Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KEPERAWATAN PERUBAHAN PROSES PIKIR: WAHAM

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama
Perubahan proses pikir: Waham

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Perngertian
 Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan
secara kukuh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh
orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan
Sundeen, 1998).
 Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan
kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara
logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran
klien yang sudah kehilangan kontrol (Depkes RI, 2001)
 Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang brdasarkan
penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten
dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya,
ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal
melalui proses interaksi atau informasi secara akurat (Keliat,
1999).
2. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pola pikir:
waham adalah sebagai berikut:
 Menolak makan
 Tidak ada perhatian pada perawatan diri
 Ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan
 Gerakan tidak kontrol
 Mudah tersinggung
 Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
 Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan
 Menghindar dari orang lain
 Mendominasi pembicaraan
 Berbicara kasar
 Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan
3. Rentang Respons
Respons Adaptif Respon
Maladaptif

 Pikiran logis  Kadang proses  Gangguan isi


 Persepsi kuat pikir terganggu pikir halusinasi
 Emosi konsisten  Ilusi  Perubahan proses
dengan  Emosi berlebihan emosi
pengalaman  Berprilaku yang  Perilaku tidak
 Perilaku sesuai tdk biasa terorganisasi
 Hubungan sosial  Menarik diri  Isolasi sosial
harmonis
Rentang Respons Perubahan Proses Pikir Waham Sumber: Keliat
(1999)
4. Faktor Predisposisi
 Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengggangu hubungan
interpersonal seseorsng. Hal ini dapat meningkatkan stres dan
ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien
menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual
dan emosi tidak efektif.
 Faktor Sosial Budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat
menyebabkan timbulnya waham
 Faktor Psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan,
dapat menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran
terhadap kenyataan.
 Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran
ventrikel di otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbik.
 Faktor Genetik

5. Faktor Persipitasi
 Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang
yang berarti atau diasingkan dari kelompok.
 Faktor Biokimia
Dopamin, neropineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga
dapat menjadi penyebab waham pada seseorang.
 Faktor Psikologis
Kecemasan yang memnjang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping
untuk menghindari kenyataan yang menyenangkan.

6. Macam-Macam Waham
 Waham Agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
“Kalau saya mau masuk syurga saya harus menggunakan
pakian putih setiap hari.” Atau klien mengatakan bahwa dia
adalah Tuhan yang mampu mengendalikan mahluknya.
 Waham Kebesaran
Keyakinan secara berlebih bahwa dirinya memiliki kekuatan
khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain,
diucapkan berulang-ulang tapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
“Saya ini pejabat di Departemen Kesehatan lho...”
“Saya punya tambang emas!”
 Waham Curiga
Keyakinan bahwa seseorang atau sekelompok orang berusaha
merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang
tapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
“Saya tahu... semua saudara saya ingin menghancurkan saya
karena mereka semua iri dengan kesuksesan yang dialami
saya.”
 Waham Somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit, diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
Klien selalu mengatakan bahwa dirinya sakit kanker, namun
setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan
sel kanker pada tubuhnya.
 Waham Nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
“Ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”

7. Status Mental
Berdandan dengan baik dan berpakaian rapi, tetapi mungkin terlihat
eksentrik dan aneh. Tidak jarang bersikap curiga atau bermusuhuan
terhadap orang lain. Klien biasanya cerdik ketika dilakukan
pemeriksaan sehingga dapat memanipulasi data. Selain itu perasaan
hatinya konsisten dengan isi waham.

8. Sensori dan Kognisi


Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik
terhadap orang,tempat,dan waktu.Daya ingat atau kongnisi lainnya
biasnya akurat.Pengendalian implus pada klien waham perlu
diperhatikan bila terlihat adanya rencana untuk bunuh
diri,membunuh,atau melakukan kekerasan kepada orang lain.
Gagasan proses pikir:waham biasanya diawali dengan adanya
riwayat penyakit berupa kerusakan pada bagian korteks dan limbik
otak.Bisa dikarenakan terjatuh atau didapat ketika lahir.Hal ini
mendukung terjadinya perubahan emosional seseorang yang tidak
stabil.Bila berkepanjangan akan menimbulkan perasaan rendah
diri,kemudian mengisolasi diri dari orang lain dan lingkungan.Waham
kebesaran akan timbul sebagai manifestasi ketikmampuan seseorang
dalam memenuhi kebutuhannya.Bila respons lingkungan kurang
mendukung terhadap perilaku nya dimungkinkan akan timbul risiko
perilaku kekerasan pada orang lain.
C. Pohon Masalah
Effect Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Core Problem Perubahan Sensori Waham

Causa Isolasi Sosial: Menarik Diri

Harga Diri Rendah Kronis

Pohon Masalah Perubahan Proses Pikir: Waham

D. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Resiko tinggi perilaku kekerasan.
2. Perubahan proses pikir:waham.
3. Isolasi sosial.
4. Harga diri rendah.
E. Data yang Perlu Dikaji

Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji


Perubahan proses piker : waham Subjektif :
kebesaran  Klien mengatakan bahwa dirinya
adalah orang yang paling hebat.
 Klien mengatakan bahwa ia memiliki
kebesaran atau kekuasaan khusus.
Objektif :
 Klien terus berbicara tentang
kemampuan yang dimilikinya.
 Pembicaraan klien cenderung
berulang-ulang.
 Isi pembicaraan tidak sesuai dengan
kenyataan.

F. Diagnosis Keperawatan

Perubahan proses piker : Waham Kebesaran.

G. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Rencana tindakan keperawatan pada klien.


Strategi pelaksaan 1 (SP 1) untuk klien.
 Membantu orientasi realitas.
 Mendiskusikan kebutuhan yang tdak terpenuhi.
 Membantu klien memenuhi kebutuhannya.
 Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien.

 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.


 Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki.
 Melatih Kemampuan yang dimiliki.

Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk klien.

 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.


 Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara
teratur.
 Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

Tindakan keperawatan untuk klien :

 Tidak mendukung atau membantah waham klien.


 Yakinkan klien berada dalam keadaan aman.
 Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari.
 Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi
karena dapat menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah.
 Jika klien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan
tanpa memberikan dukungan atau menyangkal sampai klien
berhenti mmbicarajannya.
 Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan
realitas.
 Diskusikan dengan klien kemampuan realitas yang dimilikinya
pada saat yang lalu dan saaat ini.
 Anjurkaan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan
yang dimilikinya.
 Tingkatkan aktivitas yag dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional klien.
 Berbicara dalam konteks realitas.
 Bila klien mampu memperlihatkan kemampuan positifnya.
 Berikan pujian yang sesuai.
 Jelaskan pada klien tentang program pengobatannya 9manfaat,
dosis obat, jenis, dan efek smping obat yang diminum serta cara
meminum obat yang benar).
 Diskusikan akibat yang terjadi bila klien berhenti minum obat
tanpa konsultasi.
2. Rencana tindakan keperawatan untuk keluarga.
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk keluarga.
 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluaraga daalam merawat
klien.
 Menjelaskan pengertian, tanda , dan gejala waham yang dialami
klien beserta proses terjadinya.
 Menjelaskan cara-cara merawat klien waham.

Strategi pelaksaan 2 (SP 2) untuk keluara.

 Melatih keluarga mempraktikan cara merawat klien waham.


 Melatih keluarga me;akukan melakukan cara merawat klien
waham.

Strategi pelaksanaa 3 (SP 3) untuk keluarga.

 Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk


minum obat.
 Menejlaskan follow up klien setelah pulang.

Tindakan keperawatan untuk keluarga klien.

 Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien


 Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat klien waham di
rumah, follow up dan keteraturan pengobatan, serta lingkugan yang
tepat untuk klien.
 Diskusikan dengan keluarga tentang obat klien (nama, dosis,
frekuensi, efek samping, dan akibat penghntian obat).
 Diskusikn dengan kelyarga kondidi klien yang memerluan bantuan.

CONTOH STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

 Masalah : Perubahan Proses Pikir : Waham Kebesaran.


 Pertemuan : Disesuikan.
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Kien mengatakan ia memiliki toserba, sibuk bisnis, dan ingin
mendirikan partai. Klien selalu mengulang-ulang kemampuan yang
dimilikinya. Kien terlihat mondar-mandir dan tidak peduli dengan
lingkungan sekitarnya.
2. Diagnosis Keperawatan
Perubahan proses piker : Waham
3. TUK/Strategi Pelaksanaan
 Membuat orientai realitas.
 Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
 Membantu klien memenuhi kebutuhannya.
 Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
4. Tindakan Keperawatan
 Identifikasi kebutuhan klien.
 Bicara pada konteks realita (tidak mendukung atau membantah
waham klien).
 Latih klien untuk memenuhi kebutuhannya.
 Masukkan dalam jadwal harian.
B. Strategi Kominikasi dan pelaksanaan
1. Orientasi
 Salam terepeutik
“Assalamualaikum Pak … Bertemu lagi dengan saya, masih
kenal tidak dengan saya? Nama saya … bisa dipanggil … saja.
Bapak ingat? Seperti kemarin, hari ini saya bertugas di sini
dari 07.00-12.00 siang nanti.”
 Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasan Bapak hari ini? Tidurnya semlam
nyenyak tidak? Sekarang Bapak ada keluhan tidak? Sekarang
Bapak ada keluhan tidak? Bagaimana giginya? Sudah
sembuh?”
 Kontrak
“Baiklah sesuai janji kemarin, hari ini kita akan ngobrol ya
Pak? Bagaimana kalau hari ini kita bercakap-cakap tentang
bidang yang Bapak sukai? Dimana kita duduk? Berapa lama?
Bagaimana kalau 10 menit?
2. Kerja
“Bidang apa yang Bapak sukai? Kemarin Bapak sempat mengatakan
memiliki toserba, apakah Bapak suka dengan bisnis? Mengapa Bapak
menyukainya? Bagaimana dengan politik? Apakah Bapak juga
menyukainya? Karena beberapa hari yang lalu Bapak juga
mengatakan kepada saya imgin membuat partai poliyik biru, benar
Pak? Mana yang lebih Bapak sukai bisnis atau politik? Mengapa
Bapak menyukai itu? Karena sekarang Bapak sedang berada disini
apakah menuru Bapak, Bapak bisa menjalankan bidang yang Bapak
minati tersebut? Bagaimana caranya? Apakah bisa kita masukkan ke
dalam jadwal kegiatan sehari-hari?”
3. Terminasi
 Evaluasi subjektif
“Bagaimaan perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap?”

 Evaluasi objektif
“Jadi bidang apa yang Bapak sukai?
 Rencana tindak lanjut
“Setelah kita tahu bidang yang Bapak sukai, bagaimana kalau
besok kita ngobrol tentang potensi atau kemampuan lain yang
Bapak miliki?”
 Kontrak yang akan datang
a. Topik : “Bagaimana kalau besok kita ngobrol tentang
potensi atau kemampuan yang Bapak miliki. Selanjutnya
kita pilih mana yang bisa kita lakukan disini, Bapak
setuju?”
b. Waktu : “Kira-kira kita besok bertemu jam berapa?
Bagaimana kalau ja, 10 saja? Sampai ketemu besok ya.”
c. Tempay : “Bagaimana kalau di tempat biasa kita
ngobrolnya.”
Tabel 5.1 Pengkajian Klien dengan Perubahan Proses Pikir :
Wahamdalam Asuhan Keperawatan

1. Proses pikir

[ ] Sirkumstansial

[ ] Flight of ideas

[ ] Kehilangan asosiasi

[ ] Tangensial

[ ] Blocking

[ ] Pengulangan bicara

2. Isi fikir

[ ] Obsesi

[ ] Depersonalisai

[ ] Hipokondria
[ ] Waham

[ ] Agama

[ ] Curiga

[ ] Somatik

[ ] Nihilistik

[ ] Kebesaran

[ ] Siar Fikir

[ ] Sisip Fikir

[ ] Kontrol fikir

[ ] Fobia

[ ] Ide terkait

[ ] Fikiran magis

Sumber : Keliat (1999)

Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat saudara gunakan sebagai
panduan untuk mengkaji klien dengan waham

1. Apakah klien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan


dan menetap?

2. Apakah klien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah klien
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?

3. Apakah klien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh


dan tidak nyata?

4. Apakah klien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya?


5. Apakah klien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?

6. Apakah klien berfikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang
lain atau kekuatan dari luar

7. Apakah klien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan


lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca fikirannya

LATIHAN FASE ORIENTASI, KERJA, DAN TERMINASI PADA SETIAP


SP

LATIHAN 1. Membina hubungan saling percaya dan mengidentifikasi waham


klien.

Orientasi :

"Assalamualaikum Dik, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat dari


Puskesmas Darat Imarah, saya yang akan merawat adik hari ini. Nama adik
siapa, senangnya dipanggil apa?"

"Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang B rasakan sekarang?"

"Berapa lama B mau kita berbincang-bincang?"

"Di mana enaknya kita berbincang-bincang, B?"

Kerja :

"Saya mengerti B merasa bahwa B adalah seorang nabi, tetapi sulit bagi saya
untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak ada lagi, bisa
kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus B."

"Sekarang B ada di tempat yang aman, saya dan keluarga B akan selalu
menemani B."

"Wah...warna baju yang B kenakan hari ini cocok sekali dengan warna kulit B."

"Apa saja yang harapan B selama ini, bisa B ceritakan kepada saya?"
"Wah...ternyata harapan B cukup banyak ya."

"B masih ingat siapa nama ibu B?"

"Bagus sekali B dapat menyebutkan nama ibu B dengan tepat

Terminasi :

"Bagaimana persaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?"

"Bagaimana kalau saya datang kembali ke rumah B dua hari yang akan datang?"

"Jam berapa sebaiknya saya datang kembali?"

"Di mana enaknya kita bercakap-cakap nanti?"

"Bagaimana kalau nanti kita bicarakan tentang hobinya B?"

"Nah selama dua hari tidak bertemu ini coba B ingat-ingat apa saja hobi atau
kegemaran B."

Latihan 2. Memberikan tindakan keperawatan kepada klien waham.

Orientasi :

"Assalamualaikum B, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekaramg saya
datang lagi."

"Apakah B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran B?"

"Bagaimana kalau kita bicarakan tentang hobi tersebut sekarang?"

"Di mana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi B tersebut?"

"Berapa lama B mau kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?"

Kerja :
"Apa saja hobi B?"

"Wah..., rupanya B pandai menari seudati ya, tidak semua orang bisa menari
seperti itu loh B"

"Bisa B ceritakan kepada saya kapan pertama kali B belajar menari seudati,
siapa yang dulu mengajarkannya kepada B, di mana?"

"Bisa B peragakan kepada saya bagaimana menari seudati itu?"

"Wah...bagus sekali tarian seudati B."

Bagaimana kalau sekarang B teruskan kemampuan menari seudati tersebut... ."

"Coba kita buat jadwal untuk kemampuan B ini ya, berapa kali sehari/seminggu
B mau menari seudati?"

"Apa yang B harapkan dari kemampuan menari seudati ini?"

"Ada tidak hobi atau kemampuan B selain menari seudati?"

Terminasi :

"Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan


kemampuan B?"

"Setelah ini coba B mulai latihan menari seudati sesuai dengan jadwal yang telah
kita buat ya dan coba B ingat-ingat apa saja obat yang selama ini B minum."

"Dua hari lagi saya akan kembali mengunjungi B ya?"

"Bagaimana kalau waktunya seperti sekarang ini saja, B setuju?"

"Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus B minum, setuju?"

Latihan 3. Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.


Orientasi :

"Assalamualaikum B, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu, sekarang saya
datang lagi."

"Bagaimana B sudah ingat apa saja obat yang selama ini B minum?"

"Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang obat yang B minum?"

"Di mana kita mau bicara?"

"Berapa lama B mau kita berbicara?"

Kerja :

"B perlu minum obat ini agar pikiran jadi tenang, dan tidurnya juga tenang."

"Obatnya ada tiga macam B, yang warnanya oranye namanya CPZ, yang putih
ini namanya THP, dan yang merah jambu ini namanya HLP. Semuanya ini harus
B minum 3 kali sehari, setiap jam 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam,"

"Bila nanti setelah minum obat mulut B terasa kering, untuk mengatasinya B bisa
mengisap-isap es batu.

"Bila terasa mata berkunang-kunang, B sebaiknya istirahat dan jangan


beraktivitas dulu."

"Sebelum minum obat ini, B lihat dulu label di kotak obat. Apakah benar nama B
tertulis di sana, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus
diminum, baca juga apakah nama obatnya sudah benar."

"B, obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus B
minum dalam waktu yang lama. Sebaiknya B tidak menghentikan sendiri obat
yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter."

Terminasi :
"Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang B
minum?"

"Setelah ini coba B minum obat sesuai dengan yang saya ajarkan tadi."

"Dua hari lagi saya akan kembali mengunjungi B ya?"

"Nanti saya akan bicara dengan Ibu dan Bapak B."

"Bagaimana Pak/Bu, bisa kita ketemu dua hari lagi untuk membicarakan cara
merawat B di rumah?"

"Bagaimana kalau waktunya seperti sekarang ini saja, Bapak dan Ibu setuju?"

Latihan 4. Perawatan klien waham oleh keluarga.

Orientasi :

"Assalamualaikum Pak/Bu, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang
saya datang lagi."

"Bagaimana Pak/Bu, apakah sekarang B sudah minum obat secara teratur?"

"Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang bagaimana cara merwat B di rumah?"

"Di mana kita mau berbicara dan berapa lama Bapak dan Ibu mau kita
berbicara?"

Kerja :

"Pak/Bu sebaiknya Ibu dan Bapak tidak perlu khawatir dalam mengahadapi sikap
B yang selalu mengaku-ngaku sebagai seorang nabi, hal yang harus Bapak dan
Ibu lakukan adalah setiap kali anak Bapak dan Ibu berkata seperti itu, Bapak dan
Ibu dapat menanggapinya dengan : Bapak/Ibu mengerti B merasa bahwa B
adalah seorang nabi, tetapi sulit bagi Bapak/Ibu untuk mempercayainya karena
setahu Bapak/Ibu semua nabi sudah tidak ada lagi, bisa kita lanjutkan
pembicaraan kita tentang kemampuan-kemampuan yang pernah B miliki?"

"Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan


B, misalnya : Bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba
ceritakan kepada Bapak/Ibu. B akan punya kemampuan..."(Sebutkan kemampuan
yang pernah dimiliki oleh anak!).

"Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?"(Jika anak bersedia mencoba keluarga


dapat memberikan pujian).

"Lalu Bapak dan Ibu juga harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal
yang baik ya."

"Hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan
B."

"Pak/Bu B perlu minum obat ini agar pikirannya lebih tenang, sehingga dapat
tidur nyenyak."

"Obat ini harus diminum secara teratur setiap hari dan jangan dihentikan
sebelum berkonsultasi dengan dokter karena akan dapat menyebabkan B kambuh
kembali."

(Libatkan keluarga saat memberikan penjelasan tentang obat kepada klien.)

Terminasi :

"Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara
merawat B di rumah?"

"Setelah ini coba Bapak dan Ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi dan
tolong bantu B untuk minum obat sesuai yang saya ajarkan tadi."

"Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh anak Ibu dan Bapak, misalnya : mengaku sebagai seorang nabi terus-
menerus dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera
hubungi saya di Puskesmas..., atau hubungi nomor ini : ..."

Anda mungkin juga menyukai