Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL

Masalah utama : Isolasi sosial


1 Definisi
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan orang lain sebagai suatu keadaan yang negative
atau mengancam (Towsent alih bahasa,Daulima,1998).

Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu


kebutuhan atau mengharapakan untuk melibatakan orang lain, akan tetapi tidak
dapat membuat hubungan tersebut (Carpenito,1995).

Gangguan hubungan sosial adalah suatu kepribadian yang tidak fleksibel


pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosialnya (Depkes,1994).

Menarik diri adalah suatu usaha seseorang untuk menghindari interaksi


dengan lingkungan sosial atau orang lain, merasa kehilangan kedekatan dengan
orang lain dan tidak bisa berbagi pikiranya dan perasaanya (Rawlins,1993).

Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan


kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Isolasi
sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam dirinya (Townsend, M.C,
1998 : 52).

Individu merasa kehilangan teman dan tidak mempunyai kesempatan


untuk membagi pikiran, perasaan dan pengalaman serta mengalami kesulitan
berinteraksi secara spontan dengan orang lain. Individu yang demikian berusaha
untuk mengatasi ansietas yang berhubungan dengan kesepian, rasa takut,
kemarahan, malu, rasa bersalah dan merasa tidak aman dengan berbagai respon.
Respon yang terjadi dapat berada dalam rentang adaptif sampai maladaptif (Stuart
and Sudeen, alih bahasa Hamid,1998).
2 Rentang Respon Sosial

Rentang Respon Sosial

Respon adaptif Respon maladaptif

Solitut Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisme
Saling ketergantungan
Gambar.1.1 Rentang respon social, (Stuart and Sundeen, 1998).

Keterangan dari rentang respon sosial :


1. Solitut (Menyendiri)
Solitut atau menyendiri merupakan respon yang dibutuhkan seorang untuk
merenung apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialanya dan suatu cara untuk
nmenentukan langkahnya.
2. Otonomi
Kemapuan individu untuk mentukan dan maenyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan social.
3. Kebersamaan (Mutualisme)
Perilaku saling ketergantungan dalam membina hubungan interpersonal.
4. Saling ketergantungan (Interdependent)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana hubungan tersebut
mampu untuk saling memberi dan menerima.
5. Kesepian
Kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak danya perhatian
dengan orang lain atau lingkunganya.
6. Menarik diri
Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan hubungan dengan
orang lain atau lingkunganya.
7. Ketergantungan (Dependent)
Suatu keadaan individu yang tidak menyendiri, tergantung pada orang
lain.
8. Manipulasi
Individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau pada tujuan bukan
berorientasi pada orang lain. Tidak dapat dekat dengan orang lain.
9. Impulsive
Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu.
Mempunyai penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.
10. Narkisme
Secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian.
Individu akan marah jika orang lain tidak mendukungnya.
(Townsend M.C,1998)

3 Penyebab
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan
negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa
bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat,
percaya diri kurang dan juga dapat mencederai diri, (Carpenito,L.J, 1998)
1. Faktor predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku menarik
diri
a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi
sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga mempunyai
masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat
mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama
dengan tenaga profisional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat
tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaburatif
sewajarnya dapat mengurangi masalah respon social menarik diri.

b. Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptive.
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur
otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

c. Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang
lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti
lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena
mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki
budaya mayoritas. Harapan yang tidak realitis terhadap hubungan merupakan
faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini, (Stuart and sudden, 1998).

2. Faktor persipitasi
Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang
menarik diri. Faktor- faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara
lain:
a. Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam
membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunya stabilitas unit
keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupanya, misalnya karena
dirawat di rumah sakit.

b. Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat
atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhanya hal ini dapat
menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat menimbulkan seseorang mengalami
gangguan hubungan (menarik diri), (Stuart & Sundeen, 1998)

c. Stressor intelektual
1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk berbagai
pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan dengan
orang lain.
2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan
dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi dengan
orang lain.
3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang lain
akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada gangguan
berhubungan dengan orang lain

d. Stressor fisik
1) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang menarik
diri dari orang lain
2) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu
3) sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain
4) (Rawlins, Heacock,1993)

4. Tanda Dan Gejala


1. Data Subjektif
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif
adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata “tidak “, “iya”,
“tidak tahu”.

2. Data Objektif
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri
dari orang lain, misalnya pada saat makan.
c. Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap
dengan klien lain / perawat.
d. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
e. Berdiam diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
f. Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
g. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan
kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
h. Posisi janin pada saat tidur.

KARAKTERISTIK PERILAKU
a. Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.
b. Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
c. Kemunduran secara fisik.
d. Tidur berlebihan.
e. Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
f. Banyak tidur siang.
g. Kurang bergairah.
h. Tidak memperdulikan lingkungan.
i. Kegiatan menurun.
j. Immobilisasai.
k. Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).
l. Keinginan seksual menurun.

5 . Akibat dari Isolasi Sosial


Akibat isolasi sosial adalah resiko perubahan sensori persepsihalusinasi.
Halusinasi adalah suatu keadaan yang merupakan gangguan pencerapan
(persepsi) panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yg dapat meliputi semua
system penginderaan pada seseorang dalam keadaan sadar penuh ( baik ).
Gejala Klinis :
• Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
• Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
• Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
• Tidak dapat memusatkan perhatian.
• Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya),
takut.
• Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.
(Budi Anna
Keliat,)

A.POHON MASALAH
Resiko perubahan sensori persepsi : Halusinasi

Isolasi Sosial
Core problem

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

B. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


a.Isolasi Sosial :menarik diri
Data Subyektif:
 Klien mengatakan malas berbicara
 Klien mengatakan tidak ada hal yang perlu dibicarakan
 Klien mengatakan bingung hal apa yang ingin dibicarakan

Data Objektif :
 Klien menyendiri, banyak diam, tidak pernah memulai pembicaraan
 Klien tidak mau berbicara
 Tidak ada kontak mata
 Klien selalu menghindar

b.Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi


Data Subjektif:
 Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata
 Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
 Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
 Klien merasa makan sesuatu
 Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
 Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
 Klien ingin memukul/melempar barang-barang

Data Objektif:
 Klien berbicara dan tertawa sendiri
 Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
 Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
 Disorientasi
c.Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data subyektif:
 Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
Data obyektif:
 Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

IV.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Isolasi social:menarik diri
2.Resiko Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
3.Gangguan Konsep Diri :Harga Diri Rendah
V.RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Inisial klien          :                              Dx Medis        :


No RM                 :                         Ruangan          :
No DX. Rencana Rasional
Keperawata Tindakan Keperawatan
. n Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1. Isolasi TUM : Klien 1.Setelah 2 X 1.Bina hubungan Hubungan


Sosial mampu interaksi klien saling percaya saling percaya
berinteraksi menunjukan tanda- dengan : merupakan
dengan orang tanda percaya - beri salam langkah awal
lain kepada atau setiap untuk
terhadap perawat : berinteraksi melakukan
TUK 1 : Klien -Wajah cerah, - Perkenalkan interaksi
dapat membina tersenyum nama, nama
hubungan - Mau berkenalan panggilan
saling percaya - Ada kontak mata perawat, dan
-Bersedia tujuan perawat
menceritakan berkrnalan
perasaan - Tanyakan dan
-Bersedia panggil nama
mengungkapkan kesukaan klien
masalahnya - Tunjukan sikap
jujur dan
menepati janji
setiap kali
berinteraksi
-Tanyakan
perasaan dan
masalah yang
dihadapi klien
- Buat kontrak
interaksi yang
jelas
-Dengarkan
dengan penuh
perhatian
ekspresi perasaan
klien
TUK 2 : 2.Setelah 2 kali 1.Tanyakan pada Dengan
Klien mampu interaksi klien klien tentang : mengetahu
menyebutkan dapat menyebutkan -Orang yang tanda-tanda dan
penyebab  minimal satu tinggal serumah gejala, kita
tanda dan penyebab menarik atau dengan dapat
gejala isolasi diri : sekamar klien menentukan
sosial -Diri Sendiri -Orang yang langkah
- Orang lain paling dekat intervensi
- Lingkungan ddengan klien selanjutnya
          dirumah atau
diruangan
perawatan
-Apa yang
membuat klien
dekat dengan
orang tersebut
-Orang yang
tidak dekat
dengan klien
dirumah atau
diruangan
perawat
-Apa yang
membuat klien
tidak dekat
dengan orang
tersebut
-Upaya yang
sudah dilakukan
agar dekat
dengan orang
tersebut

2.Diskusikan
dengan klien
penyebab
menarik diri /
tidak mau
bergaul dengan
orang lain

3.Beri pujian
terhadap
kemampuan
klien
mengungkapkan
perasaanya
TUK 3 : 3.Setelah 2 X 1.Tanyakan pada Reinforcement
Klien mampu interaksi dengan klien tentang : dpat
menyebutkan klien dapat -Manfaat meningkatkan
keuntungan menyebutkan hubungan sosial harga diri klien
berhubungan keuntungan -Kerugian
sosial dan berhubungan sosial, menarik diri
kerugian misalnya :
menarik diri -Banyak teman 2.Diskusikan
- Tidak kesepian bersama klien
- Saling menolong tentang manfaat
berhubungan
Dengan kerugian sosial dan
menarik diri kerugian menarik
misalnya : diri
-Sendiri
- Kesepian 3.Beri pujian
- Tidak bisa diskusi terhadap
          kemampuan
klien
mengungkapkan
perasaannya

TUK 4 : 4.Setelah 2 X 1.Observasi Mengetahui


Klien dapat interaksi klien perilaku klien sejauh mana
melaksanakan dapat tentang pengetahuan
hubungan melaksanakan berhubungan klien tentang
sosial secara hubungan soosial sosial berhubungan
bertahap secara bertahaap dengan orang
dengan : 2.Beri motivasi lain
-Perawat dan bantuu klien
- Perawat lain untuk berkenalan
- Kelompok / berkomunikasi
dengan perawat
lain, klien lain,
kelompok

3.Libatkan klien
dalam terapi
aktivitas
kelompok
sosialisasi

4.Diskusikan
jadwal harian
yang dilakukan
untuk
meningkatkan
kemampuan
klien
bersosialisasi

5.Beri motivasi
klien untuk
melakukan
kegiatan sesuai
jadwal yang telah
dibuat

6.Beri pujian
terhadap
kemampuan
klien
memperluas
pergaulanya
melalui aktifitas
yang
dilaksanakan

TUK 5 : 5.Setelah 2X 1.Diskusikan Agar klien


Klien mampu interaksi klien dengan klien lebih percaya
menjelaskan dapat menyebutkan tentang diri untuk
perasaanya perasaanya setelah perasaanya berhungan
setelh berhubungan sosial setelah dengan orang
berhubungan dengan : berhbungan lain
sosial -Orang lain sosial dengan :
- Kelompok -Orang lain
- Kelompok

2.Beri pujian
terhadap
kemampuan
klien
mengungkapkan
perasaaanya

TUK : 6 6.Setelah 2X kali 1.Diskusikan Agar klien


Klien mendapat pertemuan, pentingya peran lebih percaya
dukungan keluarga dapat serta keluarganay diri dan tau
keluarga dalam menjelaskan : sebagai akibat tidak
memperluas -pengertian pendukung untuk berhubungan
hubyngan menarik diri mengatasi dengan orang
sosial -tanda dan gejala perilaku menarik lain
menarik diri diri
-penyebab dan 2.Diskusikan
akibat menarik diri potensi keluarga
-cara merawat klien untuk membantu
menarik diri klien mengatasi
perilaku menarik
diri
3.Jelaskan pada
2.Setelah 2X keluarga
pertemuan, tentang :
keluarga dapat -pengertian
mempraktekkan menarik diri
cara merawat klien -tanda dan gejala
menarik diri menarik diri
-penyebab dan
akibat menarik
diri
-cara merawat
klien menarik
diri

4.Latih keluarga
cara merawat
klien menarik
diri

5.Tanyakan
perasaan
keluarga setelah
mencoba cara
yang dilatihkan

6.Beri motivasi
keluarga agar
membantu klien
bersosialisasi

7.Beri pujian
pada keluarga
atas
keterlibatannya
merawat klien
dirumah sakit
TUK 7 : 7.1Setelah…. 2X 1.Diskusikan Minum obat
Klien dapat interaksi klien dengan klien dapat
memanfaatkan menyebutkan : tentang manfaaat menyembuhkan
obat dengan -manfaat minum dan kerugian penyakit klien
baik obat tidak minum
-kerugian tidak obat, nama,
meminum obat warna, dosis,
-nama, warna, cara, efek terapi,
dosis, efek terapi, dan efek samping
efek samping obat penggunaan obat.

7.2Setelah...kali 2.Pantau klien


interaksi klien saat penggunaan
mendemonstrasikan obat
penggunaan obat
dengan benar 3.Beri pujian jika
klien
7.3.Setelah...kali menggunakan
interaksi klien dapt obat dengan
menyebutkan benar
akibat berhenti
minum obat tanpa 4.Diskusikan
konsultasi dokter berhenti minum
obat tanpa
konsultasi
dengan dokter

5.Anjurkan klien
untuk konsultasi
kepada dokter
atau perawat jika
terjadi hal-hal
yang tidak
diinginkan
DAFTAR PUSTAKA

1. Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
2. Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice.
Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher. 1998
3. Budi Anna Keliat. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri.
Jakarta : FIK UI. 1999
4. Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
5. Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC.
1998
6. Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.
Bandung : RSJP Bandung. 2000

Anda mungkin juga menyukai