:Oleh
Qisthi Aulia Khoirunnisa
J2214901070
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
1) Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2) Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal
dari lingkungan.
3) Lingkungan
Panas, padat, dan bising.
Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat
menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai
berikut.
1) Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
2) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
3) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya
dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.
4) Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat
dan alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa
frustasi.
5) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
d. Penilaian Terhadap Stresor
Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku
kekerasanterdiri dari :
1) Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2) Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar, ketus.
3) Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4) Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel,tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan,
dan menuntut.
5) Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6) Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
7) Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8) Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual
e. Sumber koping
Individu dapat menanggulangi perilaku kekerasan dengan menggunakan atau
mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan
interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan
memecahkan masalah, dukungan sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi
sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi strategi koping yang
efektif.
f. Mekanisme koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat
membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif
dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan
adalah mekanisme pertahanan ego seperti displancement, sublimasi, proyeksi,
depresi, dan reaksi formasi.
1) Displacement
Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan pada objek yang begitu seperti
pada mulanya yang membangkitkan emosi.
2) Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai keinginannya yang tidak baik.
3) Depresi
Menekan perasaan yang menyakitkan atau konflik ingatan dari kesadaran yang
cenderung memperluas mekanisme ego lainnya.
4) Reaksi formasi
Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan dengan apa
yang benar-benar di lakukan orang lain.
g. Rentang respon
1) Asertif adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau
diungkapkan tanpa menyakiti orang lain, akan memberi kelegaan pada
individu dan tidak akan menimbulkan masalah.
2) Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang
tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. Dalam keadaan
ini tidak ditemukan alternatif lain. Selanjutnya individu merasa tidak mampu
mengungkapkan perasaan dan terlihat pasif.
3) Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya, klien
tampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena rendah diri dan merasa
kurang mampu.
4) Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk
bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontol, perilaku yang tampak
dapat berupa : muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar disertai kekerasan.
5) Amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan
kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri orang lain dan lingkungan.
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DO: Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, mengancam, mengumpat
dengan kata-kata kotor
DS: pasien mengatakan memiliki dendam kepada istrinya
2. Diagnosa keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
e. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
f. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang
harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya
adalah:
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
b. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
c. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
1) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
2) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
3) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
4) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
5) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
d. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat
marah secara verbal terhadap orang lain, terhadap diri sendiri, terhadap
lingkungan
e. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
f. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
1) Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
2) Obat
3) Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
4) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
g. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
1) Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
2) Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
h. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
1) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar
nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu
minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat
berhenti minum obat
2) Susun jadwal minum obat secara teratur
i. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
1) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
2) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
j. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
1) Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
2) Buat jadwal latihan sholat, berdoa
k. Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
mengontrol Perilaku Kekerasan
2. Kerja
“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah
marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, jadi
ada 2 penyebab marah bapak” “Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak
pulang ke rumah dan istri belum menyediakan makanan(misalnya ini penyebab
marah pasien), apa yang bapak rasakan?” (tunggu respons pasien)
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak memukul istri bapak dan
memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya, tentu tidak.
Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-
piring pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak
belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?” ”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya
adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan
–lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari
hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali,
bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi klien
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan bapak?”
2) Evaluasi perawat
”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak
rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta
akibatnya ......... (sebutkan)
b. Tindak lanjut klien
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang
lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan
lupa latihan napas dalamnya ya pak
Latihan II
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang
saya datang lagi”
b. Evaluasi validasi
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak
marah?”
c. Kontrak topik
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan
kegiatan fisik untuk cara yang kedua”
d. Kontrak tempat
Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu
e. Kontrak waktu
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
2. Kerja
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal,
berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul
kasur dan bantal”. “Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana
kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar
dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba
bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali bapak
melakukannya”.“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutinjika ada perasaan marah. Kemudian
jangan lupa merapikan tempat tidurnya
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi klien
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah
tadi?”
2) Evaluasi perawat
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?
Bagus!”
b. Tindak lanjut klien
“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur
bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam
05.00 pagi. dan jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah
sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya pak. Sekarang kita buat
jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul kasur dan
bantal serta tarik nafas dalam ini?”
c. Kontrak yang akan datang
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah
dengan cara penggunaan obat. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya.
Sampai jumpa”
Latihan III
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu
lagi”
b. Evaluasi validasi
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur
bantal ? apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur ?. Coba
kita lihat cek kegiatannya”.
c. Kontrak topik
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat
yang benar untuk mengontrol rasa marah?”
d. Kontrak tempat
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat
kemarin?”
e. Kontrak waktu
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit”
2. Kerja
“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”
Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa
Bapak minum? Bagus!
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya
agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tegang, dan
yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah
berkurang. Semuanya ini harus bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian
g, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan
beraktivitas dulu”
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat
apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini
minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter
ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.” “Sekarang kita masukkan waktu
minum obatnya kedalam jadual ya pak.”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi klien
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
minum obat yang benar?”
2) Evaluasi perawat
“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana
cara minum obat yang benar?”
b. Tindak lanjut klien
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?.
Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa
laksanakan semua dengan teratur ya”.
c. Kontrak yang akan datang
“Nanti kita akan membicarakan untuk mengontrol rasa marah bapak dengan
cara bicara dengan orang lain orang lain, setuju pak?”
Latihan IV
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita
ketemu lagi”
b. Evaluasi validasi
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur
bantal, dan menggunakan obat?, apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya
mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau
diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T artinya belum bisa melakukan
c. Kontrak topik
“bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
d. Kontrak tempat
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat
kemarin?”
e. Kontrak waktu
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit”
2. Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah
sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan
sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada
tiga caranya pak:
a. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya
larena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan
baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini
untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus
pak.”
b. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang
ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
c. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat
kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu
itu’. Coba praktekkan. Bagus”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi klien
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
2) Evaluasi perawat
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita
pelajari”
b. Tindak lanjut klien
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari
bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”
Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat,
uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!”
c. Kontrak yang akan datang
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak
yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik
sampai nanti ya”
Latihan V
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang
saya datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?”
b. Evaluasi validasi
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa
marahnya”
c. Kontrak topik
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah
yaitu dengan ibadah?”
d. Kontrak tempat
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat
kemarin?”
e. Kontrak waktu
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit”
2. Kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang m
anamau dicoba? “Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk
dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks.
Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”. “Bapak bisa melakukan
sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana? Coba
sebutkan caranya (untuk yang muslim).”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi klien
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
yang ketiga ini?”
2) Evaluasi perawat
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
DAFTAR PUSTAKA
Fitria Nita.2009.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Srategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan(LP dan SP).Jakarta:Salemba Medika.
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic Course).
Jakarta: EGC
Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika