Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN PENYAKIT PERILAKU KEKERASAN


RUMAH SINGGAH AL HIDAYAH MOJOKERTO

OLEH :
VIVIN AFFRILLIANA HANDAYANI
201801132

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2021-2022
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN

II.1 Definisi Perilaku Kekerasan


Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993).Perilaku kekerasan
adalah suatu keadaan dimanaseseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan
secarafisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.Hal tersebut dilakukan
untuk mengungkapkan rasa kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart and Sundeen,
1995).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimanaseseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secarafisik baik terhadapdiri sendiri, orang lain maupun lingkungan
(Townsend, 1998).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secarafisik psikologis (BudianaKeliat, 1999). Perilaku kekerasan adalah
perasaan marah dan bermusuhan yang kuatdisertai kehilangan control diri individu dapat
merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Stuart and Sundeen, 1998).
II.2 Jenis
Jenis-jenis perilaku kekerasan antara lain sebagai berikut :
1. Kekerasan Fisik
Bentuk ini paling mudah dikenali.Terkategori kekerasan sebagai kekerasan jenis ini dalah
menampar, menendang, memukul/meninju, mencekik, dll.Korban kekerasan jenis ini
biasanya tampak secara langsung pada fisik korban.
2. Kekerasan Psikis
Bentuk ini tidak mudah dikenali.Akibat yang dirasakan oleh korban tidak memberikan
bekas yang Nampak jelas bagi orang lain.Akan tetapi berpengaruh pada situasi perasaan,
tidak aman dan nyaman, serta menurunnya harga diri dan martabat korban.
II.3 FaktorResiko
1. Pemikiran waham/delusi
2. Curiga pada orang lain
3. Halusinasi
4. Berencana bunuh diri
5. Disfungsi system keluarga
6. Kerusakan kognitif
7. Disorientasi atau konfusi
8. Kerusakan control impuls
9. Persepsi pada lingkungan tidak akurat
10. Alam perasaan depresi
11. Riwayat kekerasan pada hewan
12. Kelainan neurologis
13. Lingkungan tidak teratur
14. Penganiayaan atau pengabaian anak
15. Riwayat atau ancaman kekerasan terhadapdiri sendiri atau orang lain atau
destruksiproperti orang lain
16. Impulsive
17. Ilusi

II.4 Proses terjadinya masalah


a. Rentang respon masalah
Rentang respon kemarahan individu dimulai dari respon normal (asertif) sampai pada
respon yang tidak normal (maladaptif)
ResponAdaptif ResponMaladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Perilaku


kekerasan

Keterangan:
 Asertif: individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan orang lain dan ketenangan
 Frustasi: individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatif.
 Pasif: perilaku dimana seseorang tidak mampu mengungkapkan perasaan sebagai
suatu usahadalam mempertahankan haknya
 Agresif: memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain
dengan ancaman memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai orang lain.
 Kekerasan: sering juga disebut sebagai gaduh, gelisah, atau amuk.Perilaku kekerasan
ditandai dengan orang lain, memberi kata-kata ancaman melukai disertai melukai
pada tingkat ringan, dan yang paling berat adalah melukai/merusak secara serius
.klien tidak mampu mengendalikan diri atau hilang control.
b. Faktor-Faktor TerjadinyaPerilaku Kekerasan
1. Faktor predisposisi
A. FaktorBiologis
 Faktor Neurologi:Beragam komponen dari system saraf seperti, synap, neuro
transmitter, dendrit, akson terminalis mempunyai peran
memfasilitasi/menghambat rangsangan dan peran-pesan yang mempengaruhi
sifat agresif. Sistem limbic sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku bermusuhan dan respon agresif.
 Faktor genetic:Adanya factor gen yang diturunkan melalui orang tua menjadi
potensi perilaku agresif.
 Faktor biokimia:Peningkatan hormone androgen dan norepinefrin serta
penurunan serotonin dan GABA pada cairan serebospinal vertebra dapat
menjadi factor predisposisi terjadinyaperilaku agresif.
 Teori dorongan naluri: Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan
disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat
B. Faktor Psikologis
 Teori Psikoanalisa:Agresifitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat
tumbuh kembang seseorang (life span hystori). Teori ini menjelaskan bahwa
adanya ketidak puasan fase oral antara usia0-2 tahun dimana anak tidak
mendapatkan kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup
cenderung mengembangkan sikapagresif dan bermusuhan setelah dewasa
sebagai kompensasi adanya tidak kepercayaan pada lingkungan.
 Imitation, modeling, and information processing theory :Menurut teori ini
perilaku kekerasan biasa berkembang dalam lingkungan yang monolelir
kekerasan. Adanyacontoh, model dan perilaku yang ditiru dari media/lingkungan
sekitar memungkinkan individu meniru perilaku tersebut.
 Learning Theory:Perilaku kekerasan merupakan hasil belajarin dividu terhadap
lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ayah saat menerima
kekecewaan dan mengamati bagaimana respon ibu saat marah atau sebaliknya.
 Existensi Theory:Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia
apabila kebutuhan tersebut tidak dapatdipenuhi melalui perilaku konstruksi maka
individu akan memenuhi kebutuhan melalui perilaku destruktif.
C. Faktor Sosial Kultural
 Sosial environment theory (teori lingkungan):Lingkungan social akan
mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Budaya tertutup
dan membalas secara diam (pasif agresif) dan control sosial yang tidak pasti
terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan
diterima.
 Sosial learning Theory (teoribelajarsosial) :Perilaku kekerasan dapat dipelajari
secara langsung maupun melalui proses sosialisai.
2. FaktorPresipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan
dengan:
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau symbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluargaserta tindak kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
4) Ketidaksiapan membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melakukan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
menempatkan dirinyasebagai seorang dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku antisocial meliputi menyalah gunakan obat , alcohol, dan
tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan keluarga.
3. PenilaianTerhadap Stressor
Penilaian stressor melibatkan makna dan pemahaman dampak dari situasi stress bagii
ndividu. Itu mencakup kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan responsosial. Respon
perilaku adalah hasil dari respon emosional dan fisiologis, sertaanalisis kognitif seseorang
tentang situasi stress. Caplan menggambarkan 4 fase dari respon perilaku individu untuk
mengahadapi stress, yaitu:
1) Perilaku yang mengubah lingkungan stress atau memungkinkan individu untuk
melarikan diri dari itu.
2) Perilaku yang memungkinkan individu untuk mengubah keadaan eksternal dan setelah
mereka.
3) Perilaku intrapsikis yang berfungsi untuk mempertahankan rangsangan emosional
yang tidak menyenangkan.
4) Perilaku intrapsikis yang membantu untuk berdamai dengan masalah dan gejala sisa
dengan peyesuaian internal.
4. Sumber Koping
Menurut Stuart dan Laraia (2005) sumber koping dapat berupa asset ekonomi,
kemampuan dan keterampilan, teknik defensive, dukungan sosial, dan
motivasi.Hubungan antara individu keluarga kelompok dan masyarakat sangat berperan
penting pada saat ini. Sumber koping lainnya temasuk kesehatan dan energy,dukungan
spiritual, keyakinan positif, keterampilan menyelesaikan masalah dan sosial, sumber daya
sosial dan material, dan kesejahteraan fisik.
5. Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Laraia (2005), mekanisme koping yang dipakai pada klien marah
untuk melindungi diri antara lain:
1) Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannnya secara
normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada
objek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok, dan sebagainyaa, tujuannya
adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2) Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya berbalik menduh bahwa
temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3) Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau mebahayakan masuk kealam
sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,
sehingga perasaan benci ituditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannnya.
4) Reaksiformasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunkannya sebagai
rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kasar.
5) Displacement,yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada
objek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan
emosi itu. Misalnya anak berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat
hukumandari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain
perang-perangan dengan temannya.
c. Pathway
Proses terjadinya perilaku kekerasan digambarkan dalam konsep sebagai berikut :

Ancaman
terhadap
kebutuhan

Stress

Cemas

Mengungkapkan Merasa tidak


Merasa kuat
secara verbal kuat (HDR)

Menjaga
Menantang keutuhan orang Menarik diri
lain

Masalah tidak Mengingkari


Lega
selesai marah

Marah Ketegangan Marah tidak


Berkepanjangan menurun terungkap

Muncul Rasa Marah Pada Rasa marah Marah pada diri


Bermusuhan orang lain teratasi sendiri

Rasa
Depresi
bermusuhan Agresif/amuk
(Psikosomatik)
menahun
d. Tanda dan gejala
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan:
1) Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Wajah memerah dan tegang
f. Postur tubuh kaku
g. Pandangan tajam
h. Mengatupkan rahang dengan kuat
i. Mengepalkan tangan
j. Jalan mondar-mandir
2) Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
c. Mengancamsecara verbal atau fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Suara keras
f. Ketus
3) Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk/agresif
4) Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
5) Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremahkan, sarkasme.
6) Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung
perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.
7) Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran
8) Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual

II.5 Proses keperawatan perilaku kekerasan


A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien.Data yang dikumpulkan
melalui data biologis, psikologis, social dan spiritual.(Keliat, Budi Ana, 1998:3).
1) Identitas klien
Melakukan perkenalan BHSP dan kontrak dengan klien tentang: nama mahasiswa,
nama panggilan, lalu dilanjut melakukan pengkajian dengan nama klien, nama
panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang
didapat.
2) Alasan masuk
Penyebabkan klien atau keluarg adatang, apa yang menyebabkan klien melakukan
kekerasan, apa yang klien lakukan dirumah, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah
3) Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan
sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan
kriminal.Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami
gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan.Pada klien dengan perilaku kekerasanfaktor predisposisi, factor
presipitasi klien dari pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, adanya riwayat
anggota keluarga yang gangguan jiwa adanya riwayat penganiayaan.
4) Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan klien.Pada klien dengan perilaku kekerasan tekanan darah
meningkat, RR meningkat, nafas dangkal, muka memerah, tonus otot meningkat, dan
dilatasi pupil.
5) Psikososial
a) Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan, dan pola asuh.Pada klien perilaku kekerasan perlu dikaji
pola asuh keluarga dalam menghadapi klien.
b) Konsepdiri
a. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi klien
terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai.Klien dengan
perilaku kekerasan mengenai gambaran dirinya ialah pandangan tajam, tangan
mengepal, muka memerah.
b. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status
posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki
sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.Klien dengan PK biasanya identitas
dirinya ialah moral yang kurang karena menunjukkan pendendam, pemarah, dan
bermusuhan.
c. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok masyarakat,
kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang
terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien akibat perubahan
tersebut.Fungsi peran pada klien perilaku kekerasan terganggu karena adanya
perilaku yang menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
d. Ideal diri
Klien dengan PK jika kenyataannya tidak sesuai dengan kenyataan maka ia
cenderung menunjukkan amarahnya, serta untuk pengkajian PK mengenai ideal diri
harus dilakukan pengkajian yang berhubungan dengan harapan klien terhadap
keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau
sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya,
bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
e. Harga diri
Harga diriya itu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal dirinya. Harga
diri tinggi merupakan perasaan yang berakar dalam menerima dirinya tanpa syarat,
meskipun telah melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, ia tetap merasa
sebagai orang yang penting dan berharga. Harga diri yang dimiliki klien perilaku
kekerasan ialah harga diri rendah karena penyebab awal klien PK marah yang tidak
bias menerima kenyataan dan memiliki sifat labil yang tidak terkontrol
beranggapan dirinya tidak berharga.
c) Hubungan social
Hubungan sosial pada perilaku kekerasan biasanya karena kenyataan yang diharapkan
PK tidak sesuai dengan kenyataannya maka ia cenderung menunjukkan amarahnya
bisa jadi dengan menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan disekitarnya,
selanjutnya dalam pengkajian dilakukan observasi mengenai adanya hubungan
kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam
kegiatan kelompok/masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain,
minat dalam berinteraksi dengan orang lain.
d) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasan dalam
menjalankan keyakinan.
6) Status mental
1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki tidak rapi,
penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya, kemampuan
klien dalam berpakaian kurang, dampak ketidakmampuan berpenampilan
baik/berpakaian terhadap status psikologis klien (deficit perawatan diri). Pada klien
dengan perilaku kekerasan biasanya klien tidak mampu merawat penampilannya,
biasanya penampilan tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian
tidak seperti biasannya, rambut kotor, rambut seperti tidak pernah disisr, gigi kotor
dan kuning, kuku panjang dan hitam.
2. Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering
terhenti/bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai
pembicaraan. Pada klien perilaku kekerasan cara bicara klien kasar, suara tinggi,
membentak, ketus, berbicara dengan kata-kata kotor.
3. Aktivitas motoric
Agresif, menyerang diri sendiri orang lain maupun menyerang objek yang ada
disekitarnya. Klien perilaku kekerasan terlihat tegang dan gelisah, muka merah, jalan
mondar-mandir.
4. Afek dan Emosi
Untuk klien perilaku kekerasan efek dan emosi nyala bila, emosi klien cepat
berubah-ubah cenderung mudah mengamuk, membanting barang-barang atau
melukai diri sendiri, orang lain maupun objek sekitar dan berteriak-teriak.
5. Interaksi selama wawancara
Klien perilaku kekerasan selama interaksi wawancara biasanya mudah marah,
defensive bahwa pendapatnya paling bener, sinis, curiga, dan menolak dengan
kasar.Bermusuhan: dengan kata-kata atau pandanag yang tidak bersahabat atau tidak
ramah. Curigadengan menunjukkan sikap atau peran tidak percaya kepada
pewawancara atau orang lain.
6. Persepsi/Sensori
Pada klien perilaku kekerasan resiko untuk mengalami persepsi sensori sebagai
penyebabnya.
7. Proses pikir
a. Proses pikir (arus dan bentuk pikir).
Otostik (autisme): bentuk pemikiran yang berupa fantasi atau lamunan untuk
memuaskan keinginan yang tidak dicapainya. Hidup dalam pikirannya sendiri,
hanya memuaskan keinginannya tanpa peduli sekitarnya, menandakan ada
distorsiarus asosiasi dalam diri klien yang dimanifestasikan dengan lamunan,
fantasi, waham dan halusinasinya yang cenderung menyenangkan dirinya.
b. Isi pikir
Pada klien dengan perilaku kekerasan klien memiliki pemikiran curiga, dan tidak
percaya kepada orang lain dan merasa dirinya tidak aman.
8. Tingkat kesadaran
Tidak sadar, bingung, dan apatis.Terjadi disorientasi orang, tempat, dan waktu.Klien
perilaku kekerasan tingkat kesadarannya bingung sendiri untuk menghadapi
kenyataan dan mengalami kegelisahan.
9. Memori
Klien dengan perilaku kekerasan masih dapat mengingat kejadian jangka pendek
maupun panjang.
10. Tingkat kosentrasi
Tingkat kosentrasi klien perilaku kekerasan mudah beralih dari satu objek keobjek
lainnya.Klien selalu menatap penuh kecemasan.
11. Kemampuan Penilain/Pengambilan keputusan
Klien perilaku kekerasan tidak mampu mengambil keputusan yang konstruktif dan
adaptif.
12. DayaTilik
Mengingkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta
pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya. Menyalahkan hal-hal diluar
dirinya yang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah sekarang.
13. Mekanisme Koping
Klien dengan HDR menghadapi suatu permasalahan,apakah menggunakan cara-cara
yang adaptif seperti bicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan masalah,
teknik relaksasi, aktivitas konstruktif, olah raga, dll atau kah menggunakan cara-cara
yang maladaptive seperti minum alcohol, merokok, reaksi lambat/berlebihan,
menghindar, menciderai diri atau lainnya.
B. Pohon masalah
Resiko mencederai diri (Efek)

Perilaku kekerasan (Core Problem)

Gangguan Harga Diri: Harga DiriRendah (Causa)

Koping individu tidak efektif Koping keluarga tidak efektif

C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2. Perilaku Kekerasan
3. Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
4. Gangguan Harga Diri Rendah: Harga Diri Rendah
5. Koping Individu tidak efektif
D. Nursing care plan (NCP)
PerencanaanKeperawatan
Klien dengan Gangguan Perilaku Kekerasan

TUJUAN KH INTERVENSI
TUM: 1.1 Klien mau membalas 1. Beri salam/panggil nama
Klien tidak salam a. Sebutkan nama perawat
mencederai diri 1.2 Klien mau menjabat b. Jelaskan maksud hubungan
TUK: tangan interaksi
1. Klien dapat 1.3 Klien mau menyebutka c. Jelaskan akan kontrak yang
membina nnama akan dibuat
hubungan saling 1.4 Klien mau tersenyum d. Beri rasa aman dan sikap empati
percaya 1.5 Klien mau kontak mata e. Lakukan kontak singkat
1.6 Klien mau mengetahui tapisering
nama perawat
2. Klien dapat 2.1Klien dapat 2.1 Berikan kesempatan untuk
mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapan perasaanya
menyebab perilaku perasaannya.
kekerasan
2.2Klien dapat 2.2 Bantu klien untuk
mengungkapkan mengungkapkan penyebab
penyebab perasaan perasaan jengkel/kesel
jengkel/kesel (dari diri
sendiri)

3. Klien dapat 3.1 Klien dapat 3.1.1 Anjurkan klien mengungkap apa
mengidentifikasi mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
tanda dan gejala perasaan marah/jengkel
perilaku kekerasan jengkel/kesal 3.1.2 Observasi tanda dan gejala
perilaku kekerasan pada klien

3.2 Klien dapat 3.2.1 Simpulkan bersama klien tanda


menyimpulkan tanda dan gejala jengkel/kesal yang
dan gejala akan dialami
jengkel/kesal yang
dialaminya
4. Klien dapat 4.1 Klien dapat 4.1.1 Anjurkan klien untuk
mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapkan perilaku
perilaku kekerasan perilaku kekerasan kekerasan yang biasa
yang biasa yang biasa dilakukan dilakukan klien (verbal, pada
dilakukan orang lain, pada lingkungan
dan pada diri sendiri)

4.2 Klien dapat bermain 4.2.1 Bantu klien bermain peran


peran sesuai perilaku sesuai dengan perilaku
kekerasan yang biasa kekerasan yang biasa dilakukan
dilakukan

4.3 Kliendapat 4.3.1 Bicarakan dengan klien,


mengetahui cara apakah dengan cara yang klien
yang biasa dilakukan lakukan masalahnya selesai
untuk menyelesaikan
masalah
5. Klien dapat 5.1 Klien dapat 5.1.1 Bicarakan akibat/kerugian
mengidentifikasi menjelaskan akibat dari dari cara yang digunakan
akibat perilaku cara yang digunakan klien
kekerasan klien: 5.1.2 Bersama klien
a. Akibat pada klien menyimpulkan akibat dari
sendiri cara yang dilakukan klien
b. Akibat pada orang lain 5.1.3 Tanyakan kepada klien
c. Akibat pada lingkungan “Apakah ia ingin
mempelajaricara baru yang
sehat”.
6. Klien dapat 6.1 Klien dapat 6.1.1Diskusikan kegiatan fisik yang
mendemonstrasika menyebutkan contoh biasa dilakukan klien
n cara fisik untuk pencegahan perilaku 6.1.2Beri pujian atas kegiatan fisik
mencegah perilaku kekerasan secara klien yang biasa dilakukan
kekerasan fisik: 6.1.3Diskusikan dua cara fisik yang
a. Tarik nafas paling mudah dilakuakan untuk
dalam mencegah perilaku kekerasan,
b. Pukul kasur atau yaitu: tarik nafas dalam dan
bantal pukul kasur serta bantal
c. Kegiatan fisik
lain

6.2 Klien dapat 6.2.1Diskusikan cara melakukan


mengidentifikasi nafas dalam bersama klien
cara fisik untuk 6.2.2Beri contoh klien tentang cara
mencegah perilaku menarik nafas dalam
kekerasan 6.2.3Minta klien mengikuti contoh
yang diberikan sebanyak 5 kali
6.2.4Beri pujian positif atas
kemmampuan klien
mendemonstrasikan cara
menarik nafas dalam
6.2.5Tanyakan perasaan klien setelah
selesai
6.2.6Anjurkan klien menggunakan
cara yang telah dipelajari saat
marah/jengkel
6.2.7Lakukan hal yang sama dengan
6.2.1. sampai 6.2.6. untuk fisik
lain dipertemuan yang lain.

6.3 Klien mempunyai 6.3.1Diskusikan dengan klien


jadwal mengenai frekuensi latihan yang
akan dilakukan sendiri oleh
klien
6.3.2Susun jadwal kegiatan untuk
melatih cara yang telahdipelajari

6.4.1Klien mengevaluasi pelaksanaan


6.4 Klien mengevaluasi latihan, cara pencegahan
kemampuandalam perilaku kekerasan yang telah
melakukan cara fisik dilakukan dengan mengisi
sesuai jadwal yang jadwal kegiatan harian (self-
telah disusun evaluation)
6.4.2Validasi kemampuan klien
dalam melaksanakan latihan
6.4.3Berikan pujian atas keberhasilan
klien
6.4.4Tanyakan kepada klien “Apakah
kegiatancara pencegahan
perilaku kekerasan dapat
mengurangi perasaan marah”.

7. Klien dapat 7.1 Klien dapat 7.1.1 Diskusikan cara bicara yang baik
mendemonstrasika menyebutkan cara dengan klien
n cara social untuk bicara (verbal) yang 7.1.2 Beri contoh cara bicara yang
mencegah perilaku baik dalam baik:
kekerasan mencegah perilaku  Meminta dengan baik
kekerasan  Menolak dengan baik
 Meminta  Mengungkapkan perasaan
dengan baik dengan baik
 Menolak
dengan baik
 Mengungkap
kan perasaan
dengan baik

7.2 Klien dapat 7.2.1 Meminta klien mengikuti contoh


mendemonstrasikan bicara yang baik:
cara verbal yang  Meminta dengan baik “saya
baik minta uang untukbeli makan”
 Menolak dengan baik “maaf,
sayatidak bias melakukan
karena ada kegiatan lain”
 Mengungkapkan perasaan
dengan baik “saya kesal karena
permintaan saya tidak
dikabulkan” disertai dengan
suara nada rendah.
7.2.2 Minta klien mengulang sendiri
7.2.3 Beri pujian atas keberhasilan
klien

7.3 Klien mempunyai 7.3.1 Diskusikan dengan klien tentang


jadwal untuk waktu dan kondisi cara bicara yang
melatihcara bicara dapat dilatih di ruangan, misalnya:
yang baik meminta obat, baju, dll; menolak
ajakan merokok, tidur tidak tepat pada
waktunya, menceritakan kekesalan
pada perawat
7.3.2 Susun jadwal kegiatan untuk
melatih cara yang telah dipelajari

7.4 Klien melakukan 7.4.1 Klien mengevaluasi pelaksanaan


evaluasi terhadap latihan cara bicara yang baik
kemampuan cara dengan mengisi jadwal kegiatan
bicara yang sesuai (self-evaluation)
dengan jadwal yang 7.4.2 Validasi kemapuan klien dalam
telah disusun melaksanakan latihan
7.4.3 Berikan pujian atas keberhasilan
klien
7.4.4 Tanyakan kepada klien
“bagaimanaperasaan imam
setelah latihan bicara yang baik?
Apakah keinginan marah
berkurang?”
8. Klien dapat 8.1 Klien dapat 8.1.1 Diskusikan dengan klien
mendemonstrasika menyebutkan cara kegiatan ibadah yang pernah
n cara social untuk bicara (verbal) yang dilakukan
mencegah perilaku baik dalam 8.1.2 Bantu klien menilai kegiatan
kekerasan mencegah perilaku ibadah yang dapatdilakukan di
kekerasan ruang perawat
 Meminta dengan baik 8.1.3 Bantu klien memilih kegiatan
 Menolak dengan baik ibadah yang akandilakukan
 Mengungkapkan
perasaandenganbaik

8.2 Kliendapatmendemo 8.2.1Minta klien mendemonstrasikan


nstrasikancara verbal kegiatan ibadah yang dipilih
yang baik 8.2.2Beri pujian atas keberhasilan
klien
8.2.3Klien mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan ibadah dengan mengisi
jadwal kegiatan
8.3 Klien mempunyai
jadwal untuk melatih 8.3.1Susun jadwal kegiatan untuk
cara bicara yang melatih kegiatan ibadah
baik

8.4 Klien melakukan


evaluasi terhadap 8.4.1Klien mengevaluasi pelaksanaan
kemampuan cara kegiatan ibadah dengan mengisi
bicara yang sesuai jadwal kegiatan harian
dengan jadwal yang 8.4.2Validasi kemampuan klien
telah disusun dalam melakukan validasi
8.4.3Berikan pujian atas keberhasilan
klien
8.4.4Tanyakan kepada klien
“bagaimana perasaan imam
setelah teratur melaksanakan
ibadah? Apakah keinginan
marahberkurang?”.

9. Klien 9.1 Klien dapat 9.1.1Diskusikan dengan klien tentang


mendemonstrasika menyebutkan jenis, jenis obat yang diminumnya
n kepatuhan dosis, dan waktu (nama, warna, besarnya); waktu
minumobat untuk minumobat serta minumobat (jika 3 kali:pkl
mencegah perilaku manfaat dariobat itu 07.00),13.00, 19.00; cara
kekerasan (prinsip 5 benar: minumobat)
benar orang, dosis, 9.1.2Diskusikan dengan klien
waktu, dan cara manfaat minum obat secara
pemberian) teratur:
 Beda perasaan sebelum minum
obat dan sesudah minum obat
 Jelaskanbahwa jenis obat hanya
bolehdiubah oleh dokter
 Jelaskan mengenai akibat
minum obat yang tidak teratur,
misalnya penyakitnya kambuh

9.2 Klien 9.2.1Diskusikan tentang proses


mendemonstasikan minumobat:
kepatuhan minum  Klien meminta kepada perawat
obat sesuai jadwal (jika di RS) kepada keluarga
yang ditetapkan (jika di rumah)
 Klien memeriksaobat sesuai
dosisnya
 Klien meminumobat pada waktu
yang tepat
9.2.2Susun jadwal minum obat
bersama klien

9.3 Klien mengevaluasi 9.3.1Klien mengevaluasi pelaksanaan


kemampuannya minum obat dengan mengisi
dalam mematuhi jadwal kegiatan harian
minumobat 9.3.2Validasi pelaksanaan minum
obat klien
9.3.3Beri pujian atas keberhasilan
klien
9.3.4Tanyakan kepada klien
“bagaimana perasaan imam
dengan minumobat secara
teratur? Apakah keinginan untuk
marah berkurang?”

10. Klien dapat 10.1 Klien yang mengikuti 10.1.1 Anjurkan klien untuk ikut
mengikuti TAK: TAK: stimulasi TAK: stimulasi persepsi
stimulasi persepsi persepsi pencegahan pencegahan perilaku kekerasan
pencegahan perilaku kekerasan 10.1.2 Klien mengikuti TAK:
perilaku stimulasi persepsi pencegahan
kekerasan perilaku kekerasan (kegiatan
mandiri)
10.1.3 Diskusikan dengan klien
tentang kegiatan selama TAK
10.1.4 Fasilitasi klien untuk
mempraktikkan hasil kegiatan
TAK dan beri pujian atas
keberhasilannya

10.2 Klien mempunyai 10.2.1 Diskusikan dengan klien


jadwal, klien tentang jadwal TAK
melakukan evaluasi 10.2.2 Masukkan jadwal TAK dalam
terhadap pelaksanaan jadwal kegiatan harian
TAK 10.2.3 Beri pujian atas kemampuan
mengikuti TAK
10.2.4 Tanyakan klien: bagaimana
perasaan setelah ikut tak?”.
11. Klien mendapat 11.1 Keluarga dapat 11.1.1 Identifikasi kemampuan
dukungan mendemonstrasikan keluarga dalam merawat klien
keluarga dalam cara merawat klien sesuai dengan yang telah
melakukan cara dilakukan keluarga terhadap
pencegahan klien selama ini
perilaku 11.1.2 Jelaskan keuntungan
kekerasan peranserta keluarga dalam
merawat klien
11.1.3 Jelaskan cara-cara merawat
klien
 Terkait dengan cara mengontrol
perilaku marah secara
konstruktif
 Sikap dan cara bicara
 Membantu klien mengenal
penyebab marah dan
pelaksanaan cara pencegahan
perilaku kekerasan
E. Implementasi
Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat
F. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan
keperawatan sudah dicapai apa belum, evaluasi membandingkan keadaan yang
ada pada pasien dengan kriteria hasil pada perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma'rifatul. (2011). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Dalami, Ernawati. dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV
Trans Info Media.

Keliat, Budiana. (2007). Model Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.

Riyadi, Sujono. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai