LAPORAN PENDAHULUAN
A. Masalah Utama
Perubahan proses pikir: Waham
5. Faktor Persipitasi
Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang
yang berarti atau diasingkan dari kelompok.
Faktor Biokimia
Dopamin, neropineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga
dapat menjadi penyebab waham pada seseorang.
Faktor Psikologis
Kecemasan yang memnjang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping
untuk menghindari kenyataan yang menyenangkan.
6. Macam-Macam Waham
Waham Agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
“Kalau saya mau masuk syurga saya harus menggunakan
pakian putih setiap hari.” Atau klien mengatakan bahwa dia
adalah Tuhan yang mampu mengendalikan mahluknya.
Waham Kebesaran
Keyakinan secara berlebih bahwa dirinya memiliki kekuatan
khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain,
diucapkan berulang-ulang tapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
“Saya ini pejabat di Departemen Kesehatan lho...”
“Saya punya tambang emas!”
Waham Curiga
Keyakinan bahwa seseorang atau sekelompok orang berusaha
merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang
tapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
“Saya tahu... semua saudara saya ingin menghancurkan saya
karena mereka semua iri dengan kesuksesan yang dialami
saya.”
Waham Somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit, diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
Klien selalu mengatakan bahwa dirinya sakit kanker, namun
setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan
sel kanker pada tubuhnya.
Waham Nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
“Ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”
7. Status Mental
Berdandan dengan baik dan berpakaian rapi, tetapi mungkin terlihat
eksentrik dan aneh. Tidak jarang bersikap curiga atau bermusuhuan
terhadap orang lain. Klien biasanya cerdik ketika dilakukan
pemeriksaan sehingga dapat memanipulasi data. Selain itu perasaan
hatinya konsisten dengan isi waham.
F. Diagnosis Keperawatan
Evaluasi objektif
“Jadi bidang apa yang Bapak sukai?
Rencana tindak lanjut
“Setelah kita tahu bidang yang Bapak sukai, bagaimana kalau
besok kita ngobrol tentang potensi atau kemampuan lain yang
Bapak miliki?”
Kontrak yang akan datang
a. Topik : “Bagaimana kalau besok kita ngobrol tentang
potensi atau kemampuan yang Bapak miliki. Selanjutnya
kita pilih mana yang bisa kita lakukan disini, Bapak
setuju?”
b. Waktu : “Kira-kira kita besok bertemu jam berapa?
Bagaimana kalau ja, 10 saja? Sampai ketemu besok ya.”
c. Tempay : “Bagaimana kalau di tempat biasa kita
ngobrolnya.”
Tabel 5.1 Pengkajian Klien dengan Perubahan Proses Pikir :
Wahamdalam Asuhan Keperawatan
1. Proses pikir
[ ] Sirkumstansial
[ ] Flight of ideas
[ ] Kehilangan asosiasi
[ ] Tangensial
[ ] Blocking
[ ] Pengulangan bicara
2. Isi fikir
[ ] Obsesi
[ ] Depersonalisai
[ ] Hipokondria
[ ] Waham
[ ] Agama
[ ] Curiga
[ ] Somatik
[ ] Nihilistik
[ ] Kebesaran
[ ] Siar Fikir
[ ] Sisip Fikir
[ ] Kontrol fikir
[ ] Fobia
[ ] Ide terkait
[ ] Fikiran magis
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat saudara gunakan sebagai
panduan untuk mengkaji klien dengan waham
2. Apakah klien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah klien
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
6. Apakah klien berfikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang
lain atau kekuatan dari luar
Orientasi :
Kerja :
"Saya mengerti B merasa bahwa B adalah seorang nabi, tetapi sulit bagi saya
untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak ada lagi, bisa
kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus B."
"Sekarang B ada di tempat yang aman, saya dan keluarga B akan selalu
menemani B."
"Wah...warna baju yang B kenakan hari ini cocok sekali dengan warna kulit B."
"Apa saja yang harapan B selama ini, bisa B ceritakan kepada saya?"
"Wah...ternyata harapan B cukup banyak ya."
Terminasi :
"Bagaimana kalau saya datang kembali ke rumah B dua hari yang akan datang?"
"Nah selama dua hari tidak bertemu ini coba B ingat-ingat apa saja hobi atau
kegemaran B."
Orientasi :
"Assalamualaikum B, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekaramg saya
datang lagi."
Kerja :
"Apa saja hobi B?"
"Wah..., rupanya B pandai menari seudati ya, tidak semua orang bisa menari
seperti itu loh B"
"Bisa B ceritakan kepada saya kapan pertama kali B belajar menari seudati,
siapa yang dulu mengajarkannya kepada B, di mana?"
"Coba kita buat jadwal untuk kemampuan B ini ya, berapa kali sehari/seminggu
B mau menari seudati?"
Terminasi :
"Setelah ini coba B mulai latihan menari seudati sesuai dengan jadwal yang telah
kita buat ya dan coba B ingat-ingat apa saja obat yang selama ini B minum."
"Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus B minum, setuju?"
"Assalamualaikum B, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu, sekarang saya
datang lagi."
"Bagaimana B sudah ingat apa saja obat yang selama ini B minum?"
"Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang obat yang B minum?"
Kerja :
"B perlu minum obat ini agar pikiran jadi tenang, dan tidurnya juga tenang."
"Obatnya ada tiga macam B, yang warnanya oranye namanya CPZ, yang putih
ini namanya THP, dan yang merah jambu ini namanya HLP. Semuanya ini harus
B minum 3 kali sehari, setiap jam 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam,"
"Bila nanti setelah minum obat mulut B terasa kering, untuk mengatasinya B bisa
mengisap-isap es batu.
"Sebelum minum obat ini, B lihat dulu label di kotak obat. Apakah benar nama B
tertulis di sana, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus
diminum, baca juga apakah nama obatnya sudah benar."
"B, obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus B
minum dalam waktu yang lama. Sebaiknya B tidak menghentikan sendiri obat
yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter."
Terminasi :
"Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang B
minum?"
"Setelah ini coba B minum obat sesuai dengan yang saya ajarkan tadi."
"Bagaimana Pak/Bu, bisa kita ketemu dua hari lagi untuk membicarakan cara
merawat B di rumah?"
"Bagaimana kalau waktunya seperti sekarang ini saja, Bapak dan Ibu setuju?"
Orientasi :
"Assalamualaikum Pak/Bu, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang
saya datang lagi."
"Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang bagaimana cara merwat B di rumah?"
"Di mana kita mau berbicara dan berapa lama Bapak dan Ibu mau kita
berbicara?"
Kerja :
"Pak/Bu sebaiknya Ibu dan Bapak tidak perlu khawatir dalam mengahadapi sikap
B yang selalu mengaku-ngaku sebagai seorang nabi, hal yang harus Bapak dan
Ibu lakukan adalah setiap kali anak Bapak dan Ibu berkata seperti itu, Bapak dan
Ibu dapat menanggapinya dengan : Bapak/Ibu mengerti B merasa bahwa B
adalah seorang nabi, tetapi sulit bagi Bapak/Ibu untuk mempercayainya karena
setahu Bapak/Ibu semua nabi sudah tidak ada lagi, bisa kita lanjutkan
pembicaraan kita tentang kemampuan-kemampuan yang pernah B miliki?"
"Lalu Bapak dan Ibu juga harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal
yang baik ya."
"Hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan
B."
"Pak/Bu B perlu minum obat ini agar pikirannya lebih tenang, sehingga dapat
tidur nyenyak."
"Obat ini harus diminum secara teratur setiap hari dan jangan dihentikan
sebelum berkonsultasi dengan dokter karena akan dapat menyebabkan B kambuh
kembali."
Terminasi :
"Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara
merawat B di rumah?"
"Setelah ini coba Bapak dan Ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi dan
tolong bantu B untuk minum obat sesuai yang saya ajarkan tadi."
"Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh anak Ibu dan Bapak, misalnya : mengaku sebagai seorang nabi terus-
menerus dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera
hubungi saya di Puskesmas..., atau hubungi nomor ini : ..."