Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen : Insiyah, MN

Disusun Oleh:
ATIKA NUR RAHMAWATI
NIM: P27220020103

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
A. Definisi
Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.( Fadly,
Muhammad dan Giur Hargiana. 2018)
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang dialami individu dan dipersepsikan
disebabkan oleh orang lain (Sukaesti. 2018). Manusia merupakan makhluk sosial yang
tidak lepas dari sebuah keadaan yang bernama interaksi dan senantiasa melakukan
hubungan dan pengaruh timbal balik dengan manusia yang lain dalam rangka memenuhi
kebutuhan dan mempertahankan kehidupannya. Pasien yang mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain sekitarnya, mengalami
perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, dan
menghindar dari orang lain, masalah dengan aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga
membutuhkan latihan melakukan sosialisasi dengan orang lain (Berhimpong, 2016).

B. Penyebab
Isolasi sosial yang dialami oleh individu dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan
orang lain dan sebagai pernyataan negatif atau mengancam. Batasan karakteristiknya
antara lain tidak menganggap penting dukungan dari orang lain, afek tumpul, adanya
bukti cacat (fisik atau mental), sakit, tindakan yang tidak berarti, tidak ada kontak mata,
dipenuhi oleh pikiran sendiri, menunjukkan permusuhan, tindakan berulang, sedih,
senang sendiri, tidak komunikatif dan menarik diri. Selain itu data subyektif yang didapat
antara lain mengungkapkan perasaan sendiri, tujuan hidup yang tidak adekuat dengan
keadaan sebenarnya, tidak mampu memenuhi harapan orang lain, merasa berbeda dari
orang lain, tidak percaya diri saat sedang berada di hadapan orang lain (Hamid, 2018).
Isolasi sosial terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu usia, gender, pendidikan,
pekerjaan, latar belakang budaya, keyakinan religi, politik, kemiskinan, penghasilan
rendah, tinggal sendirian, penyakit kronis, tidak mempunyai anak, tidak ada kontak
dengan keluarga dan kesulitan akses transportasi (Massom, 2016; DeVylder & Hilimire,
2015; Junardi, Daulima & Wardani, 2015; Wakhid, Hamid & Helena, 2013). Perbedaan
jenis kelamin juga dapat menjadi faktor terjadinya isolasi sosial yaitu jenis kelamin laki-
laki lebih banyak dibandingkan wanita (Penaloza, Fuentealba & Gallardo, 2017).
Terjadinya Gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya
pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap
orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Kedaan ini
menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih suka berdiam
diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari (Direja, 2011).
a. Faktor Predisposisi
Menurut Direja (2011) faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah isolasi sosial
yaitu:
1. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Apabila
tugas-tugas dalam setiap perkembangan tidak terpenuhi maka akan menghambat
fase perkembangan social selanjutnya
Tabel 1.1
Tugas Perkembangan Berhubungan Dengan Pertumbuhan Interpesonal.

Tahap Tugas
Perkembangan
Masa Bayi Menetapkan rasa percaya.

Masa Bermain Mengambangkan otonomi dan awal perilaku


mandiri.
Masa Pra Sekolah Belajar menunjukan inisiatif , rasa tanggung
jawab, dan hati nurani.
Masa Sekolah Belajar berkompetisi, bekerja sama, dan
berkompromi.
Masa Pra Remaja Menjalin hubungan intim dengan teman sesama
jenis kelamin.
Masa Remaja Menjadi intim dengan teman lawan jenis atau
bergantung.
Masa Dewasa Menjadi saling bergantung antara orang tua dan
Muda teman, mencari pasangan, menikah dan
mempunyai anak.
Masa Tengah Baya Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah
dilalui.

Masa Dewasa Tua Berduka karena kehilangan dan


mengembangkan perasaan keterikatan dengan
budaya.

Sumber: Direja (2011)

2. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga


Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung untuk
terjadinya gangguan hubungan sosial, seperti adanya komunikasi yang tidak jelas
(double bind) yaitu suatu keadaan dimana individu menerima pesan yang saling
bertentangan dalam waktu bersamaan, dan ekspresi emosi yang tinggi di setiap
berkomunikasi.
3. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu
faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan
oleh norma- norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap anggota
keluarga yang tidak produktif seperti lanjut usia, berpenyakitan kronis, dan
penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosial.
4. Faktor Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas
mempengaruhi adalah otak.

b. Faktor presipitasi
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat
dikelompokan sebagai berikut:
1. Stressor Sosial Budaya
Stress dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor
keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang
berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat dirumah sakit.
2. Stressor Psikologi
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi.

C. Manifestasi Klinis
Menurut Damanik,dkk (2020) isolasi social ditandai dengan orang menjadi menarik diri,
malas beraktifitas, tidak mampu mengatasi masalah, rasa malu dan bersalah yang
berlebihan. Perilaku isolasi sosial merupakan percobaan menghindari hubungan dengan
orang lain. Dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak bisa
berinteraksi dengan orang lain sekitarnya.
Menurut Townsend, (1998, dalam Muhith,A. 2015), tanda dan gejala isolasi sosial
meliputi : Kurangspontan, Apatis (acuh tak acuh terhadap lingkungan), Ekspresi wajah
kurang berseri (ekspresisedih), Afek tumpul, Tidak merawat dan memperhatikan
kebersihan diri, Tidak ada atau kurang terhadap komunikasi verbal, Menolak
berhubungan dengan oranglain, Mengisolasi diri (menyendiri), Kurang sadar dengan
lingkungan sekitarnya, Asupan makan dan minuman terganggu, Aktivitas menurun dan
Rendah diri.
Menurut Purwanto (2015), dampak yang ditimbulkan dari isolasi sosial adalah menarik
diri, narcissism atau mudah marah, melakukan hal yang tak terduga atau impulsivity,
memberlakukan orang lain seperti objek, halusinasi dan defisit perawatan diri.
Penurunan kemampuan untuk bersosialisasi lainnya yang terjadi adalah ketidakmampuan
pasien untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang lain, terutama untuk
mengungkapkan dan mengonfirmasi perasaan negatif dan positif yang dialaminya. Untuk
meminta atau menolak permintaan orang lain yang tidak rasional dan untuk memahami
hambatan- hambatan dalam berhubungan interpersonal(Malky, Attia, & Alam, 2016).

D. Patopsikologi
Menurut Stuart Sundeen dalam Sutejo tentang respon klien ditinjau dari interaksinya
dengan lingkungan sosial merupakan suatu kontinum yang terbentang antara respon
adaptif dengan maladaptive sebagai berikut:

Adaptif Maladaptif

Menyendiri, Otonomi, Kesepian, Manipulasi,


kebersamaan, saling menarik diri, impulsif,
ketergantungan ketergantungan narsisme

Skema 2.1 Rentang respon isolasi social


(sumber: Sutejo, 2017)

a. Respon Adaptif

Menurut Sutejo (2017) respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan kebudayan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu
tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut adalah sikap
yang termasuk respon adaptif:
1. Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telahterjadi di lingkungan sosialnya.
2. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran,dan perasaan dalam hubungan sosial.
3. Kebersamaan, kemampuan individu dalam hubungan interpersonal yang saling
membutuhkan satu sama lain.
4. Saling ketergantungan (Interdependen), suatu hubungan saling ketergantungan
antaraindividu dengan orang lain
b. Respon Maladaptif
Menurut Sutejo (2017) respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma
sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon
maladaptif:
1. Manipulasi, kondisi dimana individu cenderung berorientasi pada diri sendiri.
2. Impulsif merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek yang
tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya dan tidak mampu melakukan penilaian
secara objektif.
3. Narsisisme, kondisi dimana individu merasa harga diri rapuh, dan mudah marah.

Pohon Masalah Isolasi Sosial


Daftar masalah isolasi sosial adalah:
1. Resiko Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
2. Isolasi Sosial
3. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Resiko Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi (effect)

(core problem)
ISOLASI SOSIAL

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah (causa)

Skema 2.2 Pohon Masalah Diagnosa Isolasi Sosial

E. Masalah Keperawatan
1. Resiko gangguan persepsi sensori : Halusinasi
2. Isolasi social
3. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

Data yang perlu dikaji:


a. Factor predisposisi dan presipitasi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orangtua, harapan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus
sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, dituduh
KKN, dipenjara tiba-tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai Klien/perasaan
negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.

b. Kemampuan pasien berinteraksi dengan lingkungan social


Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubungan sosial dengan
orang lain terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.

F. Diagnosis Keperawatan
Isolasi Sosial
G. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosis Tujuan Kriteria Intervensi Rasional


keperawatan (TUM/TU Evaluasi
K)
Isolasi sosial TUM: Setelah 1x 1. Bina hubungan Membina
Klien dapat interaksi, Klien saling percaya hubungan
berinteraksi menunjukan dengan saling
dengan tanda-tanda mengemukakan percaya
orang lain. percaya kepada prinsip komunikasi dengan
perawat: terapeutik : Klien. kontak
TUK 1: a. Mengucapkan yang jujur,
Klien dapat a.Ekspresi salam singkat,dan
membina wajah cerah, konsisten
terapeutik. Sapa
hubungan tersenyum dengan
saling b.Mau Klien dengan perawat
percaya berkenalan ramah, baik dapat
c. Ada kontak verbal ataupun membantu
mata non verbal. Klien
d. Bersedia b. Berjabat tangan membina
menceritakan kembali
perasaan dengan Klien.
interaksi
e. Bersedia c. Perkenalkan diri penuh
mengungkap dengan sopan. percaya
kan masalah d. Tanyakan nama dengan orang
lengkap Klien lain.
dan nama
pangglian yang
disukai Klien.
e. Jelaskan tujuan
pertemuan
f. Membuat
kontak
topik,
waktu, dan
tempat
setiap kali
bertemu
Klien.
g. Tunjukan
sikap empati
dan menerima
Klien apa
adanya.
c. Beri perhatian
kepada Klien
dan perhatian
kebutuhan dasar
Klien.
TUK 2: Kriteria 2.1 Tanyakan pada Dengan
Klien evaluasi: Klien tentang : mengetah
mampu ui
menyebutka a.Klien dapat a. Orang yang tanda dan
n penyebab menyebutkan tinggal serumah gejala
isolasi sosial minimal satu atau sekamar isolasi
sosial
penyebab dengan Klien.
yang
isolasi sosial. b. Orang yang muncul,
b. Penyebab paling dekat perawat
munculnya dengan Klien dapat
isolasi sosial: dirumah atau menentuka
diri sendiri, ruang perawatan. n langkah
orang lain,dan c. Hal apa yang intervensi
selanjutny
lingkungan membuat Klien
a.
dekat dengan
orang tersebut.
d. Orang yang
tidak dekat
dengan Klien,
baik dirumah
atau di ruang
perawatan.
e. Apa yang
membuat Klien
tidak dekat
dengan orang
tersebut.
f. Upaya yang
sudah dilakukan
agar dekat
dengan orang
lain.

2.2 Diskusikan
dengan Klien
penyebab isolasi
sosial atau tidak
mau bergaul
dengan orang lain
a. Beri pujian
terhadap
kemampuan
Klien dalam
mengungkapkan
perasaan

TUK 3: Kriteria 3.1 Tanyakan Seputar


Klien Evaluasi: kepada Klien manfaat
mampu Klien dapat tentang: hubungan
menyebutkn menyebutkan sosial dan
keuntungan a. Manfaat
keuntungan kerugian
berhubungn dalam hubungan isolasi sosial
sosial dan berhubugan sosial membantu
kerugian sosial seperti: b. Kerugian klien
dari isolasi a. Banyak isolasI sosial mengidentif
sosial. ikasi apa
teman
b. Tidak 3.2 Diskusikan yang terjadi
bersama Klien pada
Kesepian
dirinya,
c. Bisa diskusi tentang manfaat
sehingga
d. Saling berhubungan dapat
menolong sosial dan diambil
kerugian isolasi langkah
sosial untuk
mengatasi
masalah ini.
Klien dapat Beri Pujian Penguatan
menyebutkan terhadap dapat
kerugian kemampuan klien membantu
meningkatka
menarik diri, dalam
n harga diri
seperti: mengungkapkan klien.
a. Sendiri perasaannya.
b. Kesepian
c. Tidak bisa
diskusi

TUK 4: Kriteria 4.1 Observasi Dengan


Klien dapat evaluasi: perilaku klien kehadiran
melaksanaka a. Klien dapat ketika orang yang
n hubungan melaksanaka tepat dapat
berhubungan
sosial secara nhubungan dipercaya
bertahap. sosial memberi
sosial secara 4.2 Jelaskan klien rasa
bertahap kepada klien aman dan
dengan cara terlindungi
Perawat, berinteraksi Setelah
perawat lain, dengan orang dapat
klien lain, berinteraks
lain
keluarga dan i dengan
4.3 Berikan contoh oranglain
kelompok cara berbicara dan
dengan orang memberi
lain kesempata
4.4 Beri n klien
kesempatan dalam
kepada klien mengikuti
aktifitas
kelompok,
mempraktikan Klien
cara merasa
berinteraksi lebih
berguna
dengan orang
dan rasa
yang percaya
dilakukan di diri Klien
hadapan dapat
perawat tumbuh
4.5 Bantu klien kembali.
berinteraksi
dengan salah
satu orang,
teman atau
anggota
keluarga
4.6 Bila klien
sudah
menunjukan
kemajuan,
tingkatkan
jumlah
interaksi
dengan dua,
tiga, empat
orang dan
seterusnya
4.7 Beri pujian
untuk setiap
kemajuaan
interaksi
yang telah
dilakukan
4.8 Latih klien
bercakap-
cakap dengan
anggota
keluarga saat
melakukan
kegiatan harian
dan kegiatan
rumah tangga
4.9 Latih klien
bercakap-
cakap saaat
melakukan
kegiatan
sosial
misalnya:
belanja ke
warung, ke
pasar, ke
kantorpos, ke
bank, dan
lain-lain.
4.10 Siap
mendengarka
n ekspresi
perasaan klien
setelah
berinteraksi
dengan orang
lain. mungkin
klien akan
mengungkapk
an
keberhasilan
atau
kegagalan
beri dorongan
terus-menerus
agar klien
tetapsemangat
meningkatkan
interaksinya.
TUK 5: Kriteria 5.1 Diskusikan Ketika klien
Klien mampu Evaluasi: dengan klien merasa
menjelaskan klien dapat tentang dirinya lebih
perasaannya menjelaskan baik dan
perasaannya
setelah perasaannya mempunyai
berhubungan setelah setelah makna,
sosial berhubungan berhubungan interaksi
sosial dengan: sosial dengan: sosial dengan
orang lain, orang lain dan orang lain
kelompok. kelompok. dapat
5.2 Beri pujian ditingkatkan.
terhadap
kemampuan
klien
mengungkapk
an
perasaannya.
TUK 6 : Kriteria 6.1 Diskusikan Dukungan
Klien Evaluasi: pentingnya dari
mendapat keluarga peran serta keluarga
dukungan dapat merupakan
keluarga
keluarga menjelaskan bagian
dalam tentang: sebgai penting dari
memperlu pendukung rehabilitasi
as a. isolasi untuk klien.
hubungan sosial mengatasi
sosial beserta perilaku
tanda isolasi
dan sosial
gejalannya 6.2 Diskusikan
. potensi
b. penyebab keluarga
dan untuk
akibat membantu
dari Klien
isolasi mengatasi
sosial. perilaku
c. Cara isolasi sosial.
merawat 6.3 Jelaskan pada
klien keluarga
isolasi tentang:
sosial a. Isolasi sosial
beserta tanda
dan gejalanya
b. Penyebab dan
akibat isolasi
sosial
c. Cara merawat
klien isolasi
sosial
6.4 Latih keluarga
cara merawat
klien isolasi
sosial
6.5 Tanyakan
perasaan
keluarga
setelah
mencoba cara
yang
dilatihkan
6.6 Beri motivasi
keluarga agar
membantu
klien untuk
bersosialisasi
6.7 Beri pujian
kepada
keluarga atas
keterlibatanya
merawat klien
dirumah sakit
TUK 7: Kriteria 7.1 Diskusikan Membantu
Klien dapat Evaluasi: klien dengan klien dalam
memanfaat bisa tentang meningkat
kan obat manfaat kan
dengan baik
menyebutkan: dan kerugian perasaan
a. Manfaat tidak minum kembali dan
minum obat. keterlibatan
obat dalam
7.2 Pantau Klien
perawatan
b. Kerugian pada saat kesehatan
yang penggunaan klien
dtimbulk obat
an akibat 7.3 Berikan
tidak pujian kepada
minum klien jika
obat klien
c. Nama, menggunakan
warna, obat dengan
dosis,efek benar
terapi, dan 7.4 Diskusikan
efek akibat
samping berhenti
obat minum obat
d. Akibat tanpa
berhenti konsultasi
minum dokter.
obattanpa 7.5 Anjurkan
konsultas Klien untuk
i dokter konsultasi
dengan dokter
atau perawat
jika terjadi
hal- hal yang
tidak
diinginkan
DAFTAR PUSTAKA

Damanik, dkk. 2020. Terapi kognitif terhadap kemampuan interaksi pasien skizofrenia dengan
isolasi social. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol. 11 No. 2 (2020) 226-235.
doi: 10.26751/jikk.v11i2.822

Fadly, Muhammad., Hargiana, Giur. (2018). Studi kasus: Asuhan keperawatan pada klien isolasi
sosial pasca pasung. Faletehan Health Journal, 5 (2) 90-98. doi: 10.33746/fhj.v5i2.14

Kusuma, A. D., & Sativa, S. O. (2020). Karakteristik Kepribadian Antisosial. Jurnal Keperawatan Jiwa,
8(1), 33. https://doi.org/10.26714/jkj.8.1.2020.33-36

Sukaesti, Diah. (2018). Sosial skill training pada klien isolasi sosial. Jurnal Keperawatan Volume
6 No 1, Hal 19 – 24. doi: 10.26714/jkj.6.1.2018.19-24

Anda mungkin juga menyukai