Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA


“ISOLASI SOSIAL”

Dosen Pengampu :
Ns. Yusrini, M.Kep., Sp. Kep. J
Ns. Aty Nurillawati. R, M.Kep., Sp Kep. J

Disusun Oleh :
Dwi Yuliya
(0432950120028)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES BANI SALEH
2022-2023
I. Kasus
Ny. S umur 49 tahun dirawat di RSJ kota Malang klien ngin sendiri dan tidak mau
bergaul dengan teman teman yang ada di RS, klien juga tidak pernah mengikuti kegiatan
ruangan, keluarga klien mengatakan klien menyediri sejak 3 bulan lalu semenjak
suaminya meninggal. Klien sering melamun dan berbicara sendiri, Tidak ada kontak
Mata, jawaban klien singkat-singkat.

II. Proses Terjadinya Masalah


1. Definisi Isolasi Sosial
Klien dengan isolasi sosial tidak mampunyai kemampuan untuk bersosialisasi
dan sulit untuk mengungkapkan keinginan dan tidak mampu berkomunikasi dengan
baik sehingga klien tidak mampu mengungkapkan marah dengan cara yang baik.
Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Isolasi sosial adalah salah satu diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan
pada pasien yang menunjukkan gejala menyediri, menarik diri dari kegiatan sosial
serta tidak mau berinteraksi dengan orang lain bahkan dengan perawat. Gejala negatif
seperti isolasi sosial yang tidak dapat diatasi dapat mengakibatkan klien mengalami
gejala positif dan semakin memperburuk kondisinya. Salah satu cara untuk
meningkatkan kemampuan interaksi pasien dengan isolasi sosial adalah dengan
menggunakan terapi Social Skills Therapy (Ayu Candra Kirana, 2018)

2. Etiologi Halusinasi
Kegagalan pada gangguan ini akan menumbulkan ketidakpercayaan pada individu,
menimbulkan ras pesimis, ragu, takut salah, tidak percaya pada orang lain dan merasa
tertekan. Keadaan yang seperti ini akan menimbulkan dampak seseorang tidak ingin
untuk berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri, lebih suka berdiam diri dan
tidak mementingkan kegiatan sehari-hari (Direja, 2011)
3. Rentang Respon
a. Rentang Respon
Menurut Stuart Sundeen dalam Sutejo tentang respon klien ditinjau dari
interaksinya dengan lingkungan sosial merupakan suatu kontinum yang
terbentang antara respon adaptif dengan maladaptive sebagai berikut:
Adaptif Mal Adaptif

Adaptif Psikososial Mal adaptif


- Menyendiri - Kesepian - manipulasi
- Otonomi - Menarik diri - impulsif
- Kebersamaan - ketergantungan - narisme
- Saling
ketergantungan

Keterangan:

1) Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain
individutersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah.
Berikut adalah sikap yang termasuk respon adaptif:
- Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
yang telah terjadi di lingkungan sosialnya.
- Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran,dan perasaan dalam hubungan sosial.
- Kebersamaan, kemampuan individu dalam hubungan interpersonal yang
saling membutuhkan satu sama lain.
- Saling ketergantungan (Interdependen), suatu hubungan saling
ketergantungan antara individu dengan orang lain
2) Respon Psikososial meliputi:
- Merasa Sendiri (Loneliness), Merupakan kondisi dimana individu merasa
sendiri dan merasa asing dari lingkungannya.
- Menarik Diri, Merupakan keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengaN
orang lain disekitarnya dan tidak mampu membina hubungan secara
terbuka dengan orang lain.
- Ketergantungan (Dependen) Merupakan terjadi bila seseorang gagal
mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi
secara sukses.
3) Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan
kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon
maladaptif:
- Manipulasi, kondisi dimana individu cenderung berorientasi pada diri
sendiri.
- Impulsif merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai
subjek yang
- tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya dan tidak mampu melakukan
penilaian secara objektif.
- Narsisisme, kondisi dimana individu merasa harga diri rapuh, dan mudah
marah

4. Proses Terjadinya Masalah


Menurut Stuart and Sundeen (2007) dalam Ernawati (2009). Salah satu
gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi sosial
yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang bisa di alami klien dengan latar
belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewan, dan kecemasan.
Perasaan tidak berharga menyebabkan klien semakin sulit dalam
mengembangkan hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau
mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian terhadap
penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam dalam perjalanan dan
tingkah laku masa lalu serta tingkah laku primitive antara lain pembicaraan yang
austistic dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat
lanjut menjadi halusinasi (Ernawati, 2009)

III. Data yang perlu dikaji


1. Data mayor dan data minor
Gejala dan Tanda Mayor
(Subjektif)
- Merasa ingin sendirian
- Merasa tidak aman ditempat umum

(Objektif)

- Menarik diri
- Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan

Gejala dan Tanda Minor

(Subjektif)

- Merasa berbeda dengan orang lain


- Merasa asyik dengan pikiran sendiri
- Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas

(Objektif)

- Afek datar
- Afek sedih
- Riwayat ditolak
- Menunjukkan permusuhan
- Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
- Kondisi difabel
- Tindakan tidak berarti
- Tidak ada kontak mata
- Perkembangan terlambat
- Tidak bergairah/lesu

2. Faktor Predisposisi
a. Biasanya pasien pernah mengalami perlakuan orang lain yang tidak menghargai
klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
b. Pernah mengalami penolakan dalam pertemanan, penolakan orangtua
c. Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu misalnya aniya
sexsual hingga klien tidak ingin berinteraksi dengan sesorang
d. Riwayat gangguan jiwa sebelumnya, klien yang telah lama mengalami gangguan
jiwa cenderung mempunyai perilaku menarik diri dan komunikasi terbatas hal ini
merupakan respon maladaptif dari klien (Jiwa & Sukaesti, 2018)

3. Faktor Presipitasi (Faktor Pencetus)


Faktor presipitasi adalah faktor pencetus terjadinya suatu masalah. Penyebab isolasi
sosial berdasarkan faktor presipitasi antara lain sebagai berikut:
a. Stres sosiokultural.
Stres dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit keluarga dan
berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
b. Stressor psikologis.
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya.

4. Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan
suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping yang sering
digunakan adalah :
a. Splitting (memisah) dan isolasi.
Splitting merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan dirinya dalam
menilai baik buruk
b. Proyeksi
Merupakan keinginan yang tidak mampu ditoleransi dan klien mencurahkan
emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri..

5. Sumber koping
Sumber koping merupakan pilihan atau strategi bantuan untuk memutuskan mengenai
apa yang dapat dilakukan dalam menghadapi suatu masalah. Dalam menghadapi
stressor klien dapat menggunakan berbagai sumber koping yang dimilikinya baik
internal maupun eksternal (Stuart, 2009 dalam Satrio, 2015).
IV. Pohon Masalah dan Prioritas diagnosa keperawatan
a. Pohon Masalah

Gangguan Persepsi Sensori:


Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga diri rendah Kronis

b. Diagnosa Prioritas
1. Isolasi social
2. Harga diri rendah kronis
3. Gangguan sensosri persepsi

Anda mungkin juga menyukai