1. Maslah utama
Isolasi sosial : menarik diri
A. Definisi
Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok mengalami, atau
merasakan kebutuhan, atau keinginan untuk lebih terlibat dalam aktivitas bersama
orang lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya (Carpenito, 2019).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Individu mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 2020).
Saling tergantung
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara yang
dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Sujono & Teguh (2019) respon
adaptif meliputi :
Respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah terjadi
atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan rencana-
rencana.
b. Impulsif
Respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang tidak dapat
diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan, tidak mampu untuk
belajar dari pengalaman dan miskin penilaian.
c. Narkisisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku egosentris, harga
diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan mudah
marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain.
Sedangkan gangguan hubungan sosial yang sering terjadi pada rentang respon
maladaptif (Stuart & Sundeen, 2016), yaitu :
- Menarik diri ; individu menemukan kesulitan dalam membina hubungan dengan orang
lain.
- Tergantung (dependen) ; individu sangat tergantung dengan orang lain, individu gagal
mengembangkan rasa percaya diri.
-Manipulasi ; Individu tidak dapat dekat dengan orang lain, orang lain hanya sebagai objek.
-Curiga ; tertanam rasa tidak percaya terhadap orang lain dan lingkungan
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yaitu faktor yang bisa menimbulkan respon sosial yang maladaptif. Faktor
yang mungkin mempengaruhi termasuk :
1. Perkembangan
2. biologik
Adanya keterlibatan faktor genetik, status gizi, kesehatan umum yang lalu dan
sekarang.Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya neurotransmiter dalam perkembangan
gangguan ini, tetepi masih perlu penelitian
3. Sosiokultural
Isolasi karena mengadopsi norma, prilaku dan sistem nilai yang berbeda dari kelompok
budaya mayoritas, seperti tingkat perkembangan usia, kecacatan, penyakit kronik,
pendidikan, pekerjaan dan lain-lain.
b. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress yang
mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan
menyebabkan ansietas.
1. Stressor sosiokultural
Menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya
perceraian, kematian, perpisahan kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan,
kerusuhan, kerawanan) dan sebagainya.
2. Stressor Psikologik
Observasi yang ditemukan pada klien dengan perilaku menarik diri akan ditemukan (data
objektif), yaitu apatis, ekspresi sedih, afeks tumpul, menghindari dari orang lain (menyendiri),
klien tampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan, komunikasi
kurang/tidak ada, klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien atau perawat, tidak ada
kontak mata, klien lebih suka menunduk, berdiam diri di kamar/tempat terpisah, klien kurang
mobilitas, menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi
jika diajak bercakap-cakap, tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan
kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan, posisi janin pada saat tidur. Data subjektif
sukar didapat jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab
dengan kata-kata singkat dengan kata-kata tidak , ya , atau tidak tahu .
a. Data subjektif
b. Data objektif
- menarik diri
a. Data subjektif
- merasa berbeda dari orang lain
- efek datar
- efek sedih
- riwayat di tolak
b. Data objektif
- menunjukkan permusuhan
7. Mekanisme koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping yang sering
digunakan adalah proyeksi, splitting (memisah) dan isolasi. Proyeksi merupakan keinginan
yang tidak mampu ditoleransi dan klien mencurahkan emosi kepada orang lain karena
kesalahan sendiri. Splitting merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan
dirinya dalam menilai baik buruk. Sementara itu, isolasi adalah perilaku mengasingkan diri
dari orang lain maupun lingkungan (Sutejo, 2017).Kaji koping adaptif ataupun maladaptif
yang biasa digunakan klien dengan menarik diri, seperti regresi (kemunduran ke tingkat
perkembangan yang lebih rendah dengan respon yang kurang matang), represi (koping yang
menekan keadaan yang tidak menyenangkan ke alam bawah sadar), isolasi (respon
memisahkan diri dari lingkungan sosial).
DAFTAR PUSTAKA
Eko Prabowo. (2019). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Farida Kusumawati & Yudi Hartono. (2020). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Mukhripah Damaiyanti & Iskandar. (2018). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.
Trimeilia. (2019). Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta Timur: TIM.