Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KASUS HUKUM DALAM KEPERAWATAN


Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Kewarganegaraan

Dosen Pembimbing:
Ibu Jujun Triwahjuni

Disusun Oleh:
Rizka Putri Nur Hertiana (4003200020)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DHARMA HUSADA BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap bismillahirrohmanirrohim, kita panjatkan puji syukur kekhadirat


Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya akhirnya makalah yang berjudul “KASUS
HUKUM DALAM KEPERAWATAN” telah selesai disusun.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Kewarganegaraan. Semoga segala upaya yang dilakukan penulis dapat membawa kebaikan
Amiin ya robbal alamin.

Dengan menyelesaikan karya tulis ini, tidak jarang saya menemui kesulitan. Namun
saya sudah berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikannya, oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak pembaca yang sifatnya membangun untuk
dijadikan bahan masukan guna penulisan yang akan datang sehingga menjadi lebih baik lagi.
Semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................


......................................................................................................................................................
i
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................
......................................................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................
1
A. Latar Belakang .............................................................................................................
.......................................................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................
.......................................................................................................................................
1
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................................
.......................................................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................
......................................................................................................................................................
2
A. Kasus ............................................................................................................................
.......................................................................................................................................
2
B. Analisis Kasus dan Kaitannya dengan UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ....
.......................................................................................................................................
2
C. Analisis Kasus dan Kaitannya dengan UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan .....................................................................................................................
.......................................................................................................................................
5
D. Analisis Kasus dan Kaitannya dengan UU No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
.......................................................................................................................................
7
E. Analisis Kasus dan Kaitannya dengan Kode Etik Keperawatan .................................
.......................................................................................................................................
9
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................
......................................................................................................................................................
11

ii
A. Kesimpulan ..................................................................................................................
.......................................................................................................................................
11
B. Saran ............................................................................................................................
.......................................................................................................................................
11

DAFTAR PUSAKA ..................................................................................................................


......................................................................................................................................................
12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Kasus ini berawal dari Perawat DS yang membantu Ny. FD


dalam persalinannya. Alhasil, Ny. FD meninggal dunia disebabkan oleh perdarahan
serius pada perineumnya. Tindakannya tersebut dianggap melanggar UU No. 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dalam UU itu, seorang perawat dibatasi tindakannya
dalam menolong pasien. Padahal dalam kenyataannya, Perawat DS terpaksa
melakukan tindakan tersebut karena keluarga Ny. FD menolak untuk dirujuk ke
rumah sakit dan juga telah dimulainya proses-proses persalinan. Bila pertolongan
pertama tidak diberikan, maka nyawa bayi yang dikandung Ny. FD akan terancam.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apakah UU Kesehatan sudah efektif?
2. Bagaimana Kebijakan UU Kesehatan di Indonesia?
3. Apa kelebihan dan kekurangan UU Kesehatan?
4. Apa kelebihan dan kekurangan UU Keperawatan?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah menjelaskan hal-hal penting terkait
etika dan hukum kesehatan mengenai kasus ini.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kasus

Pertolongan persalinan oleh Perawat DS.


Seorang perawat menjadi tersangka oleh pihak berwajib setelah menolong seorang
perempuan berinisial Ny. FD yang akan melahirkan. Kasus ini bermula pada tanggal
12 Januari 2016 di praktik klinik perawat DS. Saat itu perawat DS diminta bantuan
oleh suami Ny. FD untuk menolong istrinya yang akan melahirkan dan perawat DS
menyetujui akan membantu persalinan tersebut. Kemudian perawat DS melakukan
pemeriksaan fisik Leopold, yaitu melakukan perabaan pada bagian perut Ny. FD
untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan kondisi janin yang dikandungny. 
Hasil pemeriksaan Perawat DS menemukan bahwa taksiran berat badan bayi cukup
besar dan diperkirakan lebih dari 4.5 kg sehingga perawat DS menganjurkan untuk
merujuk atau dirujuk kerumah sakit, namun suami Ny. FD menolak dan tetap minta
ditolong oleh perawat DS.
Menurut Perawat DS, Ny. FD harus segera ditolong karena proses persalinan sudah
dimulai, maka dilakukan pertolongan persalinan, namun pada saat akan
mengeluarkan kepala, terjadi macet di jalan lahir keluar dan terjadi robekan diseputar
perineum Ny. FD yang menyebabkan terjadi perdarahan hebat yang menyebabkan
Ny. FD meninggal dunia. Keluarga Ny. FD menuntut pertanggung jawaban
perawat DS dan melaporkan kasus yang dialami keluarga Ny FD kepada pihak
berwajib.

B. Analisis Kasus dan Kaitannya dengan UU No. 36 Tahun 2009 tentang


kesehatan

Kasus Perawat DS sangat rumit dan dilematik. Di lain sisi dia ingin membantu
orang dalam keadaan gawat darurat, namun ternyata dia menjadi tersangka kasus
pembunuhan terhadap pasiennya. Berdasarkan analisis kasus, jika dikaitkan dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, maka
perawat DS dinyatakan melanggar hukum menurut :

2
BAB VI
UPAYA KESEHATAN
Bagian Kedua
Pelayanan Kesehatan
Paragraf Kesatu
Pemberian Pelayanan
Pasal 53
(1) Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.
(3) Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding kepentingan lainnya.
Perawat DS melanggar pasal 53 karena dia menyebabkan pasien FD kehilangan
nyawa saat persalinan. Perawat DS dapat dilaporkan oleh pihak keluarga pasien FD
berdasarkan pasal 58, sehingga dalam kasus ini, perawat DS bisa dinyatakan melanggar etika
hukum:
BAB VI
UPAYA KESEHATAN
Bagian Kedua
Pelayanan Kesehatan
Paragraf Kedua
Perlindungan Pasien
Bagian Kedua
Pasal 58
(1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan,dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya.
(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga
kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan
seseorang dalam keadaan darurat.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan tuntutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Seharusnya perawat DS tetap merujuk pasien tersebut ke rumah sakit terdekat setelah
mengetahui hasil dari pemeriksaan leopoldnya. Jika perawat DS tetap melakukan persalinan

3
tersebut di kliniknya sedangkan dia juga mengetahui bahwa pasien FD kesulitan melahirkan
secara normal, maka perawat DS dinyatakan melanggar pengendalian pemulihan kesehatan
dan keselamatan ibu. Hal ini didukung oleh :

BAB VI

UPAYA KESEHATAN

Bagian Kedua

Pelayanan Kesehatan

Paragraf Kedua

Perlindungan Pasien

Bagian Kelima

Pasal 63

(2) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengendalian,


pengobatan, dan/atau perawatan.

BAB VII

KESEHATAN IBU, BAYI, ANAK,

REMAJA, LANJUT USIA, DAN PENYANDANG CACAT

Bagian Kesatu

Kesehatan ibu, bayi, dan anak

Pasal 126

(1) Upaya kesehatan ibu harus ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu
melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu.

(2) Upaya kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Namun, perawat DS dapat dinyatakan tidak bersalah karena menolong pasien dalam
keadaan gawat darurat. Hal ini sesuai dengan BAB XX Ketentuan Pidana Pasal 190 yang
berbunyi:

4
(1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan
praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak
memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam keadaan gawat darurat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).

(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan terjadinya
kecacatan atau kematian, pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan
tersebut dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

C. Analisis Kasus dan Kaitannya dengan UU No. 36 Tahun 2014 tetangTenaga


Kesehatan
 Profesi

Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan
bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Profesi sangat mementingkan
kesejahteraan orang lain, dalam konteks bahasan ini konsumen sebagai penerima jasa
pelayanan keperawatan professional. Menurut Webster, profesi adalah pekerjaan yang
memerlukan pendidikan yang lama dan menyangkut keterampilan intelektual.

 Karakteristik Profesi
Gary dan Pratt (1991), Kiozer Erb dan Wilkinson (1995) mengemukakan karakteristik
professional sebagai berikut :
a. Konsep misi yang terbuka terhadap perubahan 
b. Penguasaan dan penggunaan pengetahuan teoritis
c. Kemampuan menyelesaikan masalah
d. Pengembangan diri secara berkesinambungan
e. Pendidikan formal
f. Sistem pengesahan terhadap kompetensi
g. Penguatan secara legal terhadap standar professional
h. Praktik berdasarkan etik
i. Hukum terhadap malpraktik 
j. Penerimaan dan pelayanan pada masyarakat

5
k. Perbedaan peran antara pekerja professional dengan pekerjaan lain dan
membolehkan praktik yang otonom.

Menurut Lindberg, Hunter dan Kruszewski (1993), Leddy danPepper(1993) serta


Berger dan Williams (1992), keperawatan sebagaisuatu profesi memiliki karakteristik sebagai
berikut :
a) Kelompok pengetahuan yang melandasi keterampilan untuk menyelesaikan masalah
dalam tatanan praktik keperawatan. 
b) Seseorang yang memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada
masyarakat.
c) Melalui pendidikan yang memenuhi standar dan diselenggarakan di perguruan tinggi
atau universitas.
d) Memiliki pengendalian terhadap standar praktik.
e) Bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan.
Tanggung gugat disini mengandung aspek legal terhadap kelompok sejawat, atasan
dan konsumen. Konsep tangung gugat mempunyai dua implikasi yaitu bertanggung
jawab terhadap konsekuensi dari tindakan yang dilakukan dan juga menerima
tanggung jawab dengan tidak melakukan tindakan pada situasi terntentu.
f) Karir seumur hidup
g) Fungsi mandiri.
Perawat memiliki kewenangan penuh melakukan asuhan keperawatan walaupun
kegiatan kolaborasi dengan profesi lain kadang kala dilakukan dimana itu semua didasarkan
kepada kebutuhan klien bukan sebagai ekstensi intervensi profesi lain.
Jika dilihat dari kasus tersebut secara tidak langsung menyatakan
bahwa perawat harus bertanggung jawab atas kematian Ny. FD. Padahal, sesungguhnya
kematian seseorang tidak ada yang tahu pasti kapan, dimana dan pada kondisi seperti apa
sehingga terkadang tidak ada yang bisa menyalahkan siapa terhadap siapa. Dari situlah
Perawat DS mendapatkan situasi dilema moral dimana disamping ia harus melaksanakan
tanggung jawabnya menolong pasien, ia juga harus menerima resiko terjadinya kelalaian atas
tindakannya yang dapat membawanya ke pengadilan.

6
D. Analisis Kasus dan Kaitannya dengan UU. No. 38 Tahun 2014
tentangKeperawatan
Pasal 30 ayat 1
Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya
kesehatan perorangan, Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik; 
b. menetapkan diagnosis Keperawatan;
c. merencanakan tindakan Keperawatan;
d. melaksanakan tindakan Keperawatan;
e. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan;
f. melakukan rujukan;
g. memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi;
h. memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter;
i. melakukan peny'uluhan kesehatan dan konseling; dan 
j. melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai dengan resep tenaga
medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.

Analisis terhadap UU Nomer 38 tentang Keperawatan tahun 2014, yaitu:


1. DS melakukan pemeriksaan fisik Leopold, yaitu melakukan perabaan
pada bagian perut Ny. FD untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan kondisi
janin yang dikandungnya. Sesuai dengan Pasal 30 ayat 1 (point a), melakukan
pengkajian Keperawatan secara holistik;
2. Perawat DS menganjurkan untuk merujuk atau dirujuk ke rumah sakit. Sesuai dengan
Pasal 30 ayat 1 (point f), melakukan rujukan.
3. Menurut Perawat DS, Ny. FD harus segera ditolong karena proses persalinan sudah
dimulai, maka dilakukan pertolongan persalinan, namun pada saat akan mengeluarkan
kepala, terjadi macet di jalan lahir keluar dan terjadi robekan diseputar perineum Ny.
FD yang menyebabkan terjadi perdarahan hebat yang menyebabkan Ny. FD
meninggal dunia.
 Sesuai dengan Pasal 30 ayat 1 (point g), memberikan tindakan pada keadaan gawat
darurat sesuai dengan kompetensi.
 Melanggar Pasal 30 Ayat 1 (point h), memberikan tindakan padakeadaan gawat
darurat sesuai dengan kompetensi.

7
 Sesuai Pasal 33 Ayat 1, Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat 1 huruf f (pelaksana tugas dalam keadaan
keterbatasan tertentu) merupakan penugasan Pemerintah yang dilaksanakan pada
keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga kefarmasian di suatu wilayah
tempat Perawat bertugas.
 Sesuai Pasal 33 Ayat 4 point b, merujuk pasien sesuai sistemrujukan; dan
 Sesuai dengan pasal 35
1) Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, Perawat
dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan
kompetensinya.
2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan
yang mengancam nyawa atau kecacatan Klien.
4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Perawat
sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
4. Melanggar Pasal 37 Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berkewajiban:
d. mendokumentasikan asuhan keperawalan sesuai dengan standar f. melaksanakan
tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain yang sesuai dengan
kompetensi Perawat.

Berdasarkan hasil analisis terhadap UU Nomor 38 tentang keperawatan, perawat DS


melanggar pasal-pasal yang berkaitan dengan kompetensi yang dimiliki perawat. Perawat DS
mengalami dilema etik terhadap pengambilan keputusan. Perawat DS seharusnya sadar akan
kompetensi yang dimilikinya. Memang, perawat berkewajiban untuk menolong dalam
keadaan darurat, tetapi dapat pula dilakukan rujukan.
Perawat DS dapat saja mengajukan pembelaan dengan pasal-pasal yang ada di dalam
UUK 2014, yaitu:
5. Pasal 36 Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berhak : a. memperoleh
pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar pelayanan,
standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang

8
undangan. d. menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode
etik, standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, atau ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
Namun pada kasus perawat DS tidak memberikan informed consent yang sesuai
prosedur. Jika keluarga klien tidak bersedia untuk dirujuk, seharusnya perawat DS
mempunyai dokumen legal yang telah ditandatangani oleh wali pasien, sebagai bukti bahwa
tindakannya disetujui oleh wali.
E. Analisis Kasus dan Kaitannya dengan Kode Etik Keperawatan
Profesi-profesi dalam ilmu kesehatan memiliki kode etik masing-masing. Kode etik
dalam keperawatan seperti yang diatur oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia).
Kode etik dalam keperawatan digunakan untuk perawat dalam mengambil tindakan untuk
melakukan pelayanan kesehatan. Kode etik keperawatan yang diatur oleh PPNI yaitu:
perawat dan klien, perawat dan praktik, perawat dan masyarakat, perawat dan teman sejawat
serta perawat dan profesi.
Kode etik ini akan menjadi dasar tindakan keperawatan yang akan diambil oleh
perawat. seperti yang dilakukan perawat DS yang mengalami dilema etik dan hukum atas
tindakan yang akan diambilnya. Menurut analisis kode etik perawat DS melanggar kode etik
perawat dan klien pada poin 3 yaitu: tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka
yang membutuhkan asuhan keperawatan. Perawat DS tidak bertanggungjawab dengan lalai
akan tugasnya meskipun niat awalnya untuk menolong pasien. Namun hal ini mejadi
kelalaian yang berakibat hilangnya nyawa pasien.
Kode etik keperawatan lain yang dilanggar ialah kode etik perawat dan praktik, yaitu
pada poin:
2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan klien.
3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila
melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang
lain.

Kode etik keperawatan pada poin 3 dilanggar perawat DS karena ia tidak


memerhatikan kompetensi yang ia miliki untuk menolong pasien. Kebutuhan klien saat itu
pun tidak sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi yang dimiliki perawat DS. Sehingga

9
tindakan yang dilakukan oleh perawat DS tidak sebagai profesional. Pengambilan tindakan
yang dilakukan oleh perawat DS juga tidak dengan informasi yang akurat. Informasi yang
tidak akurat dalam pengkajian perawat DS menyebabkan kelalaian dan menimbulkan dampak
buruk yang lebih besar pada klien atau pasien. Perawat DS juga tidak menolak permintaan
keluarga pasien untuk menangani pasien, padahal kemampuan dan kualifikasi perawat DS
tidak sampai. Padahal perawat DS dapat tidak memaksakan kehendak keluarga nyonya FD .

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawat DS menghadapi situasi dilema moral dimana ia harus melaksanakan
tanggung jawabnya menolong pasien namun harus menerima resiko terjadinya kelalaian atas
tindakannya yang dapat membawanya ke pengadilan. Perawat DS dinilai telah melanggar
beberapa pasal dalam UU No.36Tahun 2009 tentang Kesehatan, UU No.36 Tahun 2009
tentang TenagaKesehatan, dan UU No.38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, serta kode etik
keperawatan. Perawat DS tidak dapat mengajukan pembelaan karena ia tidak melaksanakan
informed consent sesuai prosedur.
B. Saran
Perawat seharusnya dapat memahami undang-undang yang mengatur tentang
pemberian layanan kesehatan atau asuhan keperawatan serta kode etik keperawatan yang ada
di Indonesia dengan baik. Perawat harus cerdas dan kritis sehingga dapat menganggulangi
masalah yang mungkin akan dihadapi seperti pada kasus perawat DS.
Dengan demikian perawat dapat terlindung dari jeratan hukum dan pasien mendapat
pelayanan yang baik serta tidak mengalami kerugian.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aiken. 2003. Dasar-dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya MedikaPersatuan


Perawat Nasional Indonesia. (n.d.). kode etik keperawatan. Dikutip
Mei 4, 2016, dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
http://www.inna- ppni.or.id/index.php/kode-etik
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang TenagaKesehatan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan

12

Anda mungkin juga menyukai