b. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan
yang penuh stress yang mempengaruhi kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1. Stressor sosiokultural
Menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah dari orang yang
berarti, misalnya perceraian, kematian, perpisahan kemiskinan,
konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) dan
sebagainya.
2. Stressor Psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan dan bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya, misalnya
perasaan cemas yang mengambang, merasa terancam.
Data Subyektif:
1) Mengekpresikan perasaan kesendirian
2) Mengekpresikan perasaan penolakan
3) Minat tidak sesuai dengan umur perkembangan
4) Tujuan hidup tidak ada atau tidak adekuat
5) Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
6) Ekspresi nilai sesuai dengan sub kultur tetapi tidak sesuai dengan
kelompok kultur dominant
7) Ekspresi peminatan tidak sesuai dengan umur perkembangan
8) Mengekpresikan perasaan berbeda dari orang lain
9) Tidak merasa aman di masyarakat
6. Penatalaksanaan
a. Terapi Psikofarmaka
1) Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial
dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental:
faham, halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau
tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari,
tidak mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan
rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi)
antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut,
akathsia sindrom parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe).
Metabolic (Soundiee). Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk
pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit hati,
penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
2) Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi
mental serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek
samping seperti gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung
tersumbat mata kabur , tekanan infra meninggi, gangguan irama
jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah,
epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
3) Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan
idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan
fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut kering,
penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi,
konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi
terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut
sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).
b. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat
diberikan strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan
masing-masing strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu,
perawat mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi dengan
pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan
tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan,
dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang
lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi
jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien
mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu
pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi
jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan
dengan dua orang atau lebih dan menganjurkan pasien memasukkan
ke dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba, dkk. 2008)
c. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami
ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu:
1) Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari yang meliputi:
a) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien
sewaktu bangun tidur.
b) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua
bentuk tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB
dan BAK.
c) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam
kegiatan mandi dan sesudah mandi.
d) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
keperluan berganti pakaian.
e) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada
waktu, sedang dan setelah makan dan minum.
f) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan
dengan kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan
dengan kebersihan pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
g) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan
dapat menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak
menggunakan/menaruh benda tajam sembarangan, tidak
merokok sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya
tanpa tujuan yang positif.
h) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien
untuk pergi tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi
tidur ini perlu diperhatikan karena sering merupakan gejala
primer yang muncul padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang
dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi bagaimana
pasien mau mengawali tidurnya.
d. Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial
pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
1) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya
menegur kawannya, berbicara dengan kawannya dan sebagainya.
2) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa,
menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan
dan sebagainya.
3) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara
dengan orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap
sebagai tanda adanya kesungguhan dalam berkomunikasi.
4) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan
bergaul dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
5) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
6) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata
krama atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun
orang lain.
7) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang
bersifat mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya,
seperti tidak meludah sembarangan, tidak membuang puntung
rokok sembarangan dan sebagainya.
Risiko perilaku
kekerasan terhadap
diri sendiri Akibat
Gambar 2. Pohon masalah isolasi sosial : menarik diri (Keliat, B. A., 2005)
2. Diagnosa Keperawatan
Keliat, B. A. (2005) merumuskan diagnosa keperawatan pada
klien dengan gangguan isolasi sosial : menarik diri, sebagai berikut :
a. Isolasi sosial
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
c. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
d. Koping individu tidak efektif
e. Defisit perawatan diri
f. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
3. Intervensi Keperawatan
Menurut (Workshop Standar Asuhan & Bimbingan
Keperawatan Jiwa RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang, 2007) strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan menggunakan SP, yaitu :
a. Diagnosa 1. Isolasi Sosial
Tujuan:
Dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
I. Pasien
SP 1 (pasien) :
1.1. Membina hubungan saling percaya
1.2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosia pasien.
1.3. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi
dengan orang lain.
1.4. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain.
1.5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang.
1.6. Menganjurkan pasien memasukan kegiatan latihan
berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan
harian.
SP 2 (pasien) :
2.1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2.2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekan cara
berkenalan dengan dua orang.
2.3. Membantu pasien memasukan kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.
SP 3 (pasien) :
3.1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
3.2. Memberikan kesempatan kepada pasien berkenalan dengan
dua orang atau lebih.
3.3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan
harian.
II. Keluarga
SP 1 (keluarga) :
1.1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien.
1.2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang
dialami pasien beserta proses terjadinya.
1.3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi social
SP 2 (keluarga) :
2.1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien
dengan isolasi sosial.
2.2. Melatih keluarga cara merawat langsung kepada pasien
isolasi sosial.
SP 3 (keluarga) :
3.1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat (discharge planning).
3.2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
II. Keluarga
SP 1 (Keluarga)
1.1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
1.2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah
yang dialami pasien beserta proses terjadinya
1.3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah
SP 2 (Keluarga)
2.1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah
2.2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada
pasien harga diri rendah
SP 3 (Keluarga)
3.1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat (Discharge planning)
3.2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
SP 2 (Pasien)
2.1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2.2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan berbincang
dengan orang lain
2.3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
SP 3 (Pasien)
3.1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
3.2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan kegiatan
(yang biasa dilakukan pasien).
3.3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
SP 4 (Pasien)
4.1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
4.2. Menjelaskan cara kontrol halusinasi dengan teratur minum
obat (prinsip 5 benar minum obat)
4.3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
II. Keluarga
SP 1 (Keluarga)
1.1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
1.2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan
jenis halusinasi yang dialami pasien beserta proses terjadinya
1.3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi
SP 2 (Keluarga)
2.1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
dengan halusinasi
2.2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada
pasien halusinasi
SP 3 (Keluarga)
3.1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat (discharge planning)
3.2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
II. Keluarga
SP 1 (Keluarga)
1.1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
1.2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala koping individu
inefektif yang dialami pasien beserta proses terjadinya
1.3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien koping individu
inefektif
SP 2 (Keluarga)
2.1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
koping individu inefektif
2.2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pasien
koping individu inefektif
SP 3 (Keluarga)
3.1. Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah
termasuk minum obat
3.2. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau oleh
keluarga
II. Keluarga
SP 1 (Keluarga)
1.1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien.
1.2. Menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala, serta proses
terjadinya PK.
1.3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK.
SP 2 (Keluarga)
2.1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
dengan PK.
2.2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada
pasien PK.
SP 3 (Keluarga)
3.1. Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah
termasuk minum obat (discharge planning).
3.2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
V. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
[ ] Bicara dengan orang lain [ ] Minum alkohol
[ ] Mampu menyelesaikan masalah [ ] Reaksi lambat/berlebih
[ ] Teknik relokasi [ ] Bekerja berlebihan
[ ] Aktivitas konstruktif [ √ ] Menghindar
[ ] Olah raga [ ] Mencederai diri
[ ] Lainnya [ ] Lainnya
Jelaskan : klien kadang menghindar saat diajak
berkomunikasi
Masalah keperawatan : Menarik diri
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital TD: 120/80 MmH N: 80x/M S: 37,5°C P: 20x/M
2. Ukur TB: 150Cm BB: 45Kg [ ] Naik [ ] Turun
3. Keluhan fisik [ ] Ya [ √ ] Tidak
Jelaskan : Klien tampak lesu
Masalah keperawatan : tidak ada
VII. KELUARGA
1. GENOGRAM (tiga Generasi)
1. Genogeram (3 generasi)
31 28 25 22
Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
……. : Tinggal serumah
: Klien
Penjelasan Gambar Genogram : Klien tinggal bersama kedua orang
tuanya . Klien anak kedua dari dua bersaudara, saudara pertama masih
hidup. Klien mengatakan bila ada masalah atau mengalami kesulitan
klien hanya diam dan difikir terus-menerus. Klien tidak mau
memberitahu keluarganya tentang masalah yang difikirkan klien. Klien
mengatakan pengambilan keputusan ditangan ayah klien. Komunikasi
anggota keluarga terhambat karena klien tertutup ketika ada masalah.
Masalah Keperawatan : Menarik Diri
2. SISTEM KOMUNIKASI
Komunikasi yang dilakukan keluarga yakni komunikasi terbuka.
3. POLA ASUH KELUARGA
Pola asuh keluarga saying menyayangi dan saling menghormati
4. POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan oleh kepala keluarga yakni ayah
IX. PSIKOSOSIAL
1. KONSEP DIRI
a. Citra tubuh : Klien Menerima keadaannya saat ini
b. Identitas : klien adalah seorang perempuan berusia 22
tahun
c. Peran diri : Klien mampu melakukan peran sebagai seorang
anak, kalau dirumah klien tidak bekerja, klien hanya membantu
ibunya untuk mengurus pekerjaan rumah saja.
d. Ideal diri : Klien ingin cepat pulang kerumah serta
berkumpul dengan kedua orang tuannya
e. Harga diri : Klien menyendiri dikamar, tidak berinteraksi
dengan orang lain
f. Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
2. HUBUNGAN SOSIAL
a. Orang yang berarti : Klien mengatakan orang yang sangat
berarti bagi klien adalah kedua orang tuanya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:
Klien tidak aktif mengikuti kegiatan TAK serta berinteraksi
dengan teman satu ruangan.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Klien tampak melamun, menunduk dan menyendiri
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
X. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien berpenampilan Rapi dan bersih
2. Pembicaraan
[ ] Cepat [ ] Keras [ ] Gagap [ ] Inkoheren
[ ] Apatis [ √] Lambat [√ ] Membisu [√ ] Tidak mampu
memulai pembicaraan
Jelaskan : Klien ketika melakukan interaksi dengan
perawat berbicara dengan intonasi suara lambat, menjawab semua
pertanyaan yang diberikan oleh perawat namun tidak ada inisiatif untuk
memulai pembicaraan
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Aktivitas motorik
[ √ ] Lesu [ ] Tegang [ ] Gelisah [ ] Agitasi
[ ] Tik [ ] Grimasen [ ] Tremor [ ] Kompulsif
Jelaskan : Aktivitas klien terlihat lesu, klien sering tiduran, klien
harus dimotovasi terlebih dahulu dalam melakukan suatu kegiatan.
Masalah keperawatan : Defisit Aktivitas
4. Alam perasaan
[ √ ] Sedih [ ] Ketakutan [ ] Putus asa
[ ] Khawatir [ ] Gembira berlebihan
Jelaskan : klien tampak murung
Masalah keperawatan : ketidakberdayaan
5. Afek
[ ] Datar [ √ ] Tumpul [ ] Labil [ ] Tidak sesuai
Jelaskan : Afek klien tumpul, klien hanya memberikan respon jika
diajak berinteraksi terlebih dahulu.
Masalah keperawatan : Menarik Diri
6. Interaksi selama wawancara
[ ] Bermusuhan [ ] Tidak kooperatif [ ] Mudah tersinggung
[√ ] Kontak mata kurang [ ] Defensif [ ] Curiga
Jelaskan : Ketika interaksi klien tidak kooperatif, kontak
mata dengan lawan bicara tidak mampu dipertahankan, sering
menunduk. Klien tidak mau diajak bicara terlalu lama. Klien sering
memutuskan percakapan lalu pergi.
Masalah keperawatan : Menarik Diri
7. Persepsi
Halusinasi
[ √ ] Pendengaran [ ] Penglihatan [ ] Perabaan
[ ] Pengecapan [ ] Penghidup
Jelaskan : Klien mengatakan tidak pernah mendengar
bisikan sebelum masuk rumah sakit.
Masalah keperawatan : Resiko Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi
Pendengaran)
8. Proses pikir
[ ] Sirkumstansial [ ] Tangensial [ ] Kehilangan asosiasi
[ ] Flight of ideas [ √ ] Blocking [ ] Perseverasi
Jelaskan : Blocking. Dibuktikan dengan klien sering
memutuskan interaksi lalu kemudian pergi.
Masalah keperawatan : Menarik Diri
9. Isi pikir
[ ] Obsesi [ ] Fobia [ ] Hipokondria
[ ] Depersonalisasi [ ] Ide terkait [ ] Pikiran magis
Waham
[ ] Agama [ ] Somatik [ ] Kebesaran [ ] Curiga
[ ] Nihilistik [ ] Sisip pikir [ ] Siar pikir [ ] Kontrol pikir
Jelaskan : Tidak ada waham/phobia/obsesi yang disampaikan
klien.
Masalah keperawatan : tidak ada
10. Tingkat kesadaran
[ ] Bingung [ ] Sedasi [ ] Stupor
[ ] Disorientasi tmpt [ ] Disorientasi wkt [ ] Disorientasi org
Jelaskan : Klien dapat mengenali orang, tempat dan situasi.
Masalah keperawatan : tidak ada
11. Memori
[ ] Gangguan daya ingat jangka [ ] Gangguan daya ingat jangka
panjang pendek
[ ] Gangguan daya ingat saat ini [ ] Konfabulasi
Jelaskan : klien tidak memiliki gangguan daya ingat
Masalah keperawatan : tidak ada
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
[ ] Mudah beralih [ ] Tidak mampu [ ] Tidak mampu
berkonsentrasi berhitung sederhana
Jelaskan : klien mampu berhitung dengan baik dan benar
Masalah keperawatan : tidak ada
13. Kemampuan penilaian
[ ] Gangguan ringan [ ] Gangguan bermakna
Jelaskan : klien mampu mengambil kesimpulan sendiri saat
diberi stimulasi pilihan sederhana
Masalah keperawatan : tidak ada
14. Daya tilik diri
[ ] Mengingkari penyakit yang [ ] Menyalahkan hal-hal
diderita diluar dirinya
Jelaskan : klien menyadari dirinya sakit dan perlu di rawat
Masalah keperawatan : tidak ada
DO:
- Aktivitas klien terlihat lesu
- Klien harus dimotovasi terlebih
dahulu dalam melakukan suatu
kegiatan.
- Klien banyak tidur, sering
menyendiri, jarang mengikuti
kegiatan diruangan, sedikit bicara,
kontak mata minimal.
- Klien tidak mampu diajak bicara
terlalu lama, klien akan memberikan
respon jika diajak berinteraksi sesuai
apa yang ditanyakan.
- Klien ketika melakukan interaksi
dengan perawat berbicara dengan
intonasi suara lambat
DO :
- Pandangan klien kosong
- Klien tampak murung
- Klien berbicara dengan intonasi
lambat.
1 Isolasi sosial Pasien 1. Identifikasi 1. Evaluasi 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
penyebab isolasi kegiatan latihan latihan berkenalan latihan berkenalan
social: siapa yang berkenalan berkenalan bicara saat bicara saat
serumah, siapa (beberapa orang) (beberapa orang) melakukan empat melakukan
yang dekat, yang berikan pujian & bicara saat kegiatan harian. kegiatan harian
tidak dekat, dan 2. Latih cara melakukan dua Berikan pujian dan sosialisasi.
apa sebabnya berbicara saat kegiatan harian. 2. Latih cara Berikan pujian
2. Keuntungan melakukan Berikan pujian berbicara social: 2. Latih kegiatan
punya teman dan kegiatan harian 2. Latih cara belanja ke warung, harian
bercaka-cakap (latih 2 kegiatan) berbicara saat meminta sesuatu, 3. Nilai kegiatan
3. Kerugian tidak 3. Masukkan pada melakukan manjawab yang telah
punya teman dan jadwal kegiatan kegiatan harian (2 pertanyaan mandiri
tidak bercakap- untuk latihan kegiatan baru) 3. Masukkan pada 4. Nilai apakah
cakap berkenalan 2-3 3. Masukkan pada jadwal kegiatan isolasi social
4. Latih cara orang tetangga jadwal kegiatan untuk latihan teratasi
berkenalan atau tamu, untuk latihan berkenalan >5
dengan anggota berbicara saat berkenalan 4-5 orang , berbicara
keluarga melakukan orang , berbicara saat melakukan 4
5. Masukkan pada kegiiatan harian saat melakukan 4 kegiatan harian
jadwal kegiatan kegiatan harian dan sosialisasi
untuk latihan
berkenalan
2 Harga diri Pasien 1. Identifikasi 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
rendah kemampuan pertama yang pertama dan pertama, kedua latihan dan
melakukan kegiatan telah dilatih dan kedua yang telah dan ketiga yang berikan pujian
dan aspek positif berikan pujian dilatih dan telah dilatih dan 2. Latih kegiatan
pasien (buat daftar 2. Bantu pasien berikan pujian berikan pujian dianjurkan sampai
kegiatan) memilih kegiatan 2. Bantu pasien 2. Bantu pasien ta terhingga
2. Bantu pasien kedua yang akan memilih kegiatan untuk memilih 3. Nilai kemampuan
menilai kegiatan dilatih ketiga yang akan kegiatan ke empat yang telah
yang dapat 3. Latih kegiatan di latih yang akan dilatih mandiri
dilakukan saat ini kedua kedua (alat 3. Latih kegiatan 3. Latih kegiatan ke 4. Nilai apakah harga
(pilih dari daftar dan cara) ketiga ( alat dan empat (alat dan diri pasien
kegiatan): buat 4. Masukkan pada cara) cara) meingkat
daftar kegiatan jadwal kegiatan 4. Masukkan pada 4. Masukkan pada
yangdapat untuk latihan : jadwal kegiatan jadwal kegiatan
dilakukan saat ini dua kegiatan untuk latihan : untuk latihan :
3. Bantu pasien masing2 dua kali tiga kegiatan empat kegiatan
memilih salah satu per hari masing2 dua kali masing2 dua kali
kegiatan yang dapat per hari per hari
dilakukan saat ini
untuk dilatih
4. Latih kegiatan yang
dipilh (alat dan cara
melakukannya)
5. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan dua
kali per minggu
Tanggal/jam Diagnosa Implementasi Respon/Evaluasi
A:
- Klien mampu berkenalan
- Klien mampu berdiskusi tentang keuntungan dan
kerugian berinteraksi dengan orang lain.
P:
Perawat :
- Mengajarkan SP 2 : berkenalan dan berbincang-
bincang dengan dua orang.
Pasien :
- Memotivasi klien untuk berkenalan dan
berbincang-bincang dengan 1 orang.
P:
Perawat :
- Mengajarkan SP 2 : Latih pasien melakukan
kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan
pasien.
Pasien :
- Motivasi klien menentukan kemampuan atau
aktivitas sehari-sehari secara mandiri.
- Motivasi klien membuat jadwal harian.
P:
Perawat :
- Mengevaluasi SP 2 : berkenalan dan berbincang-
bincang dengan 2 orang.
- Mengajarkan SP 3 : Motivasi klien untuk
berinteraksi dengan teman-teman satu ruangan.
Pasien :
- Motivasi klien berbincang-bincang dengan teman
satu ruangan.
Pasien :
- Motivasi klien melakukan kegiatan yang sudah
dijadwalkan setiap hari.