OLEH :
VIVIN AFFRILLIANA HANDAYANI
201801132
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2021-2022
LAPORAN PENDAHULUAN
WAHAM
Tanda dan gejala yang lain yang bisa terjadi pada waham yaitu sebagai berikut:
1. Menolak makan
2. Tidak ada perhatian pada perawatan diri
3. Mudah tersinggung
4. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
5. Menghindar dari orang lain
6. Mendominasi pembicaraan
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan
fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
2) Faktor Sosial Budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
3) Faktor Psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan peningkatan terhadap kenyataan.
4) Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di
otak, atau perubahan sell kortikal dan limbik.
5) Faktor Genetik
Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan Skizofrenia.
b. Faktor Presipitasi
1) Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau
diasingkan dari kelompok.
2) Faktor Biokimia
Dopamin, nerepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham ada seseorang
3) Faktor Psikologis
Intensitas kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah klien.
2.4 Fase-Fase Waham
a. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin
dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorong
untuk melakukan kompensasi yang salah. Hal itu terjadi karena adanya
kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu tidak memiliki finansial yang cukup
dengan ideal diri (self ideal) yang sangat ingin memiliki berbagai kebutuhan,
seperti mobil, rumah atau telepon genggam. Ada juga klien yang secara sosial
dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dan self ideal sangat
tinggi.
b. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjanagan antara self
ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan
yang tidak terpenuhi sedangkan standart lingkungan sudah melampaui
kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya,
menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta
memiliki kekuasaaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek
pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh support system semuanya sangat
rendah.
c. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external)
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap penting, dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar tetapi hal
ini dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga
perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau
konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan
orang lain.
d. Fase dukungan ligkungan (environment support)
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungan menyebabkan
klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan
tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah
mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsi normal (super ego)
yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
e. Fase nyaman (comforting)
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya.
Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari
lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindari
interaksi sosial (isolasi sosial).
f. Fase peningkatan (improving)
Apabila tidak ada kontroversi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakianan
yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering
berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi.
Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk
mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya
keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar
serta ada konsekuensi sosial.
2.5 Patofisiologi
Dari rentang respon neurobiologis diatas dapat dijelaskan bila individu merespon
secara adaptif maka individu akan berfikir secara logis. Apabila indvidu berada pada
keadaan diantara adaptif dan maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang atau
perubahan isi pikir terganggu. Bila individu tidak mampu berfikir logis dan pikiran
individu mulai menyimpang maka ia akan berespon secara maladaptif dan ia akan
mengalami gangguan isi pikir: waham curiga.
Agar individu tidak berespon secara maladaptif maka setiap individu harus
mempunyai mekanisme pertahanan koping yang baik. Mekanisme koping dapat
dibedakan menjadi 2 :
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realistic tuntunan situasi stress.
a. Perilaku menyerang, digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri, digunakan baik secara fisik maupun psikologik
untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.
c. Perilaku kompromi, digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan
personal seseorang.
2. Mekanisme pertahanan ego, merupakan mekanisme yang membantu mengatasi
cemas ringan dan sedang, jika berlangsung pada tingkat dasar dan melibatkan
penipuan diri dan disorientasi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan
respon maladaptif terhadap stress. (Anonymus, 2009).
2.7.1 Pengkajian
Selama pengkajian wajib untuk mendengarkan dan memperhatikan semua
informasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Untuk mempertahankan
hubungan saling percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak atau
menerima keyakinan pasien.
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
a. Identitas pasien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama
panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan,
topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan no RM, tanggal
pengkajian serta sumber yang didapat
b. Alasan masuk
Apa yang memyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit,
biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang lain), komunikasi kurang
atau tidak ada, berdiam diri di kamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak
melakukan kegiatan sehari-hari dependent,perasaan kesepian,merasa tidak aman
berada dekat orang lain, merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu,tidak
mampu berkonsentrasi,merasa tidak berguna dan merasa tidak yakin dalam
melangsungkan hidup. Apakah sudah tau penyakit sebelumnya, apa yang sudah
dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah in. Umumnya klien yang mengalami
waham dibawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak mampu
merawat,terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang ditampakkan
dirumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.
c. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa,bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami kehilangan,
perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
atau frustasi berulang,tekanan dari kelompok sebaya,perubahan struktur
sosial,terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus
dioprasi,kecelakaan,perceraian,putus sekolah,PHK,perasaan malu karena sesuatu
yang terjadi (korban perkosaan,dituduh KKN,dipenjara tiba-tiba), mengalami
kegagalan dalam pendidikan maupun karir,perlakuan orang lain yang tidak
menghargai klien atau perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berangsur lama.
d. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stres
seperti kehilangan,didikan yang keras dari keluarga yang mempengaruhi
kemampuan individu untuk memiliki perasaan egois serta menyebabkan
ansietas.pada pasien waham tingkat emosional yang tinggi akan kepercayaan
bahwa dirinya adalah sesuatu yang pantas untuk ditirukan dan diyakini akan
menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupannya.
e. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda- tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan.
f. Psikososial
1) Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai,
reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak di sukai dan bagian yang
disukai.
b) Identitas diri
Klien dengan waham mengalami ketidakpastian memandang diri, sukar
menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
c) Fungsi peran
Pada klien dengan waham bisa berubah atau berhenti fungsi peran yang di
sebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK, perubahan
yang terjadi saat klien sakit dan di rawat.
d) Ideal diri
Mengunggkapkan keputusasaan karena penyakitnya :
e) Harga diri
Adanya gangguan harga diri rendah karena perasaan relatif negatif terhadap
diri sendiri, hilangnya rasa percaya diri dan merasa gagal mencapai tujuan.
3) Hubungan sosial
Pasien dengan waham memiliki hubungan sosial sesuai dengan jenis waham yang
dialami. Misalnya waham curiga, klien menghindari orang lain.
4) Spiritual
Nilai dan keyakinan kegiatan ibadah/ menjalankan keyakinan, kepuasan dalam
menjalankan kewajiban.
g. Status mental
1) Penampilan
Pada pasien waham penampilannya sesuai dengan waham yang dialami.
Misalnya pada waham agama berpakaian seperti ustadz
2) Pembicaraan
Pada pasien waham cenderung pembicaraanya selalu mengarah ke wahamnya,
bicara cepat, jelas tapi berpindah-pindah, isi pembicaraan tiak sesuai dengan
kenyataan.
3) Aktivitas motorik
Klien waham cenderung bersikap anneh
4) Afek dan emosi
Euforia : rasa senang, riang gembira bahagia yang berlebihan tidak sesuai
keadaan.
Kesepian : merasa dirinya ditinggalkan/ dipisahkan dari atau yang lainnya.
5) Interaksi selama wawancara
Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
6) Persepsi-sensori
a) Tidak ada halusinasi
b) Tidak ada ilusi
c) Tidak ada depersonalisasi
d) Tidak ada realisasi
e) Tidak ada gangguan stomatusensorik
7) Proses pikir
a) Arus pikir dan bentuk pikir
Derreistik: bentuk pemikiran tidak sesuai kenyataan yang ada atau tidak
mengikuti logika secara umum.
b) Isi pikir
Pada pasien waham isi pikirnya sesuai wahamnya.
1. Waham agama yaitu keyakinan bertema tentang agama atau
kepercayaan yang berlebihan.
2. Waham somatik/ hipokondrik yaitu keyakinan klien terhadap tubuhnya
ada sesuatu yang tidak beres, seperti ususnya busuk, otaknya mencair,
perutnya ada kuda.
3. Waham kebesaran yaitu keyakinan klien terhadap suatu kemampuan,
kekuatan, pendidikan, kekayaan/ kekuasaan secara luar biasa, seperti
“saya ini ratu adil, nabi, superman, dll”.
4. Waham curiga/ kejaran yaitu kelainan klien terhadap seseorang/
kelompok secara berlebihan yang berusaha merugikan, mencederai,
menganggu, mengancam, memata-matai dan membicarakan kejelekan
dirinya.
5. Waham nihilistik yaitu keyakinan klien terhadap dirinya/ orang lain
sudah meninggal/ dunia sudah hancur dan sesuatunya tidak ada apa-
apanya lagi.
6. Waham dosa yaitu keyakinan klien terhadap dirinya telah/ selalu salah/
berbuat dosa/ perbuatannya tidak dapat diampuni lagi.
7. Waham bizar terdiri dari:
a. Sisip pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pemikiran orang
lain di sisipkan kedalam pikiran dirinya.
b. Siar pikir/ broadcasting yaitu keyakinan klien bahwa ide dirinya
dipakai oleh/ disampaikan kepada orang lain mengetahui apa yang
ia pikirkan meskipun ia tidak pernah secara nyata mengatakan pada
orang tersebut.
c. Kontrol pikir/ waham pengaruh yaitu keyakinan klien bahwa
pikiran, emosi dan perbuatannya selalu dikontrol/ dipengaruhi oleh
kekuatan diluar dirinya yang aneh.
8) Tingkat Kesadaran
Kesadaran berubah: kesadaran yang tidak menurun, tidak meninggi, tidak
normal, bukan disosiasi, hal ini karena kemampuan untuk mengadakan (relasi)
dan pembatasan (limitasi) terhadap dunia luar (diluar dirinya) sudah terganggu
dan secara kualitas pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan.
9) Memori
Konfabulasi : ingatan yang keliru ditandai dengan pembicaraan tidak sesuai
kenyataan, memasukkan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya
ingatnya.
10) Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Klien waham mampu berkonsentrasi dan mampu berhitung.
11) Kemampuan Penilaian
a) Gangguan ringan
b) Gangguan bermakna
12) Daya Tilik
Hal-hal diluar dirinya, bila mana ia cenderung menyalahkan orang lain/
lingkungan dan ia merasa orang lain/ lingkungan diluar dirinya yang
menyebabkan ia seperti ini.
Perencanaan
Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi
Tujuan umum:
Klien dapat
berkomunikasi
dengan baik dan
terarah.
TUK 1: Kriteria Evaluasi: 1.1 Bina hubungan saling Hubungan saling
Klien dapat 1. Ekspresi wajah percaya dengan percaya menjadi
membina bersahabat menggunakan perinsip dasar interaksi
hubungan saling 2. Ada kontak mata komunikasi terapeutik. selanjutnya
percaya 3. Mau berjabat tangan a. Sapa klien dengan sehingga dapat
4. Mau menjawab ramah baik verbal terbina hubungan
salam maupun nonverbal saling percaya dan
5. Klien mau duduk b. Perkenalkan diri klien lebih terbuka
berdampingan dengan sopan merasa aman dan
6. Klien mau c. Tanyakan nama mau berinteraksi
mengutarakan lengkap dan nama
perasaannya panggilan yang
disukai
d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan menepati
janji
f. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima klien apa
adanya
1.2 Jangan membantah dan
mendukung waham
klien.
a. Katakan perawat
menerima keadaan
keyakinan klien.
“Saya menerima
keyakinan anda”.
b. Katakan perawat
tidak mendukung.
“Sukar bagi saya
untuk dapat
mempercayainya”.
1.3 Yakinkan klien dalam
keadaan aman dan
terlindung.
a. “Anda berada di
tempat aman dan
terlindung”
b. Gunakan
keterbukaan dan
kejujuran, jangan
tinggalkan klien
sendirian.
Ma’rifatul lilik.A. (2011). Keperawatan jiwa : Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta : Graha
ilmu.