebih banyak karena mengalami menstruasi setiap bulan.
Selain perubahan biologik dan fisiologik, remaja juga mengalami
perubahan psikologik dan sosial. Terdapat variasi waktu dan lamanya berlangsung
masa transisi dari anak menjadi manusia dewasa yang dipengaruhi oleh faktor
sosio-kultural dan ekonomi. Selain itu, remaja bukanlah kelompok yang homogen
walaupun berada dalam lingkungan sosio-kultural yang sama dengan variasi lebar
dalam hal perkembangan, maturitas dan gaya hidup. Penelitian Blum (1991) pada
remaja 15-18 tahun, didapatkan bahwa remaja lelaki lebih percaya diri, merasa
lebih bahagia dan sehat serta lebih tidak rentan dibandingkan remaja perempuan
yang cenderung merasa kurang puas akan keadaan tubuhnya, kepribadian serta
kesehatannya.
Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien,
khususnya anemia defisiensi zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang
dan perawakan pendek maupun gizi lebih sampai obesitas dengan
komorbiditasnya yang keduanya seringkali berkaitan dengan perilaku makan
salah.
Kebutuhan nutrisi
Tingginya kebutuhan energi dan nutrien pada remaja dikarenakan
perubahan dan pertambahan berbagai dimensi tubuh (berat badan, tinggi badan),
massa tubuh serta komposisi tubuh sebagai berikut:
 Tinggi badan
Sekitar 15 - 20% tinggi badan dewasa dicapai pada masa remaja.
Percepatan tumbuh anak lelaki terjadi lebih belakangan serta puncak ypercepatan
lebih tinggi dibanding anak perempuan. Pertumbuhan linear dapat melambat atau
terhambat bila kecukupan makanan / energi sangat kurang atau energy
expenditure meningkat misal pada atlet.
 Berat badan
Sekitar 25 - 50% final berat badan ideal dewasa dicapai pada masa remaja.
Waktu pencapaian dan jumlah penambahan berat badan sangat dipengaruhi
yasupan makanan / energi dan energy expenditure.
Komposisi tubuh
Pada masa pra-pubertas proporsi jaringan lemak dan otot maupun
massa ytubuh tanpa lemak (lean body mass) pada anak lelaki dan perempuan
sama. Anak lelaki yang sedang tumbuh pesat, penambahan jaringan otot lebih
ybanyak daripada jaringan lemak secara proporsional, demikian pula massa tubuh
tanpa lemak dibanding anak perempuan.
Jumlah jaringan lemak tubuh pada orang dewasa normal adalah 23% pada
perempuan dan 15% pada lelaki. Sekitar 45% tambahan massa tulang terjadi pada
masa remaja dan pada yakhir dekade ke-dua kehidupan 90% massa tulang
tercapai.
Terjadi kegagalan penambahan massa tulang pada perempuan dengan
ypubertas terlambat sehingga kepadatan tulang lebih rendah pada masa dewasa.
Nutrisi merupakan salah satu faktor lingkungan yang turut menentukan awitan
pubertas.
Pemantauan pertumbuhan selama pubertas dapat menggunakan indeks
TB/U, BB/TB dan IMT/U (indeks massa tubuh menurut umur). Rumus IMT =
BB/TB.
Nutrisi pada masa remaja hendaknya dapat memenuhi beberapa hal di
bawah ini:
 Mengandung nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan
kognitif serta maturasi seksual.
 Memberikan cukup cadangan bila sakit atau hamil.
 Mencegah awitan penyakit terkait makanan seperti penyakit kardiovaskular,
diabetes, osteoporosis dan kanker.
 Mendorong kebiasaan makan dan gaya hidup sehat.

Kebutuhan protein untuk anak remaja bisa berbeda, tergantung dari usia dan jenis
kelaminnya. Untuk remaja laki-laki, berikut ini kebutuhan proteinnya sesuai usia.

Usia 10-12 tahun: 56 gram

Usia 13-15 tahun: 72 gram

Usia 16-18 tahun: 66 gram

Sementara itu untuk remaja perempuan, ini kebutuhan proteinnya berdasarkan


usia.

Usia 10-12 tahun: 60 gram

Usia 13-15 tahun: 69 gram

Usia 16-18 tahun: 59 gram


Kebutuhan nutrisi remaja dibahas berikut ini:

1. Energi

Kebutuhan energi remaja dipengaruhi oleh aktivitas, metabolisme


basal dan peningkatan kebutuhan untuk menunjang percepatan tumbuh-kembang
masa remaja. Metabolisme basal (MB) sangat berhubungan erat dengan jumlah
massa tubuh tanpa lemak (lean body mass) sehingga MB pada lelaki lebih tinggi
daripada perempuan yang komposisi tubuhnya mengandung lemak lebih banyak.
Karena usia saat terjadinya percepatan tumbuh sangat bervariasi, maka
perhitungan kebutuhan energi berdasarkan tinggi badan (TB) akan lebih sesuai.

Percepatan tumbuh pada remaja sangat rentan terhadap kekurangan


energi dan nutrien sehingga kekurangan energi dan nutrien kronik pada masa ini
dapat berakibat terjadinya keterlambatan pubertas dan atau hambatan
pertumbuhan.

2. Protein

Kebutuhan protein pada remaja ditentukan oleh jumlah protein untuk


rumatan masa tubuh tanpa lemak dan jumlah protein yang dibutuhkan untuk
peningkatan massa tubuh tanpa lemak selama percepatan tumbuh. Kebutuhan
protein tertinggi pada saat puncak percepatan tinggi terjadi (perempuan 11-14
tahun, lelaki 15-18 tahun) dan kekurangan asupan protein secara konsisten pada
masa ini dapat berakibat pertumbuhan linear berkurang, keterlambatan maturasi
seksual serta berkurangnya akumulasi massa tubuh tanpa lemak.

3. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan, selain


juga sebagai sumber serat makanan. Jumlah yang dianjurkan adalah 50% atau
lebih dari energi total serta tidak lebih dari 10-25% berasal dari karbohidrat
sederhana seperti sukrosa atau fruktosa.

Di Amerika Serikat, konsumsi minuman ringan (soft drinks)


memasok lebih dari 12% kalori yang berasal dari karbohidrat dan konsumsinya
meningkat 3 kali lipat pada dua dekade terakhir ini. Penelitian Josep di Jakarta
(2010) pada remaja siswa SMP didapatkan bahwa siswa yang mengonsumsi
minuman bersoda 3-4 kali per minggu berisiko untuk terjadi gizi lebih.

4. Lemak

Tubuh manusia memerlukan lemak dan asam lemak esensial untuk


pertumbuhan dan perkembangan normal. Pedoman makanan di berbagai negara
termasuk Indonesia (gizi seimbang), menganjurkan konsumsi lemak tidak lebih
dari 30% dari energi total dan tidak lebih dari 10% berasal dari lemak jenuh.

Sumber utama lemak dan lemak jenuh adalah susu, daging (berlemak),
keju, mentega / margarin, dan makanan seperti cake, donat, kue sejenis dan es
krim, dan lain-lain.

5. Mineral

Kalsium (Ca). Kebutuhan kalsium pada masa remaja merupakan yang


tertinggi dalam kurun waktu kehidupan karena remaja mengalami pertumbuhan
skeletal yang dramatis. Sekitar 45% dari puncak pembentukan massa tulang
berlangsung pada masa remaja, sehingga kecukupan asupan kalsium menjadi
sangat penting untuk kepadatan masa tulang serta mencegah risiko fraktur dan
osteoporosis. Pada usia 17 tahun, remaja telah mencapai hampir 90% dari masa
tulang dewasa, sehingga masa remaja merupakan peluang (window of
opportunity) untuk perkembangan optimal tulang dan kesehatan masa depan.

Angka kecukupan asupan kalsium yang dianjurkan untuk kelompok


remaja adalah 1.300 mg per hari. Susu merupakan sumber kalsium terbaik, disusul
keju, es krim, yogurt. Kini banyak makanan dan minuman yang difortifikasi
dengan kalsium yang setara dengan kandungan kalsium pada susu (300mg per
saji). Terdapat pula kalsium dalam bentuk sediaan farmasi (dalam bentuk
karbonat, sitrat, laktat atau fosfat) dengan absorpsi sekitar 25-35%. Preparat
kalsium akan diabsorpsi lebih efisien bila dikonsumsi bersama makanan dengan
dosis tidak lebih dari 500 mg.

Zat besi (Fe). Seperti halnya kalsium, kebutuhan zat besi pada remaja baik
perempuan maupun lelaki meningkat sejalan dengan cepatnya pertumbuhan dan
bertambahnya massa otot dan volume darah. Pada remaja perempuan kebutuhan
lebih banyak dengan adanya menstruasi. Kebutuhan pada remaja lelaki 10-12
mg/hari dan perempuan 15 mg/hari. Besi dalam bentuk neme yang terdapat pada
sumber hewani lebih mudah diserap dibanding besi non-heme yang terdapat pada
biji-bijian atau sayuran.

Seng (Zn).Seng berperan sebagai metalo-enzyme pada proses


metabolisme serta penting pada pembentukan protein dan ekspresi gen. Konsumsi
seng yang adekuat penting untuk proses percepatan tumbuh dan maturasi seksual.
Seperti halnya dengan kekurangan energi dan protein, kekurangan seng dapat
mengakibatkan hambatan pada pertumbuhan dan kematangan seksual. Daging
merah, kerang dan biji-bijian utuh merupakan sumber seng yang baik.

6. Vitamin

Vitamin A. Selain penting untuk fungsi penglihatan, vitamin A juga


diperlukan untuk pertumbuhan, reproduksi dan fungsi imunologik. Kekurangan
vitamin A awal ditandai dengan adanya buta senja. Sumber vitamin A utama :
serealia siap saji, susu, wortel, margarin dan keju. Sumber β- karoten sebagai pro-
vitamin A yang sering dikonsumsi remaja berupa wortel, tomat, bayam dan
sayuran hijau lain, ubi jalar merah dan susu.

Vitamin E. Vitamin E dikenal sebagai antioksidan yang penting pada


remaja karena pesatnya pertumbuhan. Meningkatnya konsumsi makanan yang
mengandung vitamin E merupakan tantangan karena makanan sumber vitamin E
umumnya mengandung lemak tinggi.

Vitamin C . Keterlibatannya dalam pembentukan kolagen dan jaringan


ikat menyebabkan vitamin ini menjadi penting pada masa percepatan
pertumbuhan dan perkembangan. Status vitamin C pada remaja perokok lebih
rendah walaupun telah mengonsumsinya dalam jumlah cukup dikarenakan stres
oksidatif sehingga mereka memerlukan tambahan vitamin C hingga 35 mg per
hari.

Folat. Folat berperan pada sintesis DNA, RNA dan protein sehingga
kebutuhan folat meningkat pada masa remaja. Kekurangan folat menyebabkan
terjadinya anemia megaloblastik dan kecukupan folat pada masa sebelum dan
selama kehamilan dapat mengurangi kejadian spina bifida pada bayi.

Lain-lain

Serat (fiber). Serat makanan penting untuk menjaga fungsi normal usus dan
mungkin berperan dalam pencegahan penyakit kronik seperti kanker, penyakit
jantung koroner dan diabetes mellitus tipe-2. Asupan serat yang cukup juga
diduga dapat menurunkan kadar kolesterol darah, menjaga kadar gula darah dan
mengurangi risiko terjadinya obesitas. Kebutuhan serat per hari dapat dihitung
dengan rumus : ( umur + 5 ) gram dengan batas atas sebesar ( umur + 10 ) gram.

 Masalah nutrisi pada remaja

Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien,


khususnya anemia defisiensi zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang
dan perawakan pendek maupun gizi lebih sampai obesitas dengan ko-
morbiditasnya yang keduanya seringkali berkaitan dengan perilaku makan salah
dan gaya hidup.

Laporan hasil beberapa penelitian di Amerika Serikat menunjukkan


bahwa kebanyakan remaja kekurangan vitamin dan mineral dalam makanannya
antara lain folat, vitamin A dan E, Fe, Zn, Mg, kalsium dan serat. Hal ini lebih
nyata pada perempuan dibanding lelaki, tetapi sebaliknya tentang asupan makanan
yang berlebih (lemak total, lemak jenuh, kolesterol, garam dan gula) terjadi lebih
banyak pada lelaki daripada perempuan.
REVIEW JURNAL

Judul : Analisis pola makan pada anak usia sekolah


Nama penulis : Afriyani Rahmawati, Carolina
Wurisetyaningrum Marland, Eka Putri
Wahyuni, Husnul Aliffa Zulkarnaen, Meissy
Okasari, Nasyafia Febri Alfani, Rizky Lusiana.
Nama jurnal : Jurnal Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan
Tahun jurnal : 2020
Volume, no.dan : Volume 7, Nomor 1, Halaman 38-50
halaman
Link download : http://doi.org/10.21009/JKKP.071.04
Latar belakang masalah : Gizi yang terjadi pada anak usia sekolah di
Indonesia masih cukup tinggi.
Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi
(Kemenkes RI, 2017) didapatkan status gizi
anak umur 5-12 tahun menurut indeks massa
tubuh/umur (IMT/U) di Indonesia yaitu
prevalensi kurus adalah 10,9%, terdiri dari
3,4% sangat kurus dan 7,5% kurus. Gizi yang
baik merupakan pondasi bagi kesehatan
masyarakat terutama anak-anak yang masih
dalam masa pertumbuhan dan perkembangan,
jika terjadi gangguan gizi kurang maupun gizi
lebih maka pertumbuhan dan perkembangan
tidak akan berlangsung secara optimal.
Gangguan gizi kurang memberikan dampak
negatif seperti menurunnya fungsi kognitif,
menghambat pertumbuhan fisik sehingga daya
tahan tubuh cenderung melemah dan postur
tubuh cenderung pendek. Sedangkan jika
gangguan gizi lebih akan mengakibatkan
dampak negatif seperti meningkatknya risiko
terjangkit penyakit degeneratif.
Faktor penyebab terjadinya kekurangan gizi
adalah ketidakseimbangan gizi dalam makanan
yang dikonsumsi dan terjangkitnya penyakit
infeksi. Penyebab tidak langsung adalah
ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan
anak dan pelayanan kesehatan. Ketiga faktor
tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan,
pengetahuan dan keterampilan keluarga serta
tingkat pendapatan keluarga (Elisa, 2012).
Selain itu, anak usia sekolah seringkali
mengalami penurunan nafsu makan sehingga
asupan makanan yang dikonsumsi menjadi
tidak seimbang dengan kalori yang diperlukan
oleh tubuh dan tidak sesuai dengan angka
kecukupan gizi berdasarkan usia menurut jenis
kelamin (Octaviani, Izhar, & Amir, 2018).
Pada saat ini, pola makan anak sudah mengarah
ke pola makan cepat saji dimana makanan
cepat saji mengandung banyak kalori dan
menyebabkan anak menjadi obesitas
(Widyantari, Nuryanto, & Dewi, 2018).
Penelitian yang dilakukan Ningsih (2016)
memaparkan bahwa masih ada anak yang
mengalami masalah gizi, baik itu gizi kurang
maupun gizi lebih.
Tujuan penelitian : Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pola
makan pada anak usia sekolah. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Desember 2019.
Penelitian ini melibatkan 97 orang siswa di
SDN Sumur Batu 01 Pagi Kemayoran, Jakarta
yang dipilih dengan teknik stratified sampling.
Hasil penelitian : 1.pola makan anak berdasarkan dimensi
ketidakpercayaan nafsu makan dapat
dikategorikan belum optimal. Hal ini
dibuktikan melalui hasil penelitian dengan
kategori rendah 25,8%, sedang 67%, dan tinggi
7,2%.
2. pola makan anak berdasarkan dimensi
hadiah untuk perilaku dapat dikategorikan
belum optimal. Hal ini dibuktikan melalui hasil
penelitian dengan kategori rendah 43,3%,
sedang 43,3%, dan tinggi 13,4%.
3. pola makan anak berdasarkan dimensi
hadiah untuk makan dapat dikategorikan
optimal. Hal ini dibuktikan melalui hasil
penelitian dengan kategori rendah 12,4%,
sedang 35,1%, dan tinggi 51%.
4. pola makan anak berdasarkan dimensi
makanan persuasif dapat dikategorikan belum
optimal. Hal ini dibuktikan melalui hasil
penelitian dengan kategori rendah 21,6%,
sedang 57,7%, dan tinggi 20,6%.
5. pola makan anak berdasarkan dimensi
pembatasan terselubung dikategorikan belum
optimal. Hal ini dibuktikan melalui hasil
penelitian dengan kategori rendah 13,4%,
sedang 47,4%, dan tinggi 39,2%.
6. pola makan anak berdasarkan dimensi
pembatasan yang jelas dikategorikan belum
optimal. Hal ini dibuktikan melalui hasil
penelitian dengan kategori rendah 13,4%,
sedang 47,4%, dan tinggi 39,2%.
7. pola makan anak berdasarkan dimensi
terstruktur waktu makan dikategorikan belum
optimal. Hal ini dibuktikan melalui hasil
penelitian dengan kategori rendah 51,5%,
sedang 42,3%, dan tinggi 6,2%.

Secara keseluruhan sebagian besar pola makan


siswa berada pada kategori
sedang yaitu berjumlah (82,5%), pola makan
yang berada pada kategori rendah dan sedang
termasuk pola makan belum optimal.
Implikasi klinis : Anak usia sekolah rentan terkena penyakit
terutama permasalahan gizi dikarenakan pola
makan anak-anak.
Kelebihan penelitian : Orang tua dapat memberikan aksesibilitas dan
mengimplementasikan pola makan dengan
pemilihan makanan yang sehat sesuai dengan
menu gizi seimbang, orang tua dapat
mengedukasi anak terkait pola makan yang
baik untuk meningkatkan kemandirian anak
dalam merencanakan pemenuhan makanan
sehat, memberikan dukungan positif kepada
anak untuk melakukan pola makan yang baik
sesuai dengan disiplin jadwal makan, etika
makan, dan menyediakan makanan yang
bervariasi (karbohidrat, protein, lemak serta
vitamin) demi terpenuhinya asupan gizi anak.
Kekurangan penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa 82,5
persen anak memiliki pola makan pada kategori
sedang. Hasil ini menunjukan bahwa pola
makan anak berada pada kategori belum
optimal. Oleh karena itu, orang tua dan guru
diharapkan dapat meningkatkan perhatian pada
pola makan anak. Orang tua dan guru
diharapkan dapat mengajarkan anak mengenai
pola makan yang sehat.
Diskusi/saran : Sebagian besar anak usia sekolah memiliki
pola makan belum optimal. Oleh karena itu,
orang tua dan guru harus meningkatkan
perhatian pada pola makan anak. Orang tua
dapat memberikan aksesibilitas dan
mengimplementasikan pola makan dengan
pemilihan makanan yang sehat sesuai dengan
menu gizi seimbang, orang tua dapat
mengedukasi anak terkait pola makan yang
baik untuk meningkatkan kemandirian anak
dalam merencanakan pemenuhan makanan
sehat, memberikan dukungan positif kepada
anak untuk melakukan pola makan yang baik
sesuai dengan disiplin jadwal makan, etika
makan, dan menyediakan makanan yang
bervariasi (karbohidrat, protein, lemak serta
vitamin) demi terpenuhinya asupan gizi anak.
Guru sebagai pihak sekolah disarankan untuk
mengaktifkan pemantauan pola makan anak
melalui pemasangan poster mengenai pola
makan sehat, pertumbuhan dan perkembangan
anak usia sekolah, dan memonitoring makanan-
minuman yang di kantin.
PENUTUP

A. KESIMPULAN
fenomena pertumbuhan pada masa remaja dan usia sekolah
meuntut kebutuhan nutrusi yang tinggi agar tercapainya potensi
pertunbuhan secara maksimal karena nutrisi pertumbuhan merupakan
hubungan intergral.
B. SARAN
Jadi nutrisi sangat penting bagi pertumbuhan anak sekolah dan
remaja, maka dari itu kita harus memperhatikan makan” nan yang kita
makan dan minuman, karena malnutrisi sangat bahaya bagi kesehatan dan
pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Utari, dr.reni_artikel hidup sehat/memenuhi kebutuhan gizi remaja selama


pertumbuhan, 2020.
IDAI, Satgas remaja_artikel seputar kesehatan anak/nutrisi pada remaja, sumber
LAMPIRAN JURNAL

http://doi.org/10.21009/JKKP.071.04 Link jurnal


buku bunga rampai keseharan remaja, 2013.

Anda mungkin juga menyukai