(Analisis Komparatif antara Fatwa MUI Tahun 2012 dan NU Tahun 1989)
SKRIPSI
Oleh:
SITI MASITOH
NIM: 111104320004
Kata Kunci : Fatwa MUI Tahun 2012 dan NU 1989 Terhadap KB dengan
Metode Sterilisasi
Pembimbing : 1. Dr. H. Ahmad Yani, M.Ag. dan
2. H. Qosim Arsyadani, S.Ag, M.Ag.
vi
6. Dr. H. Yayan Sopyan SH, MA, MH dan Dr. H. Ahmad Bisry Abd
shomad, MA selaku dosen penguji sidang skripsi, yang telah
memberikan koreksian serta memberikan masukan-masukan untuk
menjadikan skripsi ini lebih baik juga telah memberikan penilaian
terhadap penulis.
7. Ibu Ummi Kultsum, selaku Penasehat Akademik (PA) penulis, selama
menuntut ilmu di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
8. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan
vii
Hasibuan, Ka Annisa, Melani, Nitha, dan Adek-adek kelasku Nia,
Uyun, Dedeh, Winda, Wina,
15. Teman-teman seperjuanganku satu Jurusan Perbandingan Hukum
angkatan 2010-2011 fakultas Syariah Dan Hukum, Siti Nuraviva, Ratu
Sholihat, Titi Nurindah Sari, Lia Herawati, Afrita Rizky Nurul Afthi,
Sri Ulvah Handayani dan lain-lain.
16. Teman-teman MAN 2 Bekasi walapun dari jauh tapi doa dan suport
kalian merupakan hal yang berarti demi kelancaran dalam
menyelesaikan skripsi ini, sopy, bahiyah, lina, jenong, nela, luby, ojak,
ajul, yeni, mitha, itha, iyam,
Rekan-rekan mahasiswa di kelompok KKN ADHESI: Rizky, Tya, Lisa, Iyan, Nurul, Putri,
Dan semua pihak yang telah membantu memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skrip
disisi-Nya. Amiiiin. Dan semoga bermanfaat bagi semuanya, Amiiin.
SITI MASITOH
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
DAFTAR ISIix
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah1
Identifikasi Masalah7
Pembatasan dan Perumusan Masalah8
Tujuan dan Manfaat Penelitian9
Tinjauan ( review ) Kajian Terdahulu10
Metode Penelitian14
Sistematika Penulisan17
1. Pengertian Sterilisasi...............................................................22
2. Cara-cara Sterilisasi.................................................................24
3. Syarat-syarat Sterilisasi..........................................................29
ix
BAB III KOMISI FATWA MUI DAN BAHTSUL MASAIL NU
NU.............................................................................................39
Ulama (NU)..............................................................................44
2. Tugas dan Fungsi Lembaga Bahtsul Masail NU..................55
B. Kedudukan Komisi Fatwa MUI dan Lembaga Bahtsul
MasailFATWA
BAB IV ANALISIS NU.................................................................................45
MUI TAHUN 2012 DAN NU
1. Kedudukan
TAHUN Komisi Fatwa
1989 TENTANG MUI............................................45
STERILISASI DALAM
2. Kedudukan
KELUARGA Lembaga Bahtsul Masail NU.............................46
BERENCANA
C. Fatwa
A. Dasar-dasar Hukum2012
MUI Tahun Komisi
danFatwa MUI 1989
NU Tahun dan Lembaga
Tentang
Bahtsul Masail
Sterilisas NU....................................................................48
dalam Keluarga Berencana.......................................58
Keluarga Berencana..............................................................58
Keluarga Berencana..................................................................64
D. Analisis Komparatif...................................................................76
76
PENDAHULUAN
keturunan, tetapi juga menekankan agar keturunan tersebut dapat hidup secara
berkualitas, namun ada beberapa orang yang khawatir jika memiliki banyak
setiap anak yang dilahirkan pasti telah ditentukan rizkinya oleh Allah Ta’ala.
orang lain karena hanya karena alasan takut miskin, akan tetapi pada saat ini
keluarga. Tapi di balik manfaat yang ada terdapat salah satu program KB yang
1
Suryadharma Ali, Al-Qur’anulqarim, (Jakarta : Cv.Aneka Ilmu, 2013), h. 258.
1
2
Tubektomi) biasanya jika dilakukan oleh laki-laki disebut vasektomi dan jika
ringan yang di lakukan oleh dokter ahli agar tidak mendapatkan keturunan. 3
ujungnya, sehingga sel sperma tidak dapat mengalir keluar penis, kemudian
usaha mengikat (memotong) saluran ovum sehingga sel telur wanita tidak
dapat dibuahi, caranya ialah dengan memotong kedua saluran sel telur dan
menutup kedua-duanya, sehingga sel telur tidak dapat keluar dan sel sperma
tidak dapat pula masuk bertemu dengan sel telur, sehingga tidak terjadi
kehamilan.4
Dari berbagai cara yang dilakukan oleh dokter ahli dalam upaya sterilisasi,
2
Majelis Ulama Indonesia, Himpunan fatwa Majelis Ulama Indonesia, (Jakarta : Ditjen
BIPH Departemen Agama RI, 2010), h. 299.
3
Masjfuk Juhdi, Islam dan Keluarga Berencana di Indonesia, Cet.IV, (Surabaya: Bina
Ilmu, 1982), h. 40.
Masjfuk Juhdi, Masail Fiqhiyyah : Kapita Selekta Hukum Islam, Cet.X, ( Jakarta: PT.
4
pemandulan tetap.
anak (putra atau putri) yang shaleh yang dapat memperkokoh ikatan rumah
tangga,5 karena meskipun pada saat itu mereka telah memperoleh jumlah
anaknya ditakdirka allah menemui ajalnya, atau cacat atau memiliki sifat-
lagi melahirkan
dipengaruhi iblis untuk melakukan perbuatan zina,6 karena selain menambah
dapat menimbulkan rasa aman dari kehamilan sehingga mereka bebas dan
5
Kustono, Rahasia di Balik keluarga Harmonis, Cet. I, (Tangerang : Shuhuf Media Insani,
2011), h. 51.
6
Yusup Qhardawi, al-Halal wal-Haram fil-Islam, Cet. I, (Jakarta : Robbani Press, 2000),
h. 166.
4
aman untuk melakukan hubungan seks dengan pria atau dengan wanita lain,
Tubektomi sudah dikeluarkan tahun 1979 dengan dua alasan bahwa; (1).
masih belum diperbolehkan atau haram. Dan untuk yang ketiga kalinya pada
sterilisasi dengan alasan8 bahwa walaupun sudah ada alat untuk upaya
sperma yang
bersangkutan, sehingga sterilisasi tetap tergolong kategori haram.9
7
Asroru Niam sholeh, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975, (Jakarta :
Erlangga, 2010), H.898.
8
Majelis Ulam Indonesia, Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia III, (Jakarta
: MUI, 2009), h.61
9
Ardne, Alasan MUI Tetapkan Vasektomi Haram Tapi Dengan Perkecualian, artikel ini
diakses dari http://dakwatuna.com/2012/07/06/21504/alasan-mui-tetapkan-vasektomi-haram-tapi-
dengan-perkecualian
5
diperbolehkan dengan bersyarat, itu artinya pada tahun 2012 sterilisasi tidak
sebelum melakukan sterilisasi, namun fatwa MUI tersebut tidak lantas bisa
dilaksanakan begitu saja, ada lima syarat yang harus di penuhi agar sterilisasi
bisa dihukumi halal yaitu ; untuk tujuan yang tidak menyalahi syariat, tidak
hukum
penggunaan alat kontrasepsi tersebut ialah ; sterilisasi merupakan alat
berkaitan dengan hukum larangan melihat aurat orang lain, implikasi alat
10
Sahal Mahfudh, Keputusan Muktamar Nahdatul Ulama ke-28 yang diselenggarakan di
pondok pesantren Al-Munawir Krapyak Yogyakarta pada tanggal 26-29 Rabiul Akhir 1410 H atau
26-28 November 1989 M
6
mencegah kehamilan yang bersifat sementara dan tidak permanen serta dapat
dipasang sendiri oleh yang bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak
haram memandang auratnya, selain itu bahan yang digunakan harus berasal
dari bahan yang halal serta tidak menimbulkan implikasi yang membahayakan
bagi kesehatan.12
perbedaan pendapat.
11
Penjelasan Erna Sulistiyowati, kepala bidang KB-KR Kementrian Kesehatan, tanggal 21
Maret 2013.
13
Badrun Alena, NU Kritisme dan Pergeseran makna, Cet. I, (Yogyakarta : PT.Tiara
Wacana,2000), h. 8.
7
perbedaan antara fatwa MUI dengan fatwa NU. Dengan demikian, penulis
tertarik untuk meneliti masalah dan menulisnya dalam sebuah karya ilmiah
6. Apa yang membedakan fatwa MUI tahun 2012 dan NU tahun 1989?
B. Identifikasi Masalah
7. Mengapa ada perbedaan antara fatwa MUI tahun 2012 dan NU tahun
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka
1989?
identifikasi masalahnya sebagai berikut:
8. Apa yang menjadi persamaan fatwa MUI tahun 2012 dan NU tahun 1989?
1. Bagaimana penerapan program KB dengan cara sterilitasi menurut
2. Faktor apa yang melatarbelakangi lahirnya fatwa MUI tahun 2012 dan
1. Pembatasan Masalah
serta tidak menjauh dari apa yang akan di bahas penulis menganggap perlu
yang turun dari Allah SWT, sedangkan al-Hadits adalah sabda Nabi
Sallallahu Alaihi Wassalam yang ma’sum. Oleh sebab itu penulis akan
2. Perumusan Masalah
2. Faktor apa yang melatar belakangi lahirnya fatwa MUI tahun 2012
1989.
yang ber-KB.
sterilisasi.
Memberikan kontribusi pemikiran dalam menujang perkembangan ilmu hukum islam khusus
Dapat memberikan informasi Kepada pembaca terkait hukum KB dengan sterilisasi yang ses
Menambah pengetahuan dan wawasan dibidang hukum keluarga terkait
KB tentang cara sterilisasi yang dikeluarkan oleh fatwa MUI tahun 2012 dan NU tahun 1989
Penelitian yang di lakukan oleh Drs. Safiudin shidik MA. dalam bukunya
penerbit : PT. Intimedia Cipta Nusantara,2004. Dalam hal ini Drs. Saifudin
lakukan secara sengaja.14 Sterilisasi ini tentu berbeda dengan alat kontrasepsi
diikat,15 sehingga sel sperma tidak bisa mengalir keluar penis. Sedangkan
kedua saluran sel telur dan menutup kedua-duanya hingga sel telur tidak
dapat keluar dan sel telur sperma tidak dapat masuk bertemu dengan sel
tapi diakui oleh para Dokter harapan tipis untuk bisa kembali sterilisasi
dapat menutup jalan seseorang untuk mempunyai anak. Jika dalam Islam
keadaan
sterilisasi, maka secara otomatis melihat aurat yang dpat disebut mediumnya
sudah pasti dibolehkan. Jadi, melihat aurat di perbolehkan jika sudah sampai
14
Umar Shibab, Kajian Tematik atas Ayat-ayat Hukum dalam Al-quran (Jakarta :
PT.Penamdani, 2005), h. 467.
15
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana , Informasi Pelayanan Kategori Mantap
Pria (Vasektomi), (Jakarta : BKKBN, 2011), h. 11.
16
Saifuddin Shiddiq, Hukum Islam tentang Berbagai Persoalan Kontemporer, (Jakarta: PT.
Intimedia Cipta Nusantara,2004, Cet.I), h. 54.
1
sterilisasi dalam islam karena semata-mata alesan medis. Selain alesan medis
Selanjutnya yang di bahas oleh Dr. Madkur dalam kitabnya “Nazharat al-
dalam hadist nabi di terangkan bahwa: “Rasulullah melarang untuk
Islam ila Tanzim al-Nasl” yang mengutip pendapat Imam Syafii dan
membujang dan melakukan tindakan pengkebiran, karena salah satu tujuan
Albijurmi yang mengatakan bahwa di larang menggunakn cara apapun yang
perkawinan adalah untuk memperoleh keturunan sehingga tindakan
menyebabkan hilangnya kapasitas alami untuk berkembang biak termasuk
pengkebiran tidak sesuai dengan tujuan pernikahan itu sendiri’’.
perbuatan sterilisasi.17
keturunan,
1
Dan yang terakhir dalam skripsinya Said Ahmad Sarhan Lubis yang
Tembung kota Medan”. Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negri Sumatra
wanita dengan persetujuan ataupun tidak maka hukumnya haram, dan ulama
artinya pengangkatan
prostaktektomi, atau untuk menimbulkan infertilitas.20
18
Said Ahmad Sarhan Lubis, Alasan KB dengan Sterilisasi oleh Masyarakat Kecamatan
Medan Tembung kota Medan, (Medan, t.p, 2009), h.13.
Dyah Novita Setia Arum dan Sujiyatini, Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini
19
khusus dan membandingkan kesimpulan fatwa dari dua lembaga tersebut tidak
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pada penelitian hukum jenis ini, acap kali hukum dikonsepkan sebagai
apa yang
sebagai kaidah atau norma merupakan patokan berprilaku manusia yang
hukum yaitu hukum Islam(fikih) yang bersumber dari Al-Quran dan Al-
21
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Cet. IV, (Jakarta :
PT.Grapindo Persada, 1995), h. 23.
1
Indah Entjang.
BKKBN
1
Syihabuddin.
Ahmad Arifi.
Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan faktual, teknik pengumpulan data yang dilakukan
bahan-bahan yang telah tersusun baik berupa buku maupun jurnal yang
4. Analisis Data
TAHUN 1989.
Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh FSH UIN Jakarta tahun 201222.
G. Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun dalam lima bab dimana tiap bab terdiri dari beberapa sub bab sistematika mer
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasa
22
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta : Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM), 2012
1
BAB IV ANALISIS FATWA MUI TAHUN 2012 DAN NU TAHUN 1989 TENTA
Pada bab keempat penulis ingin menganalisis mengenai Fatwa MUI Tahun 2
Melatarbelakangi Lahirnya Fatwa MUI Tahun 2012 dan
BAB V PENUTUP
sumber daya yang sangat dibutuhkan dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan. sebagai sumber daya maka penduduk perlu dikembangkan agar potensi-potensi yang dimili
Untuk mengetahui laju pertumbuhan penduduk, maka diperlukan ilmu yang dapat memperlajarinya. Dik
bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian,
jumlah manusia, semakin tinggi juga produksi yang dihasilkan. Akan tetapi,
1
Kementrian Lingkungan Hidup, Tekanan Penduduk dan Dampak Terhadap
Lingkungan, Jakarta : 2002.
2
Pengertian Demografi dari Wikipedia.com
20
2
biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat bagian dari permukaan bumi,
pertumbuhan yang terus meningkat dan apabila tidak ada pembatasan terhadap
kemiskinan manusia.3
hingga saat
yang pertama hingga SDKI tahun 2007, peserta KB sterilisasi pria (vasektomi)
tercatat masih kurang dari 1 persen, bahkan data SDKI 2007 menunjukkan
terjadi penurunan bila dibandingkan dengan SDKI tahun 2002/2003 yaitu dari
3
Lubis, Pertumbuhan Penduduk dan Kesempatan Kerja, Universitas Sumatera, 2011,
h.63.
2
0,4 persen menjadi 0,2 persen.4 Berdasarkan hal tersebut, upaya Vasektomi
pembuluh
2
pengikatan saluran vas deferens kanan dan kiri yang dilakukan hanya
Istilah vasektomi dalam ilmu bedah terbentuk dari dua kata yaitu vas
dan ektomi, vas atau vasa deferensia artinya adalah saluran benih yaitu
saluran yang menyalurkan sel benih jantan (spermatozoa) keluar dari buah
zakar (testis) yaitu tempat sel benih itu diproduksi menuju kantung mani
jarak diantara ujung saluran benih bagian sisi testis dan saluran benih
Soemohatmoko, ia menyebutkan
jalan pembedahan biasanya dilakukan pada ductus seminalis (saluran
6
Djoko Rahardjo, Panduan Pelayanan Vasektomi Tanpa Pisau (Jakarta: Perkumpulan
Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI), 1996), h. 1.
7
Suzanne Everret, Hand Book of Contraception and Reproductive Sexual Health, (Buku
Saku Kontrasepsi dan Kesehatan seksual Reproduktif), terj. Nike Budhi Subekti (Jakarta: Buku
Kesehatan EGC, 2008), h. 70.
persalinan yaitu tidak lebih dari 48 jam sesudah melahirkan karena posisi
tuba mudah dicapai oleh sub umbilicus dan rendahnya resiko infeksi.9
2. Cara-cara Sterilisasi
skortum.
9
Trisna Pangestuning, Analisis Perbandingan Tingkat Kepuasan Seksual Wanita Dengan
Tubektomi dan Tidak Dengan Tubektomi di Makassar 2015, (Tesis S2 Universitas Hasanuddin
2015), h. 38.
10
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Sterilisasi Kurang
Mendongkrak Penurunan Fertilisasi, (t.t,Angkasa Baru, 2011), hal. 1.
2
3. Rambut pubis cukup dicukur bila menutup daerah operasi. Waktu yang
(povidon lodin).
mikroorganisme.
7. Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian dalam pangkal
(hibiscrub) 4%.
11
Pembuluh atau saluran mani yang mengangkut sel mani dari kanal lipat paha ke saluran
ejakulasi, oleh Desy Anwar dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Cet. I, (Surabaya : Amelia
Surabaya, 2003), h. 586.
2
10. Kulit skortum diiiris longitudinal 1 sampai 2 cm, tepat di atas vas
11. Setelah kulit dibuka, vas deferens dipegang dengan klem, disiangi
sepanjang 0,5 cm. Usahakan tepi sayatan rata (dapat dicapai jika pisau
12. Vas deferens dijepit dengan klem pada dua tempat dengan jarak 1- 2
benang sutra No. 00, 0, atau 1 untuk mengikat vas tersebut. Ikatan tidak
boleh terlalu longgar tetapi juga jangan terlalu keras dapat memotong
vas deferens.
12
Kamus Kedokteran Dorland (Dorland‟s Ilustrated Medical Dictionary), terj. Tim
Penerjemah EGC, Cet.26, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1994), h. 1785.
2
14. Setelah selesai, kulit ditutup dengan 1-2 jahitan plain catgut kemudian
rawat luka operasi sebagaimana mestinya, tutup dengan kasa steril dan
skrotum (skrotal-support) selam 7-8 hari , luka operasi jangan kena air
selama 24 jam.
beragam metode atau cara yang dapat dipilih klien, antara lain :
a. Cara Pomeroy
13
Abdul Bari Saifuddin dkk.,Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Cet.3,
(Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2006), h. 83-84.
14
Trisna Pangestuning, Analisis Perbandingan Tingkat Kepuasan Seksual Wanita Dengan
Tubektomi dan Tidak Dengan Tubektomi di Makassar 2015, (Tesis S2 Universitas Hasanuddin
2015), h. 44.
2
b. Cara Madlener
Dinding tuba dirusak dengan klem dan diikat dengan jahitan yang
c. Cara Irving
saluran tuba falopiyang menghubungkan ovarium dan rahim (uterus)
Metode ini dengan memotong tuba pada pertengahan panjangnya
tersebut dipotong dan ujung-ujungnya ditutup dengan cincin atau
setelah kedua ujung potongan diikat dengan cutgut. Ujung potongan
dibakar (kauter).15 Metode lain yang tidak melakukan pemotongan
proksimal ditanamkan di dalam miometriu dinding depan uterus.
adalah dengan mengikat atau menjepit saluran tuba falopi (tubal
Ujung potongannya distal di tanaman di dalam ligamentum latum.
15
Tuba Falopi adalah saluran sepanjang sekitar 10 cm yang menghubungkan ovarium
d. Cara Uchida
dengan uterus.Pada saat ovulasi, sel telur dikeluarkan dari ovarium dan bergerak menuju uterus.
Bila ada sperma di tuba falopi, ovum akan terbuahi dan menjadi embrio yang kemudian melekat
di uterus. 1. Dengan membakar saluran telur dengan menggunakan aliran
listrik.
ring/tubal clip). Hal ini menyebabkan sel telur tidak dapat terjangkau
dengan jepitan.
3. Syarat-syarat Sterilisasi
strerilisasi, yaitu:
1.) Sukarela
2.) Bahagia
Lilik Triyawati, Pengaruh Usia Terhadap Kejadian Plasenta Previa Pada Ibu Hamil di
16
RSUD Dokter Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto 2007, (Tesis S2 Universitas Airlangga,2007), h.
20.
3
3.) Kesehatan
tatap muka).
consent).
melakukan sterilisasi.17
2.) Efektif, karena tingkat kegagalannya sangat kecil dan merupakan cara
saja.
5.) Aman, karena keluhan lebih sedikit bila dibandingkan dengan cara
kontrasepsi lain.
17
Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI), Buku Saku Kontrasepsi
Mantap untuk Petugas Lini Lapangan (Jakarta: t.pn.1995), h. 29-30.
3
negara dimana wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria
7.) Pada wanita, tidak mengganggu proses menyusui anak (jika memiliki
2.) Mengalami Hematona pada lelaki, yakni apabila daerah skrotum diberi
beban yang terlalu berat seperti naik sepeda, duduk terlalu lama, dan naik
3.) Infeksi pada kulit dapat terjadi, yakni epididimis atau orkitis.
Menyebabkan adanya benjolan kenyal dan agak nyeri yang terjadi pada
Dalam al-Qur‟an terdapat ayat yang berkaitan dengan sterilisasi, akan tetapi tidak dibahas secara eks
kelahiran atau disebut dengan KB jika motivasinya logis dan ada situasi
21
Suparyanto, “Kontrasepsi MOP (Metode Operasi Pria) Selayang Pandang”, artikel ini
diakses pada 11 Juli 2016 dari http://dr-suparyanto.blogspot.com/2013/03/kontrasepsi-mop-
metode-operasi-pria.html?m=1.
22
Saroha Pinem, Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi, (Jakarta: Trans Info Media,
2009) h. 297.
3
Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) n
kerusakan”. (QS Al-Qashahsh {28}:77)
sudah ada sejak zaman Rasulullah saw yaitu disebut dengan azl‟24
23
Muchlis Usman, Kaidah-Kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah, (Jakarta: Grafindo Persada
1999), h.192.
24
t.n, Cara mencegah Kehamilan Denggan Senggama Terputus, artikel ini diakses pada 19
oktober 2016 dari http://sehatkita.com/senggama-terputus-cegah-kehamilan-wanita.htm.
3
25
Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulugul Maram, (Bairut :Darul Fikr, 1994), h. 212
3
Masyfuk Zuhdi,(Masail Fiqhiyah )Kapita Selekta Hukum Islam, (Jakarta : CV. Haji
26
72ْ اَالَّ َ ص ُم فِى االَ ْشيَا ِء َوا ْلَ ْف َعال ا ْل ِْ بِاحة ُ َحث َّى يَ ُد َّل انَ َّد نِ ْي ُم َعهَى تَ ْح ِر ْي ِم َه
Artinya: "Pada dasarnya segala sesuatu itu boleh, kecuali/sehingga ada dalil yang me
Selain itu beberapa ayat Al Qur'an dan Hadits Nabi yang memberikan
KB itu bisa berubah dari mubah (boleh) menjadi sunnah, wajib makruh
atauharam. Karena Hukum bisa berubah sesuai dengan situasi dan kondisi
perubahan zaman, tempat dan keadaan masyarakat. Hal ini sesuai dengan
28
تَغ ر ا َ و ُ ر ا زمن وا م وا حوال
َال ة ْالَ َكَنة ْال
َ ْ ّ َْالَ كا ِبت
ي ح ّي
غ
Artinya : "Hukum-hukum itu bisa berubah sesuai dengan perubahan
zaman, tempat dan keadaan."
Sterilisasi belum ada atau belum dikenal, yang ada hanyalah „azl. Dari
Dikutip dari situs online resmi milik MUI, Majelis Ulama Indonesia
39
di mana energi bangsa telah banyak terserap dalam perjuangan politik
umat, meski banyak organisasi islam dan sebagian besar telah eksis sejak
sebagai suatu
4
air tidak terpecah belah tetapi belum bersatu, disamping itu kehadiran MUI
organisasi islam.
Dikutip dari situs resmi MUI, Berdirinya MUI adalah sebagai hasil
MUI,” yang ditandatangani oleh seluruh peserta musyawarah yang
dari pertemuan atau musyawarah para ulama, cendekiawan dan zu’ama
kemudian disebut Musyawarah Nasional Ulama I.2
yang datang dari berbagai daerah ditanah air, yakni meliputi dua puluh
Hingga saat ini, Majelis Ulama Indonesia telah mengalami beberapa kali
enam orang ulama yang mewakili 26 Provinsi di Indonesia. 10 orang
musyawarah nasional, dan mengalami beberapa kali pergantian Ketua
ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam tingkat pusat,
Umum, yaitu Prof. Dr. KH. Abdul Malik Karim Amrullah dari tahun 1975-
yaitu, NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti. Al Washliyah,
2
Majelis Ulama Anwar,
Math’laul Indonesia,GUPPI,
Sekilas MUI, artikel
PTDI, DMIini diakses
dan dari
Al http://mui.or.id/sekilas-mui
Ittihadiyyah, 4 orang
pada 18 Juli 2016.
1981, KH. Syukri Ghozali 1981-1983, KH. Hasan Basri 1983-199, Prof.
KH. Ali Yafie 1990-2000, dan KH. M. Sahal Mahfudz 2000 – 2014, Prof.
Dr. K.H. Din Syamsyudin 2014-2015, dan K.H. Ma’ruf Amin 2015-
Sekarang.3
Majelis Ulama Indonesia secara hierarkis ada dua, yaitu Majelis Ulama
Fatwa MUI pusat maupun fatwa MUI daerah yang berdasarkan pada
perbedaan putusan antara putusan MUI pusat dan MUI daerah, kecuali jika
tertentu atau yang bersifat khusus tanpa mensifati MUI pusat yaitu
untuk klasifikasi masalah yang dilakukan oleh tim khusus agar tidak
tersebut.
suatu daerah yang berpotensi menyebar ke daerah lain. Hal yang sudah
difatwakan oleh MUI Pusat, MUI Daerah tidak perlu menetapkan fatwa
4
H.M. Atho Mudzhar, “Membaca Gelombang Ijtihad ; Antara Tradisi dan Liberasi”,
(Yogyakarta : Titian Ilahi Press, 1998), hal. 134. (Dinukil dan diolah dari buku Kumpulan Fatwa
MUI Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 1975-2012 dengan penyusun KH. A. Syarifuddin
Abdul Gani, MA dan Dr. H. Fuad Thohari, MA).
4
baru tentang hal yang bersifat umum, tetapi hanya berhak untuk
Contoh kasus; Tentang fatwa sesat yang dikeluarkan oleh MUI Jawa
Timur terhadap Muslim Syiah, padahal MUI Pusat tidak pernah
mengeluarkan fatwa sesat terkait Muslim Syiah. Terkait perbedaan fatwa
antara MUI Jawa Timur dan MUI Pusat tentang fatwa sesat terhadap
Muslim Syiah, MUI pusat menerangkan bahwa hal ini menyalahi aturan
pembuatan fatwa di MUI. Karena perihal Muslim Syiah termasuk isu
nasional walaupun terjadi di daerah. Maka prosedur pembuatan fatwanya
seharusnya adalah keputusan MUI Pusat, bukan keputusan MUI Daerah.
Maka dari itu MUI Pusat memberi peringatan terhadap MUI Jawa Timur,
karena mereka telah melanggar aturan yang telah dibuat oleh MUI Pusat,
Sebagai organisasi keulamaan, sudah sewajarnya MUI memberikan contoh
dan tauladan terbaik bagi umat Islam Indonesia. Regulasi pembuatan fatwa
yang diambil melalui proses cukup ketat di MUI harusnya tidak terciderai
apabila MUI Daerah paham akan tugas dan wewenangnya dan tidak
offside, sementara MUI Pusat juga tegas untuk menertibkan MUI Daerah
yang melakukan offside.
pertemuan, seminar tentang berbagai hal yang dihadiri oleh para ulama
Adapun fatwa terakhir MUI yakni ditahun 2016 ini adalah fatwa
pada bulan Maret dengan isi fatwa bahwa hal itu mubah sebagai bentuk
4
mencuri listrik dengan nomor fatwa 17 tahun 2016 tentang pencurian energi
apa yang dialami oleh bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat
Terdapat tiga orang tokoh ulama yang memiliki peran sangat penting
Chasbullah
t.n, Fatwa MUI Tentang Imunisasi, artikel ini diakses dari http://halalmui.org/mui14/
5
index.php/main/detil-page/8/23242
Fachri Fachrudin, MUI Resmi keluarkan Fatwa Haram Pencurian Listrik, artikel ini
6
t.n, “Pembahasan Lengkap Mengenai Nahdalatul Ulama (NU), Pengertian NU, sejarah
7
waljama’ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstem
Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemirian terdahulu seperti Abu
Dalam bidang fiqih lebih cenderung mengikuti mazhab Imam Syafii dengan mengakui maz
4 dibawah. Sementara dibidang tasawwuf mengembangkan metode Al- Ghazali dan Junaid
dengan syariat.8
MUI adalah organisasi alim ulama umat Islam yang mempunyai tugas dan
8
NN, “Pembahasan Lengkap Mengenai Nahdalatul Ulama (NU), Pengertian NU, sejarah
Berdirinya”. Artikel diakses dari http://ww.masuk-islam.com/pembahasan-lengkap-mengenai-
nahdalatul-ulama-pengertian-nu-sejarah-berdirinya-dll.html
4
umat Islam yang merasa mempunyai ikatan terhadap MUI itu sendiri.9
Fatwa MUI sangat dibutuhkan oleh umat Islam yang tidak mempunyai
9
Dody Nur Andiyan, Kedudukan Majlesi Ulama Indonesia Dalam Ketatanegaraan
Indonesia, artikel ini diakses dari http://dodynurardiyan.blogspot.co.id/2008/08/kedudukan-
majelis-ulama-indoneisa-dalam.html?m=1 pada 18 Juli 2016.
10
Rohadi abd, fatah, Analisis Fatwa Keagamaan dalam Islam, ( Jakarta : PT.Paragonatama
Jaya, 1991), h. 7.
4
menganut salah satu dari empat mazhab. Masing-masing itu adalah Imam
Abu Khanifah an-Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad Idris
Asy-Syafi’I dan Imam Ahmad bin Hambal sebagai pegangan dalam berfiqih
adalah hal utama bagi kehidupan agama dan manusia. 11 Sebagai organisasi
Islam yang mempunyai tradisi keilmuan yang akrab dengan khasanah lama
11
Yusuf Ridwan, Pemikiran Politik Nahdlatul Ulama, artikel ini diakses dari http://yusuf-
ridwan94.blogspot.co.id/2014/05/pemikiran-politik-dan-paham.html?m=1 pada 18 Juli 2016.
4
NU
12
Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan penyelenggaraan Haji Depag RI,
“Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia”, (Jakarta : Direktorat Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Depag RI, 2003), h. 4.
4
Pasal 3 :
Pasal 4 :
Pasal 5 :
Pasal 6 :
Dalam anggaran dasar NU, yakni pada pasal 4 dan 5 bab II tentang
menganut salah satu dari empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafii, dan
cara merujuk pada kutub mu‟tabarah dari para Imam Madzhab (Hanafi,
13
Zaky Mubarok, “Metode Instimbat Hukum Islam Terhadap Keputusan Muktamar
Nahdlatul Ulama tentang Alat Kontrasepsi”, (Skripsi S1 Universeitas Islam Negeri Sunan Ampel,
Surabaya,2015), h. 37.
15
Soeleiman Fadeli dan Moh. Subhan, “Antologi NU”, (Surabaya: Khalista, 2008), h.153.
5
2. Ilhaqi yang berarti analogi, apabila metode qauly tidak dapat dilaksanakan,
karena tidak ditemukan jawaban tekstual dari kitab mu‟tabar16 maka yang
dilakukan adalah Ilhaqi yaitu proses analogi hukum sesuatu yang belum
D. Tugas dan Fungsi Komisi Fatwa MUI dan Lembaga Bahtsul Masail NU
lima fungsi dan peran utama MUI, yaitu : Pertama, sebagai pewaris tugas-
tugas para Nabi (Warasatul Anbiya). Kedua, sebagai pemberi fatwa (Mufti).
ummah). Keempat, sebagai gerakkan Islah wa al Tajdid. Dan kelima, sebagai penegak amar
Berdasarkan pada Firman Allah SWT dalam QS.Ali-Imran’{3}:104
Artinya: “Dan hendaklah diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan m
Keberadaan komisi fatwa MUI dipandang sangat penting. Karena komisi ini diharapkan dapa
Indonesia. Tugas yang diemban komisi fatwa yakni memberikan fatwa (ifta)
yang bukan pekerjaan mudah karena mengandung resiko yang berat yang
17
Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI, artikel ini diakses dari : http://mui.or.id/tentang-
mui/profil-mui.html.
5
dugaan-dugaan yang tidak ada dasarnya pada dalil, karena fatwa yang
)661: 61/نحلWW(ال
Artinya: “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut- sebut oleh lidahmu se
Majelis Ulama Indonesia sebagai wadah musyawarah para ulama, zu’ama dan cendekiawan
1. memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam Indonesia
bangsa serta;
5
masing, diantaranya18 :
syariah.
18
Anne Ahira. Lembaga MUI dan Peranya di Indonesia. Artikel ini diakses dari :
http://www.anneahira.com/mui.html pada 20 juli 2016.
5
penting.
a. Lembaga dakwah NU
d. Lembaga perekonomian NU
kemampuan
5
Ulama, yaitu :
kepastian hukum.
b. Lajnah Falakiyah NU
d. Lajnah Auqaf NU
shadaqah.
BAB IV
A. Fatwa MUI Tahun 2012 dan NU Tahun 1989 Tentang Sterilisasi dalam
Keluarga Berencana
Keluarga Berencana
dan/atau
mantap.
58
5
artinya bahwa hukum vasektomi dan tubektomi terjadi tarik ulur antara
tidak haram dan tidak halal, jadi hukum vasektomi dan tubektomi adalah
mubah jika memenuhi kelima syarat diatas, dan hal tersebut dapat
Fatwa MUI tentang kebolehan metode sterilisasi ini disambut baik oleh
1979, 1983 dan 2009 MUI mengharamkan secara mutlak, dengan alasan
mengharamkan
2. Bahtsul Masail NU Tahun 1989 Tentang Sterilisasi dalam Keluarga
Berencana
1
Martin van Bruinessen, Traditionalist Muslims in A Modernizing World: The Nahdlatul
Ulama and Indonesia‟s New Order Politics, factional Conflict and The Search for A New
Discourse, Penerj. Farid Wajidi. “NU Tradisi Relasi-relasi Kuasa Pencarian Wacana Baru”,
(Yogyakarta: Lkis, 1999), h.181.
6
kitab yang diambil dari kitab Hasyiyah al-Bajuri „ala Fath al-Qarib
َ ْو ٌَ ْقWَ ُء ا ْن َح ْب َم أW ِطىWّ ِذي ٌ ُبWَ ِة ان َّش ًْ َء انWََو َكذِن َك ا ْستِ ْع َمال ا ْن َم ْرأ
ط
Wُ ْك َرهWٍَُ ْصِه ِه فWَ ِم ْن أWُُعه
3
ًّاِنWَثW ْح َر ُو ِفً انWٌُِفً األوَنى َو
al- Ramli:
ِع ا ْى َحَب ِو َفَق ْد ُسِئ َو َع َْٖب اى ْ َ ِة َد َٗا ًء ِىWَ ٍَّب ا ْسِت ْع َب ُه اى َّس ُج ِو َٗا ْى َ ْسأWَأ
ب َه ََلWد ِ َف َقِّٝ ْ ُخ ِع ُّص اىٞ َّش
ْ ض ةٞ ى َ ْ ٔ بَ ْع ا حٛ ٗ W٘جش اى َت َتس ا ح و وٚاىص ْٗجب ُ ح ساُ عَي
ِ
َل W
َ ْ ْى ب
أجب ُ
َد طٖ ى ِع َدا ا ْى
س ك
4
.
ح َٕ َرا ا ٕـ م َل صزم َ
٘ ّ
ًُ اى ش
dengan izin pasangan baik pasangan istri atau pun hamba sahayanya.
4
Muhammad bin Syihabuddin al-Ramli, Nihayah al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj, (Beirut: Dar al-
6
hukum penggunaan obat untuk mencegah kehamilan, yaitu tidak boleh dan
haram hukumnya.
6
َورا ِتWْرَورُة ُت ْبِي ُح اْل َم ْح ُ ْضWاَل َّ ُض
Rujukan diatas tentu saja tidak lepas dari bagaimana para ulama
fikih Nahdlatul Ulama dapat dilihat pada proses Bahtsul Masail yang
5
Mahbub Ma‟afi, Hukum Sterilisasi Kandungan, artikel ini diakses dari
http://nu.or.id/post/ read/52769/ hukum-sterilisasi-kandungan pada 19 Juli 2016.
6
M. Sidqi bin Ahmad al-Burnu, al-Wajiz fi Idhah Qawaid al-Fiqh al-Kulliyah, ( Beirut:
Muassasah al-Risalah, 1983), h. 143.
7
Ahmad Arifi, Pergulatan Pemikiran Fikih “Tradisi” Pola Mazhab, (Yogyakarta: Elsaq
Press, 2010), h.193.
6
sterilisasi dan diluar dari pada itu NU tetap menganggap haram karena
kertas kerja yang disusun oleh K.H. M Syakir dan K.H. M. Syafi‟i
Tubektomi
pembangunan. Dalam keputusannya, hanya karena alasan darurat
8
Majelis Ulama Indonesia, “Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia”, (Jakarta:
Ditjen BIPH Departemen Agama RI, 2010), h. 299.
9
Majelis Ulama Indonesia, Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa Se Indonesia III tahun
2009, (Jakarta: MUI, 2009, Cet.I ), h. 60.
6
11
َورا ِتWاَل َّض رورة تبِي ح ُ ْض
ُ ْ ُ ُ َ ْ Wُ
اْل َم ْح
cukup.
lagi.
10
Mahbub Ma‟afi, Hukum Sterilisasi Kandungan, artikel ini diakses dari
http://nu.or.id/post/read/52769/ hukum-sterilisasi-kandungan pada 19 Juli 2016.
11
M. Sidqi bin Ahmad al-Burnu, al-Wajiz fi Idhah Qawaid al-Fiqh al-Kulliyah, ( Beirut:
Muassasah al-Risalah, 1983), h. 143.
12
Muhammad Hidayat, Perubahan Fatwa Majlis Ulama Indonesia Tentang Hukum
Vasektomi dan Tubektomi, (Skripsi SI Fakultas Ilmu Hukum, Universitas Islam Negeri Sultas
Syarif Kasim, 2011), h. 62.
6
dipulihkan kembali saluran sperma dan sel telur, maka hukumnya pun
semacam itu sangat mungkin terjadi jika alasan /illat hukum berubah
perubahan fatwa semacam itu sangat mungkin terjadi jika alasan /illat
غ ِس األَ ْش ٍَِْ ِت َٗا ْألَ ٍْ َِْن ِت َٗا ْ َأل ْح َ٘اَِّٞ َغّ ُس األَ ْح َنبً ِبتَِٞ ْ َن ُس َتWُٝ ََل
Artinya: “Tidak diingkari adanya perubahan hukum sesuai dengan
adanya perubahan zaman, tempat, keadaan dan kebiasaan”.
Atas dasar itulah, pada tanggal 17-19 Februari 1990 di Jakarta, MUI
13
Ahmad Sudirman Abbas, Qawa‟id Fiqhiyyah, Cet. II, (Ciputat:Adelina Bersaudara,
2008), h. 51.
6
membahyakan
14
Calie Priboemi, Pandangan Islam Terhdap Vasektomi dan Tubektomi, artikel ini
diakses dari http:// zangpriboemi.blogspot.co.id/2012/10/ pandangan-islam-terhadap-vasektomi-
dan-html?m=1. Pada 18 Juli 2016.
15
Departemen Kesehatan RI, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, (Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo d.a Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Bagian Obstetri dan Ginekologi, 2003), h. 84.
7
fiqhiyah:16
Muhyidin, Fatwa
Pemerintah
17
MUI tentangKesehatan
Departemen Vasektomi, Jurnal
RI dan Ahkam Vol.24berusaha
BKKBN No.1 Aprilmemohon
2014, h.71.
agar MUI merevisi hukum vasektomi dari haram menjadi mubah atau
karena kurang atau tidak adanya bukti, sehingga ulama tetap memandang
pleno yang diketuai KH.Ma‟ruf Amin, dan sekretaris komisi B-2, Asrorun
7
TU.05.02/V/1016/ 2012,
7
dengan istri keduanya melahirkan dua orang anak perempuan dan laki-
laki, setelah lebih kurang satu tahun direkanalisasi. Sebelumnya dia telah
lahir 17 Juni 2000, anak kedua laki-laki lahir 8 Desember 2006). Bukti
berhasil.19
Melalui kajian bukti baru tersebut yang dianggap sebagai illat hukum
dan/atau
19
Muhyidin, Fatwa MUI tentang Vasektomi, Jurnal Ahkam Vol.24 No.1 April 2014, h.72
20
Muhyidin, Fatwa MUI tentang Vasektomi, Jurnal Ahkam Vol.24 No.1 April 2014,
h.72.
7
mantap.21
dengan bersyarat.
acuan
22 untuk “Metode
Zaky Mubarok, vasektomi tidak
Instimbat diperkenankan
Hukum karena Muktamar
Islam Terhadap Keputusan banyak sisi
Nahdlatul Ulama tentang Alat Kontrasepsi” (Skripsi S1 Universeitas Islam Negeri Sunan Ampel
negatifnya
Surabaya,2015), h. 67. daripada positifnya. Dua poin penting yang perlu dipahami
fungsi
7
b. Pembedaan obat seperti obat yang mencegah secara total dan obat
resikonya.
yang oleh abdul Wahhab Khalaf keempatnya itu disebut sebagai al-
berikut:25
Muqaranah.
Islam,
dipahami sebagai “mengambil hukum secara langsung dari kedua sumber
Sunnah, tapi merujuk pada kitab al-fiqh al-mu‟tabarah (kitab fiqih yang
kitab-kitab mazhab karena ini sudah menjadi ciri khas dan juga sebagai
cara pandang Nahdlatul Ulama. Hal ini tidak terlepas karena adanya suatu
Ulama.27
1. Dalam kasus ketika jawaban bisa dicukupi oleh „ibarat kitab dan
tersebut.
2. Dalam kasus ketika jawaban bisa dicukupi oleh ibarat kitab dan
Rumadi Ahmad, Metode Istimbath Muhammadiyah, NU, dan MUI, artikel ini diakses
26
dari http://wahidininstitute.org/v1/programs/detail/?id=285/hl=id/metode_istimbath_muham
madiyah_NU_dan_MUI pada 27 Jili 2016.
27
Zaky Mubarok, “Metode Instimbat Hukum Islam Terhadap Keputusan Muktamar
Nahdlatul Ulama tentang Alat Kontrasepsi” (Skripsi S1 Universeitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya,2015), h.53.
28
Rumadi Ahmad, Metode Istimbath Muhammadiyah, NU, dan MUI, artikel ini diakses
dari http://wahidininstitute.org/v1/programs/detail/?id=285/hl=id/metode_istimbath_muham
madiyah_NU_dan_MUI pada 27 Jili 2016.
7
4. Dalam kasus yang tidak ada qaul/wajh sama sekali dan tidak mungkin
D. Analisis Komparatif
29
Zaky Mubarok, “Metode Instimbat Hukum Islam Terhadap Keputusan Muktamar
Nahdlatul Ulama tentang Alat Kontrasepsi”, (Skripsi S1 Universeitas Islam Negeri Sunan Ampel,
Surabaya,2015), h. 68.
7
permasalahan.
dilakukan beberapa kali dibahas oleh MUI, dimulai dari tahun 1979-
tubektomi MUI tahun 2012 yaitu didasari adanya illat yang ditemukan
diperbolehkan.
rekanalisasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah penulis paparkan tentang sterilisasi dalam keluarga
2012 dan bathsul masail NU tahun 1989, maka banyak hal yang dapat ditarik
Muktaramnya
apapun tidak dapat diperkenankan kalau mencapai batas mematikan fungsi
tubektomi MUI tahun 2012 yaitu didasari adanya illat, bahwa hukum
79
8
B. Saran
Setelah penulis menyelesaikan karya tulisan ini, terdapat beberapa hal
yang ingin penulis sampaika terkait pendapat para ulama mengenai sterilisasi
serta klien itu sendiri haruslah diperhatikan. Oleh sebab itu, tujuan KB
perlindungan hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Buku
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta : Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu
(PPJM), 2012.
Fadeli, Soeleiman, dan Moh. Subhan, “Antologi NU”. Surabaya: Khalista, 2008
Fatah, Rohadi abd. Analisis Fatwa Keagamaan dalam Islam.Jakarta : PT.Paragonatama
Jaya, 1997.
Lubis, Said Ahmad Sarhan. Alasan KB dengan Sterilisasi oleh Masyarakat Kecamatan
Medan Tembung kota Medan. Medan, t.p, 2009
M. Sidqi bin Ahmad al-Burnu, al-Wajiz fi Idah Qawaid al-Fiqh al-Kulliyah. Beirut:
Muassasah al-Risalah, 1983
Madhkur, Nazrat AL-Islam Ila Tanzim Al-Nasl. Kairo: Dar An-Nahdan Al-Arrabiyah, 1965
Muhyidin, Fatwa MUI tentang Vasektomi, Jurnal Ahkam Vol.24 No.1 April 2014
Muhammad bin Syihabuddin al-Ramli, Nihayah al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj. Beirut:
Dar al-fikr, t.th.: Juz VIII
82
8
Pinem, Saroha. Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi: Jakarta: Trans Info Media. 2009
Zuhdi, Masjfuk. Islam dan Keluarga Berencana di Indonesia, Cet.IV. Surabaya: Bina
Ilmu,1982
Arifin. “Fatwa MUI Tentang Kebolehan Vasektomi” Skripsi S1 Fakultas Syariah Hukum,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2014
Bagian Obstetric dan Ginekologi Fak. Kedokteran UNPAD, Teknik Keluarga Berencana
(Perawatan Kesuburan ). Bandung, t.p, 1980: h. 14-15.
NN, “Pembahasan Lengkap Mengenai Nahdalatul Ulama (NU), Pengertian NU, sejarah
Berdirinya”. Artikel diakses dari http://ww.masuk-islam.com/pembahasan-
lengkap-mengenai-nahdalatul-ulama-pengertian-nu-sejarah-berdirinya-dll.html.
Pedoman dan prosedur penetapan fatwa MUI dalam himpunan fatwa MUI. Jakarta :
sekretariat MUI, 2010
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet.III. Jakarta:
Balai Pustaka, 2001
Tim Penerjemah EGC, Kanus Kedokteran Dorland (Dorland Ilustrated Medical
Dictionary), Cet.26. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1994
Triyawati, Lilik. Pengaruh Usia Terhadap Kejadian Plasenta Previa Pada Ibu Hamil di
RSUD Dokter Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto 2007. Tesis S2 Universitas
Airlangga, 2007
8
Daftar website
Ahira, Anne. Lembaga MUI dan Perannya di Indonesia. Artikel ini diakses dari :
http://www.anneahira.com/mui.html pada 20 juli 2016.
Calie Priboemi, Pandangan Islam Terhdap Vasektomi dan Tubektomi, artikel ini diakses
dari http:// zangpriboemi.blogspot.co.id/2012/10/ pandangan-islam-terhadap-
vasektomi-dan-html?m=1. Pada 18 Juli 2016.
Hadi, Samsul. AD/ART NU, artikel ini diakses dari http://samsulhadi73.
wordpress.com/adart-nu/ pada 28 Juli 2016.
Jamaludin, Nurrun. Metode Istinbath Hukum MUI, artikel ini diakses dari
http://nurrunjamaludin .wordpress.com/2015/01/25/metode-istinbath-hukum-
mui/ pada 27 Juli 2016.
Ma’afi, Mahbub. Hukum Sterilisasi Kandungan, artikel ini diakses dari
http://nu.or.id/post/read/52769/ hukum-sterilisasi-kandungan pada 19 Juli 2016.
Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI, artikel ini diakses dari : http://mui.or.id/tentang-
mui/profil-mui.html.
Ridwan, Yusuf. Pemikiran Politik Nahdlatul Ulama, artikel ini diakses dari http://yusuf-
ridwan94.blogspot.co.id/2014/05/pemikiran-politik-dan-paham.html?m=1 pada
18 Juli 2016.
Suparyanto, “Kontasepsi MOP (Metode Operasi Pria) Selayang Pandang”, artikel ini
diakses pada 11 Juli 2016 dari http://dr-
suparyanto.blogspot.com/2013/03/kontrasepsi-mop-metode-oprasi- pria.html?
m=1
Wikipedia, Nadhlatul Ulama, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/nahdlatul_%27
ulama. Pada 18 Juli 2016,
8
LAMPIRAN-LAMPIRAN
KEPUTUSAN MUKTAMAR
NAHDLATUL ULAMA KE-
28
Di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak
Yogyakarta Pada Tanggal 26 - 29 Rabiul Akhir 1410
H.
/ 25 - 28 Nopember 1989 M.
ّ ر ْ ح َم ّ ر
ن
MUKTAMAR NAHDLATUL ULAMA XXVIII
ttd ttd
KH M.A. SAHAL MAHFUDH H. AHMAD BAGDJA
Ketua Sekretaris
424 Ahkamul Fuqaha
KEPUTUSAN MUKTAMAR
NAHDLATUL ULAMA KE-
28
Di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak
Yogyakarta Pada Tanggal 26-29 Rabiul Akhir 1410 H.
/ 25-28 Nopember 1989 M.
٠َ ِٓ فَمَب َي ََل٠ ُخ ِػ ُّض ٌا ِّذ١ ْ ْٕب ٌا َّشَٙ ًَ َػWِ ْذ ُسئWَ ًِ فَمWََا ًء ٌِ َّ ْٕ ِغ ا ٌْ َذبٚ َا ٌْ َّ ْشَأ ِة َدٚ ًِ أَ َِّب ا ْسِخ ْؼ َّب ُي ٌا َّش ُج
َهWِ ِة ٌَرWَج ُص ٌِ ٍْ َّ ْشأ
ٛ ُ
حَ ْش ِنٝWػ ٍَ َ ِْ َجب ِْ ٌْا ُذ َّشاْٚ ظ ٌا َّض
ٝ َ َشاWَ ًَ َػ َّّب إ َرا حW َس َف ُس ِئ٠ُُُٛٔٓ ا ٌْ ِؼ َّب ُد ْبٝWَ ِٗ َأ ْفخW ِبَٚ ُ ٠ خ ْذ ِشWَّ ٌاW َظب ِ٘ ُ ُٖشَٚ
ًْ Wَ٘ ًِ Wَا ٌْ َذب
َل ْذَٚ ُص ا ٘ـٛ ُج٠َ َجب َة ََلWَِط أ ١ْْ ِش ا ٌْ َذٙ غ ُ ٌِ َّ ْٕ ِؼ ِٗ َب ْؼ َذِٚٞ ّ َذاWَ ُص ٌاخٛ ُج٠َ
ّبWًظ
ٕ َ ًِ ّ ْسWَب ِة ٌٕاWََ َس ُّذ بٜٛ ِس ِٗ ١ َس ِف١ ْ ٌََٚ ا ٌْ َؼ ْض ِيWَٝػ ٍ َ ُذ٠ ِض٠َ َ ََلٛ Wُ٘ مَب ُي٠ُ
َٓ ١ ْ ََبٚ ِت١َِّّ َّْٕ ُغ ِبب ٌْ ٍُى٠َ َٓ َِب١ ْ ِّش َق َبWْ ُفٛ َWٍْ ِي بِب ٌْ َّ ْٕ ِغ فٛ Wَ ا ٌْمWَٝػ
ٍ َ َٚ بWًئ١ ْ ِ ْٓ ا ٌْ َذ ِّك َشٟ ِْٕغ٠ُ ّ َّٓ ََلWَ َّْ ٌاظWَِإٚ
kehamilan, maka Syaikh Izzuddin telah ditanyakan tentang hal itu.
Lalu ia jawab: “Bagi wanita hal itu tidak boleh.” Makna lahiriah
jawaban itu adalah mengharamkan. Al-Imad bin Yunus berfatwa
dengan hokum
1 Ibrahim al-Bajuri, Hasyiyah al-Bajuri ‘ala Fath al-Qarib, (Beirut: Dar al-fikr, t. th.),
Jilid II, h. 95.
2 Muhammad bin Syihabuddin al-Ramli, Nihayah al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj, (Beirut:
semacam ini.”
3 Abdurrahman bin Muhammad Ba’ alawi, Ghayah al-Talkhish fi Fatawa Ibn Ziyad pada
Bughyah al-Mustarsyidin, (Beirut: Dar al-Fikr, t. th.), h. 247.
Solusi Problematika Aktual Hukum Islam 427
hamil selamanya), maka dimakruhkan dalam kasus pertama dan diharamkan
dalam kasus kedua. Dan ketika terdapat kondisi darurat, maka berlaku
kaidah fiqhiyah, “Jika dua mafsadah bertentangan, maka yang
diperhatikan adalah yang paling berbahaya dengan melakukan yang
kecil resikonya.”
3. Referensi Lain
a. Hasyiyah Syibramallisi, Juz VIII, h. 416.
melihat aurat. Oleh sebab itu, laki-laki haram melihat bagian tubuh
perempuan non mahram selain istrinya. Bagi perempuan haram
membuka bagian tubuhnya di depan orang yang haram melihatnya. Bagi
4 Abdullah Ba’lawi, Sulam Taufiq pada Mirqah Su’ud al-Tashdiq, (Indonesia: CV. Karya
Insan, t. th.), h. 66.
428 Ahkamul Fuqaha
laki-laki dan perempuan haram membuka bagian tubuh antara pusar
dan lutut di depan orang yang bisa melihatnya, meski sejenis dan
semahram selain istri.
2. Kanz al-Raghibin Syarh Minhaj al-Thalibin5
ُْٕٗ ِ ٌ
ا َأ ْبWَُّْٗل
ٔ د ُش َ ُ د ُش َ سٝ ََِخٚ
ُغ َّ ٌْ ٌَٕا ش ا
ّ
ظ
ٟ ّز ِة
Dan bila haram melihat, maka haram menyentuh, karena menyentuh
lebih kuat nikmatnya dari pada melihat.
3. Mughni al-Muhtaj ila Ma’rifah Alfazh al-Minhaj6
( َٚ) ََأ َِّب ِػ ْٕ َذ ا ٌْ َذب َج ِت فَبٌَّٕ ْظ ُشٚ ِ َّبٙ ١ْ ٌَ ِ ُث ََل َدب َجتَ إ١ْ َ َدٛ ُ٘ َا ٌْ َّ ِّسٚ ػ ُْ أَ َّْ َِب حَ َم َّذ َ ِ ْٓ ُد ْش َِ ِت ٌٕاَّ ْظ ِش
ٍَ ْ ا
ِ ا ِْ َشَأ ٍة ِمَ ٍتٚ ْ ٍج َأٚ ْ َصٚ َ ُى ْٓ ٌَرِ َه بِ َذ ْع َش ِة َِ ْذ َش ٍَ أ١
َ ٌْ َٚ ُس
ٗ ُ َ َػ ْىٚ َاةُ ا ٌْ َّ ْش َأ ِةٚ َٕئِ ٍز َد َش ًجب فَ ٍِ َّش ُج ًِ ُِ َذا١ْ ُِ د٠ْ ش
Dan َ ٌا َّشا ِج ُخٛ َُٚ٘ ِٓ ١ْ ح َٕ ْ َََة أٛ ٍْ خdan melihat keharaman tentang penjelasan bahwa ketahuila
َ ٍّ ِبب ِْ َشَأٟ ِجب
menyentuh itu sekiranya tidak ada keperluan. Sedangkan ketika dalam keadaan perlu, maka melih
4. Hasyiyah al-Bajuri ‘ala Fath al-Qarib7
ثا ِج ُخ
ٌا ُ َّش١َٛ َُْٚ٘ ِٓد١ْ ح ٔ َْ َّٛ ْ ا ِْ َشأَ ٍَ ة إِ ْجٚ َْأ َأٞ ْ ٍذٍ أَجٚ ١
َ َةَ َس ُج ًٍ ِبب ِْ َشَأٛ ٍْ صَب خ ِّ ص
َْ َسٚ َُ ِب َذ ْع َش ِة َِ ْذ َش ٍَ أٌٛٗ ْ َْ لٚ َ
ٟ ُِْٕ َّب َح ْسخَ ْ ِذٙ ًَّ ِٓ ِْلَ َّْ ُول١ْ خ
َبٙ ٍِ َأ ْ حَ ْف َؼ ًَ ا ٌَْفب ِد َشتَ بِ َذ ْع َش ِة ِ ْث١ َ خب َِم
َ ؤَب
102.
Solusi Problematika Aktual Hukum Islam 429
Maksudnya atau di depan seorang perempuan bila kita
memperbolehkanseorang laki-laki menyendiri dengan dua wanita. Itu
adalah pendapat yan rajih (unggul) selama kedua wanita itu
merupakan orang yang terpercaya. Sebab, masing-masing dari
keduanya akan merasa malu melakukan perbuatan mesum di
sesamanya.
5. Kasyifah al-Saja8
ْ َسِح ِٗ ا ِْخٛ ػ
َغ ٌَِٝ ِ َٓ ٌٕاَ ظش ِإ ُْ ج و َؼ َؼٟ جب ْٚ ص ػَ ُْ أَ َّْ ظ َش ا ٌْ َّ ْش
ٍ ْ ِا
ؼبَٙ َ ْ ِإ ِغ َب َذِٔ ِٗ ْى ِس١ ْ ِّ ِئ بَٙ ِج ٌََٝأ ِة ِإ
ِٗ ٌض
ُ ٖشُ إ ِ ه ٌاَخّ َّ ُّخ ْ ئِ ً ٔ ْ ه ٌاَخّ َُّّخ َغ ِبW جب س ٌْ ف ا َب ٌَٕا ُشٙ ١ ْ ػ
ٍَ
ْٓ َغ بِ ِٗ ى ٍِ ّ َبٙ ٌض ل ؼ WَٔWَف ِئ َؼ ْ ى ِب ِ خ
ب
ط
ًَب ُ و َش٘ َاتٙ ٌَِٕإ َبب غٝ ٚ دبُ ِ ْى ُش وب َْ ِب دبْٚ ل َأ
ً َجب لُبَِٙ َف ْش
ِ
أ ّذ ش َج١ ْ ِإ َرا َغ ًشا
ش ٍت
Ketahuilah, bahwa wanita itu boleh melihat seluruh anggota tubuh
suaminya, sebagaimana sebaliknya. Memang begitu, namun bila
suami melarang istri melihat auratnya, maka istri tidak boleh
melihatnya, tidak sebaliknya. Maka suami secara pasti boleh melihat
aurat istri, sebab ia memiliki hak menikmati tubuh istri, sedangkan
istri tidak memiliki hak menikmati tubuh suami. Namun suami
makruh melihat kemaluan istrinya, baik qubul atau duburnya, bila
tidak terdapat hajat. Dan melihat bagian dalam kemaluan istri
hukumnya lebih makruh.
8 Muhamad Nawawi bin Umar al-Jawi, Kasyifah al-Saja, (Semarang: Toha Putra,
t. th.), h. 50.
430 Ahkamul Fuqaha