Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori

1. Pengertian Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan

orang lain disekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak terima,

kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan

orang lain. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari

interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain

maupun komunukasi dengan orang lain. (Deden dan Rusdi, 2013).

Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan

orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak

mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan.

Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan

orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada

perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman. Keadaan pasien

yang mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan

dengan orang lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar

dan hidup dalam khayalan sendiri yang tidak realistis

(Erlinafsiah,2010)

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Setelah individu memiliki potensi untuk terlibat dalam hubungan

sosial, pada berbagai tingkat hubungan, yaitu hubungan intim yang

biasa hingga ketergantungan. Keintiman pada tingkat ketergantungan,

dibutuhkan individu dalam menghadapi dan mengatasi kebutuhan

dalam kehidupan sehari-hari. Individu tidak mampu memenuhi

kebutuhannya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial.

2. Etiologi

a. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi penyebab isolasi sosial meliputi faktor

perkembangan, faktor biologis dan faktor sosiokultural. Berikut ini

merupakan penjelasan dari faktor predisposisi :

1) Faktor perkembangan

Tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi

individu dalam menjalin hubungan dalam orang lain adalah

keluarga. Kurangnya stimulasi maupun kasih sayang dari ibu

atau pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak nyaman

yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri.

2) Faktor komunikasi dalam keluarga

Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor

pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam

teori ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga

menimbulkan ketidakjelasan yaitu suatu keadaan dimana

seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
bertentangan alam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang

tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan

dengan lingkungan di luar keluarga.

3) Faktor sosial budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial

merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam

hubungan sosial. Gangguan ini juga bisa disebabkan oleh

adanya norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana

setiap anggota yang tidak produktif yang diasingkan dari

lingkungan sosialnya. Selain itu, norma yang tidak mendukung

pendekatan terhadap oranng lain, atau tidak menghargai

anggota masyarakat yang tidak produktif.

4) Faktor biologis

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respons sosial

maladaptif. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung

gangguan jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia, misalnya

ditemukan pada keluarga dengan riwayat anggota keluarga

yang menderita skizofrenia. Selain itu, kelainan pada struktur

otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunaan berat dan

volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat

menyebabkan skizofrenia.

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
b. Faktor presipitasi

1) Faktor eksternal

Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang di

timbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.

2) Faktor internal

Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat

ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi

bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk

mengatasinya (Direja,2011).

3) Perilaku

Perilaku pada klien gangguan sosial menarik diri yaitu : kurang

sopan, apatis, sedih, afek tumpul, kurang perawatan diri,

komunikasi verbal turun, menyendiri, kurang peka terhadap

lingkungan, kurang energi, harga diri rendah dan sikap tidur

seperti janin saat tidur. Sedangkan perilaku pada gangguan

sosial curiga meliputi : tidak mempercayai orang lain, sikap

bermusuhan, mengisolasi diri dari lingkungan, harga diri

rendah, dan sangat tergantung pada orang lain (Riyadi,2009).

10

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
4) Rentang Respon

Rentang respon menurut Prabowo, 2014 pada klien dengan

isolasi sosial sebagai berikut :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi

Otonomi Menarik diri Implusif

kebersamaan Ketergantungan Narsisme

Independen
(sumber : Stuart, 2013)

Keterangan :

a) Respon Adaptif

Respon adaptif adalah respons individu menyelesaikan suatu

hal dengan cara yang dapat diterima oleh norma-norma

masyarakat. Respon ini meliputi :

1) Menyendiri (Solitude)

Respon yang dilakukan individu dalam merenungkan hal

yang telah terjadi atau dilakukan dengan tujuan

mengevaluasi diri untuk kemudian menentukan rencana-

rencana.

11

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
2) Otonomi

Kemampuan individu menentukan dan menyampaikan ide,

pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial. individu

mampu menetapkan diri untuk interdependen dan

pengaturan diri.

3) Kebersamaan (Mutualisme)

Kondisi hubungan interpersonal dimana individu mampu

untuk saling memberi dan menerima.

4) Saling ketergantung (Interdependen)

Suatu hubungan saling tergantung antar individu dengan

orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

b) Respon Maladaptif

Respon Maladaptif adalah respon individu dalam

menyelesaikan masalah dengan cara yang bertentangan dengan

norma agama dan masyarakat. Respon maladaptif tersebut

antara lain :

1) Manipulasi

Gangguan sosial yang menyebabkan individu

memperlakukan sebagai objek, dimana hubungan terpusat

pada pengendalian masalah orang lain dan individu

cenderung berorientasi pada diri sendiri. Sikap mengontrol

digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau

12

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
frustasi dan dapat digunakan sebagai alat berkuasa atas

orang lain.

2) Implusif

Respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek

yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak

mampu merencanakan, tidak mampu untuk belajar dari

pengalaman dan tidak dapat melakukan penilaian secara

objektif.

3) Narsisme

Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tigkah

laku egosentris, harga diri rapuh, berusaha mendapatkan

penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat

dukungan dari orang lain. Patofisiologi

Menurut Stuart and Sudeen, Salah satu gangguan berhubungan

sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi sosial yang

disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang biasa dialami klien dengan

latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan

dan kecemasan.

Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam

mengembangkan hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi

regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya

perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri.

13

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Klien semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku

primitive antara lain pembicaraan yang autistic dan tingkah laku yang

tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi

halusinasi (Dalami dkk, (2009).

3. Proses Terjadinya Masalah

Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya isolasi sosial

yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami oleh

klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan,

ketegangan, kekecewaan dan kecemasan. Perasaan tidak berharga

mernyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan berhubungan

dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau mundur,

mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian

terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam

perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu serta

tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat

lanjut halusinasi.

4. Tanda dan Gejala

Observasi yang dilakukan pada klien dengan isolasi sosial akan di

temukan data objektif meliputi apatis, ekspresi wajah sedih, afek

tumpul, menghindar dari orang lain, klien tampak memisahkan diri

dari orang lain, komunikasi kurang, klien tampak tidak bercakap-

cakap dengan klien lain atau perawat, tidak ada kontak mata atau

kontak mata kurang, klien lebih sering menunduk, berdiam diri

14

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
dikamar. Menolak berhubungan dengan orang lain, tidak melakukan

kegiatan sehari-hari, meniru posisi janin pada saat lahir, sedangkan

untuk data subjektif adalah sukar didapat, jika klien menolak

komunikasi, beberapa data subjektif adalah menjawab dengan singkat

dengan kata-kata “tidak”, “ya” dan “tidak tahu”.

5. Mekanisme Koping

Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi ansietas

yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.

Mekanisme koping yang sering digunakan adalah proyeksi,

splitting(memisah), dan isolasi. Proyeksi merupakan keinginan yag

tidak mampu ditoleransi dan klien mencurahkan emosi kepada orang

lain karena kesalahan sendiri. Splitting adalah kegagalan individu

dalam menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik buruk.

sementara itu, isolasi merupakan perilaku mengasingkan diri dari

orang lain maupun lingkungan. (Sutejo, 2013).

6. Sumber koping

Sumber koping berhubungan dengan respon sosial maladaptif meliputi

keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luasan teman,

nerhubungan dengan hewan peliharaan dan penggunaan kreatifitas

untuk mengekspresikan stress interpersonal misalnya kesenian, musik

atau tulisan. (Dalami dkk, 2009)

15

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
7. Pohon masalah

Pohon masalah menurut Fitria 2009, pada pasien dengan menarik diri

adalah sebagai berikut :

Resiko Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi


Halusinasi

Isolasi Sosial

Gangguan Konsep diri :


Harga Diri Rendah

8. Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan menurut Yosep (2014). Pada klien dengan

isolasi sosial adalah sebagai berikut :

1) Isolasi sosial

2) Harga diri rendah

3) Perubahan persepsi sensori : halusinasi

4) Koping individu tidak efektif

5) Koping keluarga tidak efektif

6) Intoleransi aktivitas

7) Defisit perawatan diri

8) Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

16

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
9. Data yang perlu dikaji :

1) Data subjektif

- Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh

orang lain

- Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.

- Klienmengatakanhubungan yang tidak berarti dengan orang

lain.

- Respon verbal kurang dan sangat singkat.

- Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.

- Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.

- Klien merasa tidak berguna.

2) Data objektif

- Klien banyak diam dan tidak mau bicara.

- Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang

yang terdekat

- Kurang spontan

- Apatis (acuh terhadap lingkungan)

- Ekspresi wajah kurang berseri

- Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan

diri

- Tidak ada atau kurang komunikasi verbal

- Mengisolasi diri

- Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.

17

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
10. Tindakan keperawatan

1) Membina hubungan saling percaya, tindakan yang harus

dilakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah

sebagai berikut :

a) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien

b) Berkenalan dengan pasien : perkenalkan nama panggilan

yang disukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan

klien

c) Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini

d) Buat kontrak asuhan : apa yang akan dilakukan bersama

klien, berapa lama akan dikerjakan dan tempatnya dimana.

e) Jelaskan perawat akan merahasiakan informasi yang

diperoleh untuk kepentingan terapi.

f) Setiap saat tunjukan sikap empati terhadap klien

g) Penuhi kebutuhan dasar klien saat berinteraksi

2) Membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial, langkah-

langkah untuk melakukan tindakan ini adalah :

a) Menanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi

dengan orang lain.

b) Menanyakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin

berinteraksi dengan orang lain.

c) Diskusikan dengan klien tentang kekurangan dan kelebihan

yang dimiliki.

18

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
d) Inventarisir kelebihan klien yang dapat dijadikan motivasi

untuk membangun kepercayaan diri klien dalam pergaulan.

e) Ajarkan pada klien koping mekanisme yang konstruktif

f) Libatkan klien dalam interaksi dan terapi kelompok secara

bertahap.

g) Diskusikan dengan keluarga pentingnya interaksi klien

yang dimulai dengan keluarga terdekat

h) Eksplorasi keyakinan agama klien dalam menumbuhkan

sikap pentingnya sosialisasi dengan lingkungan sekitar.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial

1. Pengkajian Keperawatan

Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat di kelompokan menjadi

faktor predisposisi, faktor presipitasi, sumber koping dan kemampuan

koping yang dimiliki klien (Stuart,2013). Adapun isi dari pengkajian

meliputi : identitas klien, keluhan utama atau alasan masuk, faktor

predisposisi, aspek fisik atau biologis, aspek psikologis, status mental,

kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping dan aspek medik.

Data dalam pengkajian dikelompokan dalam dua macam meliputi data

subjektif dan data objektif.

a. Isi pengkajian

1) Identitas pengkajian

Ditulis identitas lengkap seperti nama, usia dalam tahun, jenis

kelamin, nomor rekam medik an diagnosa medisnya. Hal ini

19

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
dapat dilihat pada rekam medik atau wawancara langsung

dengan klien bila memungkinkan.

2) Alasan masuk

Alasan saat masuk atau keluhan utama dapat ditanyakan

langsung pada klien. Pada pasien dengan isolasi sosial :

menarik diri biasanya ditemukan klien mengatakan bahwa

dirinya malas bergaul dan berbicara dengan orang lain dan

tidak mau berkomunikasi.

3) Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi sendiri adalah konflik emosional yang

terjadi diantara faktor psikologis, faktor sosial budaya dan

fakktor biologis (Stuart, 2013). Kepatuhan dalam pengobatan

dapat diartikan sebagai perilaku pasien yang menaati semua

nasehat dan petunjuk yang dianjurkan oleh kalangan tenaga

medis seperti, dokter, perawat dan apoteker. Mengenai segala

sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

pengobatan, salah satu diantaranya adalah kepatuhan dalam

minum obat. Hal ini adalah syarat utama tercapainya

keberhasilan tujuan pengobatan yang dilakukan.

b. Faktor pertumbuhan dan perkembangan

Whaley dan wong dalam supartini (2014) mengemukakan

pertumbuhan adalah sebagai suatu peningkatan jumlah dan ukuran,

sedangkan perkembangan lebih menitikberatkan pada perubahan

20

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke

tingkat yang paling tinggi atau lebih komplek melalui proses

pematangan atau maturasi dan pembelajaran. Pada setiap tahapan

tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus

dilakukan dan berinterkasi dengan orang lain dalam hubungan

sosial. Apabila dalam tugas-tugas perkembangan ini ada yang tidak

dapat dilalui atau terpenuhi maka akan dapat menghambat tahapan

perkembangan sosial yang nantinya dan hal ini yang menjadi

penyebab timbulnya suatu masalah. Berikut adalah perkembangan

kepribadaian menurut Eick H. Erickson :

1) Masa bayi

Komponen awal yang sangat penting untuk perkembangan atau

berkembang adalah rasa percaya. Membangun rasa percaya

mendasari tahun pertama kehidupan. Begitu bayi lahir dan

kontak dengan dunia luar, maka ia mutlak bergantung pada

orang lain. Rasa aman dan rasa percaya pada lingkungan

merupakan kebutuhan. Alat yang digunakan bayi untuk

berhubugan dengan dunia luar adalah mulut dan panca indera,

sedangkan perantara yang tepat antara bayi dan lingkungan

adalah ibu. Hubungan ibu dan anak yang harmonis yaitu

melalui pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial

merupakan mengalaman dasar rasa bagi anak. Apbila pada

21

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
tahap ini tidak tercapai rasa percaya pada lingkungan, maka

akan timbul berbagai masalah.

2) Masa bermain

Pada masa ini alat gerak dan rasa telah matang, setelah terjalin

rasa percaya terhadap ibu dan lingkungan. Perkembangan

otonomi pada periode ini berfokus pada peningkatan

kemampuan anak untuk mengontrol tubuh, diri dan lingkungan.

3) Masa Pra Sekolah

Pada tahap ini, anak belajar mengendalikan diri dan

memanipulasi lingkungan. Selain itu, pada tahap ini Erickson

mementingkan perkembangan pada fase bermain yaitu :

identifikasi dengan orang tua, mengembangkan gerakan tubuh,

keterampilan bahasa, rasa ingin tahu, imajinasi dan

kemampuan menentukan tujuan.

4) Masa Sekolah

Pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan

tugas dan perbuatan yang akhirnya dapat menghasilkan

sesuatu. Pada usia ini, dunia sosial anak meluas keluar dari

dunia keluarga, anak bergaul dengan teman sebaya, guru dan

orang dewasa lainnya.

5) Masa Remaja

Tahap ini merupakan tahap yang paling penting diantara tahap

perkembangan lainnya karena orang harus mencapai tingkat

22

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
identitas ego yang cukup baik. Bagi Erickson pubertas penting

bukan karena kematangan seksual, tetapi karena pubertas

memacu harapan peran dewasa pada masa yang akan datang,

pencarian integritas ego mencapai puncaknya pada tahapan ini,

karena remaja krisis pada identitas pada tahap absolescence

adalah kesetiaan yaitu setia dalam beberapa pandangan

ideologi atau visi masa depan.

6) Masa dewasa muda

Perkembangan psikoseksual tahap ini disebut perkelaminan,

keakraban, adalah kemampuan untuk menyatukan identitas diri

dengan identitas orang lain tanpa ketakutan kehilangan

identitas diri itu. Cinta adalah kesetiaan yang matang sebagai

dampak dari perbedaan dasar antara pria dan wanita.

7) Masa Dewasa Tengah

Tahap dewasa adalah waktu menempatkan diri dimasyarakat

dan ikut bertanggung jawab terhadap apapun yang dihasilkan

dari masyarakat.

8) Masa Dewasa Akhir

Menjadi tua sudah tidak menghasilkan keturunan, tetapi masih

produktif dan kreatif dalam hal ini, misalnya perhatian atau

merawat generasi sepenerus seperti, cucu dan remaja pada

umumnya.

23

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
c. Faktor komunikasi dalam keluarga

Gangguan komunikasi pada keluarga merupakan faktor pendukung

dapat terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini

termasuk dalam masalah komunikasi sehingga menimbulkan

ketidakjelasan yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota

keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu

yang bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga

yang menghambat untuk berhubungan dalam lingkungan di luar

keluarga.

d. Faktor Sosial Budaya

Isolasi sosial atau menarik diri merupakan suatu faktor pendukug

terjadinya gangguan dalam interaksi sosial. Hal ini disebabkan oleh

noram-norma yang salah dianut oleh keluarga dimana setiap

anggota keluarga yang tidak produktif seperti uis lanjut,

berpenyakit kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari

lingungan sosialnya.

e. Faktor biologis

Faktor biologis yang merupakan salah satu faktor pendukung

terjadinya gangguan dalam berhubungan sosial yang baik dari

seseorang. Faktor biologis sendiri dapat berupa adanya anggota

keluarga yang juga memiliki atau pernah mengalami gangguan

jiwa

24

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
f. Faktor Presipitasi

Terjadinya gangguan hubungan sosial menurut Ade Surya Herman

(2011). Juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal dan faktor

eksternal dari seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat

dikelompoan sebagai berikut :

1) Faktor eksternal

Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang

ditibulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga. Stressor

sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam

membina hubungan dengan orang lain.

2) Faktor internal

Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu strees yang terjadi

akibat kecemasan atau kecemasan yang berkepanjangan dan

terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu

untuk mengatasinya.

2. Pemeriksaan atau keadaan fisik

Pengkajian atau pemeriksaan fisik difokuskan pada sistem dan fungsi

organ tubuh. Pada paien dengan isolasi sosial : menarik diri ditemukan

kondisi fisik pada saat tidur menyerupai bentuk fetus atau janin

3. Aspek psikososial

Pengkajian pada aspek psikososial dapat dilakukan pada genogram,

konsep diri, hubungan sosial klien dan aspek spiritual klien.

25

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
4. Pengelompokan Data

a) Data Subjektif

Data subjektif adalah data yang didapat dari klien maupun dari

keluarga klien ataupun dari orang terdekat klien. Dalam kasus

isolasi sosial : menarik diri ditemukan klien mengatakan malas

untuk bergaul dengan orang lain, klien mengatakan dirinya tidak

ingin ditemani perawat dan meminta untuk sendirian. Klien juga

mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak mau

berkomunikasi dan data tentang klien biasanya dapat pula didapat

dari keluarga klien yang mengetahui keterbatasan klien sepeti

suami, istri, anak, ibu, ayah, atau teman klien terdekat.

b) Data Objektif

Data objektif yang di dapat dari klien isolasi sosial : menarik diri

antara lain meliputi kurang spontan, apatis, ekspresi wajah kurang

berseri, tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan

diri, kurang komunikasi verbal, mengisoasi diri, kurang sadar

terhadap lingkungan sekitarnya.

c) Diagnosa

1) Isolasi sosial : menarik diri

2) Gangguan konsep diri : harga diri rendah

3) Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi

d) Perencanaan

a. Isolasi sosial

26

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
1) Tujuan umum : klien dapat berinteraksi dengan orang lain

2) Tujuan khusus :

 Klien dapat membina hubungan saling percaya

 Klien dapat mengetahui keuntungan dan kerugian

berhubungan dengan orang lain

 Klien dapat mengidentifikasi penyebab isolasi sosial

 Klien dapat berkenalan dengan orang lain

 Klien dapat menentukan topik pembicaraan

 Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara

bertahap.

3) Intervensi :

 Beri salam terapeutik dan panggil nama klien

 Sebutkan nama perawat dan sambil berjabat tangan

 Jelaskan tujuan interaksi

 Jelaskan kontrak yang akan dibuat

 Beri rasa aman dan tunjukan sikap empati

 Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya

 Bantu klien mengungkapkan alasan klien dibawa

kerumah sakit

 Utamakan memberikan pujian realistik kepada klien

 Beri kesempatan klien mengungkapkan keuntungan

berinteraksi dengan orang lain.

27

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
 Beri kesempatan klien mengungkapkan kerugian

berinteraksi dengan orang lain.

 Beri kesempatan klien mencontohkan teknik

berkenalan dengan orang lain.

b. Harga diri rendah

1) Tujuanumum :

Kliendapatmeningkatkanhargadirinyadenganlatihanberpikir

positifdankemampuanbersyukuruntukmengenaldirinyasendi

ri.

2) Tujuankhusus :

 Klienmampumembinahubungansalingpercaya

 Kliendapatmengidentifikasikemampuanpositif yang

dimiliki

 Kliendapatmenilaikemampuanpositif yang

digunakan.

 Kliendapatmengidentifikasikemampuanbersyukurde

nganlatihanberpikirpositifuntukmengenaldirinyasen

diri.

 Kliendapatmengidentifikasipenerimaandirinya.

 Kliendapatmerencanakankegiatansesuaidengankema

mpuan yang dimiliki.

 Kliendapatmelakukankegiatan.

28

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
3) Intervensi :

 Binahubunganterapeutikantarakliendanperawat

 Berisalamterapeutikdanpanggilnamaklien

 Sebutkannamaperawatdansambilberjabattangan

 Diskusikankemampuandanaspekpositif yang

masihdimilikiklien

 Berikesempatanklienuntukmencobaaspekpositifdan

kemampuanbersyukurmengenaidirinyasendiri

 Setiapbertemuklienhindarkanpenilaianagresifdan

negative

 Utamakanpemberianpujianrealistik kepadaklien.

c. Perubahanpersepsisensori : Halusinasi

1) Tujuanumum :

Kliendapatmengontrolhalusinasi

2) Tujuankhusus :

 Kliendapatmembinahubungansalingpercaya

 Kliendapatmengenalhalusinasi

 Kliendapatmengontrolhalusinasi

 Klienmemilihcaramengatasiseperti yang telah di

diskusikan

 Kliendapatdukungandarikeluargadapatmengontrolha

lusinasi

 Kliendapatmemanfaatkanobatdenganbaik.

29

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
3) Intervensi :

 Binahubungansalingpercayadenganmengungkapkan

prinsipkomunikasiterapeutik

 Sapakliendanpanggilnamakliendenganramah

 Tanya namalenggkapklien

 Jelaskantujuanpertemuaninteraksi

 Beri rasa amandantunjukansikapempatiklien

 Beriperhatiankepadaklien

 Observasitingkahlakuklienterkaitdenganhalusinasi

 Bantu klienmengenalhalusinasi yang muncul

 Diskusikandengankliensituasi yang

menimbulkanhalusinasi

 Mengidentifikasibersamakliencaratindakan yang

dilakukanjikaterjadihalusinasi

 Beri reinforcement positifatasusahaklien

 Bantu klienmelatihcaramemutushalusinasi

 Berikesempatanklienuntukmelakukancara yang

sudahterlatih.

30

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
C. Terapi Individu Latihan Komunikasi Terapeutik

a) Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia

yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan,

mempertahankan, dan meningkatkan kontrak dengan orang lain.

Komunikasi merupakan proses interpersonal yang melibatkan

perubahan verbal dan non verbal dari informasi dan ide. Dalam

ilmu keperawatan, komunikasi merupakan hal yang sangat penting

untuk menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan klien

(Potter & Perry, 2012).

Dalam Pengertian lain, komunikasi terapeutik adalah

komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu

penyembuhan atau pemulihan pasien. Komunikasi terapeutik

merupakan komunikasi profesional bagi perawat (Faturrochman,

2011)

b) Tujuan Komunikasi

Tujuan adanya proses komunikasi yang terjadi antara perawat dan

pasien antara lain :

 Meningkatkan keterampilan komunikasi

 Meningkatkan kepekaan perawat terhadap kebutuhan

pasien

 Mempermudah perkembangan dan perubahan pendekatan

perawat

31

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
 Memberikan dasar pembelajaran, yang berarti bahwa

analisis proses interaksi (API) merupakan alat untuk

mengkaji kemampuan perawat dalam berinteraksi dengan

pasien dan menjadi data bagi pembimbing klinik untuk

memberi arahan.

 Membantu perawat dalam menerapkan proses keperawatan.

c) Fungsi Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik yang terjadi antara perawat dan klien

memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :

 Mendorong dan menganjurkan kerjasama antara perawat

dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien.

 Melalui komunikasi perawat dapat mengungkapkan

perasaan, mengidentifikasi, dan mengkaji masalah, serta

mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan.

 Komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian

tingkah laku pasien dan membantu pasien dalam mengatasi

masalah yang dihadapi.

 Pada tahap preventif dapat mencegah adanya tindakan yang

negatif terhadap diri pasien.

d) Sifat Hubungan Komunikasi Terapeutik

Menurut Stuart (2016) menjelaskan bahwa sifat hubungan

terapeutik memiliki beberapa tujuan, antara lain :

32

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
 Kesadaran diri, kemampuan diri dan meningkatkan

kehormatan diri.

 Identitas pribadi yang jelas dan meningkatkan integritas

pribadi.

 Meningkatkan fungsi dan kemampuan terhadap kebutuhan

yang memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang

realistik.

Tujuan diatas dapat dicapai jika perawat memberikan

kesempatan kepada pasien untuk mengekpresikan perasaan,

persepsi dan perasaannya.

Komunikasi terapeutik memiliki beberapa perbedaan

dengan komunikasi yang dilakukan sehari hari pada aktivitas

sosial. Adapun perbedaannya dapat dilihat dalam tabel berikut :

No. Komunikasi Terapeutik Komunikasi Sosial


Terjadi antara perawat Terjadi setiap hari antar
dengan pasien atau anggota individu dalam lingkungan
tim kesehatan. pergaulan, maupun
lingkungan kerja.
Hubungan komunikasi Komunikasi bersifat dangkal
terjalin lebih akrab karena karena tidak memiliki tujuan
mempunyai tujuan tertentu tertentu.
Perawat berperan aktif dalam Pembicaraan tidak memiliki
memberi respons kepada fokus tertentu, hanya
pasien mengarah pada kebersamaan
dan kesenangan.
Terencana dan terorganisasi Dapat direncanakan tetapi
dengan baik karena tujuan juga tidak.
tertentu.

33

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
D. Penerapan latihan sosialisasi terhadap kemampuan komunikasi pada

pasien skizofrenia dengan isolasi sosial

Dalam melakukan penelitian menggunakan paradigma dalam

memandang realitas diartikan sebagai semua yang telah dikonsepkan

sebagai sesuatu yang mempunyai wujud. Metode penelitian yang

digunakan deskriptif kualitatifyaitu mengemukakan gambaran atau

pemahaman (understanding) mengenai bagaimana dan mengapa suatu

gejala atau realitas komunikasi terjadi (Purwito, 2007)

Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan penelitian lapangan

(field research) dan penelitian berupaya untuk menggunakan descriptive

qualitative. Penelitian mengeksplorasi, tidak mencari atau menjelaskan

hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi, melainkan

memaparkan situasi pola komunikasi terapeutik dengan menggunakan

Strategi Pelaksanaan pada pasien isolasi sosial. Teknik pengumpulan data

melalui studi kepustakaan, observasi dan wawancara mendalam, serta

dokumentasi yang diperlukan.

34

PENERAPAN LATIHAN SOSIALISASI..., Yunita Dwi Argianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Anda mungkin juga menyukai