Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN JIWA

“ASKEP TEORITIS KEPERAWATAN DENGAN PASIEN ISOLASI


SOSIAL”

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Nehru Nugroho, S.Kep., M.Kep

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1. DELA JANIARTI
2. DETIA VANOZA
3. DENNY EMIRSADIQ
4. EDO BISRI AFRIANSA
5. ELFINA TRI TASYA
6. FRISKA OKTAVIA
7. HANIKA FEBTI
8. HANISYAH HERTI DWISARI
KELAS 2A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN BENGKULU
TAHUN AJARAN 2020/2021
ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Isolasi Sosial : Menarik Diri
A. DEFINISI
1. Pengertian
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami
atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan
dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito,
2008).
Isolasi sosial adalah pengalaman kesendirian secara individu dan
dirasakan segan terhadap orang lain dan sebagai keadaan yang negatif atau
mengancam (Nanda, 2006)
Isolasi sosial adalah Suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan
perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negatif atau
keadaan yang mengancam (Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa,
2006).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam
(Towsend, 2000).

2. Tanda dan Gejala


Menurut Nanda (2006), isolasi sosial memiliki batasan karakteristik
meliputi:
 Obyektif :
a. Tidak ada dukungan dari orang yang penting (keluarga, teman,
kelompok).
b. Perilaku bermusuhan.
c. Menarik diri.
d. Tidak komunikatif.
e. Menunjukkan perilaku tidak diterima oleh kelompok cultural
dominant.
f. Mencari kesendirian atau merasa diakui didalam sub kultur.
g. Senang dengan pikirannya sendiri.
h. Aktivitas berulang atau aktivitas kurang beraktif.
i. Kontak mata tidak ada.
j. Aktivitas tidak sesuai dengan umur perkembangan.
k. Keterbatasan fisik, mental,atau perubahan keadaan sejahtera.
l. Sedih, efek tumpul.
 Subyektif :
a. Mengepresikan perasaan kesendirian.
b. Mengepresikan perasaan penolakan.
c. Minat tudak sesuai dengan umur perkembangan.
d. Tujuan hidup tidak ada atau tidak adekuat.
e. Tidak mampu memenuhi harapan orang lain.
f. Ekspresi permintaan tidak sesuai dengan umur perkembangan.
g. Perubahan penampilan fisik.
h. Tidak merasa aman dimasyarakat.

B. RENTANG RESPON
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Solitut Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme
Saling ketergantungan
Sumber : Gail W. Stuart, 2006
Menurut Gail W. Stuart (2006) menyatakan bahwa manusia makhluk sosial,
untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan
interpersonal yang positif.Hubungan intrpersonal terjadi jika hubungan saling
merasakan kedekatan sementara identitas pribadi tetap dipertahankan.Individu
juga harus membina saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara
ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan. Gail W. Stuart (2006)
menyatakan tentang respon rentang sosial individu berada dalam rentang respon
maladaptif yaitu:
a. Respon adaptif adalah suatu respon individu dalam menyesuaikan masalah
yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya yang umum
berlaku,respon ini meliputi:
1) Menyendiri (solitude)
Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk menentukan apa
yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi
diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
2) Kebebasan (Otonom)
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide,
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3) Berkerja sama (mutualisme)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut
mampu untuk saling member dan menerima
4) Saling tergantung (interdependen)
Merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
b. Respon Antara Adaptif dan Maladaptif
1) Kesepian (Aloness)
Dimana individu mulai merasakan kesepian, terkucilkan dan tersisihkan
dari lingkungan.
2) Manipulasi (Manipulation)
Hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan bukan pada orang
lain.
3) Ketergantungan (Dependence)
Individu mulai tergantung kepada individu yang lain dan mulai tidak
memperhatikan kemampuan yang dimilikinya.
c. Respon Maladaptif
Yaitu respon individu dalam penyelesaian masalah yang menyimpang dari
norma-norma sosial dan budaya lingkungannya.
1) Kesepian (Loneliness)
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungan dengan orang lain atau tanpa bersama orang lain untuk
mencari ketenangan waktu sementara.
2) Pemerasan (Exploitation)
Gangguan yang terjadi dimana seseorang selalu mementingkan
keinginannya tanpa memperhatikan orang lain untuk mencari ketenangan
pribadi.
3) Menarik Diri (Withdrawl)
Gangguan yang terjadi dimana seseorang menentukan kesulitan dalam
membina hubungan saling terbuka dengan orang lain, dimana individu
sengaja menghindari hubungan interpersonal ataupun dengan
lingkungannya.
4) Curiga (Paranoid)
Gangguan yang terjadi apabila seseorang gagal dalam mengembangkan
rasa percaya pada orang lain.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan
perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak
percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang
lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan
meresa tertekan. Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio - kultural karena
menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan fakto
psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain
untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan
klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and
Sundeen, 2004).
a. Faktor Predisposisi
1) Teori Biologikal dan hubungannya dengan menarik diri
a) Genetik
Transmisi gangguan alam perasaan yang membuat perasaan sedih dan
individu merasa tak pantas berada ditengah lingkungan
sosialnya.Keadaan ini diteruskan melalui garis keturunan. Frekuensi
gangguan alam perasaan meningkat pada kembar monozigot dibanding
dizigot walaupun diasuh secara terpisah
b) Neurotransmitter
(1) Katekolamin : Penurunan relatif dari katekolamin otak atau
aktifitas sistem katekolamin menyebabkan timbulnya depresi dan
berusaha menghindari lingkungan sosial;
(2) Asetilkolin : Suatu peningkatan aktifitas kolinergik dapat menjadi
faktor penyebab dan berusaha menghindasi lingkungan sosial.;
(3) Serotonin : Suatu defisit pada sistem serotoninergik dapat
merupakan faktor penyebab dari depresi dan berusaha
menghindasi lingkungan sosial.
c) Endokrin
Keadaan sedih berkaitan dengan gannguan hormon seperti pada
hipotiroidisme dan hipertirodisme, terapi estrogen eksogen, dan post
partum.
d) Kronobiologi
Gangguan dari ritme sirkadian.

D. FAKTOR PRESIPITASI
Adapun empat sumber utama stessor yang dapat menentukan gangguan
alam perasaan.
1) Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dilayangkan, termasuk
kehilangan cinta seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, karena
elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka peresepsi
pasien merupakan hal yang sangat penting.
2) Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu
episode defresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang
dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
3) Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan
defresi, terutama pada wanita.
4) Perubahan fisiologis diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit
fisik, seperti : infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik,
dapat mencetuskan gangguan alam perasaan diantara obat-obatan tersebut
terdapat obat antihipertensi dan penyalah gunaan zat yang menyebabkan
kecanduan. Kebanyakan penyakit kronik yang melemahkan tubuh juga
sering disertai dengan defresi. Defresi yang terdapat pada usia lanjut
biasanya bersifat kompleks, karena untuk menegakkan diagnosisnya sering
melibatkan evaluasi dari kerusakan otak organik, dan defresi klinik.
(Stuart & Sundeen, 2004)

E. MEKANISME KOPING
Menurut Tim keperawatan Jiwa FIK-UI (2002), klien menarik diri
cenderung menggunakan mekanisme koping : Regresi, represi dan isolasi.
a. Regresi :
Menghindari stress kecemasan dan menampilkan perilaku kemabli setelah
kemabli pada perkembangan
b. Represi :
Menekan perasaan atau pengalaman yang menyakitkan atau konflik atau
ingatan dari kesadaran yang cenderung memperkuat mekanisme ego laiinya.
c. Proyeksi :
Keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi kepada orang
lain karena kesalahan yang diakukan sendiri.

II. DATA YANG PERLU DIKAJI


Pengkajian merupakan tahap awal dan utama dari proses keperawatan,
pengkajian mereflesksikan isi, proses dan informasi yang berhubungan dengan
kondisi bilogis, psikologis, sosial dan spiritual klien yang terdiri atas pengumpulan
data dan perumusan kebutuhan masalah pasien (Keliat, 2006)
Untuk menyaring data di perlukan format pengkajian yang didalamnya berisi:
identitas pasien, alasan masuk rumah sakit, faktor predisposisi, pemeriksaan fisik,
psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah
psikososial, lingkungan pengetahuan, maupun aspek medik.
1) Identitas Klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal
MRS (Masuk Rumah Sakit), informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien
dan alamat klien
2) Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang lain) komunikasi
kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang
lain, tidak melakukan kegiatan sehari-hari, dependen.
3) Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistis, kegagalan / frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan
struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi,
kecelakaan dicerai suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu
yang terjadi (korban perkosaan, tituduh KKN, dipenjara tiba-tiba) perlakuan
orang lain yang tidak menghargai klien atau perasaan negatif terhadap diri
sendiri yang berlangsung lama.
4) Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh klien.
5) Aspek Psikososial
a) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b) Konsep diri
(1) Citra tubuh :Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang
berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau
yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi
negatif tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang,
mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan ketakutan.
(2) Identitas diri : Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan .
(3) Peran :Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua, putus sekolah, PHK.
(4) Ideal diri :Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
(5) Harga diri :Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat,
mencederai diri, dan kurang percaya diri.
c) Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubungan
sosialdengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti
dalam masyarakat.
d) Keyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)
6) Status Mental
Kontak mata klien kurang atau tidak dapat mepertahankan kontak mata, kurang
dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan denga orang lain, Adanya perasaan keputusasaan dan kurang
berharga dalam hidup. Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan
klien, aktivitas motorik klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentrasi dan berhitung.
7) Kebutuhan persiapan pulang.
a) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,
membersikan dan merapikan pakaian.
c) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
d) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan
diluar rumah
e) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
8) Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada
orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri)
9) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
10) Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang
dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
11) Aspek Medik
Diagnosa medis yang telahdirumuskan dokter.
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapi farmakologi ECT, Psikomotor,
therapi okopasional, TAK dan rehabilitas.
12) Daftar Masalah keperawatan
a. Isolasi sosial : Menarik diri
b. Gangguan konsep diri :Harga Diri Rendah.
c. Defisit perawatan diri
d. Gangguan Sensori-persepsi : Halusinasi
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Isolasi sosial : Menarik Diri
b. Gangguan konsep diri Harga Diri Rendah.
c. Defisit perawatan diri
d. Gangguan Sensori-persepsi : Halusinasi
IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Pasien mampu: Setelah.....x pertemuan, pasien mampu : SP 1


- Menyadari penyebab isolasi -Membina hubungan saling percaya - Identifikasi penyebab
sosial. -Menyadari penyebab isolasi sosial, -Siapa yang satu rumah dengan pasien
- Berinteraksi dengan orang keuntungan dan kerugian berinteraksi -Siapa yang dekat dengan pasien
lain. dengan orang lain. -Siapa yang tidak dekat dengan pasien
-Melakukan interaksi dengan orang lain -Tanyakan keuntungan dan kerugian
secara bertahap. berinteraksi dengan orang lain
-Tanyakan pendapat pasien tentang
kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain.
-Tanyakan apa yang menyebabkan pasien
tidak ingin berinteraksi dengan orang
lain
-Diskusikan keuntungan bila pasien
memiliki banyak teman dan bergaul
akrab dengan mereka.
-Diskusikan kerugian bila pasien hanya
mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain.
-Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap
kesehatan fisik pasien
-Latih berkenalan
-Jelaskan kepada klien cara berinteraksi
dengan orang lain
-Berikan contoh cara berinteraksi dengan
orang lain
-Beri kesempatan pasien mempraktekkan
cara berinteraksi dengan orang lain
yang dilakukan dihadapan perawat.
-Mulailah bantu pasien berinteraksi
dengan satu orang teman / anggota
keluarga.
-Bila pasien sudah menunjukkan
kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi
dengan 2,3,4 orang dan seterusnya.
-Beri pujian untuk setiap kemajuan
interaksi yang telah dilkukan oleh
pasien
-Siap mendengarkan ekspresi perasaan
pasien setelah berinteraksi dengan
orang lain, mungkin pasien akan
mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannya, beri dorongan terus
menerus agar pasien tetap semangat
meningkatkan interaksinya.
-Masukkan jadwal kegiatan pasien.
- SP 2
- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
- Latih berhubungan sosial secara bertahap
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3
- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)
- Latih cara berkenalan dengan 2 orang atau
lebih
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
Keluarga mampu merawat pasien Setelah.....x pertemuan, keluarga mampu SP 1
dengan isolasi sosial di rumah menjelaskan tentang : - Identifikasi masalah yang dihadapi dalam
merawat pasien
- Masalah isolasi sosial dan dampaknya - Penjelasan isolasi sosial
pada pasien. - Cara merawat pasien isolasi sosial
- Penyebab isolasi sosial - Latih (simulasi)
- Sikap keluarga untuk membantu pasien - RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
mengatasi isolasi sosialnya. merawat pasien.
- Pengobatan yang berkelanjutan dan SP 2
mencegah putus obat
- Tempat rujukan dan fasilitas kesehatan -Evaluasi kemampuan SP 1
yang tersedia bagi pasien. -Latih (langsung ke pasien)
-RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat
pasien.
SP 3
-Evaluasi kemampuan SP 1
-Latih (langsung ke pasien)
-RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat
pasien.
- SP 4
- Evaluasi kemampuan keluarga
- Evaluasi kemampuan pasien
- Rencana tindak lanjut keluarga
-Follow Up
-rujukan
V. DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, LJ (2008). Diagnosa Keperawatan : Aplikasi Praktek Klinik. Jakarta : EGC.


Townsend C. Mary ,2000.Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC ; Jakarta.
Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 2004, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Penerbit : Buku
Kedokteran EGC ; Jakarta.
Keliat, Anna Budi. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Stuart, GW. 2006, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5.Penerbit : Buku Kedokteran
EGC ; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai