KEPERAWATAN JIWA
ISOLASI SOSIAL
NIM : 18190000025
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Farida, 2012).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin, 1993 dikutip Budi Keliat,
2001).
II. PENYEBAB
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart
dan Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab
gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin
mempengaruhi antara lain yaitu:
a. Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial:
1) Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan
pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari
bapak/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan dapat mengembangkan
tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.
Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak
merasa diperlakukan sebagai objek.
2) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
3) Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas
mempengaruhi adalah otak. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada
keluarga yang anggota keluarganya ada yang menderita skizofrenia. Klien
skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial terdapat
kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat volume otak serta perubahan struktur limbik.
b. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal:
Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang masih
dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya yang umum
berlaku dan lazim dilakukan oleh semua orang, respon ini meliputi:
a) Solitude (menyendiri) adalah respon yang dbapaktuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu
cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
b) Otonomi adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, perasaan dalam berhubungan sosial.
c) Mutualisme (bekerja sama) adalah suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu mampu untuk saling memberi dan menerima.
d) Interdependen (saling ketergantungan) adalah suatu hubungan saling
tergantung antara individu dengan orang lain dalam rangka membina
hubungan interpersonal.
b. Stressor presipitasi
1) Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor
keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari
orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah
sakit.
2) Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah
dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi (Prabowo,
2014).
b. Gejala objektif
1) Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan
pelan
2) Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
3) Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
4) Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
5) Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara
berulang-ulang
6) Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
7) Ekspresi wajah tidak berseri
8) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
9) Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
10) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya (Trimelia, 2011).
VI. AKIBAT
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri
atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami
pasien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan,
kekecewaan, dan kecemasan (Prabowo, 2014).
Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam
mengembangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi
regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya
perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Pasien semakin tenggelam
dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah
laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi
(Stuart dan Sudden dalam Dalami, dkk, 2009).
(Prabowo, 2014)
VIII. PENATALAKSANAAN
Menurut dalami, dkk (2009) isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit
skizofrenia tak tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa
dilakukan adalah:
a. Electro Convulsive Therapy (ECT) Adalah suatu jenis pengobatan dimana
arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang
ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut
menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan
terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya
perubahan faal dan biokimia dalam otak.
b. Psikoterapi Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian
penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi:
memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik,
bersifat empati, menerima pasien apa adanya, memotivasi pasien untuk dapat
mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur
kepada pasien.
c. Terapi Okupasi Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih
dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat, dan meningkatkan harga
diri seseorang (Prabowo, 2014).
Isolasi Sosial:
Menarik diri Core Cause
B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi,
penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian
,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi:
1. Identitas klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama,
tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat
klien.
2. Keluhan utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi
dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari – hari , dependen.
3. Factor predisposisi
kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak
realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya;
perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus
dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu
karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba –
tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
4. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhafisik yang dialami oleh klien.
5. Aspek Psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
1) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau
tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan
terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang
tubuh . Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan
keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
2) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan
tidak mampu mengambil keputusan .
3) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses
menua , putus sekolah, PHK.
4) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya, mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi
5) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri
sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai
diri, dan kurang percaya diri.
a. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga
social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang
diikuti dalam masyarakat.
b. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)
6) Status mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata ,
kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan dengan orang lain , Adanya perasaan keputusasaan
dan kurang berharga dalam hidup.
7) Kebutuhan persiapan pulang
a. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,
membersikan dan merapikan pakaian.
c. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
d. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam
dan diluar rumah
e. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
8) Mekanisme kopin
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan
nya pada orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik
diri).
9) Aspek medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.
(Prabowo, 2014)
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, E., Suliswati, Farida, P., Rochimah, & Banon, E. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa
Dengan Masalah Psikososial, in a. Wijaya (Ed.) (p.134). Jakarta: CV.Trans Info
Media.
Eko, Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Farida, Kusumawati & Yudi, Hartono.(2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Mukhripah, Damaiyanti & Iskandar.(2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama.
Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Nuha Medika.
Purba, John Edision. (2018). Pengaruh Intervensi Rehabilitasi Terhadap Ketidakmampuan
Bersosialisasi pada Penderita Skizofrenia yang Dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Medan:
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Trimeilia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta Timur: TIM.
STRATEGI PELAKSANAAN
KEPERAWATAN JIWA
ISOLASI SOSIAL
NIM : 18190000025
I. Kondisi pasien:
A. Data subjektif :
- Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan dilingkungan masyarakat .
- Klien mengatakan dirinya lebih suka menyendiri. ____ _______
B. Data objektif :
- Klien tampak menyendiri.__________________________________________
- Klien terlihat mengurung diri._______________________________________
- Klien tampak menghindar. _________________________________________
- Klien selalu
menunduk.____________________________________________
- Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain. _____________________
FASE ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“ Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Ners Ismi, saya senang dipanggil Ismi,
saya perawat yang akan merawat bapak pagi ini dari jam 07.30 pagi sampai jam
14.00 Siang. Nama bapak siapa dan senang dipanggil
siapa ?”________________________
2. Evaluasi/validasi :
3. Kontrak:
Topik
Waktu
Tempat
FASE KERJA
1. “Siapa saja yang tinggal satu rumah dengan bapak A? siapa yang paling dekat
dengan bapak A? siapa yang jarang bercakap-cakap dengan bapak A? Apa yang
membuat bapak A jarang bercakap-cakap
dengannya?”_______________________
2. “Apa yang bapak A rasakan selama dirawat disini? O... bapak A merasa sendirian?
Siapa saja yang bapak A kenal diruangan ini? O... belum ada? Apa yang
menyebabkan bapak A tidak mempunyai teman disini dan tidak mau bergabung
atau ngobrol dengan teman-teman yang ada disini?”
_____________________________
3. “Kalau bapak A tidak mau bergaul dengan teman-teman atau orang lain, tanda-
tandanya apa saja? mungkin bapak A selalu menyendiri ya... terus apalagi pak...
(sebutkan)”_________________________________________________________
4. “Bapak A tahu keuntungan kalau kita mempunyai banyak teman? coba sebutkan
apa saja? keuntungan dari mempunyai banyak teman itu pak A adalah...
(sebutkan)” ___
5. “Nah kalau kerugian dari tidak mempunyai banyak teman bapak A tahu tidak?
coba sebutkan apa saja? Ya bapak A kerugian dari tidak mempunyai banyak teman
adalah... (sebutkan). Jadi banyak juga ruginya ya kalau kita tidak punya banyak
teman. Kalau begitu inginkan bapak A berkenalan dan bergaul dengan orang lain?”
6. “Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain. ”_
___
7. “Jadi begini bapak A, untuk berkenalan dengan orang lain caranya adalah :
pertama kita mengucapkan salam sambil berjabat tangan, terus bilang
“Perkenalkan nama lengkap, terus nama panggilan yang disukai, asal kita dan
hobby kita.” Contohnya seperti ini “ assalamualaikum, perkenalkan nama saya
Ismi Nurul Hidayati, saya lebih senang dipanggil Ismi, asal saya dari Bogor dan
hobby saya berenang.” ____
8. “Selanjutnya bapak A menanyakan nama lengkap orang yang diajak kenalan, nama
panggilan yang disukai, menanyakan juga asal dan hobbynya. Contohnya seperti
ini “Nama bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana dan hobbynya
apa?”______________________________________________________________
9. “Ayo bapak A kita coba! misalnya saya belum kenal dengan bapak A. Coba
berkenalan dengan saya! ya bagus sekali! coba sekali lagi pak A. Bagus sekali! jadi
Setelah bapak A berkenalan dengan orang tersebut, bapak A bisa melanjutkan
percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan misalkan tentang cuaca, hobi,
keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
_____________________________________
TERMINASI
“Coba bapak A bapak sebutkan kembali penyebab bapak A tidak mau bergaul
dengan orang lain? apa saja tanda-tandanya pak ? terus keuntungan dan kerugianya
apa saja? - Coba bapak A sebutkan cara berkenalan dengan orang lain, yaitu... ya
bagus - Nah sekarang coba bapak A praktikkan lagi cara berkenalan dengan saya.
Iya bagus!” ___
2. Rencana Tindak Lanjut pasien [apa yang perlu dilatih oleh pasien sesuai hasil tindakan
yang telah dilakukan :
1) “Selanjutnya bapak A dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi. Sehingga
bapak A lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Bapak A bisa praktikkan
pasien pasien lain.” ___________________________________________________
2) “Sekarang kita buat jadwal latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak mau berlatih
berkenalan dengan orang lain, jam berapa saja pak ? coba tulis disini. Oh jadi mau
tiga kali ya pak.”
_____________________________________________________
3) “Ya bagus pak A dan jangan lupa dilatih terus ya pak sesuai jadwal latihanya dan
bapak A bisa berkenalan dengan teman-teman yang ada di ruangan
ini.”___________
Topik :
“Baik pak A sekarang bincang-bincangnya sudah selesai, bagaimana jika besok kita
berbincang-bincang lagi tentang pengalaman bapak A bercakap-cakap dengan
teman-teman baru dan nanti besok saya akan datang kesini lagi untuk melatih bapak
A berkenalan dengan perawat lain yaitu teman saya perawat N, bagaimana apakah
bapak A bersedia?”
___________________________________________________
Waktu :
“Bapak mau bertemu lagi jam berapa? bagaimana kalau jam 10?” -
_______________
Tempat :
I. Kondisi Pasien
Data subjektif:
- Klien mengatakan belum berani untuk berinteraksi dengan orang
lain.__________
- Klien mengatakan malu untuk
berinteraksi._______________________________
- Klien mengatakan lebih suka
menyendiri.________________________________
Data objektif:
- Klien tampak
menyendiri .____________________________________________
- Klien selalu menunduk.______________________________________________
- Klien tampak tidak berinteraksi dengan yang
lainnya._______________________
FASE KERJA
1. “Baiklah Bapak A hari ini saya datang bersama dengan teman saya Perawat N yang
dinas di ruang Tulip juga, apakah Bapak A bisa memulai
berkenalan?”____________
2. “Apakah Bapak A masih ingat bagaimana cara berkenalan? (berikah pujian jika
pasien masih ingat, jika pasien lupa bantu pasien untuk mengingat kembali cara
berkenalan). Nah sekarang Bapak A silahkan memulai perkenalan (Fasilitasi
perkenalan antara pasien dengan perawat lain).”_____________________________
3. “Wahh! Bagus sekali pak, selain nama, alamat dan hobby apakah ada yang ingin
bapak A ketahui tentang perawat N? (Bantu pasien mengembangkan topik
pembicaraan).”_______________________________________________________
4. “Wah! Bagus sekali, nah Bapak apa kegiatan yang biasa bapak lakukan pada jam
segini? Bagaimana kalau kita berkenalan dengan teman Bapak A yang sedang
menyiapkan makan siang di ruang makan, sambil membantu teman Bapak A bisa
berkenalan dan bercakap-cakap dengan teman yang lain. Mari pak (sambil
mendampingi
pasien).”_________________________________________________
5. “Ayo pak kita bisa memulai perkenalan dengan teman bapak A! Seperti Bapak A
tadi berkenalan dengan perawat N. (Jika pasien bisa berkenalan dengan temannya
berikan pujian). Wah! Bagus sekali pak, Ayo kita coba dengan teman yang
disampingnya
pak!.”______________________________________________________________
6. “Wah! Sangat bagus sekali Bapak A sudah bisa berkenalan dengan teman-teman
Bapak A. Apakah ada yang ingin Bapak bicarakan dengan teman Bapak A? Tentang
cara menata kursi untuk makan silahkan pak (jika pasien diam bisa dibantu oleh
perawat). Coba Bapak A tanyakan bagaimana cara menata kursi kepada teman
bapak? Apakah harus rapi atau tidak?”
___________________________________________
7. “Silahkan pak apalagi yang ingin bapak bicarakan.
Silahkan.”___________________
8. “Oke sekarang kursinya sudah rapi, bagaimana kalau bapak A dan teman-teman
bapak A menyusun makanan diatas meja bersama. Silahkan bu sambil bercakap-
cakap.”_____________________________________________________________
FASE TERMINASI
FASE KERJA
1. (Mendampingi pasien mendekati pasien lain). “Selamat pagi, ini ada pasien saya
yang ingin berkenalan. Baiklah bapak, bapak A bisa berkenalan sekarang
dengannya seperti yang bapak lakukan sebelumnya. (Pasien mendemonstrasikan
cara berkenalan: memberi salam, menyebut nama, nama panggilan, asal dan hobi
dan pasien menanyakan hal yang
sama).”______________________________________
2. “Apakah ada lagi yang ingin bapak A tanyakan kepada A? Kalau tidak ada lahi
yang ingin dibicarakan bapak bisa sudahi perkenalan ini. Lalu bapak bisa membuat
janji untuk bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti. (pasien membuat
janji untuk bertemu kembali dengan pasien
lain)._________________________________
3. “Baiklah A, karena bapak A sudah selesai berkenalan, saya dan bapak A akan
kembali ke ruangan. Selamat pagi (Bersama-sama pasien meninggalkan pasien lain
untuk melakukan terminasi dengan pasien di tempat
lain)”.__________________________
FASE TERMINASI