Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

:Oleh
Qisthi Aulia Khoirunnisa
J2214901070

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2022/2023
1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Proses Keperawatan
a. Pengertian
Risiko perilaku kekerasan merupakan hal yang dapat membahayakan secara
fisik, emosi dan seksual pada diri sendiri ataupun orang lain (SDKI 2017). Risiko
periaku kekerasan merupakan perilaku yang menunjukan bahwa dirinya mampu
membahayakan dirinya sendiri dan orang lain baik secara fisik, emosional dan
seksual (NANDA 2018). Menurut Sutejo (2019) risiko perilaku kekerasan terbagi
menjadi dua yaitu risiko perilaku kekeraan pada diri sendiri (risk for self-directed)
dan risko peilaku kekerasan pada orang lain (risk for other-directed). Dari
beberapa definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa risiko perilaku
kekerasan merupakan salah satu dari ungkapan marah dan bermusuhan sebagai
respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang 2 tidak terpenuhi sehingga
mengakibatkan tidak terkontrolnya dan kesadaran diri dimana individu bisa
berperilaku yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
sekitar.
b. Faktor Predisposisi
1) Faktor psikologis
a) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi
perilaku kekerasan.
b) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil
yang tidak menyenangkan.
c) Rasa frustasi.
d) Adanya kekerasan dalam rumah, keluarga, atau lingkungan.
e) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri
serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi
bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga
diri pelaku tindak kekerasan.
f) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik dipengaruhi oleh
contoh peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi
biologik.
2) Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara
agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori
menurut Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang
lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin
sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi.
Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat
membantu mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang
tidak dapat diterima.
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima
perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaiannya masalah perilaku kekerasan
merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.
3) Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya stimulus elektris
ringan pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan perilaku
agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan
perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal
(untuk interpretasi indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata
terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada di
sekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai
berikut
a) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku bermusuhan dan respon agresif.
b) Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinefrin, norepinefrin,
dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon
androgen dan norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan
7) pada cairan serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang
menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang
umumnya dimiliki oleh penghuni penjara tindak kriminal (narapidana)
d) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus
temporal) trauma otak, apenyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus
temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
c. Faktor Presipitasi

Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
1) Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2) Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal
dari lingkungan.
3) Lingkungan
Panas, padat, dan bising.
Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat
menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai
berikut.
1) Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
2) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
3) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya
dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.
4) Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat
dan alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa
frustasi.
5) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
d. Penilaian Terhadap Stresor
Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku
kekerasanterdiri dari :
1) Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2) Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar, ketus.
3) Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4) Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel,tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan,
dan menuntut.
5) Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6) Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
7) Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8) Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual
e. Sumber koping
Individu dapat menanggulangi perilaku kekerasan dengan menggunakan atau
mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan
interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan
memecahkan masalah, dukungan sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi
sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi strategi koping yang
efektif.
f. Mekanisme koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat
membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif
dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan
adalah mekanisme pertahanan ego seperti displancement, sublimasi, proyeksi,
depresi, dan reaksi formasi.
1) Displacement
Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan pada objek yang begitu seperti
pada mulanya yang membangkitkan emosi.
2) Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai keinginannya yang tidak baik.
3) Depresi
Menekan perasaan yang menyakitkan atau konflik ingatan dari kesadaran yang
cenderung memperluas mekanisme ego lainnya.
4) Reaksi formasi
Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan dengan apa
yang benar-benar di lakukan orang lain.
g. Rentang respon

Respons adaptif Respons maladaptif

Asertif frustasi pasif agresif amuk

1) Asertif adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau
diungkapkan tanpa menyakiti orang lain, akan memberi kelegaan pada
individu dan tidak akan menimbulkan masalah.
2) Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang
tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. Dalam keadaan
ini tidak ditemukan alternatif lain. Selanjutnya individu merasa tidak mampu
mengungkapkan perasaan dan terlihat pasif.
3) Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya, klien
tampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena rendah diri dan merasa
kurang mampu.
4) Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk
bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontol, perilaku yang tampak
dapat berupa : muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar disertai kekerasan.
5) Amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan
kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri orang lain dan lingkungan.

3. Rencana tindakan keperawatan

Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi


Hasil
Resiko 1. Sp1p Tanda-tanda Bina hubungan saling
perilaku - Membina percaya kepada percaya
kekerasa hubungan saling perawat: - Beri salam setiap
n percaya. - Wajah cerah, berinteraksi.
- Mengiden tersenyum. - Perkenalkan nama,
tifikasi penyebab - Mau berkenala. panggilan perawat,
perilaku - Ada kontak mata. dan tujuan perawat
kekerasan. - Bersedia berinteraksi.
- Mengiden menceritakan - Tanyakan dan
tifikasi tanda dan perasaan. panggil nama
gejala perilaku - Klien dapat kesukaan klien.
Kekerasan mengungkap kan - Tunjukan sikap
- Mengiden perasaannya. empati, jujur dan
tifikasi perilaku - Klien dapat menepati janji setiap
kekerasan yang mengungkap kan kali berinteraksi.
dilakukan. penyebab perasaan - Tanyakan perasaan
- Mengiden jengkel atau kesal klien dan masalah
tifikasi akibat (diri sendiri, orang yang dihadapi klien.
perilaku lain, lingkungan). - Beri kesempatan
kekerasan - Klien dapat mengungkapkan
- Mengajar kan menyimpulkan perasaannya.
cara mengontrol tanda dan gejala - Bantu klien dapat
perilaku kesal/jengkel mengungkapkan
kekerasan yang dialami. penyebab
- Melatih klien - Klien dapat marah.
cara mengontrol mengungkap kan - Anjurkan klien untuk
perilaku perilaku kekerasan mengungkapkan rasa
kekerasan fisik I yang dilakukan. jengkel/marah yang
(nafas dalam) - Klien dapat dialami.
- Membim bing bermain peran - Simpulkan bersama
pasien dengan perilaku klien tanda dan
memasukkan kekerasan yang gejala marah.
kegiatan ke biasa dilakukan. - Tanyakan kebiasaan
dalam jadwal - Klien dapat perilaku kekerasan
harian. mengetahui yang dilakukan
perilaku kekerasan pasien.
yang biasa dilkukan - Beri kesempatan
dapat pada klien untuk
menyelesaikan bermain peran
masalah atau tidak. dengan perilaku
- Klien dapat kekerasan yang biasa
menjelaskan akibat dilakukan.
perilaku kekerasan - Bicarakan dengan
yang biasa klien apakah perilaku
dilakukan oleh kekerasan yang biasa
klien. dilakukan dapat
- Klien dapat menyelesaikan
melakukan cara masalah yang
mengontrol dihadapi klien.
perilaku kekerasan - Bicarakan
secara konstruktif. akibat/kerugian dari
- Klien dapat perilaku kekerasan
mendemonstrasikan yang dilakukan.
cara mengontrol - Bersama klien
marah dengan cara simpulkan
menarik nafas akibat/kerugian dari
dalam. perilaku kekerasan
- Klien mau yang dilakukan klien.
memasukan - Diskusikan dengan
kegiatan yang telah klien:
dilakukan ke dalam a. Apakah klien mau
jadwal harian. mempelajari cara
baru
mengungkapkan
marah yang sehat.
b. Jelaskan berbagai
alternatif pilihan
untuk
mengungkapkan
marah selain
perilaku
kekerasan yang
diketahui klien.
- Tanyakan pada klien
apakah klien ingin
mempelajari cara baru
mengontrol perilaku
kekerasan secara
konstruktif.
- Berikan pujian jika
klien mengetahui cara
yang lain mengontrol
perilaku kekerasan
secara konstruktif.
- Diskusikan dengan
klien cara mengontrol
perilaku kekerasan
secara konstruktif:
- Secara fisik: tari nafas
dalam jika klien
sedang kesal/marah,
memukul
bantal/kasur, olah
raga atau pekerjaan
yang memerlukan
tenaga.
- Secara verbal:
katakan bahwa anda
sedang marah/kesal/
tersinggung / jengkel.
- Secara sosial: lakukan
dalam kelompok cara-
cara marah yang
sehat, latihan asertif,
latihan menejemen
perilaku kekerasan
perilaku kekerasan.
- Secara spiritual:
anjurkan klien untuk
sembahyang, berdo’a/
ibadah lain: meminta
kepada Tuhan untuk
diberi kesabaran.
- Berikan
reinforcement positif
atas keberhasilan dan
usaha klien dalam
mencoba melakukan
cara mengontrol
marah dengan
menarik nafas dalam.
- Motivasi klien untuk
melakukan tarik nafas
dalam sebanyak 5x
atau lebih.
- Motivasi klien untuk
memasukan kegiatan
yang telah dilakukan
ke dalam jadwal
harian.
- Beri reinforcement
positif pada klien
setelah memasukan
kegiatan yang telah
dilakukan ke dalam
jadwal harian.
2. Sp2p - Kilen dapat - Motivasi klien untuk
- Memvalidasi menyebutkan dan menyebutkan dan
masalah dan mendemonstrasi mendemonstrasikan
latihan kan latihan yang latihan sebelumnya.
sebelumnya. diajarkan - Beri pujian atas
- Melatih klien sebelumnya. jawaban yang benar.
cara mengontrol - Klien dapat - Motivasi klien untuk
marah dengan mendemonstrasika melakukan cara
cara fisik II n cara mengontrol mengontrol marah
- Menganjurkan marah dengan cara dengan memukul
klien untuk memukul bantal bantal atau kasur atau
memasukkan atau kasur atau benda lunak lainnya.
kegiatan yang benda lunak - Anjurkan klien untuk
telah dilakukan lainnya. mengikuti lalu
ke dalam jadwal - Klien merasa lega. mempraktikan cara
kegiatan harian. - Klien bersedia mengontrol marah
3. untuk memasukan (memukul bantal).
kegiatan yang telah - Beri reinforcement
dilakukan ke dalam positif atas tindakan
jadwal kegiatan benar yang dilakukan
harian klien.
- Motivasi klien untuk
memasukan kegiatan
yang telah dilakukan
ke dalam jadwal
kegiatan harian.
- Beri reinforcement
positif atas tindakan
benar yang dilakukan
klien.

3. Sp3p - Klien dapat - Motivasi klien untuk


- Memvalidasi mengungkapkan mengungkapkan
masalah dan apa yang dirasakan. masalah dan
latihan - Klien dapat mendemonstrasikan
sebelumnya. menyebutkan dan kembali latihan
- Melatih cara mendemonstrasika sebelumnya.
mengontrol n kembali latihan - Beri reinforcement
marah dengan sebelumnya. positif atas tindakan
cara verbal. - mengikuti dan yang dilakukan klien.
- Meminta klien mempraktikan apa - Motivasi klien untuk
untuk memasuk yang telah mengikuti apa yang
kan kegiatan diajarkan. telah diajarkan.
yang telah - Klien merasa lega - Berikan contoh cara
dilakukan ke - Klien bersedia mengontrol perilaku
dalam jadwal memasukan kekerasan dengan
kegiatan kegiatan yang telah menolak,
harian. dilakuakn ke dalam mengungkapkan
jadwal kegiatan marah secara verbal.
harian. “saya marah sama
kamu”.
- Beri reinforcement
positif atas tindakan
klien yang benar.

4. Sp4p - Klien dapat - Motivasi klien untuk


- Memvalidasi mengungkapkan apa mengungkapkan
masalah dan yang dirasakan. masalah dan
latihan - Klien dapat mendemonstrasikan
sebelumnya. menyebutkan dan kembali latihan
- Melatih pasien mendemonstrasikan sebelumnya.
mengontrol kembali latihan - Beri reinforcement
perilaku sebelumnya. positif atas tindakan
kekerasan secara - Klien dapat yang dilakukan klien.
spiritual (berdoa, mengontrol perilaku - Diskusikan kembali
shalat, wudhu). kekerasan dengan bersama klien latihan
- Meminta klien salah satu cara yang yang telah diberikan
untuk diajarkan. Contoh: sebelumnya.
memasukan berwudhu. - Bersama klien buat
kegiatan yang - Klien bersedia daftar efektif yang
telah dilakukan memasukan kegiatan dapat dilanjutkan
ke dalam jadwal yang telah dilakuakn pelaksanaannya.
kegiatan harian. ke dalam jadwal - Beri pujian atas usaha
kegiatan harian. yang telah dilakukan.
- Motivasi klien untuk
memasukan kegiatan
yang telah dilakukan
ke dalam jadwal
kegiatan harian.
- Beri reinforcement
positif atas tindakan
benar yang dilakukan
klien.
5. Sp5p Klien dapat - Motivasi klien untuk
- Memvalidasi mengungkap mengungkapkan
masalah dan kan apa yang masalah dan
latihan dirasakan. mendemonstrasikan
sebelumnya. 2. Klien dapat kembali latihan
- Menjelaskan menyebutkan sebelumnya.
cara mengontrol dan - Beri reinforcement
perilaku mendemonstra positif atas tindakan
kekerasan sikan kembali yang dilakukan klien.
dengan minum latihan - Memotivasi klien
obat. - Sebelumnya untuk menyebutkan
- Meminta klien Klien dapat kembali latihan
untuk meminum obat mengontrol perilaku
memasukkan sesuai aturan dan kekerasan yang telah
kegiatan yang cara yang telah diajarkan.
telah dilakukan - diajarkan. - Diskusikan bersama
ke dalam jadwal Klien bersedia klien tentang latihan
kegiatan harian. memasukan yang telah diajarkan
kegiatan yang sebelumnaya.
telah dilakuakn ke - Ajarkan klien untuk
dalam jadwal meminum obat secara
- kegiatan harian. teratur.
- Beri reinforcement
positif atas tindakan
benar yang dilakukan
klien.
- Motivasi klien untuk
memasukan kegiatan
yang telah dilakukan
ke dalam jadwal
kegiatan harian.
- Beri reinforcement
positif atas tindakan
benar yang dilakukan
klien.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DO: Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, mengancam, mengumpat
dengan kata-kata kotor
DS: pasien mengatakan memiliki dendam kepada istrinya
2. Diagnosa keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
e. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
f. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.

4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang
harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya
adalah:
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
b. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
c. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
1) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
2) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
3) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
4) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
5) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
d. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat
marah secara verbal terhadap orang lain, terhadap diri sendiri, terhadap
lingkungan
e. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
f. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
1) Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
2) Obat
3) Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
4) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
g. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
1) Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
2) Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
h. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
1) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar
nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu
minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat
berhenti minum obat
2) Susun jadwal minum obat secara teratur
i. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
1) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
2) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
j. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
1) Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
2) Buat jadwal latihan sholat, berdoa
k. Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
mengontrol Perilaku Kekerasan

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Latihan I
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya Qisthi Aulia Khoirunnisa,
panggil saya Qisthi, saya perawat yang dinas di ruangan soka in. Hari ini saya
dinas pagi dari pk. 07.00-14.00. Saya yang akan merawat bapak selama bapak
di rumah sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?
b. Evaluasi validasi
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
c. Kontrak topik
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah
bapak”
d. Kontrak tempat
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana
kalau di ruang tamu?”
e. Kontrak waktu
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10
menit?

2. Kerja
“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah
marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, jadi
ada 2 penyebab marah bapak” “Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak
pulang ke rumah dan istri belum menyediakan makanan(misalnya ini penyebab
marah pasien), apa yang bapak rasakan?” (tunggu respons pasien)
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak memukul istri bapak dan
memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya, tentu tidak.
Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-
piring pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak
belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?” ”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya
adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan
–lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari
hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali,
bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi klien
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan bapak?”
2) Evaluasi perawat
”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak
rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta
akibatnya ......... (sebutkan)
b. Tindak lanjut klien
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang
lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan
lupa latihan napas dalamnya ya pak

c. Kontrak yang akan datang


‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak mau
latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain
untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak,
assalamualaikum"

Latihan II
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang
saya datang lagi”
b. Evaluasi validasi
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak
marah?”
c. Kontrak topik
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan
kegiatan fisik untuk cara yang kedua”
d. Kontrak tempat
Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu
e. Kontrak waktu
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
2. Kerja
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal,
berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul
kasur dan bantal”. “Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana
kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar
dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba
bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali bapak
melakukannya”.“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutinjika ada perasaan marah. Kemudian
jangan lupa merapikan tempat tidurnya
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi klien
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah
tadi?”
2) Evaluasi perawat
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?
Bagus!”
b. Tindak lanjut klien
“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur
bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam
05.00 pagi. dan jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah
sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya pak. Sekarang kita buat
jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul kasur dan
bantal serta tarik nafas dalam ini?”
c. Kontrak yang akan datang
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah
dengan cara penggunaan obat. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya.
Sampai jumpa”

Latihan III

1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu
lagi”
b. Evaluasi validasi
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur
bantal ? apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur ?. Coba
kita lihat cek kegiatannya”.
c. Kontrak topik
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat
yang benar untuk mengontrol rasa marah?”
d. Kontrak tempat
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat
kemarin?”
e. Kontrak waktu
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit”
2. Kerja
“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”
Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa
Bapak minum? Bagus!
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya
agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tegang, dan
yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah
berkurang. Semuanya ini harus bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian
g, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan
beraktivitas dulu”
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat
apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini
minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter
ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.” “Sekarang kita masukkan waktu
minum obatnya kedalam jadual ya pak.”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi klien
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
minum obat yang benar?”
2) Evaluasi perawat
“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana
cara minum obat yang benar?”
b. Tindak lanjut klien
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?.
Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa
laksanakan semua dengan teratur ya”.
c. Kontrak yang akan datang
“Nanti kita akan membicarakan untuk mengontrol rasa marah bapak dengan
cara bicara dengan orang lain orang lain, setuju pak?”

Latihan IV
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita
ketemu lagi”
b. Evaluasi validasi
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur
bantal, dan menggunakan obat?, apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya
mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau
diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T artinya belum bisa melakukan
c. Kontrak topik
“bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
d. Kontrak tempat
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat
kemarin?”
e. Kontrak waktu
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit”
2. Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah
sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan
sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada
tiga caranya pak:
a. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya
larena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan
baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini
untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus
pak.”
b. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang
ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
c. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat
kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu
itu’. Coba praktekkan. Bagus”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi klien
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
2) Evaluasi perawat
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita
pelajari”
b. Tindak lanjut klien
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari
bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”
Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat,
uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!”
c. Kontrak yang akan datang
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak
yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik
sampai nanti ya”

Latihan V

1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang
saya datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?”
b. Evaluasi validasi
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa
marahnya”
c. Kontrak topik
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah
yaitu dengan ibadah?”
d. Kontrak tempat
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat
kemarin?”
e. Kontrak waktu
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit”
2. Kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang m
anamau dicoba? “Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk
dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks.
Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”. “Bapak bisa melakukan
sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana? Coba
sebutkan caranya (untuk yang muslim).”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi klien
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
yang ketiga ini?”
2) Evaluasi perawat
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.

b. Tindak lanjut klien


“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau
berapa kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai
kesepakatan pasien) “Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak
lakukan bila bapak merasa marah”
“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita
buat tadi”
c. Kontrak yang akan datang
“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa
pak? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?”
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak
melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai
jumpa”

DAFTAR PUSTAKA
Fitria Nita.2009.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Srategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan(LP dan SP).Jakarta:Salemba Medika.
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic Course).
Jakarta: EGC

NUGROHO, A. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RSJD. Dr. AMINO
GONDOHUTOMO SEMARANG.

Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai