Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL PADA Sdr. I


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
CEPU BLORA

“Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Profesi Ners


Keperawatan Jiwa”

Disusun Oleh :
AGUSTINA
202303003

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN
CENDEKIA UTAMA KUDUS
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan hasil studi kasus keperawatan Jiwa yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Isolasi Sosial Pada Sdr. I Di Wilayah Kerja Puskesmas Cepu Blora ” telah disetuj
ui oleh dosen pembimbing klinik dan akademik pada :

Tanggal …. Juli 2023

Mengetahui,

Pembimbing Kinik Pembimbing Akademik

Lasmimi, S.Kep.,Ns. Ghardha Rias Asry, S.Kep.Ns.


NIP. - M.Kep
NIDN.0621059101

.
ISOLASI SOSIAL

A. Keluhan Utama
Isolasi Sosial
B. Proses terjadinya Masalah
1. Pengertian

Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono Y


(2010) adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena
orang lain menyatakan negatif dan mengancam. Sedangkan Menarik
diri adalah usaha menghindari interaksi dengan orang lain. Individu
merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan
untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalanya (Depkes, 2006
dalam Dermawan D dan Rusdi, 2013).
Isolasi sosial merupakan pertahanan diri seseorang terhadap orang lain
maupun cara menarik diri secara fisik maupun psikis. Isolasi sosial adalah
gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu
terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari
interaksi dengan orang lain dan lingkungan. Isolasi sosial merupakan
upaya mengindari komunikasi dengan orang lain karena merasa
kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk
berbagi rasa, pikiran dan kegagalan (Rusdi,2013)
2. Rentang Respon Resiko Perilaku Kekerasan

Rentang Respon Sosial

Adaptif Maladaptif

Menyendiri merasa sendiri menarik diri


Otonomi Depedensi
ketergantungan

Bekerjasama curiga manipulasi

Interdependen curiga
Berikut ini dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial
 Respon Adaptif
Merupakan respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Berikut ini adalah
sikap yang termasuk respons adaptif :
a. Menyendiri yaitu merenungkan sesuatu yang telah dilakukan
dilingkungan sosial dan cara untuk mengintrospeksi diri untuk
menentukan langkah berikunya.
b. Otonomi merupakan kemampuan seseorang untuk mencurahkan
pikiran, perasan dalam hubungan sosial.
c. Bekerjasama, merupakan kemampuan individu yang saling
membutuhkan satu sama lain.
d. Interdependen, saling ketergantungan merupakan suatu
hubungan interpersonal yang saling ketergantungan antara
seorang dengan yang
e. Lain
 Respon Maladaptif
Respons yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan disuatu
tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon maladaptif
a. Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang
menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka
dengan orang lain.
b. Ketergantungan ini terjadi bila individu gagal mengembangkan
rasa percaya diri.
c. Manipulasi merupakan suatu sikap yang hanya berorientasi pada
diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada oran lain,
orang lain diperlakukan seperti objek.
d. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap
orang lain (Stuart, 2006).
3. Tanda Gejala

Menurut Pusdiklatnakes (2012) tanda dan gejala isolasi sosial


dapat dinilai dari ungkapan klien yang menunjukkan penilaian negatif
tentang hubungan sosial dan didukung dengan data observasi :
a. Data subjektif
Pasien mengungkapkan tentang :
1. Perasaan sepi
2. Perasaan tidak aman
3. Perasaan bosan dan waktu terasa lambat
4. Ketidakmampuan berkonsentrasi
5. Perasan ditolak
b. Data objektif
1. Banyak diam
2. Tidak mau bicara
3. Menyendiri
4. Tidak mau berinteraksi
5. Tampak sedih
6. Kontak mata kurang
7. Muka datar
4. Penyebab

Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu
terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan
hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang dan juga
dapat menciderai diri sendiri (Carpenito-Moyet, 2006)

a. Faktor Predisposisi
1. Faktor Perkembangan Tiap gangguan dalam pencapaian tugas
perkembangan akan mencetuskan seseorang sehingga
mempunyai masalah respon maladaptif. Sistem keluarga yang
terganggu dapat menunjang perkembangan respons sosial
maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang
mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil
memisahkan dirinya dari orang tua.
2. Faktor Biologik Faktor genetik dapat menunjang terhadap
respons sosial maladaptif. Ada bukti terdahulu tentang
terlibatnya neurotransmiter dalam perkembangan gangguan ini,
namun tetap masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
3. Faktor Sosiokultural Isolasi sosial merupakan faktor dalam
gangguan berhubungan. Ini akibat dari norma yang tidak
mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti
lansia, orang cacat, dan berpenyakit kronik (Stuart, 2006).

b. Faktor Pencetus
Stresor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan
yang penuh stres seperti kehilanga, yang mempengaruhi kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan
ansietas. Stresor pencetus dapat dikelompokkan dalam kategori :
1. Stresor sosiokultural, merupakan stres yang dapat ditimbulkan
oleh menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari
orang yang berarti didalam kehidupannya.
2. Stresor psikologik, ansietas berat yang berkepanjangan terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk
mengatasinya
3. Stresor biologik, merupakan stresor karena adanya faktor
genetik atau keturunan (Stuart, 2006).
5. Akibat

Klien Isolasi Sosial ditandai dengan menganggap dirinya tidak mampu


untuk melakukan apa yang dimiliki orang lain, merasa dirinya tidak
mempunyai kelebihan apapun sehingga menyebabkan dirinya menjadi
minder dan mengisolasi diri.
Dampak yang ditimbulkan dari Isolasi Sosial meliputi
a. Gangguan persepsi sensori: halusinasi

b. Risiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain,


lingkungan dan verbal)

c. Defisit perawatan diri


(Damaiyanti & skandar 2014)
C. Penatalaksanaan Penjelasan singkat tentang Psikofarmaka, Psikoterapi

1. Terapi Medis

Berupa Therapy farmakologi :


a. Clorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai
norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi -
fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku
yang aneh atau, tidak terkendali,
b. Haloperidol (HLD)
Indikasi : Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam
fungsi netral serta dalam fungsi kehidupan sehari –hari.
c. Trihexy phenidyl (THP)
Indikasi:Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis
dan idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan
fenotiazine
2. Electro convulsif therapy

Electro convulsif therapi (ECT) atau yang lebih dikenal dengan


elektroshock adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energi
shock listrik dalam usaha pengobatannya. Biasanya ECT ditujukan untuk
terapi pasien gangguan jiwa yang tidak berespon kepada obat psikiatri
pada dosis terapinya. ECT pertama kali diperkenalkan oleh 2 orang
neurologist Italia Ugo Cerlitti dan Lucio Bini pada tahun 1930.
3. Terapi Keterampilan Sosial (Social skill Tarining)
a. Pengertian keterampilan sosial
keterampilan sosial mempunyai makna sebagai keterampilan
individu dalam mengungkapkan perasaan baik perasaan positif maupun
perasaan negatif dalam hubungannya dengan orang lain tanpa
kehilangan penguatan sosial dan dalam berbagai ragam hubungan
dengan orang lain yang mencakup respon verbal dan non verbal.
Bellack, 2012), Morgan (dalam Cartledge, 2009) mengatakan bahwa
keterampilan sosial merupakan keterampilan untuk mencapai tujuan
yang dimiliki seseorang melalui hubungan dengan orang lain.
Hubungan dengan orang lain tersebut merupakan sarana dalam
mencapai tujuan hidup seseorang. Seseorang yang terampil
berhubungan dengan orang lain, maka ia akan lebih berhasil dalam
mencapai tujuannya.
Kelly (2003), menjelaskan keterampilan sosial sebagai perilaku-
perilaku yang dipelajari, yang digunakan oleh individu pada
situasi-situasi interpersonal dalam lingkungan. Menurut Comb (2007),
keterampilan sosial merupakan keterampilan untuk berinteraksi dengan
orang lain dalam satu konteks sosial dengan suatu cara yang spesifik
yang secara sosial dapat diterima atau dinilai dan menguntungkan orang
lain
Keterampilan sosial menurut Mu’tadin (dalam Zainun, (2006) adalah
keterampilan atau kecakapan yang dimiliki seseorang untuk
menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan lingkungannya yang
meliputi keterampilan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan
orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, memberi dan
menerima kritik yang diberikan orang lain. Berdasarkan penjelasan di
atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan sosial adalah
keterampilan individu dalam mengungkapkan perasaan baik positif
maupun negatif serta keterampilan untuk berinteraksi dengan orang
lain dalam konteks social.
b. Tujuan Keterampilan Sosial
Menurut Nihayati, (2017) social skill training bertujuan :
1. Meningkatkan kemampuan seseorang untuk
mengekspresikanapa yang dibutuhkan dan diinginkan
2. mampu menolak dan menyampaikan adanya suatu masalah.
3. Mampu memberikan respon saat berinteraksi sosial
4. Mampu memulai interaksi
5. Mampu mempertahankan interaksi yang telah terbina
c. Manfaat Terapi Social Skill Training
Social skill training sangat efektif digunakan untuk meningkatkan
kemampuan seseorang untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan
orang lain di sekitar maupun di lingkungannya, meningkatkan harga
diri, meningkatkan kinerja dan menurunkan tingkat kecemasan
(Yosep, 2010)
d. Tahapan Pelaksanaan Social Skills Training
Secara khusus ada 4 (empat) tahapan yang dapat dikembangkan
dalam social skill training pada schizophrenia menurut Bellack, dkk.,
(2004), yaitu keterampilan mendengarkan orang lain, mengajukan
permintaan, mengekspresikan perasaan menyenangkan maupun yang
tidak menyenangkan yang dikembangkan dalam pelaksanaan social
skill training, yaitu:
a. Modeling. Demonstrasi perlu dilakukan oleh beberapa co terapis
agar subjek memahami dan dapat mengaplikasikan keterampilan
sosial yang telah dimodelingkan.
b. Role play, terapis melakukan salah satu keterampilan sosial yang
sering ditemui dalam berinteraksi.
c. Feedback and social reinforcement.
Terapis memberikan umpan balik dengan cara yang baik, tidak
bermaksud menyudutkan subjek atau menolak subjek, tetapi lebih
mengarahkan subjek ke perilaku yang lebih baik.
d. Homework.
Terapis meminta subjek mengaplikasikan keterampilan sosial dalam
kehidupan sehari-hari, hal ini dianggap sebagai pekerjaan rumah
bagi subjek.
Pelaksanaan Social skills training (SST) pada pasien isolasi sosial
perlu dilakukan seleksi pasien yang akan diberikan terapi individu.
Adapun kriteria klien yang memenuhi sebagai berikut:
a. Tidak atau jarang komunikasi
b. Menolak untuk melakukan hubungan dengan orang lain
c. Individu dengan Tidak ada/ jarang melakukan kontak mata
d. Individu menjauh dari individu lain
e. Sering berdiam diri di dalam kamar
f. Tidak melakukan aktivitas di kehidupan sehari-hari
g. Individu tidak mempunyai teman dekat
h. Tampak sedih dan efek tampul
D. Pohon Masalah

Pohon masalah keperawatan pada pasien dengan gangguan hubungan sosial :

menarik diri dapat digambarkan sebagai berikut (prabowo, 2014)

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi effect

Isolasi Sosial Core Problem

Causa
Harga Diri Rendah

E. Asuhan Keperawatan

1. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul dan Data yang Perlu Dikaji
a. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
1) Resiko Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

2) Isolasi Sosial
3) Harga Diri Rendah
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu cara untuk mengidentifikasi dan
mengatas kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah actual
(Prabowo,2014)
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
dengan isolasi sosial menurut damayanti & Iskandar (2012) :
a. Isolasi Sosial
b. Harga Diri Rendah
c. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinas
3. Rencana keperawatan NCP
Diagnosa Perencanaan
Keperawata Tujuan Umum Tujuan Khusus (TUK) Intervensi
n
Isolasi Sosial Pasien 1. Klien dapat membina 1. Bina hubungan saling percaya den
:
berinteraksi hubungan saling perc gan menggunakan priinsip komuni
dengan orang aya kasi trapeutik
lain sehingga 2. Sapa klien dengan ramah baik ver
tidak terjadi bal maupun non verbal.
menarik diri 3. Perkenalkan diri dengan sopan
dari lingkungan 4. Tanyakan nama lengkap klien dan
nama panggilan yang disukainya
5. Jelaskan maksud dan tujuan perte
muan
6. Jelaskan tentang kontrak yang aka
n dibuat
7. Beri rasa aman dan sikap empati

2. Klien dapat mengide 1. Diskusikan kemampuan dan aspek


ntifikasi kemampuan positif yang dimiliki klien dan bua
dan aspek positif yan t daftarnya
g dimiliki 2. Setiap bertemu klien dihindarkan
dari memberi penilaian negatif
3. Utamakan memberikan pujian yan
g realistik
3. Klien dapat menyebu
1. Jelaskan keuntungan punya teman
tkan keuntungan berh
dan bercakap-cakap
ubungan dengan oran
2. Kerugian tidak punya teman dan ti
g lain dan kerugian ti
dak bercakap-cakap
dak berhubungan den
3. Latih cara meminta tolong dengan
gan orang lain
anggota keluarga
4. Masukkan pada jadwal kegiatan h
arian untuk latihan meminta tolon
4. Klien dapat menetap
g kepada anggota keluarga
kan dan merencanaka
n kegiatan sesuai den
gan kemampuan yan 1. Minta klien untuk memilih satu ke
g dimiliki giatan yang mau dilakukan diruma
h
2. Bantu klien kalau perlu beri conto
h
3. Beri pujian atas keberhasilan kerja
4. Rencanakan bersama klien aktifita
s yang dapat dilakukan ssetiap hari
sesuai kemampuan, buat jadwal
- Kegiatan mandiri
- Kegiatan dengan banttuan
sebagian
- Kegiatan yang membutuhk
5. Klien dapat mengung
an bantuan total
kapkan perasaannya
setelah berhubungan
1. Dorong klien untuk mengungkapk
dengan orang lain
an perasaannya bilaberhubungan d
engan orang lain
2. Diskusikan dengan klien tentang p
erasaan masnfaat berhubunganden
gan orang lain.
3. Beri reinforcement positif atas ke
mampuan klien mengungkapkan p
erasaan manfaat berhubungan den
gan orang lain
6. Klien dapat memberd
ayakan sistem pendu
kung atau keluarga
1. Beri pendidikan kesehatan kepada
keluarga tentang cara merawat kli
en dengan isolasi sosial
2. Jelaskan cara pelaksanaan jadwal
kegiatan klien dirumah
3. Anjurkan memberi pujian pada kli
en setiap berhasil

4. Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan.sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu mevalidasi dengan singkat, apakah rencana
tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh pasien saat ini. Semua
tindakan yang telah dilaksanakan beserta respons pasien di
dokumentasikan. (Prabowo, 2014)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu: Evaluasi
Proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan
tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan antara respons pasien dan tujuan khusus serta umum
yang telah ditentukan (Prabowo, 2014)
Menurut prabowo, (2014) evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan SOAP sebagai pola pikir adalah
a. S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan menanyakan: “bagaimana
perasaan ibu setelah latihan napas dalam”
b. O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku
pasien pada saat tindakan dilakukan.
c. A : Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah
baru atau ada data yang kontrakdiksi dengan masalah yang ada.
d. P : Perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisis
pada respons pasien yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan
tindakan lanjut oleh perawat.
Rencana tindakan lanjut dapat berupa:
1) Rencana diteruskan jika masalah tidak berubah
2) Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan
sudah dijalankan tetapi hasil belum memuaskan
3) Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak
belakang dengan masalah yang ada serta diagnosa lama
dibatalkan.
4) Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan
yang diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan
kondisi yang baru.

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA SDR.I


DENGAN ISOLASI SOSIAL
A. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 17 Juli 2023 jam 11.00 WIB
a. Identitas pasien
Inisial : sdr.I
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Laki Laki
Pekerjaan : petani
Alamat : Ds Balun 01/09 Cepu
No RM : 0000617
Dx. Medis : Skizofrenia
b. Identitas Penanggung Jawab
Inisial : Ny. P
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Petani
Alamat : Ds. Balun 01/09 Cepu
Hub. Dengan pasien : Ibu
c. Keluhan utama saat dikaji
Keluarga klien mengeluh kalau klien merasa enggan untuk berinteraksi
dengan orang lain, klien juga merasa malu untuk bertemu dengan orang
lain, keluarga klien mengatakan sering dikamar sendiri dan melamun, ia
malas melakukan kegiatan yang ada dirumahnya, klien merasa bingung
ketika diajak kenalan dengan orang lain dan tidak tau mulai dari mana
dengan apa yang akan dibicarakan. Keluarga terkadang mengajak klien
untuk berinteraksi dengan tetangga sekitar, tetapi klien tetap tidak mau dan
mengatakan ia merasa malu bertemu dengan orang dengan alasan takut
diejek tentang fisiknya
d. Faktor Presipitasi dan Prediposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu : ( ) ya,( ) tidak
2. Pengobatan sebelumnya : ( ) berhasil ( ) kurang berhasil ( )
tidak berhasil
3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ? ( ) ya ( )
tidak
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?
(perceraian/perpisahan/konflik dsb)
Dibully teman sekolahnya waktu SD
e. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum : Composmentis
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130 / 90 mmhg
Nadi : 88 /menit
Suhu : 36,5 0c
Pernafasan : 20 /menit

c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Bentuk mesochepal, tidak ada benjolan, kulit kepala kurang bersih
dan tidak ada lesi, rambut berantakan dan mudah rontok, rambut
tidak rapi
2) Mata
Konjungtiva tidak anemis, sklera tak ikterik, lensa mata bersih,
fungsi penglihatan baik tidak ada gangguan, mata sering menunduk
kebawah
3) Telinga
Daun telinga tak ada deformitas, liang telinga kotor, tak ada
serumen, tidak ada nyeri tekan pada telinga dan tidak ada
gangguan pendengaran.
4) Hidung
Bersih, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung dan
fungsi pernafasan baik.
5) Mulut dan Gigi
Rahang klien mengatup, tidak ada stomatitis, mukosa bibir kering,
tidak terdapat caries gigi, tidak ada gigi palsu, gigi kuning Nampak
dari klien kurang menjaga kebersihan dan bau.
6) Leher dan Tenggorok
Leher tidak ada lesi, bersih, tidak terdapat pembesaran kelenjar
tiroid.
7) Ekstrimitas
Atas kanan : bebas bergerak, sering mengepalkan tangan
Atas kiri : bebas bergerak, sering mengepalkan tangan.
Bawah kanan : bebas bergerak terkoordinasi, tidak ada lesi, tidak
ada edema.
Bawah kiri : bebas bergerak terkoordinasi, tidak ada lesi, tidak ada
edema.

f. Pengkajian Psikososial
a. Genogram

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Serumah
: Meninggal

b. Konsep Diri
1) Gambaran diri
Sdr.I merasa dirinya tidak tidak pantas berinteraksi dengan orang
ataupun tetangganya merasa tidak percaya diri
2) Identitas Diri
Sdr.I adalah anak ketiga dari empat bersaudara
3) Peran
klien mengatakan bahwa dirinya tidak berguna, karena tidak bisa
membantu orangtunya untuk bekerja dikebun, dan membantu
adiknya mengerjakan pekerjaan rumah
4) Ideal diri
klien mengatakan ingin sembuh dan tidak malu lagi untuk keluar
dari rumah dan bersosialisasi dengan tetangga.
5) Harga diri
klien merasa tidak mampu, tidak berguna, dan putus asa dan tidak
percaya diri
c. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti : klien memiliki orang orang terdekat sebagai
tempat mengadu dan meminta pertolongan yaitu ibu dan adik klien
2) Peran serta kegiatan kelompok/ masyarakat : klien malas mengikuti
kegiatan masyarakat yang ada disekitar lingkungan klien
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : klien merasa
enggan untuk bersosialisasi dengan orang lain, dan malu untuk
keluar dari rumah
d. Nilai, Keyakinan dan Spiritual
klien mengatakan jika dia beraga islam, dan yakin bahwa yang
menciptakan dirinya adalah Tuhan
e. Status mental
1) Penampilan
Tidak rapi. Klien mengenakan baju yang kurang rapi rambut agak
berantakan tidak rapi.
2) Pembicaraan
Klien hanya menjawab pertanyaan dengan mengangguk dan
menggeleng tidak bisa memulai pembicaraan
3) Aktivitas Motorik
Klien tampak malas dan tersinggung apabila ditanyakan masa
lalunya
4) Alam Perasaan
Klien sedih jika membicarakan masa lalunya
5) Afek
Afek klien tumpul, saat diajak berinteraksi ekpresi klien kurang
respon,
6) Interaksi Selama Wawancara
pada saat diajak interaksi klien lebih sering menunduk
7) Persepsi
tidak ada mengalami gangguan persepsi
8) Proses Pikir
saat berinteraksi tiba tiba klien menghetikan pembicaraanya dan
kemudian melanjutkan kembali
9) Isi Pikir
tidak ada mengalami gangguan isi pikir.
10) Tingkat Kesadaran
Binggung
11) Memori
lupa dengan teman temannya sewaktu SD dan tetangganya yang
sudah lama marantau dan kembali lagi
12) Tingkat Konsentrasi
Mudah beralih
13) Kemampuan Penilaian
( ) Gangguan ringan ( ) Gangguan Bermakna
14) Daya Tilik Diri
Klien tidak mengingkari penyakit yang diderita.
15) Kegiatan didalam rumah :
Mempersiapkan makan : ( ) ya ( ) tidak
Menjaga kerapihan rumah : ( ) ya ( ) tidak
Mencuci pakaian : ( ) ya ( ) tidak
Mengatur keuangan : ( ) ya ( ) tidak
Semua kegiatan diatas masih dilakukan oleh keluaraga yaitu ibu
dan adik klien
16) Kegiatan diluar rumah :
Bekerja :( ) ya () tidak
Transportasi : ( ) ya ( ) tidak
Lain-lain :( ) ya ( ) tidak
Klien kadang membantu ayah dan ibunya diladang
f. Mekanisme koping
Adaptif
( ) Bicara dengan orang lain
( ) Mampu menyelesaikan masalah ( ) Tehnik relaksasi ( ) Aktivitas
konstruktif
( ) Mencederai diri/orang lain/barang ( ) Lain-lain
Maladaptif
( ) Minum alkohol
( ) Reaksi lambat/ berlebihan ( ) Bekerja berlebihan ( ) Menghindari
Jelaskan; jika diajak berdiskusi atau meminta sesuatu reaksi klien
sangat lambat

g. Aspek medis
Diagnosa medis
Skizofrenia
B. Analisa data

Daftar masalah yang perlu dikaji pada kasus perilaku kekerasan adalah
sebagai berikut :

Tgl/ Jam Data fokus Diagnosis Paraf

17-7-2023 DS: Masalah utama :


11.00 WIB  Klien mengatakan lebih senang berada Isolasi Sosial
dikamar seharian
 Keluarga klien mengeluh kalau klien merasa
enggan untuk berinteraksi dengan orang lain
 keluarga klien mengatakan klien sering
dikamar sendiri dan melamun
 keluarga mengatakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari hari masih dibantu oleh
keluarga
DO:
 Klien merasa bingung ketika diajak kenalan
dengan orang lain dan tidak tau mulai dari
mana dengan apa yang akan dibicarakan.
 Saat wawancara kontak mata kurang dan klien
banyak menunduk
 Klien memiliki afek tumpul hanya mau
berbicara jika diberi stimulus emosi yang kuat.

C. Pohon Masalah

Gangguan persepsi sensori effect

Isolasi sosial
Core problem

Harga Diri Rendah causa


D. Diagnosa Keperawatan

Isolasi Sosial

E. Rencana Tindakan Keperawatan

TGL/JAM Perencanaan

Diagnosis Tujuan Khusus (TUK) Intervensi Rasional

Klien dapat berinteraksi 1. Bina hubungan saling percaya dengan men Hubungan saling percaya merupaka
Senin Isolasi sosial
dengan orang lain sehingga ggunakan priinsip komunikasi trapeutik n dasar untuk hubungan interaksi sel
tidak terjadi menarik diri dari 2. Sapa klien dengan ramah baik verbal maup anjutnya
17 juli 2023
lingkungan un non verbal.
Jam 12.00 TUK 1: Klien dapat membina 3. Perkenalkan diri dengan sopan
hubungan saling percaya 4. Tanyakan nama lengkap klien dan nama pa
nggilan yang disukainya
5. Jelaskan maksud dan tujuan pertemuan
6. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
7. Beri rasa aman dan sikap empati

TUK 2 :Klien dapat mengide 1. Identifikasi penyebab isolasi sosial, dengan 1. Diskusikan tingkat kemampuan
ntifikasi kemampuan dan asp siap serumah, orang terdekat, yang tidak de klien seperti menilai realitas kon
ek positif yang dimiliki kat, dan apa penyebabnya. trol diri atau integritas egodiperl
2. Diskusikan kemampuan dan aspek positif y ukan sebagai dasar asuhan keper
ang dimiliki klien dan buat daftarnya awatan
3. Setiap bertemu klien dihindarkan dari mem 2. Reinforcemen positif akan meni
beri penilaian negatif ngkatkan harga diri klien
4. Utamakan memberikan pujian yang realisti
k
TUK 3: Klien dapat menyebu 1. Jelaskan keuntungan punya teman dan berc Mencoba mendekatkan klien dengan
tkan keuntungan berhubunga akap-cakap lingkungan yang dihadapi dengan ca
n dengan orang lain dan keru 2. Kerugian tidak punya teman dan tidak berc ra memberikan pengertian dari inter
gian tidak berhubungan deng akap-cakap aksi dengan orang lain serta lingkun
an orang lain 3. Latih cara meminta tolong dengan anggota gan.
keluarga
4. Masukkan pada jadwal kegiatan harian unt
uk latihan meminta tolong kepada anggota
keluarga
TUK 4 :Klien dapat menetap 1. Minta klien untuk memilih satu kegiatan ya 1. Klien adalah individu yang berta
kan dan merencanakan kegiat ng mau dilakukan dirumah nggung jawab terhadap dirinya s
an sesuai dengan kemampuan 2. Bantu klien kalau perlu beri contoh endiri
yang dimiliki 3. Beri pujian atas keberhasilan kerja 2. Klien perlu bertindak secara real
4. Rencanakan bersama klien aktifitas yang d istis dalam kehidupannya
apat dilakukan ssetiap hari sesuai kemamp 3. Contoh peran yang dilihat klen a
kan memotifasi klien untuk mela
uan, buat jadwal ksanakan kegiatan
- Kegiatan mandiri

- Kegiatan dengan banttuan sebagia


n
- Kegiatan yang membutuhkan bant
uan total

TUK 5: Klien dapat mengung 1. Dorong klien untuk mengungkapkan peras Mengekspresikan perasaan klien
kapkan perasaannya setelah b aannya bila berhubungan dengan orang lai setelah melakukan interaksi
erhubungan dengan orang lai n dengan orang lain baik yang
n 2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan sudah dikenal maupun baru
manfaat berhubungandengan orang lain. dikenal oleh klien
3. Beri reinforcement positif atas kemampuan
klien mengungkapkan perasaan manfaat be
rhubungan dengan orang lain
TUK 6: Klien dapat memberd 1. Beri pendidikan kesehatan kepada keluarg 1. Mendorong keluarga akan
ayakan sistem pendukung ata a tentang cara merawat klien dengan isolas sangat berpengaruh
u keluarga i sosial dalammempercepat proses
2. Jelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan penyembuhan
klien dirumah 2. Meningkatkan peran serta
3. Anjurkan memberi pujian pada klien setiap keluarga dalam merawat klien
berhasil dirumah
4. latih kegiatan untuk meminta tolong dalam
melakukan pekerjaan rumah terhadap angg
ota keluarga

F. Catatan Keperawatan

NO HARI/TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
1 Senin ISOLASI SOSIAL 1. Membina hubungan saling S:
17 juli 2023 percaya, 1. klien mengatakan tidak mau
jam 12.00 2. Membantu pasien menyadari berkenalan dengan orang lain klien
masalah isolasi sosial, mengatakan tidak tau keuntungan
3. Menjelaskan pentingnya punya berinteraksi dengan orang lain
teman untuk bercakap cakap O: .
1. klien tampak menyendiri
2. klien tidak mau bergauL dengan
keluarganya
3. klien tidak bisa menyebutkan kembali
keuntungan berinteraksi dengan orang
lain
A: Masalah belum teratasi
P: Optimalkan kemampuan isolasi
sosial yaitu
melatih klien cara berkenalan
2 Selasa 1. Mendorong klien untuk mengun S:
18-7-2023 gkapkan perasaannya bila berhu 1. klien mengatakan sudah bisa
Jam 12.00 bungan dengan orang lain berinteraksi dengan keluarga dan
2. Mendiskusikan dengan klien ten orang lain
tang perasaan manfaat berhubun 2. klien megatakan sudah tahu
gandengan orang lain keuntungan dari berinteraksi
3. melatih kegiatan untuk memin O: klien bisa menyebutkan
ta tolong dalam melakukan pek keuntungan dari interaksi
erjaan rumah terhadap anggota A: klien mampu mengidentifikasi
keluarga keuntungan dari interkasi
4. membantu membuat jadwal kegiat P:optimalkan SP meminta tolong dalam
an harian melakukan pekerjaan rumah kepada
anggota keluarga

Rabu 1. melatih klien untuk meminta S:


19-7-2023 tolong dalam melakukan 1. Klien mengatakan sudah bisa
Jam 12.00 pekerjaan rumah terhadap meminta tolong kepada anggota
anggota keluarga keluarga jika membutuhkan
2. melatih klien memuji orang pertolongan
yang sudah memberikan 2. Klien sudah bisa mengucapkan
pertolongan terimakasih dan memberikan pujian
memasukkan jadwal kegiatan kepada anggota keluaga yang sudah
harian memberikan pertolongan
O:
1. Klien sudah bisa berinteraksi dengan
anggota keluarga dengan baik
2. Klien sudah bisa menyebutkan
keuntungan berinteraksi dengan
keluarga.
A: klien mampu berinteraksi dengan keluarga
P: optimalkan SP 3
LAMPIRAN
A. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP) Isolasi Sosial
1. Pertemuan ke 1
a. Proses keperawatan
1) Kondisi klien
Sdr. I menunduk saat diajak bicara , dengan rambut berantakan
tidak rapi,saat diajak komunikasi hanya mengangguk dan tidak
bersuara memegang tangan dan menggenggam tangan
2) Diagnosa keperawatan
Isolasi Sosial
3) TUK :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 15 menit
interaksi, diharapkan :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Ekspresi wajah bersahabat menunjukkan rasa senang
c. Mau berjabat tangan
d. Mau menjawab salam
e. Klien mau duduk berdampingan dengan perawat
f. Mau mengutarakan masalah yang dihadapi
4) Tindakan
Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasai terapeutik :
a. Menyapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Memperkenalkan diri dengan sopan
c. Menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
d. Menjelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Menunjukkan sifat empati dan menerima klien apa adanya
b. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1) Oreintasi
a) Salam terapeutik
”selamat siang mas?”
”bagaimana perasaan mas, boleh saya temeni?...”
”Sedang apa, kenalan dulu ya?...”
“ Selamat siang mas, perkenalkan nama saya tina saya senang
dipanggil tina, saya mahasiswa yang sedang bertugas di
Puskesmaas Cepu
b) Evaluasi/validasi
”bagaimana perasaan mas siang ini?...”
”coba ceritakan perasaan mas, mungkin saya bisa bantu?...”
c) Kontrak
1) Topik
“Siapa nama mas? mas senang dipanggil siapa ?”
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang sebentar “
2) Waktu
“mas mau berapa lama ? bagaimana kalau 15 menit ?”
3) Tempat
“mas mau berbincang-bincang dimana ?”
2) Kerja
a) “Dimana alamat tempat tinggal mas ?”
b) “Di rumah mas tinggal dengan siapa ?”
c) “mas berapa bersaudara ?”
d) “Apakah mas sudah menikah ?”
e) “Apa yang mas lakukan sehari-hari di rumah ?”
f) “Didalam keluarga , mas lebih dekat dengan siapa ?”
3) Terminasi
a) Evaluasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang dan
berkenalan dengan saya tadi mas ?”
2) Evaluasi objektif
“Apakah mas masih ingat dengan nama saya ?”
Klien dapat menyebutkan nama perawat, klien dapat
menjawab salam perawat,
klien mau berjabat tangan dengan perawat.
b) Rencana tindak lanjut
“mas besok kita berbincang-bincang lagi ya?”
c) Kontrak yang akan datang
1) Topik
“ Baiklah mas, bagaimana kalau nanti kita berbincang-
bincang lagi ? apakah mas mau ?”
2) Waktu
“mas mau berbincang-bincang jam berapa ?” “bagaimana
kalau jam 12.15 mas ?”
3) Tempat
“Untuk tempat nanti kita tentukan bersama ya mas”
2. Pertemuan ke 2
a. Proses Keperawatan
1) Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan tidak suka bergaul
DO : Klien tampak menyendiri, klien tampak lebih suka diam,
kontak mata klien kurang.
2) Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
3) Tujuan
Setelah dibrikan asuhan keperawatan selama 1 x 15 menit interaksi,
diharapkan : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
4) Tindakan
a) Mengidentifikasi penyebeb isolasi sosial.
b) Bediskusi dengan klien tentang keuntungan bila berhubungan
dengan orang lain.
c) Berdiskusi dengan klien tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain.
d) Mengajarkan klien cara berkenalan.
e) Menganjurkan klien untuk memasukkan kegiatan latihan
berkenalan ke dalam kegiatan harian.
b. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
1) Fase Orientasi
a) Salam terapeutik
“ Selamat siang mas, perkenalkan nama saya Agustina saya
senang dipanggil tina, saya mahasiswa yang sedang bertugas di
Puskesmas Cepu”.
b) Evaluasi/validasi
“Bagaimana keadaan mas hari ini, apakah masih ingat dengan
saya ?”
c) Kontrak
1) Topik
“Pertemuan kali ini kita akan berbincang mengenai penyebab
mas menyendiri, apakah mas mau berbincang dengan saya ?”
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang sebentar “
2) Waktu
“mas mau berapa lama ? bagaimana kalau 15 menit ?”
3) Tempat
“Ibu mau berbincang-bincang dimana ?”
2) Fase Kerja
a) “Sekarang coba mas ceritakan masalah yang mas hadapi saat ini?”
b) “Apakah dirumah mas sering menyendiri ?”
c) “Kalau boleh saya tahu apa alasan mas sering menyendiri ?”
d) “Bisakah mas menyebutkan sebab-sebab mas menyendiri ?”
e) “Apakah mas tahu apa saja keuntungan bila mas berinteraksi
dengan orang lain ?”
f) “Apakah mas juga sudah tahu apa saja kerugian mas tidak
berinterasi dengan orang lain ?”
g) “ Bagaimana kalau kita belajar cara berkenalan dengan orang
lain ? apakah mas mau ?”
3) Fase Terminasi
a) Evaluasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang dan
berkenalan dengan saya tadi mas ?”
2) Evaluasi objektif
Klien mengatakan tidak suka bergaul dan berkenalan dengan
orang lain, klien dapat menyebutkan sebab klien menyendiri
karena klien malu untuk keluar rumah, klien hanya diam saat
ditanya keuntungan kerugian berinteraksi dengan orang lain.
b) Rencana tindak lanjut
“Bagaimana kalau mas mengingat kembali penyebab mas
menyendiri yang lainnya. Saya akan memberi tahu kalau misalnya
keuntungan berinteraksi dengan orang lain adalah mas banyak
punya teman, dan kalu kerugiantidak berinteraksi dengan orang
lain mas bisa tidak mempunyai teman. mas bisa memasukkan cara
berlatih berinteraksi dengan orang lain kedalam kegiatan harian
mas”
c) Kontrak yang akan datang
1) Topik
“ Bagaimana kalau besok kita berlatih berkenalan dengan
seorang mas ?”
2) Waktu
“mas mau berbincang-bincang jam berapa ?” “bagaimana kalau
jam 12.00 mas?”
3) Tempat
“Untuk tempat nanti kita tentukan bersama ya mas”
3. Pertemuan ke 3
a. Proses Keperawatan
1) Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan lebih senang menyendiri.
DO : Klien tampak menyendiri, klien tampak lebih suka diam.
2) Diagnosa Keperawatan Isolasi Sosial
3) Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 15 menit
interaksi, diharapkan : Klien diharapkan dapat melakukan interaksi
dengan seorang perawat
4) Tindakan
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b) Memberikan kesempatan pada klien mempraktikkan cara
berkenalan dengan seorang perawat
c) Melatih klien berinteraksi secara bertahap
d) Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan
harian
b. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
1) Fase Orientasi
a) Salam terapeutik
“ Selamat sore mas, perkenalkan nama saya tami saya senang
dipanggil tami, saya mahasiswa yang sedang bertugas di
Puskesmaas Tunjungan”.
b) Evaluasi/validasi
“Bagaimana keadaan mas hari ini, apakah mas masih ingat
dengan saya ?”
c) Kontrak
1) Topik
“Pertemuan kali ini kita akan belajar untuk berkenalan dengan
seorang perawat. Apakah mas mau berbincang dengan saya ?”

2) Waktu
“mas mau berapa lama ? bagaimana kalau 15 menit ?”
3) Tempat
“mas mau berbincang-bincang dimana ?”
2) Fase Kerja
a) “Menurut mas kalau kita ingin berkenalan apa yang harus kita
lakukan ?”
b) “Perlukah kita berjabat tangan ?”
c) “Bagus sekali apa yang mas katakanan ”
d) “Apa saja yang perlu kita tanyakan ?”
e) “Betul sekali kita tanyakan nama,nama panggilan dan asal ”
f) “Bagaimana kalau kita praktikkan sekarang ?”
g) “Perkenalkan nama saya perawat tamibisa dipanggil tina”
h) “Asal perawat dari Blora, asal mas dari mana ?”
i) “Bagaimana mas, apakah mas mau mencoba ?”
3) Fase Terminasi
a) Evaluasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang dan
berkenalan dengan saya tadi mas ? apakah mas senang
bisa berkenalan dengan orang lain ?”
2) Evaluasi objektif
Klien mengatakan tadi melakukan latihan berkenalan , klien
mengatakan cara berkenalan dengan bertanya nama
lengkap, nama panggilan, dan asal, klien tampa senag
berkenalan dengan perawat, klien tmpak mampu
mempraktikkan cara berkenalan, kontak mata klien sudah
mulai membaik.
b) Rencana tindak lanjut
“Nanti mas bisa memasukkan kegiatan berkenalan dengan
perawat ke dalam kegiatan harian mas. Besok kita bertemu lagi
ya mas, kita akan mempraktikkan cara berkenalan dengan 2
orang atau lebih. Apakah mas bersedia ?”
c) Kontrak yang akan datang
1) Topik
“ Bagaimana kalau besok kita mempraktikkan cara
berkenalan dengan 2 orang atau lebih mas ?”
2) Waktu
“mas mau berbincang-bincang jam berapa ?” “bagaimana
kalau jam 12.00 Wmas ?”
3) Tempat
“Untuk tempat nanti kita tentukan bersama ya mas”
4. Pertemuan ke 4
a. Proses Keperawatan
1) Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan tidak suka bergaul
DO : Klien tampak menyendiri, klien tampak lebih suka diam,
kontak mata klien kurang.
2) Diagnosa Keperawatan Isolasi Sosial
3) Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 15 menit
interaksi, diharapkan : Klien dapat menetapkan dan merencanakan
kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
4) Tindakan
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b) Memberikan kesempatan pada klien mempraktikkan cara
brkenalan dengan orang pertama.
c) Melatih klien berinteraksi secara bertahap ( berkenalan dengan
orang kedua dan seterusnya)
d) Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan
harian.
b. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
1) Fase Orientasi
a) Salam terapeutik
“ Selamat siang mas, perkenalkan nama saya tami saya senang
dipanggil tina, saya mahasiswa yang sedang bertugas di
PuskesmaasTunjungan”.
b) Evaluasi/validasi
“Bagaimana keadaan mas hari ini, apakah masih ingat dengan
saya ?”
c) Kontrak
1) Topik
“Pertemuan kali ini kita akan mempraktikkan cara berkenalan
dengan 2 orang atau lebih. Apakah mas bersedia ?”
2) Waktu
“mas mau berapa lama ? bagaimana kalau 15 menit ?”.
3) Tempat
“mas mau berbincang-bincang dimana ?”.
2) Fase Kerja
a) Menurut ibu kalau kita ingin berkenalan apa yang sebaiknya
kita lakukan ?”.
b) “Perlukah kita berjabat tangan ?”.
c) ‘Bagus sekali apa yang mas katakan”.
d) “Apa saja yang perlu kita tanyakan ?”.
e) “benar sekali, kita tanyakan nama lengkap, nama panggilan
dan asal”.
f) “Bagaimana kalau kita praktikkan sekarang ?”.
g) “Perkenalkan nama saya perawat tami bisa dipanggil tina”.
h) “Asal perawat dari Blora, asal mas dari mana ?”.
i) “Bagaimana mas apakah mas mau mencoba ?”.
3) Fase Terminasi
a) Evaluasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang dan
berkenalan dengan saya dan teman saya tadi mas ?”.
2) Evaluasi objektif
Klien tampak mampu berkenalan dengan 2 orang, klien mau
berinteraksi dengan perawat.
b) Rencana tindak lanjut
“Baik mas besok kita bertemu lagi ya mas. mas bisa
memasukkan cara berlatih berinteraksi dengan orang lain
kedalam kegiatan harian mas”
c) Kontrak yang akan datang
1) Topik
“Baiklah mas besok saya akan datang lagi untuk memberikan
penyuluhan pada keluarga mas”.
2) Waktu
“mas mau berbincang-bincang jam berapa ?” “bagaimana
kalau jam 15.00 mas ?”
3) Tempat
“Untuk tempat nanti kita tentukan bersama ya mas”

5. Pertemuan : iv
a. Proses Keperawatan
1) Kondisi Klien
DS :-
DO :-
2) Diagnosa Keperawatan Isolasi Sosial
3) Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 15 menit
interaksi, diharapkan : Keluarga mampu menjelaskan tentang
masalah Isolasi Sosial, penyebab Isolasi Sosial dan cara merawat
pasien dengan Isolasi Sosial.
4) Tindakan
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat klien.
b) Menjelaskan pengertian Isolasi Sosial, tanda dan gejala Isolasi
Sosial, serta proses terjadinya Isolasi Sosial.
c) Menjelaskan cara-cara merawat klien dengan Isolasi Sosial.
b. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
1) Fase Orientasi
a) Salam terapeutik
“ Selamat siang mas, perkenalkan nama saya tami. Saya
mahasiswa yangsedang bertugas di Puskesmaas Cepu, mas
dengan mas siapa ?”.
b) Evaluasi/validasi
“Bagaimana keadaan mas hari ini, apakah saudara mas sering
menyendiri di rumah dan tidak mau diajak berbicara?”
c) Kontrak
1) Topik
“Bagaimana kita sekarang berbincang-bincang tentang
keadaan saudara mas? saya akan menjelaskan masalah yang
dialami oleh saudara mas dan bagaimana cara penanganan
yang mas dan keluarga bisa lakukan untuk membantu
mengatasi masalah saudara mas ?”
2) Waktu
“mas mau berapa lama ? bagaimana kalau 15 menit ?”
3) Tempat
“mas mau berbincang-bincang dimana ?”
2) Fase Kerja
“ Saudara mas mengalami gejala gangguan jiwa yaitu Isolasi
Sosial. Isolasi Sosial adalah kesepian yang dialami oleh individu
dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan
sebagai pernyataan negatif atau mengancam. Orang lain tidak
mengalami yang seperti mas alami. Untuk mengatasinya,
memenuhi kebutuhan sehari-hari, bantukomunikasi yang teratur,
libatkan dalam kelompok. Bagaimana mas ?.
3) Fase Terminasi
a) Evaluasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang dan
berkenalan dengan saya tadi, apakah sudah jelas mas ?”
2) Evaluasi objektif
“Coba sekarang mas jelaskan kembali apa itu isolasi sosial,
cara yang dilakukan untuk mengatasi Isolasi Sosial dan
bagaimana cara perawatannya di rumah !”
b) Rencana tindak lanjut
“Jika anak mas di rumah sering menyendiri coba lakukan cara
yang saya sarankan tadi.”
c) Kontrak yang akan datang
1) Topik
“ Baiklah mas, bagaimana kalau besok kita berbincang-
bincang lagi ? apakah mas mau ?”
2) Waktu
“mas mau berbincang-bincang jam berapa ?” “bagaimana
kalau jam 12.00 mas ?”
3) Tempat
“Untuk tempat nanti kita tentukan bersama ya mas”
6. Pertemuan : vi
a. Proses Keperawatan
1) Kondisi Klien
DS :-
DO :-
2) Diagnosa Keperawatan Isolasi Sosial
3) Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 15 menit
interaksi, diharapkan : Keluarga mampu mempraktikkan cara
merawat klien dengan Isolasi Sosial.
4) Tindakan
a) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien dengan
Isolasi Sosial.
b) Melatih keluarga cara merawat klien dengan Isolasi Sosia
secara langsung
b. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
1) Fase Orientasi
a) Salam terapeutik
“ Selamat sore mas, perkenalkan nama saya tina. Saya
mahasiswa yang sedang bertugas di Puskesmas tunjungan.”.
b) Evaluasi/validasi
“Bagaimana keadaan mas hari ini, apakah saudara mas sering
menyendiri di rumah dan tidak mau diajak berbicara?”
c) Kontrak
1) Topik
“Bagaimana kalau kita sekarang mempraktikkan cara
merawat klien dengan Isolasi Sosial ? apakah mas bersedia?”
2) Waktu
“mas mau berapa lama ? bagaimana kalau 15 menit ?”
3) Tempat
“mas mau berbincang-bincang dimana ?”
2) Fase Kerja
“ Saudara mas mengalami gejala gangguan jiwa yaitu Isolasi
Sosial. Cara melatihnya adalah dengan mengajaknya
berkomunikasi sesering mungkin dan mengikutsertakan klien
dalam kegiatan sehari-hari mas ?.
3) Fase Terminasi
a) Evaluasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan mas setelah berlatih mempraktikkan
cara merawat klien dengan Isolasi Sosial dengan saya tadi,
apakah sudah jelas mas ?”
2) Evaluasi objektif
“Coba sekarang mas praktikkan kembali cara perawatan
pada klien dengan Isolasi Sosial mas!”
b) Rencana tindak lanjut
“Jika saudara mas di rumah sering menyendiri coba lakukan
cara yang saya sarankan tadi.”
c) Kontrak yang akan datang
1) Topik
“ Baiklah mas, bagaimana kalau besok kita berbincang-
bincang lagi ? apakah mas mau ?”
2) Waktu
“mas mau berbincang-bincang jam berapa ?” “bagaimana
kalau jam 12.00 mas ?”
3) Tempat
“Untuk tempat nanti kita tentukan bersama ya mas”
7. Pertemuan : vi
a. Proses Keperawatan
1) Kondisi Klien
DS :-
DO :-
2) Diagnosa Keperawatan Isolasi Sosial
3) Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 15 menit
interaksi, diharapkan : Keluarga mampu membuat jadwal kegiatan
harian, termasuk minum obat.
4) Tindakan
a) Membantu keluarga membuat jadwal harian, termasuk minum
obat.
b. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
1) Fase Orientasi
a) Salam terapeutik
“ Selamat sore mas, perkenalkan nama saya tina. Saya
mahasiswa yang sedang bertugas di Puskesmaas Cepu”.
b) Evaluasi/validasi
“Bagaimana keadaan ibu hari ini, apakah saudara mas sering
menyendiri di rumah dan tidak mau diajak berbicara?”
c) Kontrak
1) Topik
“Bagaimana kalau kita sekarang membuat jadwal harian
untuk saudara mas
termasuk juga jadwal minum obat mas ?”
2) Waktu
“mas mau berapa lama ? bagaimana kalau 15 menit ?”
3) Tempat
“mas mau berbincang-bincang dimana ?”
2) Fase Kerja
“ Saudara mas mengalami gejala gangguan jiwa yaitu Isolasi
Sosial.kita harus membuatkannya jadwal harian agar kegiatan yang
klien lakukan setiap hari dapat kita dapat mengatur kegiatan apa
saja yang boleh dilakukan oleh klien?.
3) Fase Terminasi
a) Evaluasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang
dengan saya tadi, apakah sudah jelas mas ?”
2) Evaluasi objektif
“Coba sekarang mas tuliskan jadwal harian yang akan kita
jadwalkan pada klien mas !”
b) Rencana tindak lanjut
“Jika anak mas di rumah sering menyendiri coba lakukan cara
yang saya sarankan tadi.”
c) Kontrak yang akan datang
1) Topik, waktu, tempat
“ Baiklah mas, lain kali kita bertemu lagi ya mas,
terimakasih atas waktu dan kerjasamanya ya mas, selamat
sore”.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma’rifatul, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa-

Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Infomedia Pustaka

Eyvin, dkk. 2016. Pengaruh Latihan Keterampilan Sosialisasi Terhadap

Kemampuan Berinteraksi Klien Isolasi Sosial Di Rsj Prof. Dr. V. L.

Ratumbuysang Manado

Keliat. B.A dan Akemat. (2007). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.

Jakarta : EGC Kusumawati, Farida, dkk. 2010. Buku Ajar Keperawatan

Jiwa.Jakarta : Salemba Medika

Lubis DL. (2011). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap

Kemampuan Sosialisasi Pasien Isolasi Sosial Di Ruang Kamboja Rumah Sakit

Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Medan.

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Andi

Yustawiningsih (2020).Terapi Social Skill Trainig (SST) Untuk Klien Isolasi

social. Mojokerto: stikes Mojopahit.

Wakhid, Abdul, dkk. 2013. Penerapan Terapi Latihan Ketrampilan Sosial Pada

Klien Isolasi Sosial Dan Harga Diri Rendah Dengan Pendekatan Model

Hubungan Interpersonal Peplau Di Rs Dr Marzoeki Mahdi Bogor


Tanda Tangan Pembimbing Klinik

Tanda Tangan Mahasiswa


(Lasmini, S.Kep. Ns)
NIP. 197601051998032001
Tanda tangan Pembimbing Akademik

(Agustina)
NIM. 202303003

(Gardha Rias Arsy, S.Kep.Ns. M.Kep )


NIDN. 0621059101
LEMPAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATN JIWA ISOLASI SOSIL PADA Tn. I


DIRUMAH RSUD R. SOEPRAPTO CEPU

Telah disetujui Oleh

Tanggal : Juli 2023

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

( Lasmini, S.Kep.Ns ) (Gardha Rias Arsya, S.Kep.Ns M.Kep)


NIP. 197601051998032001 NIDN. 0621059101

Anda mungkin juga menyukai