Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA
PADA PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Oleh :
NUR SALMAWATI
224291517012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI


NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya (Damayanti dan Iskandar, 2014). Salah satu penanganan pasien dengan
isolasi sosial adalah penerapan strategi pertemuan.
Isolasi sosial adalah juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan
dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negatif
atau mengancam (Nanda, 2018).
Menarik diri merupakan keadaan dimana sesorang menemukan kesulitan
dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain (Towsend dalam
Muhith, 2015).

2. Rentang Respon
Menurut Stuart (dalam Damayanti dan Iskandar, 2014) menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan,
mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus
membina saling tergantung yang merupaan keseimbangan antara ketergantungan
dan kemandirian dalam suatu hubungan.

Respon adaptif Respon

Menyendiri Kesepian Menarik diri Manipulasi


Otonomi ketergantungan Impulsif
Bekerja sama Narkisisme
Interdependen

Gambar 1. Rentang respon sosial (Damayanti dan Iskandar, 2014).


Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang masih
dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya linkungannya yang umum
berlaku dan lazim dilakukan oleh semua orang (Damayanti dan Iskandar, 2014).
Respon ini meliputi:

a. Solitude (menyendiri)

Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang


telah dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu cara mengevaluasi diri
untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.

b. Otonomi

Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,


pikiran, perasaan, dalam berhubungan sosial.

c. Mutualisme ( bekerja sama)

Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu


mampu untuk saling memberi dan menerima.

d. Interdependent (saling ketergantungan )

Adalah suatu hubungan saling tergantung antara induvidu dengan orang lain
dalam rangka membina hubungan interpersonal.

Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang


menyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum berlaku
dan tidak lazim dilakukan oleh semua orang (Damayanti dan Iskandar, 2014).
Respon ini meliputi:

a. Kesepian

Kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari lingkungannya,


merasa takut dan cemas.

b. Menarik diri

Merupakan suatu keadaan dimana individu menemukan kesulitan dalam


membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.

c. Ketergantungan (dependent)

Akan terjadi apabila individu gagal mengembangkan rasa percaya diri akan
kemampuannya.
d. Manipulasi
Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina
hubungan sosial secara mendalam.
e. Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan.
f. Narsisme
Individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu berusaha untuk mendapatkan
penghargaan dan pujian yang teru menerus, sikapnya egosentris, pencenburu dan
marah jika orang lain tidak mendukungnya.

3. Faktor Predisposisi

Berbagai faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah :


1) Faktor perkembangan
Setiap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan
pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari
Ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
membuat terbentuknyarasa percaya diri dan dapat mengembangkan
tingkah laku curiga pada orang lan maupun lingkunan di kemudian hari.
Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak
merasa diperlakukan sebagai objek.
2) Faktor Komunikasi dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga yang dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku:
 Sikap bermusuhan/hostilitas
 Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
 Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya.
 Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada
pembicaraananak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga,
kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam
pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan
musyawarah.
 Ekspresi emosi yang tinggi
 Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat
bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat)
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan hubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh suatu keluarga, seperti
anggota tidak prosuktif diasingkan dari lingkungan sosial.
4) Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh jelas
mempengaruhi adalah otak. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada
keluarga yang anggota keluarganya ada yang menderita skizofrenia. Klien
skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial terdapat
kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat volume otak serta perubahan struktur limbik.

4. Faktor Presipitasi

Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor


internal maupun eksternal, meliputi:
1. Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah
dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian
karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini
dapat menimbulkan isolasi sosial.

2. Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain.
5. Tanda Gejala
a. Menarik diri
b. Tidak Komunikatif
c. Mencoba menyendiri
d. Asik dengan pikiran dan dirinya sendiri/autistik
e. Tidak ada kontak mata
f. Sedih
g. Perilaku bermusuhan
h. Menyatakan perasaan sepi atau ditolak
i. Kesulitan membina hubungan di lingkungannya
j. Menghindari orang lain
k. Mengungkapkan perasaan tidak dimengerti orang lain

6. Psikodinamika
Isolasi sosial terjadi karena adanya ketidakmampuan koping individu dalam
berinteraksi dan tidak didukung oleh lingkungan sehingga isolasi sosial merupakan
keadaan individu k mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk
meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu membuat kontak.

7. Penatalaksanaan Umum
a. ECT (electro confulsive therapy), jenis pengobatan dengan menggunakan arus
listrik pada otak menggunakan 2 elektroda
b. Psikoterapi
membutuhkan waktu yang relative lama dan merupakan bagian penting dalam
proses terapeutik, meliputi : memberikan rasa nyaman dan tenang, bersifat
empati, menerima klien apa adanya, memotivasi klien untuk dapat
mengungkapkan perasaanya secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur
c. Terapi Okupasi
Ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipan dalam melaksanakan aktivitas
atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki,
memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang. (Dalami, 2018)
d. Terapi Psikofarmaka
1) Chlorpromazine, mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realistis, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma
sosial dan diri terganggu, halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku
yang aneh atau tidak terkendali, tidak mampu bekerja, berhubngan sosial
dan melakukan kegiatan rutin.
2) Haloperidol, kemampuan menilai realitan danlam fungdi mental dan
kehidupan sehari-hari. kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit
darah, epilepsy, kelainan jantung.
3) Trihexilphenidil (THP), pengonatan jenis penyakit parkinsin,
efeksamping mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah,
bingung, agitasi, konstipasi, takikardia.
e. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien degnan masalah isolasi sosial dapat diperikan
strategi pertemuan yang terdiri dari 3 sp dengan masing-masing strategi
pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP 1, perawat mengidentifikasi penyebab
isolasi sosial, dengan berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan
kerugian apabila berinteraksi dan tidak berintekasi dengan orang lain,
mengajarkan cara berkenalan, dan memasukan kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP 2, perawat
mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien
mempraktekksan cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien
memasukan kegiatan berbincang -bincang dengan orang lain sebgai salah satu
kegiatan harian. Pada SP 3, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien, memberi kesempatan untuk berkanalan dengan dua orang atau lebih
dan menganjurkna pasien memasukan ke dalam jadwal kegiatan hariannya.
f. Terapi Aktivitas Kelompok
Menurut Keliat (2015) terapi aktivitas kelompok sosialisasi merupakan suatu
rangkaian kegiatan kelompok dimana klien dengan masalah isolasi sosial akan
dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di sekitarnya.
Sosialissai dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok,
dan massa). Aktivitas yang dilakukan berupa latihan sosialisasi dalam
kelompok, dan akan dilakukan dalam 7 sesi dengan tujuan :
1) Sesi 1 :Klien mampu memperkenalkan diri
2) Sesi 2 :Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
3) Sesi 3 :Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompo
4) Sesi 4 :Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik
percakapan
5) Sesi 5 : Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah
pribadi pada orang lain
6) Sesi 6 :Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi
kelompok
7) Sesi 7 :Klien mampu menyampaikan pendapat tentang mamfaat
kegiatan TAK yang telah dilakukan.
g. Rehabilitasi
Program rehabilitasi biasanya diberikan di bagian lain rumah sakit yang
dikhususkan untuk rehabilitasi. Terdapat banyak kegiatan, antaranya terapi
okupasional yang meliputi kegiatan membuat kerajinan tangan, melukis,
menyanyi, dan lain-lain. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung
3-6 bulan (Yusuf, 2019).
h. Program Intervensi Keluarga
Intervensi keluarga memiliki banyak variasi, namun pada umumnya intervensi
yang dilakukan difokuskan pada aspek praktis dari kehidupan sehari-hari,
memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang isolasi sosial,
mengajarkan bagaimana cara berhubungan yang baik kepada anggota keluarga
yang memiliki masalah kejiwaan (Yusuf, 2019).
8. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial
b. Harga diri rendah
c. Halusinasi
d. Defisit perawatan diri
POHON MASALAH

Halusinasi

Isolasi Sosial

Koping individu tidak efektif Harga diri rendah


Koping keluarga tidak efektif

9. Fokus Intervensi
Rencana asuhan keperawatan adalah panduan untuk pemberian tindakan,
mempromosikan konsistensi perawatan antara anggota staf yang memberikan
perawatan pada klien, memenuhi kebutuhan pendidikan klien (Stuart, 2016).
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Isolasi Sosial 1. Membina hubungan Pertemuan 1
saling percaya 1. Identifikasi penyebab
2. Dapat sosial: siapa yang
mengidentifikasi serumah, siapa yang dekat
penyebab isolasi dan apa sebabnya
sosial: siapa yang 2. Jelaskan keuntungan
serumah, siapa yang punya teman dan
dekat dan apa bercakap-cakap
sebabnya 3. Jelaskan kerugian tidak
3. Dapat punya teman dan tidak
memberitahukan bercakap-cakap
kepada klien 4. Latih cara berkenalan
keuntungan punya dengan pasien, perawat,
teman dan bercakap- dan tamu
cakap 5. Masukan pada jadwal
4. Dapat memberi kegiatan untuk latihan
tahukan kepada klien berkenalan.
kerugian tidak punya
teman dan bercakap-
cakap
5. Klien dapat
berkenalan dengan
pasien, perawat dan
tamu
1. Klien dapat berbicara Pertemuan 2
saat melakukan 1. Evaluasi kegiatan dan
kegiatan harian berkenalan dengan
2. Klien dapat beberapa orang. Beri
berkenalan dengan 2- pujian
3 pasien, perawat, dan 2. Latih cara berbicara saat
tamu melakukan kegiatan harian
( latih 2 kegiatan)
3. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
berkenalan dengan 2-3
orang pasien, perawat dan
tamu, berbicara saat
melakukan kegiatan
harian.
1. Klien dapat berbicara Pertemuan 3
saat melakukan 1. Evaluasi kegiatan, latihan
kegiatan harian berkenalan
2. Klien dapat (beberapa orang) dan
berkenalan dengan 4- berbicara saat melakukan
5 orang, berbicara dua kegiatanharian.
saat melakukan 2 Berikan pujian
kegiatan 2. Latih cara berbicara saat
melakukan kegiatan harian
(2 kegiatan baru)
3. Masukan dalam jadwal
kegiatan harian untuk
latihan berkenalan, bicara
saat ,melakukan empat
kegiatan harian. Berikan
pujian.
1. Klien dapat berbicara Pertemuan 4
sosial: meminta 1. Evaluasi kegiatan latihan
sesuatu, menjawab berkenalan, bicara saat
pertanyaan melakukan empat kegiatan
2. Klien dapat harian. Berikan pujian
berkenalan dengan >5 2. Latih cara berbicara sosial:
orang, orang baru, meminta sesuatu,
berbicara saat menjawab pertanyaaan
melakukan kegiatan 3. Masukan pada jadwal
harian dan sosialisasi kegiatan untuk latihan
berkenalan >5 orang,
orang baru, berbicara saat
melakukan kegiatan harian
dan sosialisasi
1. Klien dapat mandiri Pertemuan 5
dalam berkenalan, 1. Evaluasi kegiatan latihan
berbicara saat berbicara saat melakukan
melakukan kegiatan kegiatan harian dan
harian dan sosialisasi sosialisasi berkenalan,
berbicara saat melakukan
kegiatan harian dan
sosialisai . berikan pujian.
2. Latih kegiatan harian
3. Nilai kemampuan yang
telah mandiri
4. Nilai apakah isolasi sosial
teratasi
STRATEGI PELAKSANAAN
(SP 1) ISOLASI SOSIAL
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien
Data subjektif :
- Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
- Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya.
- Klien merasa orang lain tidak selevel.
Data objektif :
- Klien tampak menyendiri.
- Klien terlihat mengurung diri.
- Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
3. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.
c. Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan
orang lain.
d. Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap.
e. Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain
f. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial.
g. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien.
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang
lain.
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
f. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian.
B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik
Assalamualaikum..!!! selamat pagi pak…… perkenalkan nama saya Ns. A,
biasa dipanggil Ns. Saya mahasiswa universitas nasional yang akan dinas di
ruangan Merak ini selama 2 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 08:00
sampai jam 13:00 sian. Nama bapak siapa? Senangnya ibu di panggil apa?
b. Evaluasi / Validasi.
Bagaimana perasaan bapak…… hari ini? O.. jadi bapak merasa bosan dan
tidak berguna. Apakah bpk masih suka menyendiri ??
c. Kontrak.
Topik: Baiklah bpk, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang
perasaan bpk dan kemampuan yang bpk miliki? Apakah bersedia?
Tujuananya Agar bpk dengan saya dapat saling mengenal sekaligus bpk
dapat mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain
Waktu : Berapa lama Bpk mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10
menit saja ya?
Tempat : Ibpk mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang
tamu?.
2. Fase kerja.
Dengan siapa bpk tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan bpk? apa
yang menyebabkan bpk dekat dengan orang tersebut? Siapa anggota keluarga
dan teman bpk yang tidak dekat dengan bpk? apa yang membuat bpk tidak
dekat dengan orang lain? A pa saja kegiatan yang biasa bpk lakukan saat
bersama keluarga? Bagaimana dengan teman-teman yang lain? Apakah ada
pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang lain? Apa
yang menghambat bpk dalam berteman atau bercakap-cakap dengan orang lain?
Menurut bpk apa keuntungan kita kalau mempunyai teman? Wah benar, kita
mempunyai teman untuk bercakap-bercakap. Apa lagi bpk? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugian kita tidak mempunyai teman
apa bpk? ya apa lagi? (sampai menyebutkan beberapa) jadi banyak juga ruginya
tidak punya teman ya. Kalau begitu ingin bpk belajar berteman dengan orang
lain? Nah untuk memulainya sekrang bpk latihan berkenalan dengan saya
terlebih dahulu. Begini bpk, untuk berkenalan dengan orang lain dengan orang
lain kita sebutkan dahulu nama kita dan nama panggilan yang kita sukai.
Contohnya: nama saya A, senang sipanggil A
Selanjutnya bpk menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya
nama Bapak siapa ? senangnya dipanggil apa? Ayo pak coba dipraktekkan!
Misalnya saya belum kenal dengan bpk. coba bpk berkenalan dengan saya. Ya
bagus sekali bpk!! coba sekali lagi bpk..!!! bagus sekali bpk!! Setelah
berkenalan dengan bpk, orang tersebut diajak ngobrol tentang hal-hal yang
menyenangkan. Misalnya tentang keluarga, tentang hobi, pekerjaan dan
sebagainya, Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan bercakap-cakap
dengan teman bpk. (dampingi pasien bercakap-cakap).
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan bpk setelah kita latihan berkenalan? Nah sekarang coba
ulangi dan peragakan kembali cara berkenalan dengan orang lain
b. RTL
Baiklah bpk, dalam satu hari mau berapa kali bpk latihan bercakap-cakap
dengan teman? Dua kali ya pak? baiklah jam berapa bpk akan latihan? Ini
ada jadwal kegiatan, kita isi pasa jam 11:00 dan 15:00 kegiatan bpk adalah
bercakap-cakap dengan teman sekamar. Jika bpk melakukanya secara
mandiri makan bpk menuliskan M, jika bpk melakukannya dibantu atau
diingatkan oleh keluarga atau teman maka bpk menuliskan D, Jika bpk tidak
melakukanya maka bpk tulis T. apakah bpk mengerti? Coba bpk ulangi?
Naah bagus bpk.
c. Kontrak yang akan datang
Topik : Baik lah bpk bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang
tentang pengalaman bpk bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan
latihan bercakap-cakap dengan topik tertentu. apakah bpk bersedia?
Waktu :bpk mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00? Tempat : bpk
maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
depan?? Baiklah bpk besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok
bpk. saya permisi Assalamualaikum.

Anda mungkin juga menyukai