OLEH :
VIVIN AFFRILLIANA HANDAYANI
201801132
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2021-2022
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
Keterangan:
Asertif: individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan orang lain dan ketenangan
Frustasi: individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatif.
Pasif: perilaku dimana seseorang tidak mampu mengungkapkan perasaan sebagai
suatu usahadalam mempertahankan haknya
Agresif: memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain
dengan ancaman memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai orang lain.
Kekerasan: sering juga disebut sebagai gaduh, gelisah, atau amuk.Perilaku kekerasan
ditandai dengan orang lain, memberi kata-kata ancaman melukai disertai melukai
pada tingkat ringan, dan yang paling berat adalah melukai/merusak secara serius
.klien tidak mampu mengendalikan diri atau hilang control.
b. Faktor-Faktor TerjadinyaPerilaku Kekerasan
1. Faktor predisposisi
A. FaktorBiologis
Faktor Neurologi:Beragam komponen dari system saraf seperti, synap, neuro
transmitter, dendrit, akson terminalis mempunyai peran
memfasilitasi/menghambat rangsangan dan peran-pesan yang mempengaruhi
sifat agresif. Sistem limbic sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku bermusuhan dan respon agresif.
Faktor genetic:Adanya factor gen yang diturunkan melalui orang tua menjadi
potensi perilaku agresif.
Faktor biokimia:Peningkatan hormone androgen dan norepinefrin serta
penurunan serotonin dan GABA pada cairan serebospinal vertebra dapat
menjadi factor predisposisi terjadinyaperilaku agresif.
Teori dorongan naluri: Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan
disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat
B. Faktor Psikologis
Teori Psikoanalisa:Agresifitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat
tumbuh kembang seseorang (life span hystori). Teori ini menjelaskan bahwa
adanya ketidak puasan fase oral antara usia0-2 tahun dimana anak tidak
mendapatkan kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup
cenderung mengembangkan sikapagresif dan bermusuhan setelah dewasa
sebagai kompensasi adanya tidak kepercayaan pada lingkungan.
Imitation, modeling, and information processing theory :Menurut teori ini
perilaku kekerasan biasa berkembang dalam lingkungan yang monolelir
kekerasan. Adanyacontoh, model dan perilaku yang ditiru dari media/lingkungan
sekitar memungkinkan individu meniru perilaku tersebut.
Learning Theory:Perilaku kekerasan merupakan hasil belajarin dividu terhadap
lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ayah saat menerima
kekecewaan dan mengamati bagaimana respon ibu saat marah atau sebaliknya.
Existensi Theory:Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia
apabila kebutuhan tersebut tidak dapatdipenuhi melalui perilaku konstruksi maka
individu akan memenuhi kebutuhan melalui perilaku destruktif.
C. Faktor Sosial Kultural
Sosial environment theory (teori lingkungan):Lingkungan social akan
mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Budaya tertutup
dan membalas secara diam (pasif agresif) dan control sosial yang tidak pasti
terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan
diterima.
Sosial learning Theory (teoribelajarsosial) :Perilaku kekerasan dapat dipelajari
secara langsung maupun melalui proses sosialisai.
2. FaktorPresipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan
dengan:
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau symbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluargaserta tindak kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
4) Ketidaksiapan membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melakukan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
menempatkan dirinyasebagai seorang dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku antisocial meliputi menyalah gunakan obat , alcohol, dan
tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan keluarga.
3. PenilaianTerhadap Stressor
Penilaian stressor melibatkan makna dan pemahaman dampak dari situasi stress bagii
ndividu. Itu mencakup kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan responsosial. Respon
perilaku adalah hasil dari respon emosional dan fisiologis, sertaanalisis kognitif seseorang
tentang situasi stress. Caplan menggambarkan 4 fase dari respon perilaku individu untuk
mengahadapi stress, yaitu:
1) Perilaku yang mengubah lingkungan stress atau memungkinkan individu untuk
melarikan diri dari itu.
2) Perilaku yang memungkinkan individu untuk mengubah keadaan eksternal dan setelah
mereka.
3) Perilaku intrapsikis yang berfungsi untuk mempertahankan rangsangan emosional
yang tidak menyenangkan.
4) Perilaku intrapsikis yang membantu untuk berdamai dengan masalah dan gejala sisa
dengan peyesuaian internal.
4. Sumber Koping
Menurut Stuart dan Laraia (2005) sumber koping dapat berupa asset ekonomi,
kemampuan dan keterampilan, teknik defensive, dukungan sosial, dan
motivasi.Hubungan antara individu keluarga kelompok dan masyarakat sangat berperan
penting pada saat ini. Sumber koping lainnya temasuk kesehatan dan energy,dukungan
spiritual, keyakinan positif, keterampilan menyelesaikan masalah dan sosial, sumber daya
sosial dan material, dan kesejahteraan fisik.
5. Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Laraia (2005), mekanisme koping yang dipakai pada klien marah
untuk melindungi diri antara lain:
1) Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannnya secara
normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada
objek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok, dan sebagainyaa, tujuannya
adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2) Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya berbalik menduh bahwa
temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3) Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau mebahayakan masuk kealam
sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,
sehingga perasaan benci ituditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannnya.
4) Reaksiformasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunkannya sebagai
rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kasar.
5) Displacement,yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada
objek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan
emosi itu. Misalnya anak berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat
hukumandari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain
perang-perangan dengan temannya.
c. Pathway
Proses terjadinya perilaku kekerasan digambarkan dalam konsep sebagai berikut :
Ancaman
terhadap
kebutuhan
Stress
Cemas
Menjaga
Menantang keutuhan orang Menarik diri
lain
Rasa
Depresi
bermusuhan Agresif/amuk
(Psikosomatik)
menahun
d. Tanda dan gejala
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan:
1) Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Wajah memerah dan tegang
f. Postur tubuh kaku
g. Pandangan tajam
h. Mengatupkan rahang dengan kuat
i. Mengepalkan tangan
j. Jalan mondar-mandir
2) Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
c. Mengancamsecara verbal atau fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Suara keras
f. Ketus
3) Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk/agresif
4) Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
5) Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremahkan, sarkasme.
6) Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung
perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.
7) Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran
8) Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual
C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2. Perilaku Kekerasan
3. Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
4. Gangguan Harga Diri Rendah: Harga Diri Rendah
5. Koping Individu tidak efektif
D. Nursing care plan (NCP)
PerencanaanKeperawatan
Klien dengan Gangguan Perilaku Kekerasan
TUJUAN KH INTERVENSI
TUM: 1.1 Klien mau membalas 1. Beri salam/panggil nama
Klien tidak salam a. Sebutkan nama perawat
mencederai diri 1.2 Klien mau menjabat b. Jelaskan maksud hubungan
TUK: tangan interaksi
1. Klien dapat 1.3 Klien mau menyebutka c. Jelaskan akan kontrak yang
membina nnama akan dibuat
hubungan saling 1.4 Klien mau tersenyum d. Beri rasa aman dan sikap empati
percaya 1.5 Klien mau kontak mata e. Lakukan kontak singkat
1.6 Klien mau mengetahui tapisering
nama perawat
2. Klien dapat 2.1Klien dapat 2.1 Berikan kesempatan untuk
mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapan perasaanya
menyebab perilaku perasaannya.
kekerasan
2.2Klien dapat 2.2 Bantu klien untuk
mengungkapkan mengungkapkan penyebab
penyebab perasaan perasaan jengkel/kesel
jengkel/kesel (dari diri
sendiri)
3. Klien dapat 3.1 Klien dapat 3.1.1 Anjurkan klien mengungkap apa
mengidentifikasi mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
tanda dan gejala perasaan marah/jengkel
perilaku kekerasan jengkel/kesal 3.1.2 Observasi tanda dan gejala
perilaku kekerasan pada klien
7. Klien dapat 7.1 Klien dapat 7.1.1 Diskusikan cara bicara yang baik
mendemonstrasika menyebutkan cara dengan klien
n cara social untuk bicara (verbal) yang 7.1.2 Beri contoh cara bicara yang
mencegah perilaku baik dalam baik:
kekerasan mencegah perilaku Meminta dengan baik
kekerasan Menolak dengan baik
Meminta Mengungkapkan perasaan
dengan baik dengan baik
Menolak
dengan baik
Mengungkap
kan perasaan
dengan baik
10. Klien dapat 10.1 Klien yang mengikuti 10.1.1 Anjurkan klien untuk ikut
mengikuti TAK: TAK: stimulasi TAK: stimulasi persepsi
stimulasi persepsi persepsi pencegahan pencegahan perilaku kekerasan
pencegahan perilaku kekerasan 10.1.2 Klien mengikuti TAK:
perilaku stimulasi persepsi pencegahan
kekerasan perilaku kekerasan (kegiatan
mandiri)
10.1.3 Diskusikan dengan klien
tentang kegiatan selama TAK
10.1.4 Fasilitasi klien untuk
mempraktikkan hasil kegiatan
TAK dan beri pujian atas
keberhasilannya
Dalami, Ernawati. dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV
Trans Info Media.