Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN PENYAKIT WAHAM


RUMAH SINGGAH AL HIDAYAH MOJOKERTO

OLEH :
VIVIN AFFRILLIANA HANDAYANI
201801132

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2021-2022

LAPORAN PENDAHULUAN
WAHAM

2.1 Definisi Waham


Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan
Sundeen, 1998). Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan penelitian realistis
yang salah, keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya.
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal
dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI, 2000). Waham
adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah,
keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya,
ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal melalui proses
interaksi/informasi secara akurat.
Jenis-Jenis Waham:

Jenis Waham Pengertian Perilaku klien


Waham kebesaran Menganggap nilai, kekuasaan, “Saya ini titisan bung karno,
pengetahuan identitasnya terlalu punya banyak perusahaan,
tinggi. punya rumah di berbagai
negara dan bisa
menyembuhkan berbagai
penyakit”
Waham agama Keyakinan terhadap suatu “Tuhan telah menunjuk saya
agama secara berlebihan, menjadi wali, saya harus
diucapkan berulangkali tetapi terus menerus memakai
tidak sesuai dengan kenyataan. pakaian putih setiap hari
agar masuk surga”
Waham Keyakinan klien terhadap “Banyak polisi mengintai
curiga/paranoid/kejar seseorang/kelompok secara saya, tetangga saya ingin
berlebihan yang berusaha menghancurkan hidup saya,
merugikan, mencederai, suster akan meracuni
menggangu, mengancam, makanan saya”
memata-matai dan
membicarakan kejelekannya.
Waham Keyakinan klien terhadap “Sunsum tulang saya
somatic/hipokondrik tubuhnya/penampilan/fungsi kosong, saya pasti terserang
tubuhnya sudah berubah(ada kanker, dalam tubuh saya
sesuatu yang tidak beres) banyak kotoran, tubuh saya
telah membusuk, tubuh saya
menghilang”
Waham nihilistik Keyakinan seseorang bahwa “Saya sudah menghilang
dirinya sudah meninggal dari dunia ini, semua yang
dunia/tidak ada didunia, ada disini adalah roh-roh,
diucapkan berulangkali tetapi sebenarnya saya sudah tidak
tidak sesuai dengan kenyataan. ada di dunia”
Waham dosa Keyakinan klien terhadap
dirinya telah atau selalu salah
atau berbuat dosa/perbuatannya
tidak dapat diampuni lagi.
Waham bizar a) Sisip pikir yaitu
keyakinan klien terhadap
suatu pikiran orang lain
disisipkan ke dalam
pikiran dirinya.
b) Siar pikir/broadcasting
yaitu keyakinan klien
bahwa ide dirinya
dipakai
oleh/disampaikan
kepada orang lain
mengetahui apa yang ia
pikirkan meskipun ia
tidak pernah secara
nyata mengatakan pada
orang tersebut.
c) Kontrol pikir/waham
pengaruh yaitu
keyakinan klien bahwa
pikiran, emosi dan
perbuatan selalu
dikontrol/dipengaruhi
oleh kekuatan di luar
dirinya yang aneh.

2.2 Tanda dan Gejala Waham


1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berpikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan.
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Perilaku dan hubungan sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain tumpul
c. Mengancam secara verbal
d. Aktivitas tidak tepat
e. Curiga

Tanda dan gejala yang lain yang bisa terjadi pada waham yaitu sebagai berikut:

1. Menolak makan
2. Tidak ada perhatian pada perawatan diri
3. Mudah tersinggung
4. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
5. Menghindar dari orang lain
6. Mendominasi pembicaraan

2.3 Proses Terjadinya Waham


1. Etiologi
Salah satu penyebab dari perubahan proses fikir: waham yaitu gangguan konsep
diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai ideal diri.
Waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau
kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Adanya beberapa orang yang mempercayai klien
dalam lingkungan menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena
seringnya diulang-ulang. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan reigiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa
besar serta ada konsekuensi sosial.

a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan
fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
2) Faktor Sosial Budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
3) Faktor Psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan peningkatan terhadap kenyataan.

4) Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di
otak, atau perubahan sell kortikal dan limbik.
5) Faktor Genetik
Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan Skizofrenia.
b. Faktor Presipitasi
1) Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau
diasingkan dari kelompok.
2) Faktor Biokimia
Dopamin, nerepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham ada seseorang
3) Faktor Psikologis
Intensitas kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah klien.
2.4 Fase-Fase Waham
a. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin
dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorong
untuk melakukan kompensasi yang salah. Hal itu terjadi karena adanya
kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu tidak memiliki finansial yang cukup
dengan ideal diri (self ideal) yang sangat ingin memiliki berbagai kebutuhan,
seperti mobil, rumah atau telepon genggam. Ada juga klien yang secara sosial
dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dan self ideal sangat
tinggi.
b. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjanagan antara self
ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan
yang tidak terpenuhi sedangkan standart lingkungan sudah melampaui
kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya,
menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta
memiliki kekuasaaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek
pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh support system semuanya sangat
rendah.
c. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external)
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap penting, dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar tetapi hal
ini dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga
perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau
konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan
orang lain.
d. Fase dukungan ligkungan (environment support)
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungan menyebabkan
klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan
tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah
mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsi normal (super ego)
yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
e. Fase nyaman (comforting)
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya.
Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari
lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindari
interaksi sosial (isolasi sosial).
f. Fase peningkatan (improving)
Apabila tidak ada kontroversi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakianan
yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering
berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi.
Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk
mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya
keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar
serta ada konsekuensi sosial.

2.5 Patofisiologi

Fase-fase: Kebutuhan tidak terpenuhi


a. Fase lack of human need
b. Fase lack of self esteem
c. Fase environment support
d. Fase comforting
e. Fase improving
Gangguan ideal tidak sama realitas
dan tidak disetujui oleh pemikiran

Rentang Respon Ada support lingkungan


a. Kadang proses pikir
terganggu
b. Ilusi
c. Emosi berlebihan Nyaman berbohong
d. Berperilaku yang
tidak biasa
e. Menarik diri

Perubahan isi pikir: Waham Curiga berlebihan,


dosa

Hygiene kurang, Muka


Mengasingkan diri
Resiko tinggi menciderai pucat, BB menurun
dirinya sendiri orang
lain, lingkungan

Defisit perawatan diri ISOS


2.6 Rentang Respon Neurobiologis

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran Respon maladaptif

1. Pikiran logis 1. Kadang proses pikir 1. Gangguan isi pikir/


2. Persepsi akurat terganggu delusi: waham
3. Emosi konsisten 2. Ilusi 2. Perubahan proses
dnegan pengalaman 3. Emosi berlebihan emosi
4. Perilaku sesuai 4. Berperilaku yang 3. Perilaku tidak
5. Hubungan sosial tidak biasa/ aneh terorganisasi
harmonis 5. Menarik diri 4. Isolasi sosial

Dari rentang respon neurobiologis diatas dapat dijelaskan bila individu merespon
secara adaptif maka individu akan berfikir secara logis. Apabila indvidu berada pada
keadaan diantara adaptif dan maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang atau
perubahan isi pikir terganggu. Bila individu tidak mampu berfikir logis dan pikiran
individu mulai menyimpang maka ia akan berespon secara maladaptif dan ia akan
mengalami gangguan isi pikir: waham curiga.

Agar individu tidak berespon secara maladaptif maka setiap individu harus
mempunyai mekanisme pertahanan koping yang baik. Mekanisme koping dapat
dibedakan menjadi 2 :

1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realistic tuntunan situasi stress.
a. Perilaku menyerang, digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri, digunakan baik secara fisik maupun psikologik
untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.
c. Perilaku kompromi, digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan
personal seseorang.
2. Mekanisme pertahanan ego, merupakan mekanisme yang membantu mengatasi
cemas ringan dan sedang, jika berlangsung pada tingkat dasar dan melibatkan
penipuan diri dan disorientasi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan
respon maladaptif terhadap stress. (Anonymus, 2009).

2.7 Konsep askep

2.7.1 Pengkajian
Selama pengkajian wajib untuk mendengarkan dan memperhatikan semua
informasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Untuk mempertahankan
hubungan saling percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak atau
menerima keyakinan pasien.
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
a. Identitas pasien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama
panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan,
topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan no RM, tanggal
pengkajian serta sumber yang didapat
b. Alasan masuk
Apa yang memyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit,
biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang lain), komunikasi kurang
atau tidak ada, berdiam diri di kamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak
melakukan kegiatan sehari-hari dependent,perasaan kesepian,merasa tidak aman
berada dekat orang lain, merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu,tidak
mampu berkonsentrasi,merasa tidak berguna dan merasa tidak yakin dalam
melangsungkan hidup. Apakah sudah tau penyakit sebelumnya, apa yang sudah
dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah in. Umumnya klien yang mengalami
waham dibawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak mampu
merawat,terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang ditampakkan
dirumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.

c. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa,bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami kehilangan,
perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
atau frustasi berulang,tekanan dari kelompok sebaya,perubahan struktur
sosial,terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus
dioprasi,kecelakaan,perceraian,putus sekolah,PHK,perasaan malu karena sesuatu
yang terjadi (korban perkosaan,dituduh KKN,dipenjara tiba-tiba), mengalami
kegagalan dalam pendidikan maupun karir,perlakuan orang lain yang tidak
menghargai klien atau perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berangsur lama.
d. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stres
seperti kehilangan,didikan yang keras dari keluarga yang mempengaruhi
kemampuan individu untuk memiliki perasaan egois serta menyebabkan
ansietas.pada pasien waham tingkat emosional yang tinggi akan kepercayaan
bahwa dirinya adalah sesuatu yang pantas untuk ditirukan dan diyakini akan
menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupannya.
e. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda- tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan.
f. Psikososial
1) Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai,
reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak di sukai dan bagian yang
disukai.
b) Identitas diri
Klien dengan waham mengalami ketidakpastian memandang diri, sukar
menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
c) Fungsi peran
Pada klien dengan waham bisa berubah atau berhenti fungsi peran yang di
sebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK, perubahan
yang terjadi saat klien sakit dan di rawat.
d) Ideal diri
Mengunggkapkan keputusasaan karena penyakitnya :
e) Harga diri
Adanya gangguan harga diri rendah karena perasaan relatif negatif terhadap
diri sendiri, hilangnya rasa percaya diri dan merasa gagal mencapai tujuan.
3) Hubungan sosial
Pasien dengan waham memiliki hubungan sosial sesuai dengan jenis waham yang
dialami. Misalnya waham curiga, klien menghindari orang lain.
4) Spiritual
Nilai dan keyakinan kegiatan ibadah/ menjalankan keyakinan, kepuasan dalam
menjalankan kewajiban.
g. Status mental
1) Penampilan
Pada pasien waham penampilannya sesuai dengan waham yang dialami.
Misalnya pada waham agama berpakaian seperti ustadz
2) Pembicaraan
Pada pasien waham cenderung pembicaraanya selalu mengarah ke wahamnya,
bicara cepat, jelas tapi berpindah-pindah, isi pembicaraan tiak sesuai dengan
kenyataan.
3) Aktivitas motorik
Klien waham cenderung bersikap anneh
4) Afek dan emosi
Euforia : rasa senang, riang gembira bahagia yang berlebihan tidak sesuai
keadaan.
Kesepian : merasa dirinya ditinggalkan/ dipisahkan dari atau yang lainnya.
5) Interaksi selama wawancara
Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
6) Persepsi-sensori
a) Tidak ada halusinasi
b) Tidak ada ilusi
c) Tidak ada depersonalisasi
d) Tidak ada realisasi
e) Tidak ada gangguan stomatusensorik
7) Proses pikir
a) Arus pikir dan bentuk pikir
Derreistik: bentuk pemikiran tidak sesuai kenyataan yang ada atau tidak
mengikuti logika secara umum.
b) Isi pikir
Pada pasien waham isi pikirnya sesuai wahamnya.
1. Waham agama yaitu keyakinan bertema tentang agama atau
kepercayaan yang berlebihan.
2. Waham somatik/ hipokondrik yaitu keyakinan klien terhadap tubuhnya
ada sesuatu yang tidak beres, seperti ususnya busuk, otaknya mencair,
perutnya ada kuda.
3. Waham kebesaran yaitu keyakinan klien terhadap suatu kemampuan,
kekuatan, pendidikan, kekayaan/ kekuasaan secara luar biasa, seperti
“saya ini ratu adil, nabi, superman, dll”.
4. Waham curiga/ kejaran yaitu kelainan klien terhadap seseorang/
kelompok secara berlebihan yang berusaha merugikan, mencederai,
menganggu, mengancam, memata-matai dan membicarakan kejelekan
dirinya.
5. Waham nihilistik yaitu keyakinan klien terhadap dirinya/ orang lain
sudah meninggal/ dunia sudah hancur dan sesuatunya tidak ada apa-
apanya lagi.
6. Waham dosa yaitu keyakinan klien terhadap dirinya telah/ selalu salah/
berbuat dosa/ perbuatannya tidak dapat diampuni lagi.
7. Waham bizar terdiri dari:
a. Sisip pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pemikiran orang
lain di sisipkan kedalam pikiran dirinya.
b. Siar pikir/ broadcasting yaitu keyakinan klien bahwa ide dirinya
dipakai oleh/ disampaikan kepada orang lain mengetahui apa yang
ia pikirkan meskipun ia tidak pernah secara nyata mengatakan pada
orang tersebut.
c. Kontrol pikir/ waham pengaruh yaitu keyakinan klien bahwa
pikiran, emosi dan perbuatannya selalu dikontrol/ dipengaruhi oleh
kekuatan diluar dirinya yang aneh.
8) Tingkat Kesadaran
Kesadaran berubah: kesadaran yang tidak menurun, tidak meninggi, tidak
normal, bukan disosiasi, hal ini karena kemampuan untuk mengadakan (relasi)
dan pembatasan (limitasi) terhadap dunia luar (diluar dirinya) sudah terganggu
dan secara kualitas pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan.
9) Memori
Konfabulasi : ingatan yang keliru ditandai dengan pembicaraan tidak sesuai
kenyataan, memasukkan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya
ingatnya.
10) Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Klien waham mampu berkonsentrasi dan mampu berhitung.
11) Kemampuan Penilaian
a) Gangguan ringan
b) Gangguan bermakna
12) Daya Tilik
Hal-hal diluar dirinya, bila mana ia cenderung menyalahkan orang lain/
lingkungan dan ia merasa orang lain/ lingkungan diluar dirinya yang
menyebabkan ia seperti ini.

2.7.2 Pohon Masalah

Effect Risiko tinggi perilaku


kekerasan

Core Problem Perubahan proses pikir; waham

Causa Harga diri rendah kronis

1.7.3 Diagnosa Keperawatan


a. Perubahan proses pikir; waham
b. Resiko tinggi perilaku kekerasan: resiko mencederai diri, orang lain
c. Harga diri rendah; kronis

1.7.4 Nursing Care Plan (NCP)


Tabel
Perencanaan Keperawatan pada Klien dengan Waham

Perencanaan
Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi
Tujuan umum:
Klien dapat
berkomunikasi
dengan baik dan
terarah.
TUK 1: Kriteria Evaluasi: 1.1 Bina hubungan saling Hubungan saling
Klien dapat 1. Ekspresi wajah percaya dengan percaya menjadi
membina bersahabat menggunakan perinsip dasar interaksi
hubungan saling 2. Ada kontak mata komunikasi terapeutik. selanjutnya
percaya 3. Mau berjabat tangan a. Sapa klien dengan sehingga dapat
4. Mau menjawab ramah baik verbal terbina hubungan
salam maupun nonverbal saling percaya dan
5. Klien mau duduk b. Perkenalkan diri klien lebih terbuka
berdampingan dengan sopan merasa aman dan
6. Klien mau c. Tanyakan nama mau berinteraksi
mengutarakan lengkap dan nama
perasaannya panggilan yang
disukai
d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan menepati
janji
f. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima klien apa
adanya
1.2 Jangan membantah dan
mendukung waham
klien.
a. Katakan perawat
menerima keadaan
keyakinan klien.
“Saya menerima
keyakinan anda”.
b. Katakan perawat
tidak mendukung.
“Sukar bagi saya
untuk dapat
mempercayainya”.
1.3 Yakinkan klien dalam
keadaan aman dan
terlindung.
a. “Anda berada di
tempat aman dan
terlindung”
b. Gunakan
keterbukaan dan
kejujuran, jangan
tinggalkan klien
sendirian.

TUK 2: Kriteria Evaluasi: 2.1 Beri pujian pada Meningkatkan


Klien dapat 1. Klien mampu penampilan dan orientasi klien pada
mengidentifikasi mempertahankan kemampuan klien yang realita dan
kemampuan aktivitas sehari-hari realistis. meningkatkan rasa
yang dimiliki 2. Klien dapat 2.2 Diskusikan dengan percaya klien pada
mengontrol klien kemampuan yang perawat
wahamnya dimiliki pada waktu
lalu dan saat ini yang
realistis. (hari-hari
terlibat diskusi dengan
waham).
2.3 Tanyakan apa yang
bisa dilakukan (kaitkan
dengan aktivitas sehari-
hari dan perawatan diri)
kemudian anjurkan
untuk melakukan saat
ini.
2.4 Jika klien selalu bicara
tentang wahamnya
dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak
ada. (perawat perlu
memperhatikan bahwa
klien penting).
TUK 3: Kriteria Evaluasi: 3.2 Observasi kebutuhan Reinforcement
Klien dapat 1. kebutuhan klien klien sehari-hari adalah penting
mengidentifikasi terpenuhi 3.3 Diskusikan kebutuhan untuk
kebutuhan yang 2. klien dapat klien yang tidak meningkatkan
tidak tepenuhi melakukan aktivitas terpenuhi selama kesabaran diri
3. klien tidak dirumah maupun klien. Mengetahui
menggunakan/ dirumah sakit. penyebab curiga
membicarakan 3.4 Hubungan kebutuhan dan intervensi
wahamnya yang tidak terpenuhi selanjutnya.
dengan timbulnya
waham
3.5 Tingkatkan ativitas
yang dapat memenuhi
kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan
tenaga.
3.6 Atur situasi agar klien
tidak mempunyai
waktu untuk
menggunakan
wahamnya
TUK 4: Kriteria Evaluasi : 2.8 Berbicara dengan klien Dengan
Klien dapat 1. Klien mampu dalam konteks realitas meningkatkan
berhubungan berbicara secara (realitas diri, realitas aktivitas tidak akan
dengan realitas. realitas orang lain, waktu dan mempunyai waktu
2. Klien mengikuti tempat) untuk mengikuti
terapi aktivitas 2.9 Sertakan klien dalam wahamnya.
kelompok terapi aktivitas
kelompok: orientasi
realitas
2.10 Berikan pujian pada
tiap kegiatan positif
yang dilakukan klien.

TUK 5: Kriteria Evaluasi: 5.1 Diskusikan dengan Reinforcement


Klien dapat 1. Keluarga dapat keluarga tentang : adalah penting
dukungan membina hubungan  Gejala waham untuk
keluarga saling percaya  Cara merawatnya meningkatkan
dengan perawat  Lingkungan keluarga kesadaran klien
2. Keluarga dapat  Follow up dan obat akan realitas.
menyebutkan
pengertian, tanda 5.2 Anjurkan keluarga
dan tindakan untuk melaksanakan dengan
merawat klien bantuan perawat
dengan waham.
TUK 6: Kriteria Evaluasi: 6.1 Diskusikan dengan Perhatian keluarga
Klien dapat 1. Klien menyebutkan klien dan keluarga dan pengertian
menggunakan manfaat, dosis, efek tentang obat, dosis keluarga akan
obat dengan samping obat frekuensi, efek dan dapat membantu
benar 2. Klien dapat akibat perhentian klien dalam
mendemonstrasikan 6.2 Diskusikan perasaan mengendalikan
penggunaan obat klien setelah minum wahamnya
dengan benar obat
3. Klien memahami 6.3 Berikan obat dengan Obat dapat
akibat berhentinya prinsip 5 benar dan mengontrol waham
obat tanpa observasi setelah yang dialami klien.
konsultasi minum obat
4. Klien dapat
menyebutkan
prinsip dalam
penggunaan obat

1.7.3 Implementasi Keperawatan


Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat
1.7.4 Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan
data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan
keperawatan sudah dicapai apa belum, evaluasi membandingkan keadaan
yang ada pada pasien dengan kriteria hasil pada perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Lilik Ma'rifatul Azizah, I. Z. (2016). BUKU AJAR KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA .


Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Ma’rifatul lilik.A. (2011). Keperawatan jiwa : Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta : Graha
ilmu.

Anda mungkin juga menyukai