Anda di halaman 1dari 19

A.

Pengertian

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak

mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun

kerusakan interaksi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan

komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak

mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan .klien

mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang di

manifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup

berbagi pengalaman (Balitbang, 2007 dalam Direja 2011).

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang

karena orang lain mengatakan sikap yang negative dan mengancam (Towsend,1998

dalam Kusumawati danHartono, 2011). Seringkali orang yang mengalami isolasi

sosial juga akan mengalami gangguan/ hambatan komunikasi verbal yaitu

penurunan, perlambatan, atau ketiadaan kemampuan untuk menerima, memproses

pesan (stimulus) yang diterima, dan tidak mampu memberi respons yang sesuai

karena kerusakan sistem di otak. Pasien memperlihatkan cara berkomunikasi yang

tidak sesuai dengan stimulus dari luar, jawaban tidak sesuai dengan realitas (Keliat,

2011).

B. Mekanisme Koping

Mekanisme koping merupakan upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stres,

termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang

digunakan untuk melindungi diri(Stuart, 2006).

C. Sumber Koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping pada strategi

seseorang. Strategi koping yang digunakan misalnya keterlibatan dalam hubungan

yang lebih luas seperti dalam keluarga dan teman, hubungan dengan hewan

peliharaan, mengguanakan kreativitas untuk mengekspresikan stres interpersonal

seperti kesenian, musik, atau tulisan(Stuart, 2006).

D. Pengkajian keperawatan

Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa menurut Hartono (2010)

berisi tentang hal-hal dibawah ini :

1. Identitas klien

2. Keluhan utama atau alasan masuk

3. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi sangat erat kaitannya dengan faktor etiologi.


4. Aspek psikososial menurut Hartono (2010) :

a) Genogram

Merupakan penelusuran genetik untuk mengetahui

penyebab gangguan jiwa dengan tiga generasi.

b) Konsep diri

Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang

mengenai pasien akan mempengaruhi konsep diri pasien.

c) Hubungan sosial

Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka

melamun, dan berdiam diri.

d) Spiritual

Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran pasien.

5. Status mental menurut Hartono (2010) :

a) Pembicaraan klien meliputi nada suara rendah, lambat, kurang


bicara, apatis.

b) Penampilan diri meliputi pasien tampak lesu, tak bergairah, rambut

acak-acakan.

c) Aktivitas motorik klien meliputi kegiatan yang dilakukan tidak

bervariatif, kecenderungan mempertahankan pada satu posisi yang

dibuatnya.

d) Emosi klien berupa emosi dangkal (mudah tersinggung)

e) Afek pada klien meliputi dangkal, tak ada ekspresi wajah.


f) Interaksi selama wawancara klien meliputi cenderung tidak

kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan bicara,

diam.

g) Persepsi klien meliputi tidak terdapat halusinasi atau waham

h) Proses berpikir klien meliputi gangguan proses berpikir jarang

ditemukan.

i) Kesadaran pada klien dapat berubah, tidak sesuai dengan kenyataan.

j) Memori atau ingatan pada klien tidak ditemukan gangguan spesifik,

orientasi tempat, waktu dan orang.

k) Kemampuan penilaian kien dapat berupa tidak dapat mengambil

keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan, selalu

memberikan alasan meskipun alasan tidak jelas atau tidak tepat.

l) Tilik diri tak ada yang khas.

6. Kebutuhan sehari-hari

Seperti makan, BAK/BAB, mandi, berpakaian, dan istirahat tidur.

B. ETIOLOGI

Gangguan ini terjadi karena adanya faktor predisposisi dan faktor presipitasi.

Kegagalan pada gangguan ini akan menimbulkan ketidak- percayaan individu,


menimbulkan rasa pesimis, ragu, takut salah, tidak percaya pada orang lain, merasa

tertekan, keadaan yang seperti ini akan menimbulkan dampak seseorang tidak ingin

untuk berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri, lebih suka berdiam diri dan

tidak mementingkan kegiatan sehari-hari (Direja, 2011).

Beberapa penyebab isolasi sosial, menurut Stuart (2007):

A. Faktor predisposisi

1.1 Faktor perkembangan

Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam perkembangan respons

sosial madaptif.Beberapa orang percaya bahwa individu yang mengalami

masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan dirinya dari orang

tua.Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan dengan pihak luar

keluarga.Pesan keluarga seringkali tidak jelas.

1.2 Faktor sosiokultural

Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal ini

akibat dari transiensi norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang

lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang produktif, seperti lanjut

usia (lansia), orang cacat, dan penderita penyakit ironis, isolasi bisa terjadi

karena mengadopsi horma, perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari yang

dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan

merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.

1.3 Faktor biologis

Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif.Bukti

terdahulumenunjukkan keterlibatan neurotranmitter dalam perkembangan

gangguan ini, namun tetap diperlukan penelitian lebih lanjut.

B. Faktor presipitasi

Beberapa faktor pretisipasi isolasi sosial, menurut Direja (2011)meliputi:


a. Faktor eksternal

Contohnya adalah stresor, sosial budaya, yaitu stres yang di tinggalkan

oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.

b. Faktor internal

Contohnya adalah stresor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat

kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan

keterbatasan kemampuan individu untuk berpisah untuk mengatasinya.

Kecemasan ini dapat terjadi akibat tuntunan untuk berpisah dengan

orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.

C. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala isolasi sosial menurut Direja (2011) meliputi:

- kurang spontan

- apatis atau acuh terhadap lingkungan

- ekspresi wajah kurang berseri

- tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri

- tidak ada/kurang sadar terhadap komunikasi verbal

- mengisolasi diri

- tidak sadar/kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya

- aktivitas menurun

- kurang energi

- rendah diri

- asupan makanan dan minuman terganggu

D. RENTANG RESPONS

Rentang Respon Sosial

Respon adaptif Respon maladaptif


Menyendiri Kesepian Manipulasi

Otonomi Menarik diri Impulsif

Kebersamaan ketergantungan Narsisme

Saling
ketergantungan

Gambar : Rentang respon sosial (Stuart, 2006)

E. PATOPSIKOLOGI

Faktor Penyebab :
- Kegagalan
- Tidak percaya diri
- Tidak percaya kepada orang lain
- Ragu
- Faktor genetik

Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi


Faktor pengembangan - Faktor eksternal
Faktor sosiokultural - Faktor internal
Faktor biologis

Mekanisme kopirg

Rentang Respon Sosial

Maladaptif

- Menyendiri
- Otonomi Kesepian
- Kebersamaan -
- Saling - Tergantung
ketergantungan - Menarik diri
Manipulasi
-
- Impulsif
- Narsisisme
- Curiga

(Stuart, 2007, Direja, 2011)

F. POHON MASALAH

Gangguan persepsi sensori :halusinasi

Isolasi sosial

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

G. MASALAH KEPERAWATAN
H.
Menurut Sutejo (2017)

a. Isolasi sosial

b. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

c. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

I. INTERVENSI

Setelah mengetahui diagnosa keperawatan pada klien dengan isolasi sosial, langkah

selanjutnya yaitu menyusun perencanaan tindakan keperawatan. untuk membina hubungan

saling percaya dengan klien isolasi sosil perlu waktu yang tidak sebentar. perawat harus

konsisten bersikap terapeutik pada klien. Selalu penuhi janji, kontak singkat tapi sering dan

penuhi kebutuhan dasarnya adalah upaya yang bisa dilakukan (Trimelia, 2011).

Tabel 2.3 Rencana Keperawatan Dengan Isolasi Sosial

Diagnosis Tujuan Kriteria Intervensi Rasional


keperawatan (TUM/TUK) Evaluasi
Isolasi sosial TUM: Setelah 1x 1.1. Bina hubungan Membina
Klien dapat interaksi, Klien saling percaya hubungan
berinteraksimenunjukan dengan saling
dengan orangtanda-tanda percaya
mengemukakan
lain. percaya kepada dengan
perawat: prinsip Klien. kontak
TUK 1: komunikasi yang jujur,
Klien dapat a.Ekspresi terapeutik : singkat, dan
membina wajah cerah, konsisten
hubungan tersenyum a. Mengucapkan dengan
saling salam perawat
b.Mau
percaya terapeutik. Sapa dapat
berkenalan membantu
c.Ada kontak Klien dengan
Klien
mata ramah, baik membina
d.Bersedia verbal ataupun kembali
menceritakan non verbal. interaksi
perasaan b. Berjabat tangan penuh
dengan Klien. percaya
e.Bersedia
c. Perkenalkan diri dengan orang
mengungkap lain.
kan masalah dengan sopan.
d. Tanyakan
nama lengkap
Klien dan nama
pangglian yang
disukai Klien.
e. Jelaskan tujuan
pertemuan
f. Membuat
kontak topik,
waktu, dan
tempat setiap
kali bertemu
Klien.
g. Tunjukan sikap
empati dan
menerima
Klien apa
adanya.
h. Beri perhatian
kepada Klien
dan perhatian
kebutuhan
dasar Klien.
TUK 2: Kriteria 2.1.Tanyakan pada Dengan
Klien mampu evaluasi: Klien tentang : mengetahui
menyebutkan tanda dan
penyebab a.Klien dapat a. Orang yang gejala isolasi
isolasi sosial menyebutkan tinggal serumah sosial yang
minimal satu atau sekamar muncul,
penyebab dengan Klien. perawat
dapat
isolasi sosial. b. Orang yang menentukan
b.Penyebab paling dekat langkah
munculnya dengan Klien intervensi
isolasi sosial: dirumah atau selanjutnya.
diri sendiri, ruang
orang lain,dan perawatan.
lingkungan c. Hal apa yang
membuat Klien
dekat dengan
orang tersebut.
d. Orang yang
tidak dekat
dengan
Klien, baik
dirumah atau
di ruang
perawatan.
e. Apa yang
membuat Klien
tidak dekat
dengan orang
tersebut.
f. Upaya yang
sudah dilakukan
agar dekat
dengan orang
lain.

2.2. Diskusikan
dengan Klien
penyebab
isolasi sosial
atau tidak
mau bergaul
dengan orang
lain
2.3. Beri pujian
terhadap
kemampuan
Klien dalam
mengungkap
kan perasaan
TUK 3: Kriteria 3.1 tanyakan kepada Perbedaan
Klien mampu Evaluasi: Klien tentang: seputar
menyebutkan a. Manfaat manfaat
keuntungan Klien dapat hubugan
hubungan sosial
berhubungan menyebutkan sosial dan
sosial dan keuntungan b. Kerugian kerugian
kerugian dari dalam isolasi sosial isolasi sosial
isolasi sosial. berhubugan membantu
sosial seperti: 3.2. Diskusikan Klien
a. Banyak bersama Klien mengidentifi
teman tentang kasi apa yang
b. Tidak manfaat terjadi pada
kesepian dirinya,
berhubungan
sehingga
c. Bisa diskusi sosial dan dapat
d. Saling kerugian isolasi diambil
menolong sosial langkah
untuk
2.Klien dapat 3.3. Beri Pujian mengatasi
menyebutkan terhadap masalah ini.
kerugian kemampuan
Penguatan
menarik diri, Klien dalam
dapat
seperti: mengungkapkan membantu
a. sendiri perasaannya. meningkatka
b. keseptian n harga diri
c. tidak bisa Klien.
diskusi
TUK 4: Kriteria 4.1 Observasi Dengan
Klien dapat evaluasi : perilaku Klien kehadiran
melaksanaka ketika orang yang
n hubungan a.Klien dapat tepat dapat
berhubungan
sosial secara melaksanakan dipercaya
bertahap. sosial memberi
hubungan
4.2 Jelaskan kepada Klien rasa
sosial secara
Klien cara aman dan
bertahap
berinteraksi terlindungi
dengan: Setelah dapat
dengan orang
Perawaat, berinteraksi
lain
perawat lain, dengan orang
4.3 Berikan contoh
Klien lain, lain dan
cara berbicara memberi
keluarga dan
dengan orang kesempatan
kelompok
lain Klien dalam
4.4 Beri mengikuti
kesempatan aktifitas
kepada Klien kelompok,
mempraktikan cara Klien merasa
berinteraksi dengan lebih berguna
orang yang dan rasa
percaya diri
dilakukan di hadapan
Klien dapat
perawat tumbuh
4.5 Bantu Klien kembali.
berinteraksi
dengan salah
satu orang,
teman atau
anggota
keluarga
4.6 Bila Klien
sudah
menunjukan
kemajuan,
tingkatkan
jumlah interaksi
dengan dua,
tiga, empat
orang dan
seterusnya
4.7 Beri pujian
untuk setiap
kemajuaan
interaksi yang
telah dilakukan
4.8 Latih Klien
bercakap-cakap
dengan anggota
keluarga saat
melakukan
kegiatan harian
dan kegiatan
rumah tangga
4.9 Latih Klien
bercakap-cakap
saaat melakukan
kegiatan sosial
misalnya:
belanja ke
warung, ke
pasar, ke kantor pos,
ke bank, dan lain-
lain.
4.10 Siap
mendengarkan
ekspresi perasaan
Klien setelah
berinteraksi dengan
orang lain. mungkin
Klien akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalan beri
dorongan terus-
menerus agar Klien
tetap semangat
meningkatkan
interaksinya.

TUK 5: Kriteria 5.1 Diskusikan Ketika Klien


Klien mampu Evaluasi: dengan Klien merasa
menjelaskan Klien dapat tentang dirinya lebih
perasaannya menjelaskan baik dan
perasaannya
setelah perasaannya mempunyai
berhubugan setelah setelah makna,
sosial berhubngan berhubungan interaksi
sosial dengan: sosial dengan: sosial dengan
Orang lain, Orang lain dan orang lain
kelompok. kelompok. dapat
5.2 Beri pujian ditingkatkan.
terhadap
kemampuan
Klien
mengungkapkan
perasaannya.

TUK 6 : Kriteria 6.1 Diskusikan Dukungan


Klien Evaluasi: pentingnya peran dari keluarga
mendapat keluarga dapat serta keluarga sebgai merupakan
dukungan menjelaskan bagian
pendukung untuk
keluarga tentang: penting dari
dalam mengatasi perilaku rehabilitasi
memperluas a. isolasi sosial isolasi Klien.
hubungan beserta tanda
sosial dan sosial
gejalannya. 6.2 Diskusikan
b. penyebab potensi keluarga
dan akibat untuk
dari isolasi membantu
sosial. Klien mengatasi
c. Cara perilaku isolasi
merawat sosial.
Klien isolasi 6.3 Jelaskan pada
sosial keluarga
tentang:
a. Isolasi sosial
beserta tanda
dan gejalanya
b. Penyebab dan
akibat isolasi
sosial
c. Cara
merawat
Klien isolasi
sosial
6.4 Latih keluarga
cara merawat
Klien isolasi
sosial
6.5 Tanyakan
perasaan
keluarga setelah
mencoba cara
yang dilatihkan
6.6 Beri motivasi
keluarga agar
membantu
Klien untuk
bersosialisasi
6.7 Beri pujian
kepada keluarga
atas
keterlibatannya
merawat Klien
dirumah sakit
TUK 7: kriteria 7.1 Diskusikan Membantu
Klien dapat Evaluasi: dengan Klien dalam
memanfaat Klien bisa tentang manfaat meningkatka
kan obat menyebutkan: dan kerugian n perasaan
dengan baik a. Manfaat tidak minum kembali dan
minum obat obat. keterlibatan
b. Kerugian dalam
7.2 Pantau
yang perawatan
Klien pada kesehatan
dtimbulkan saat Klien
akibat tidak penggunaan
minum obat obat
c. Nama, 7.3 Berikan pujian
warna, dosis, kepada Klien
efek terapi, jika Klien
dan efek menggukan obat
samping dengan benar
obat 7.4 Diskusikan
d. Akibat akibat berhenti
berhenti minum obat
minum obat tanpa konsultasi
tanpa dokter.
konsultasi 7.5 Anjurkan Klien
dokter untuk
konsultasi
dengan dokter
atau perawat
jika terjadi hal-
hal yang tidak
diinginkan
Sumber : Sutejo, 2017

Menurut Direja (2011) untuk memudahkan pelaksanaan keperawatan, maka perawat

perlu juga membuat rencana strategi pelaksanaan tindakan untuk klien dan keluarga.

Strategi pelaksanaan terebut dibagi menjadi empat strategi. Berikut adalah stategi

pelaksanaan untuk klien dengan isolasi sosial:


Tabel 2.4
Strategi Pelaksanaan Pada Klien Isolasi Sosial

Diagnosa Intervensi
keperawatan
Isolasi sosial Intervensi untuk Klien
SP 1:
1. Bina hubungan saling percaya
dengan menggunakan salam
terapeutik
2. Identifikasi penyebab isolasi sosial
3. Identifikasi keuntungan berteman
4. Identifikasi kerugian tidak mempunyai teman
5. Bimbing pasien memasukan kedalam jadwal harian
Sp 2
1. Evaluasi masalah sebelumnya, lalu berikan pujian
2. Latih pasien cara berkenalan dengan orang
yang pertama (perawat).
3. Masukan kedalam jadwal harian
SP 3
1. Evaluasi kegiatan sebelumnya, yaitu
cara berkenalan dengan satu orang
(perawat)
2. Ajarkan pasien cara berkenaala dengan orang
kedua (pasien lain)
3. Masukan ke dalam jadwal harian
SP 4:
1. Evaluasi kegatan sebelumnya (SP 1, SP 2)
yaitu cara berkenalan dengan orang kedua
(pasien).
2. Ajarkan membuat kegiatan dengan kelompok.
3. Masukan kedalam jadwal kegiatan harian.
Intervensi Untuk Keluarga Klien Dengan Isolasi
Sosial
SP 1:
1. Identifikasi masalah yang dihadapi dalam
menghadapi pasien
2. Jelaskan tengan isolasi sosial
3. Cara merawat pasien isolasi sosial.
4. Latih (stimulus)
5. RTL keluarga/jadwal untuk merawat pasien
SP 2:
1. Evaluasi kemampuan SP 1
2. Latih (langsung ke pasien)
3. RTL keluarga/ jadwal untuk merawat pasien
SP 3:
1. Evaluasi kemampuan SP 2
2. Latih (langsung ke pasien
3. RTL keluarga/ jadwal untuk merawat pasien
SP 4:
1. Evaluasi kemampuan keluarga
2. Evaluasi kemampuan pasien.
3. Rencana tindak anjut keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Balitbang Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI

Dermawan D dan Rusdi, 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan. Jakarta: Salemba Medika

Herman, Ade. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medica

Keliat, B.A, dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Ed. 2. Jakarta: EGC

Stuart, Gail W.2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Kusumawati F dan Hartono Y, 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika

Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi; Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha


Medika

Anda mungkin juga menyukai