Anda di halaman 1dari 80

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Oleh

PUTU SUCI KRISTINA


DEWI 18.321.2898
A12-B

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
A. KONSEP DASAR RESIKO PERILAKU KEKERASAN
1. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis bisa di lakukan secara
verbal, di arahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Amatiria,
2012).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan di mana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan (Elshy Pangden Rabba, Dahrianis,
2014).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain dan lingkungan yang timbul sebagai kecemasan dan ancaman
(Hadiyanto, 2016)
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan
untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan
datangnya tingkah laku tersebut. Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda
dan gejala dari gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen
(Simatupang, 2010)

2. Etiologi
1) Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2010), faktor predisposisi klien dengan perilaku
kekerasan adalah:
(1) Teori Biologis
 Neurologic Factor
Beragam komponen dari sistem syaraf seperti sinap,
neurotransmitter, dendrit, akson terminalis mempunyai peran
memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang
mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam
menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif.

1
 Genetic Factor
Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi
potensi perilaku agresif. Menurut riset kazu murakami (2007)
dalam gen manusia terdapat dorman (potensi) agresif yang sedang
tidur akan bangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal. Menurut
penelitian genetik tipe karyotype XYY, pada umumnya dimiliki
oleh penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-orang yang
tersangkut hukum akibat perilaku agresif.
 Cycardian Rhytm
Irama sikardian memegang peranan individu. Menurut penelitian
pada jam sibuk seperti menjellang masuk kerja dan menjelang
berakhirnya kerja ataupun pada jam tertentu akan menstimulasi
orang untuk lebih mudah bersikap agresif.
 Biochemistry Factor
(Faktor biokimia tubuh) seperti neurotransmitter di otak
(epineprin, norepineprin, dopamin, asetilkolin, dan serotonin)
sangat berperan dalam penyampaian informasi melalui sistem
persyarafan dalam tubuh, adanya stimulus dari luar tubuh yang
dianggap mengancam dan membahayakan akan dihantar melalui
impuls neurotransmitter ke otak dan meresponnya melalui serabut
efferent. Peningkatan hormone androgen dan norepineprin serta
penurunan serotonin dan GABA pada cairan cerebrospinal
vertebra dapa menjadi faktor predisposisi terjadinya agresif.
 Brain Area Disorder
Gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, siindrom otak,
tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsi ditemukan
sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
(2) Teori Psikoloxgis
 Teori Psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh
kembang seseorang. Teori ini menjelaskan bahwa adanya
ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak
mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang
cukup cenderung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan
setelah dewasa sebagai komponen adanya ketidakpercayaan pada
lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat
mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep
diri yang yang rendah. Perilaku agresif dan tindakan kekerasan
merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri perilaku tindak
kekerasan.
 Imitation, modelling and information processing theory
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam
lingkungan yang mentolelir kekerasan. Adanya contoh, model dan
perilaku yang ditiru dari media atau lingkungan sekitar
memungkinkan individu meniru perilaku tersebut.
 Learning Theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap
lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ayah saat
menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana respon ibu saat
marah.

2) Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2010), faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku
kekerasan sering kali berkaitan dengan :
(1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian masal dan sebagainya.
(2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
(3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.

(4) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
(5) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, perubahan tahap perkembangan
keluarga.

3. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan steres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. Kemarahan
merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman.
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi
diri antara lain (Afnuhazi, 2015):
1) Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara
normal.
2) Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai kesukaran atau keinginan yang tidak
baik.
3) Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam
sadar.
4) Reaksi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-
lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya
sebagai rintangan.

5) Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek
yang tidak begitu berbahaya.

4. Rentang Respon
Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan tersebut
merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses penyampaian pesan dari
indivuidu. Rentang respons kemarahan individu dimulai dari respons normal
(asertif) sampai pada respons sangat tidak normal (maladaptif) . Berikut
rentang respon marah menurut (Direja, Ade Herman Surya, 2011).

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Sumber: Direja, 2011

Keterangan :
1) Asertif : Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang
lain dan memberi ketenangan.
2) Frustasi : Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak
dapat menemukan alternatif.
3) Pasif : Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
4) Agresif : Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk
menuntut tetapi masih terkonrol.
5) Kekerasan : Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya
kontrol.

5. Tanda dan Gejala


Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau
wawancara tentang perilaku berikut (Dermawan & Rusdi, 2013) :
1) Muka merah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Mengatupkan rahang dengan kuat
4) Menggepalkan tangan
5) Bicara kasar
6) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
7) Mengancam secara verbal dan fisik
8) Melempar atau memukul benda atau orang lain
9) Merusak barang atau benda
10) Tidak mempunyai kemampuan mencegah atau mengontrol perilaku
kekerasan.

Menurut Direja, 2013 tanda gejala pada perilaku kekerasan yaitu :


1) Fisik
Mata melotot, pandangan tajam,tangan menggepal, rahang mengatup,
wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2) Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada
keras, kasar dan ketus.
3) Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain, merusak
lingkungan, amuk atau agresif.
4) Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, menyalahkan dan
menuntut.
5) Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, dan meremehkan.
6) Spiritual Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral dan kreativitas terhambat.
7) Sosial Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan
sindiran.
8) Perhatian Bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien perilaku kekerasan bukan hanya meliputi
pengobatan dengan farmakoterapi, tetapi juga pemberian psikoterapi, serta
terapi modalitas yang sesuai dengan gejala pada perilaku kekerasan. Pada
terapi ini juga perlu dukungan keluarga dan sosial akan memberikan
peningkatan kesembuhan klien. Penatalaksanaan pada pasien perilaku
kekerasan terbagi dua yaitu :
1) Penatalaksanaan medik
(1) Farmakoterapi
Salah satu farmakoterapi yang digunakan pada klien dengan perilaku
kekerasan biasanya diberikan antipsikotik. Obat antipsikotik pertama
yaitu klorpromazin, diperkenalkan tahun 1951 sebagai pramedikasi
anestesi. Kemudian setelah itu, obat itu diuji coba sebagai obat
skizofrenia dan terbukti dapat mengurangi skizofrenia. Antipsikotik
terbagi atas dua yaitu antipsikotik tipikal dan antipsikotik atipikal
dengan perbedaan pada efek sampingnya. Antipsikotik tipikal terdiri
dari (butirofenon, Haloperidol/haldol, Fenotiazine,Chlorpromazine,
perphenazine (Trilafon), trifluoperazin (stelazine), sedangkan untuk
antipsikotik atipikal terdiri dari (clozapine (clozaril), risperidone
(Risperidal). Efek samping yang ditimbulkan berupa rigiditas otot
kaku, lidah kaku atau tebal disertai kesulitan menelan. Biasanya
sering digunakan klien untuk mengatasi gejala-gejala psikotik
(Perilaku kekersan, Halusinasi, Waham), Skizofrenia, psikosis
organik, psikotik akut dan memblokade dopamine pada
pascasinaptik neuron di otak (Katona, dkk, 2012).
(2) Terapi Somatis
Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif
menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang ditujukan
pada kondisi fisik klien. Walaupun yang diberi perlakuan adalah
fisik klien, tetapi target terapi adalah perilaku klien. Jenis terapi
somatis adalah meliputi pengikatan, ECT, isolasi dan fototerapi
(Kusumawati & Yudi, 2010).

2) Penatalaksanaan Keperawatan
(1) Strategi pelaksanaan pasien perilaku kekerasan
Startegi pelaksanaan dapat dilakukan berupa komunikasi terapeutik
kepada pasien perilaku kekerasan maupun pada keluarga. Tindakan
keperawatan terhadap pasien dapat dilakukan minimal empat kali
pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga dapat
mengontrol dan mengendalikan perilaku kekerasan. Pada masing-
masing pertemuan dilakukan tindakan keperawatan berdasarkan
strategi pelaksanaan (SP) sebagai berikut (Pusdiklatnakes, 2012) :
 Latihan strategi pelaksanaan 1 untuk pasien : latihan nafas dalam
dan memukul kasur atau bantal.
 Latihan strategi pelaksanaan 2 untuk pasien : latihan minum obat
 Latihan strategi pelaksanaam 3 untuk pasien : Latihan cara sosial
atau verbal
 Latihan strategi pelaksanaan 4 untuk pasien : Latihan cara spiritual
Tindakan keperawatan berdasarkan strategi pelaksanaan (SP) sebagai
berikut :
 Latihan strategi pelaksanaan 1 untuk keluarga : Cara merawat
pasien dan melatih latihan fisik
 Latihan strategi pelaksanaan 2 untuk keluarga : Cara memberi
minum obat
 Latihan strategi pelaksanaan 3 untuk keluarga : Melatih keluarga
cara mengontrol marah dengan cara sosial atau verbal.
 Latihan strategi pelaksanaan 4 untuk keluarga : cara mengontrol
rasa marah dengan cara spiritual, latih cara spiritual, jelaskan
follow up ke puskesmas, tanda kambuh.

(2) Terapi modalitas


Terapi modalitas keperawatan jiwa dilakukan untuk memperbaiki dan
mempertahankan sikap klien agar mampu bertahan dan bersosialisasi
dengan lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan klien dapat
terus bekerja dan tetap berhubungan dengan keluarga, teman, dan
sistem pendukung yang ada ketika menjalani terapi (Nasir & Muhits
dalam Direja, 2011). Jenis-jenis terapi modalitas adalah :
 Psikoterapi
Merupakan suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional
terhadap pasien yang dilakukan oleh seseorang yang terlatih dan
sukarela.
 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Jenis Terapi Aktivitas Kelompok yang digunakan pada klien
dengan perilaku kekerasan adalah Terapi Aktivitas Kelompok
Stimulasi Persepsi atau Kognitif. Terapi yang bertujuan untuk
membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi,
menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan
afektif serta mengurangi perilaku maladaptif.
 Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi
masalah klien dengan memberikan perhatian :
 Bina hubungan saling percaya (BHSP)
 Jangan memancing emosi klien
 Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan
keluarga
 Memberikan kesempatanpada klien dalam mengemukakan
pendapat
 Anjurkan pada klien untuk mengemukakan maslah yang
dialami
 Mendengarkan keluhan klien
 Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klien
 Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung perasaan
klien
 Jika klien melakukan kesalahan jangan langsung memvonis
 Jika terjadi perilaku kekerasan yang dilakukan adalah : bawa
klien ketempat yang tenang dan aman, hindari benda tajam,
lakukan fiksasi sementara, rujuk ke pelayanan kesehatan
(Afnuhazi, 2015).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO PERILAKU
KEKERASAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan
dan merupakan proses yang sistematis dala pengumpulan data dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Iyer
et.al dalam Muhith 2015). Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah pasien.
1) Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan status
mental, suku bangsa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, ruang rawat dan
alamat.
2) Alasan Masuk
Alasan yang menyebabkan pasien atau keluarga datang atau dirawat di
rumah sakit. Faktor pencetus perilaku kekerasan meliputi ancaman terhadap
fisik, ancaman internal dan ancaman eksternal.
3) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan saat ini pada pasien perilaku kekerasan, faktor yang memperberat
kejadian seperti putus pengobatan, melukai orang lain, diri sendiri maupun
lingkungan.
4) Faktor Predisposisi Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah
perilaku kekerasan adalah faktor biologi (biasanya klien mempunyai
keluarga yang mempunyai riwayat perilaku kekerasan, klien pernah
mengalami gangguan jiwa) , psikologis (harapan yang tidak sesuai, sering
melihat perilaku kekerasan atau mengalami perilaku kekerasan dan
sosiokultural (Dermawan, 2013).
Faktor Presipitasi Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi
setiap individu yang bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari
luar (serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain-lain) maupun dalam
(putus hubungan dengan orang berarti, kehilangan rasa cinta, takut terhadap
penyakit fisik dan lain-lain). Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat,
kritikan yang mencegah pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat
memicu perilaku kekerasan.
5) Pemeriksaan Fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan pasien.
6) Pengkajian Psikososial
(1) Genogram
Genogram menggambarkan pasien dengan tiga generasi keluarga dilihat
dari pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
(2) Konsep diri
 Gambaran diri
Menggambarkan persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang tidak disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang tidak
disukai dan bagian yang disukai.
 Identitas diri
Status dan posisi pasien sebelum pasien dirawat, kepuasan pasien
terhadap status dan posisinya, kepuasan pasien sebagai laki-laki
atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis
kelaminnya dan posisinya.
 Fungsi peran
Tugas atau peran pasien dalam keluarga atau kelompok
masyarakat, kemampuan pasien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya, perubahan yang terjadi saat pasien sakit dan dirawat,
bagaimana perasaan pasien akibat perubahan tersebut.
 Ideal diri
Harapan pasien terhadap keadaan tubuh ideal, posisi, tugas, peran
dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan pasien terhadap
penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan
harapannya.
 Harga diri
Hubungan pasien dengan orang lain sesuai dengan kondisi,
dampak pada pasien dalam berhubungan dengan orang lain,
harapan, identitas diri tidak sesuai harapan, fungsi peran tidak
sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan, penilaian pasien
terhadap pandangan atau penghargaan orang lain.
(3) Hubungan Sosial
Menggambarkan orang yang paling berarti dalam hidup pasien, dan
upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah, kelompok apa saja yang
diikuti dalam masyarakat, peran dalam kelompok, hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain.
(4) Spiritual
Nilai keyakinan, kegiatan ibadah atau menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan.

7) Status Mental
(1) Penampilan
Melihat penampilan pasien dari ujung rambut sampai ujung kaki
apakah ada yang tidak rapi, penggunaan pakaian sesuai, cara
berpakaian.
(2) Pembicaraan
Biasanya pada klien perilaku kekerasan ketika bicara nada suara keras,
tinggi, menjerit atau berteriak.
(3) Aktivitas motorik Agitasi (gerakan motorik yang menunjukan
kegelisahan), kompulsif (kegiatan berulang-ulang), grimasem (otot-
otot wajah yang berubah-ubah dan tidak terkontrol). Seperti
menggepalkan tangan, merusak barang atau benda, rahang mengatup.
(4) Afek dan Emosi
 Afek
Biasanya klien labil, emosi cepat berubah-rubah dan tidak sesuai,
emosi bertentangan dan berlawanan dengan stimulus
 Emosi
Biasanya klien memiliki emosi yang tidak adekuat, tidak aman dan
nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, bermusuhan,
mengamuk serta menuntut.
(5) Interaksi selama wawancara
 Kooperatif, berespon dengan baik terhadap pewawancara
 Tidak kooperatif, tidak dapat menjawab pertanyaan dengan
spontan
 Mudah tersinggung
 Bermusuhan
 Kontak kurang, tidak menantap lawan bicara
 Curiga
(6) Persepsi sensori
Persepsi ini meliputi persepsi mengenai pendengaran, penglihatan,
pengecapan, penghidu.
(7) Proses pikir
 Sirkumtansial, pembicaraan yang berbelit tapi sampai pada tujuan.
 Tangensial, pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada
tujuan.
 Kehilangan asosiasi, pembicaraan tidak ada hubungan antara satu
kalimat dengan kalimat yang lain.
(8) Isi pikir
Biasanya klien memiliki ambang isi fikir yang wajar, dimana ia selalu
menanyakan kapan ia akan pulang dan mengharapkan pertemuan
dengan keluarga dekatnya.
(9) Tingkat kesadaran
Biasanya klien tampak bingung dan kacau (perilaku yang tidak
mengarah pada tujuan).
(10) Memori
 Gangguan mengingat jangka panjang, tidak dapat mengingat
kejadian.
 Gangguan mengingat jangka pendek, tidak dapat mengingat dalam
minggu terakhir.
(11) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Menilai tingkat konsentrasi klien apakah mudah beralih atau tidak
mampu berkonsentrasi.
(12) Kemampuan penilaian
Menggambarkan kemampuan pasien dalam melakukan penilaian
terhadap situasi, kemudian dibandingkan dengan yang seharusnya.
(13) Daya litik diri
 Mengingkari penyakit yang diderita : pasien tidak menyadari gejala
penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan pasien
menyangkal keadaan penyakitnya.
 Menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain atau
lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah
sekarang.
(14) Kebutuhan persiapan pulang
 Makan Biasanya frekuensi makan, jumlah, variasi, macam dan cara
makan, observasi kemampuan pasien menyiapkan dan
membersihkan alat makan.
 Buang Air Besar dan Buang Air Kecil : Observasi kemampuan
pasien untuk Buang Air Besar (BAB) dan BAK, pergi
menggunakan WC.
 Mandi : Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi,
menyikat gigi, cuci rambut, gunting kuku, observasi kebersihan
tubuh.
 Berpakaian : Observasi kemampuan pasien dalam mengambil,
memilih dan mengenakan pakaian, observasi penampilan dadanan
pasien.
 Istirahat dan tidur : Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur
siang,malam, persiapan sebelum tidur dan aktivitas sesudah tidur.
 Penggunaan obat : Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis,
dosis, waktu, dan cara pemberian.
 Pemeliharaan kesehatan : Biasanya tentang perawatan lanjut yang
dilakukan klien.
 Aktivitas di dalam rumah : Observasi kemampuan pasien dalam
mengolah dan menyajikan makanan, merapikan rumah, mengatur
kebutuhan biaya sehari-hari.
 Aktivitas di luar rumah : Biasanya menggambarkan kemampuan
pasien dalam belanja untuk keperluan sehari-hari.
 Mekanisme Koping Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme
koping klien sehingga dapat membantu klien untuk
mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam
mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum
digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement,
sublimasi, proyeksi, represi, dan resaksi formasi.
 Masalah psikososial dan lingkungan : Perlu dikaji tentang masalah
dengan dukungan kelompok, maslah berhubungan dengan
lingkungan dan masalah pendidikan, pekerjaan, perumahan
ekonomi, pelayanan kesehatan.
 Pengetahuan Biasanya pasien mempunyai masalah yang berkaitan
dengan pengetahuan yang kurang tentang penyakit atau gangguan
jiwa.
 Aspek medis Pada klien perilaku kekerasan biasanya mendapatkan
obat untuk klien skizofrenia seperti haloperidol, clorpromazine dan
anti kolinergik.
2. Masalah Keperawatan Yang Perlu Dikaji
1) Data subyektif
(1) Klien mengancam
(2) Klien mengumpat dengan kata-kata kasar
(3) Klien berbicara dengan suara keras
(4) Klien berbicara ketus
2) Data obyektif
(1) Menyerang orang lain
(2) Melukai diri sendiri / orang lain
(3) Merusak lingkungan
(4) Perilaku agresif/ amuk
(5) Mata melotot/pandangan tajam
(6) Tangan mengepal
(7) Rahang mengatup
(8) Wajah memerah
(9) Postur tubuh kaku

3. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko Perilaku Kekerasan
2) Harga Diri Rendah Kronik
3) Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan
verbal)
4. Pohon Masalah

Effect Resiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri


, orang lain, lingkungan, dan verbal)

Perilaku kekerasan
Core problem

Causa Harga Diri Rendah Kronis

Sumber: Prabowo, 2014


5. Rencana Tindakan Keperawatan

Tgl No Dx. Perencanaan


Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Perilaku TUM : 1. Setelah x pertemuan, klien 1) Beri salam/ panggil nama klien
Kekerasan. Klien tidak melakukan tindakan menunjukkan tanda-tanda 2) Sebutkan nama perawat sambil jabat
kekerasan. percaya pada perawat : tangan
1) Klien mau membalas 3) Jelaskan maksud hubungan interaksi
TUK 1 : salam 4) Jelaskan kontrak yang akan dibuat
Klien dapat membina hubungan 2) Klien mau menjabat 5) Beri rasa aman dan sikap empati
saling percaya. tangan 6) Lakukan kontak singkat tapi sering
3) Klien mau
menyebutkan nama
4) Klien mau tersenyum
5) Klien mau kontak mata
6) Klien mengetahui nama
perawat
7) Menyediakan waktu
untuk kontrak

19
TUK 2 : 2. Setelah x pertemuan, klien 1) Berikan kesempatan untuk
Klien dapat mengidentifikasi menceritakan penyebab mengungkapkan perasaannya
penyebab perilaku kekerasan perilaku kekerasan yang 2) Bantu klien untuk mengungkapkan
dilakukannya: penyebab jengkel/ kesal
1) Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya
2) Klien dapat
menggungkapkan
penyebab perasaan
jengkel/ kesal (dari diri
sendiri, dari lingkungan/
orang lain)
TUK 3 : 3. Setelah x pertemuan, klien 1) Anjurkan klien mengungkapkan apa
Klien dapat mengidentifikasi menceritakan tanda-tanda yang dialami saat marah/ jengkel
tanda-tanda perilaku kekerasan. saat terjadi perilaku 2) Observasi tanda perilaku kekerasan pada
kekerasan : klien
1) Klien dapat 3) Simpulkan bersama klien tanda- tanda
mengungkapkan jengkel/ kesal yang dialami klien.
perasaan saat marah/
jengkel
2) Klien dapat
menyimpulkan tanda-
tanda jengkel/ kesal
yang dialami

TUK 4 : 4. Setelah x pertemuan, klien 1) Anjurkan klien untuk mengungkapkan


Klien dapat mengidentifikasi menjelaskan perilaku perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
perilaku kekerasan yang biasa kekerasan yang biasa klien
dilakukan. dilakukan : 2) Bantu klien bermain peran sesuai dengan
1) Klien dapat perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
mengungkapkan 3) Bicarakan dengan klien apakah cara yang
perilaku kekerasan yang klien lakukan masalahnya selesai?
biasa dilakukan.
2) Klien dapat bermain
peran dengan perilaku
kekerasan yang biasa
dilakukan
3) Klien dapat mengetahui
cara yang biasa dapat
menyesuaikan masalah
atau tidak
TUK 5 : 5. Setelah x pertemuan klien 1) Bicarakan akibat/ kerugian dari cara
Klien dapat mengidentifikasi menjelaskan akibat tindak yang dilakukan klien
akibat perilaku kekerasan. kekerasan yang 2) Bersama klien menyimpulkan akibat cara
dilakukannya : yang digunakan oleh klien
1) Klien dapat menjelaskan
akibat dari cara yang
digunakan klien
TUK 6 : 6. Setelah … x pertemuan 1) Tanyakan klien “apakah ia ingin
Klien dapat mengidentifikasi cara klien : mempelajari cara baru yang sehat?
konstruktif dalam merespon 1) Klien dapat melakukan 2) Berikan pujian jika klien mengetahui
terhadap kemarahan. cara berespon terhadap cara lain yang sehat
kemarahan secara 3) Diskusikan dengan klien cara lain yang
konstruktif sehat
(1) Secara fisik: Tarik nafas dalam jika
sedang kesal/ memukul bantal/ kasur
atau olahraga atau pekerjaan yang
memerlukan tenaga
(2) Secara verbal: katakan bahwa anda
sedang kesal/ tersinggung/jengkel
(saya kesal anda seperti itu; saya
marah karena mama tidak memnuhi
keinginan saya
(3) Secara sosial: lakukan dalam
kelompok cara-cara marah yang
sehat; latihan asentil, latihan
manajemen perilaku kekerasan
(4) Secara spiritual: anjurkan klien
sembahyang, berdoa/ ibadah lain;
meminta pada Tuhan untuk diberi
kesabaran, mengadu pada Tuhan
kekerasan/ kejengkelan.
TUK 7 : 7. Setelah x pertemuan klien 1) Bantu klien memilih cara yang paling
Klien dapat mendemonstrasikan memperagakan cara tepat untuk klien
cara mengontrol perilaku mengontrol perilaku 2) Bantu klien mengidentifikasi manfaat
kekerasan. kekerasan : cara dipilih
1) Klien dapat 3) Bantu keluarga klien untuk menstimulasi
mendemonstrasikan cara tersebut (roleplay)
cara mengontrol 4) Bereinforcement positif atau
perilaku kekerasan keberhasilan klien menstimulasi cara
(1) Fisik: Tarik nafas tersebut.
dalam, olah raga, 5) Anjurkan klien untuk menggunakan cara
menyiram tanaman yang telah dipelajari saat jengkel/ marah
(2) Verbal:
Mengatakannya
secara langsung
dengan tidak
menyakiti
(3) Spiritual:
sembahyang, berdoa
atau ibadah lain

TUK 8 : 8. Setelah x pertemuan 1) Identifikasi kemampuan keluarga


Klien mendapat dukungan keluarga klien dapat : merawat klien dari sikap apa yang telah
keluarga dalam mengontrol 1) Menyebutkan cara dilakukan keluarga terhadap klien selama
perilaku kekerasan merawat klien yang ini
berperilaku kekerasan 2) Jelaskan peran keluarga dalam merawat
2) Mengungkapkan rasa klien
puas dalam merawat 3) Jelaskan cara-cara merawat klien
klien (1) Terkait dengan cara mengontrol
perilaku marah secara konstruktif
(2) Sikap tenang, bicara tenang dan jelas
(3) Membantu klien mengenal penyebab
ia marah
4) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara
merawat klien
5) Bantu keluarga mengungkapkan
perasaannya setelah melakukan
demonstrasi
TUK 9 : 9. Setelah … x pertemuan 1) Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum
Klien dapat menggunakan obat- klien menjelaskan : klien pada klien keluarga
obatan yang diminum dan 1) Klien dapat 2) Diskusikan manfaat minum obat dan
kegunaannya (jenis, waktu, dosis, menyebutkan obat- kerugian berhenti minum obat tanpa
dan efek) obatan yang diminum seizing dokter
dan kegunaannya 3) Jelaskan prinsip benar minum obat (baca
(jenis, waktu, dan nama yang tertera pada botol obat, dosis
efek) obat, waktu dan cara minum obat)
2) Klien dapat minum 4) Ajarkan klien minta obat dan minum
obat sesuai program tepat waktu
pengobatan 5) Anjurkan klien melaporkan pada
perawat/ dokter jika merasakan efek
yang tidak menyenangkan
6) Beri pujian, jika klien minum obat yang
benar
6. Implementasi

Pasien Keluarga
SPI SPI
1. Mengidentifikasi : penyebab, tanda dan 1. Mengidentifikasi masalah
gejala PK, akibat yang dirasakan keluarga
2. Melatih cara fisik 1 (tarik nafas dalam) dalam merawat pasien
dan fisik 2 (memukul bantal) 2. Menjelaskan PK (penyebab,
3. Mengevaluasi kegiatan tanda dan gejala, jenis PK,
akibat PK)
3. Melatih cara merawat PK
4. Melatih/ simulasi 2 cara
merawat
5. RTL keluarga

SPII SPII
1. Mengevaluasi kegiatan 1. Mengevaluasi sp 1
2. Melatih patuh obat prinsip 6 benar 2. Melatih/ simulasi 2 cara lain
3. Memasukkan jadwal kegiatan untuk merawat
3. Melatih langsung ke pasien
4. RTL keluarga

SPIII SPIII
1. Mengevaluasi kegiatan 1. Mengevaluasi SP 1 dan 2
2. Melatih cara verbal 2. Melatih langsung ke pasien
3. Memasuk ke dalam jadwal kegiatan 3. RTL keluarga

SPIV SPIV
1. Mengevaluasi kegiatan 1. Mengevaluasi SP 1, 2, 3
2. Melatihan spiritual 2. Melatih langsung ke pasien
3. Memasukkan ke jadwal kegiatan 3. RTL keluarga: follow up dan
rujukan

26
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi ada dua macam yaitu evaluasi
proses atau evaluasi formatif, yang dilakukan setiap selesai melaksanakan
tindakan, dan evaluasi hasil atau sumatif, yang dilakukan dengan
membandingkan respons pasien pada tujuan khusus dan umum yang telah
ditetapkan. Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP, yaitu sebagai
berikut (Yusuf, dkk, 2015) :
S: Respons subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O: Repons objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A: Analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data yang
kontraindikasi terhadap masalah yang ada.
P: Tindak lanjut berdasarkan analisis respons
pasien. Evaluasi pada pasien perilaku kekerasan
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
4) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
6) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam merespon
terhadap kemarahan.
7) Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
8) Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku
kekerasan
9) Klien dapat menggunakan obat-obatan yang diminum dan
kegunaannya (jenis, waktu, dosis, dan efek)
DAFTAR PUSTAKA

Azizah. M. L. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta :


Graha Ilmu.

Dalami, E. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta :


Trans Info Medika

Dalami, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta:
TIM.

Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka
Kerja asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: GosyenPublishing.

Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Keliat, et al. 2016. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic


Course). Jakarta: EGC.

Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:


Nuha Medika.

Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Goysen Publishing.

Damaiyanti M, Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: PT Refika


Aditama
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. M
DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG BIMA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI
TANGGAL 04-08 JANUARI 2021

KASUS 3
Seorang laki-laki usia 30 tahun dibawa ke RSJ karena mengamuk, berkata-kata
kasar dan mengancam. Hasil pengkajian, pasien berteriak-teriak, kontak mata
tajam, memukul meja dan sesekali mengembuskan napas panjang. Penampilan
pasien juga tampak kotor dan tidak rapi.

IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. M Tanggal Dirawat : 01 Januari 2021
Umur : 30 Tahun Tanggal Pengkajian: 04 Januari 2021
Alamat : Jln Kori Agung, Sading Ruang Rawat : Ruang Bima
Pendidikan : SMP
Agama : Hindu
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Pedagang
Jenis Kel. : Laki- laki
No RM 012463

ALASAN MASUK
a. Data Primer :
Pasien mengatakan jengkel dan marah kepada keluarga serta kepada tetangga
disekitar rumah, hingga mengancam untuk memukul tetangganya.
Data Sekunder :
Berdasarkan hasil pengkajian kepada keluarga pasien, pasien dibawa ke RSJ
Provinsi Bali karena pasien mengamuk, berkata-kata kasar, berteriak-teriak
kepada anggota keluarganya karena keinginannya untuk membeli rokok tidak
dipenuhi. Pasien mengancam akan meninggalkan rumah jika tidak di beri
rokok. kontak mata tajam, memukul meja dan sesekali mengembuskan napas
panjang. Pasien sering diejek oleh tetangga di sekitar rumah karena kondisi
kejiwaan yang dialaminya sehingga pasien mengancam akan memukul
tetangganya.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG dan FAKTOR PRESIPITASI


a. Riwayat penyakit
Pasien masuk melalui IGD RSJ Provinsi Bali Pada tanggal 14 Desember
2020 diantarkan oleh keluarganya. Berdasarkan hasil pengkajian yang
dilakukan kepada keluarga pasien, pasien masuk rumah sakit jiwa dengan
keluhan mengamuk, berkata-kata kasar dan mengancam keluarga serta
tetangga disekitar rumahnya. Pasien mengamuk karena keinginannya
untuk membeli rokok tidak dipenuhi oleh keluarga, selain itu pasien sering
menerima ejekan dari tetangga disekitar rumahnya. Pasien diejek karena
kondisi kejiwaan yang dialaminya. Keluarga pasien telah berusaha untuk
menenangkan pasien tetapi tidak berhasil. Akhirnya keluarga memutuskan
untuk membawa pasien ke rumah sakit jiwa. Pasien mengatakan tahu jika
dirinya di antar ke RSJ Provinsi Bali oleh keluarganya.
b. Faktor Presipitasi
Pasien mengatakan kesal, marah kepada keluarga yang tidak mau
memenuhi semua keinginannya, serta kepada tetangga yang selalu
mengejek kondisi kejiwaannya.

FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
[√] Ya
[] Tidak
JikaYa, Jelaskan:
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah mengalami gangguan jiwa
dan dirawat di RSJ Provinsi Bali pada tahun 2015. Penyebabnya karena
ayah pasien meninggal dunia, pasien merasa sangat putus asa dan tidak
mengerti apa yang harus dilakukan. Sejak kejadian tersebut pasien mulai
mengamuk dan membanting benda disekitarnya, pasien juga berkata-kata
kasar dan mengancam. Kondisi kejiwaan pasien memburuk ketika selalu
diejek oleh tetangga disekitar rumahnya.
2. Pengobatan
sebelumnya [] Berhasil
[√] Kurang berhasil
[] Tidak berhasil
Jelaskan:
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mengkonsumsi obat secara
teratur sehingga pengobatan sebelumnya kurang berhasil.
3. a.Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan
tumbuh kembang)
[] Ya
[√] Tidak
Jika ya Jelaskan
b.Pernah ada riwayat NAPZA
[] Narkotika
[] Penyalahgunaan Psikotropika
[√] Zat aditif : kafein, nikotin, alkohol
[] Dll
c. Riwayat Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
1. Aniaya fisik ………… ………… ……… …….
2. Aniaya seksual ………… ………… ……… …….
3. Penolakan 17 th - - √
4. Kekerasan dalam keluarga ………… ………… ……… …….
5. Tindakan kriminal ………… ………… ……… …….
6. Usaha Bunuh diri ………… ………… ……… …….
Jelaskan:
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami aniaya fisik
dan aniaya seksual, tidak pernah mengalami kekerasan dalam keluarga,
tidak pernah mengalami tindakan kriminal, tidak pernah melakukan usaha
bunuh diri. Tetapi pada saat pasien berusia 17 th pernah mengalami
penolakan, pasien diejek oleh teman-teman disekolahnya karena
penampilannya yang tidak rapi dan bau badan.
Masalah/ Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa
kegagalan, kematian, perpisahan )
Bila Ya
Jelaskan :
Pasien mengatakan pada saat ia berusia 25 tahun ayahnya meninggal
karena kecelakaan dan pasien merasa sangat putus asa dan merasa tidak
mampu melakukan apapun. Pasien belum bisa menerima kepergiaan
ayahnya sehingga pasien mulai mengamuk, dan berkata-kata kasar.
Masalah/ Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku kekerasan

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


1. Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
[]Ada
[√] Tidak
Kalau ada :-
Hubungan keluarga :-
Gejala :-
Riwayat pengobatan :-
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
PEMERIKSAAAN FISIK
Tanggal : 04 Januari 2021
1. Keadaan umum : Composmentis
2. Tanda vital:
TD : 120/80 mm/Hg
N : 80 x/m
S : 37 oC
P : 20 x/m
3. Ukur: BB: 65 kg TB:160 cm
[]Turun
[√] Naik
4. Keluhan fisik:
[] Nyeri : Ringan (1,2,3),Sedang(4,5,6), Berat terkontrol (7 8 9),
Berat, tidak terkontrol (10) (Standar JCI)
Ya :
P=
Q=
R=
S=
T=
Tidak
[]Keluhan lain
[√] Tidak ada keluhan
Jelaskan:
Pasien mengatakan tidak memiliki keluhan lain, hanya saja pasien merasa
marah dan kesal
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)
1. Genogram:

Keterangan Gambar :

: Laki-laki : Klien

: : Tinggal serumah
Perempuan

: Meninggal : Hubungan dekat

Jelaskan:
Pasien mengatakan memiliki 1 orang adik laki-laki dan pasien anak
pertama, ayah pasien telah meninggal dunia dan kini pasien tinggal
serumah bersama ibu dan adik pasien. Jika ada masalah, biasanya pasien
dan keluarga akan berdiskusi untuk mengatasi masalah tersebut,
komunikasi antar anggota keluarga terjalin dengan baik serta didalam
mengambil suatu keputusan di keluarganya ayah pasien yang
memutuskan.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
a. Citra diri :
Pasien mengatakan menyukai seluruh angota tubuhnya dan merasa puas
dengan citra dirinya.
b. Identitas :
Pasien mengatakan bahwa ia adalah seorang laki-laki berusia 30 th dan
belum menikah dan hanya memiliki seorang adik laki-laki, bekerja
sebagai penjual koran pasien merasa kurang puas dengan
penghasilannya dan identitas dirinya.
c. Peran :
Pasien mengatakan peran pasien dirumah sebagai anak dan kakak
untuk adiknya tetapi tidak menjalankan perannya dengan baik, pasien
merasa tidak puas dengan perannya.
d. Ideal diri :
Pasien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya dan pulang bertemu
keluarganya serta setelah pulang pasien berharap bisa membuka usaha
kecil
e. Harga diri :
Pasien mengatakan malu karena dirinya gila dan tidak berguna
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Harga diri rendah Kronis
2. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat:
Pasien mengatakan dekat dengan ayahnya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:
Pasien mengatakan jarang mengikuti kegiatan masyarakat karena
diejek dan diremehkan oleh tetangga sekitarnya .
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Pasien terlihat tidak mau berbicara dengan orang
lain
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan cobaan ini datang dari Tuhan dan pasien
beragama hindu
b. Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit jiwa malas untuk
beribadah, tetapi sekarang sudah mau beribadah.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah

STATUS MENTAL
1. Penampilan
[√] Tidak rapi
[] Penggunaan pakaian tidak sesuai
[] Cara berpakaian tidak sesuai fungsinya
Jelaskan:
Pasien terlihat tidak rapi, tapi pakaian pasien wajar memakai baju biru,
celana pasien berwarna hitam dan memakai sandal
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
2. Pembicaraan
[√] Cepat
[√] Keras
[] Gagap
[] Apatis
[] Lambat
[] Membisu
[] Tidakmampu memulai pembicaraan
[] Lain-lain………..
Jelaskan:
Pasien berbicara dengan cepat dan keras serta sering berkata-kata kasar
dengan kepada orang yang ditemuinya.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku kekerasan
3. Aktifitas
motorik/Psikomotor
Kelambatan :
[] Hipokinesia,hipoaktifitas
[] Katalepsi
[] Sub stupor katatonik
[] Fleksibilitasserea
Jelaskan:
Pasien tidak mengalami kelambatan aktifitas motorik/ psikomotor
Peningkatan :
[] Hiperkinesia,hiperaktifitas [] Grimace
[] Gagap [] Otomatisma
[] Stereotipi [] Negativisme
[√] Gaduh Gelisah Katatonik [] Reaksikonversi
[] Mannarism [] Tremor
[] Katapleksi [] Verbigerasi
[] Tik [] Berjalankaku/rigid
[] Ekhopraxia [] Kompulsif :sebutkan
[] Command automatism
Jelaskan:
Pada saat diajak berbicara kontak mata pasien kurang, pasien gelisah saat
ditanya, gaduh, tidak bisa diam.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
4. Afek dan Emosi
Pertanyaan :
- Bagaimana perasaan anda akhir akhir ini ?
- Jika tidak ada respon, lanjutkan dengan pertanyaan : Bagaimana
perasaan anda senang apa sedih?
- Jika pasien tampak sedih, tanyakan : bagaimana sedihnya?
Dapatkah anda menceritakannya?
- Jika pasien menunjukkan gambaran depresi , lanjutkan
dengan pertanyaan:
- Bagaimana dengan masa depanmu?Apakah anda benar benar tidak
punya harapan?
- Jika “ya” Lanjutkan dengan : Bukankah hidup ini berharga?
- Lanjutkan dengan pertanyaan : adalah keininginan untuk bunuh diri?
Pasien mengatakan lebih suka di RSJ Bangli karena banyak teman
yang menghargainya.
a. Afek
[] Adekuat
[] Tumpul
[] Dangkal/datar
[] Inadekuat
[√] Labil
[] Ambivalensi
Jelaskan:
Saat pengkajian ekspresi pasien tampak marah, pasien berteriak dan
membentak, dan pergerakan yang terlihat gelisah
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
b. Emosi
[] Merasa Kesepian
[] Apatis
[√] Marah
[] Anhedonia
[] Eforia
[] Cemas (ringan,sedang,berat,panik)
[] Sedih
[] Depresi
[] Keinginan bunuh diri
Jelaskan:
Saat dilakukan pengkajian pasien merasa marah jika mengingat ejekan
dari tetangga sekitar rumahnya
Masalah / DiagnosaKeperawatan : Tidak Ada Masalah
5. Interaksi selama wawancara
[] Bermusuhan
[√] Tidak kooperatif
[√] Mudah tersinggung
[√] Kontak mata kurang
[] Defensif
[] Curiga
Jelaskan
Selama wawancara pasien tidak kooperatif, mudah tersinggung dengan
pertanyaan yang diajukan dan kontak mata kurang
Masalah / DiagnosaKeperawatan : Tidak Ada Masalah
6. Persepsi – Sensorik
Pertanyaan pada pasien :
- Apakah anda sering mendengar suara saat tidak ada orang atau
saat tidak ada orang yang berbicara?
- ATAU : Apakah anda mendengar suara orang yang tidak dapat anda
lihat.
- Jika : ‘ya”
- Apakah itu benar benar suara yang datang dari luar kepala anda
atau dalam pikiran anda.
- Apa yang dikatakan oleh suara itu?
- Berikan contohnya, apa yang anda dengar hari ini atau kemarin
Halusinasi
[] Pendengaran
[] Penglihatan
[] Perabaan
[] Pengecapan
[] Penciuman
[] Kinestetik
[] Visceral
[] Histerik
[] Hipnogogik
[] Hipnopompik
[] Perintah
[] Seksual
Ilusi
[] Ada
[√] Tidak ada
Depersonalisasi
[] Ada
[√] Tidak ada
Derealisasi
[] Ada
[√] Tidak ada
Jelaskan:
Pasien mengatakan tidak mengalami hal tersebut
Masalah/Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada Masalah

7. Proses Pikir
Pertanyaan :
a. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang atau suatu kekuatan di luar
anda memasukkan buah pikiran yang bukan milik anda ke dalam
pikiran anda, atau menyebabkan anda bertindak tidak seperti
biasanya ?
b. Pernahkan anda percaya bahwa anda sedang dikirimi pesan khusus
melalui TV, radio atau koran, atau bahwa ada seseorang yang tidak
anda kenal secara pribdai tertarik pada anda?
c. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang sedang membaca pikiran
anda atau bisa mendengar pikiran anda atau bahkan anda bisa
membaca atau mendengar apa yang sedang dipikirkan oleh orang
lain ?
d. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang sedang memata matai
anda, atau seseorang telah berkomplot melawan anda atau
menciderai anda ?
e. Apakah keluarga atau teman anda pernah menganggap keyakinan
anda aneh atu tidak lazim ?
Arus Pikir :
[] Koheren
[√] Inkoheren
[] Sirkumstansial
[] Neologisme
[] Tangensial
[] Logorea
[] Kehilangan asosiasi
[] Bicara lambat
[] Flight of idea
[] Bicara cepat
[] Irrelevansi
[] Main kata-kata
[] Blocking
[] Pengulangan Pembicaraan/perseverasi
[] Afasia
[] Asosiasi bunyi
Jelaskan: Pada saat pengkajian terkadang pasien hanya mengatakan
bahwa dirinya marah dan kesal secara berulang- ulang.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
Isi Pikir
[] Obsesif
[] Ekstasi
[] Fantasi
[] Alienasi
[] Pikiran Bunuh Diri
[] Preokupasi
[] PikiranIsolasisosial
[] Ide yang terkait
[] Pikiran Rendah diri
[√] Pesimisme
[] Pikiran magis
[] Pikirancuriga
[] Fobia,sebutkan…………..
[] Waham:
[] Agama
[] Somatik/hipokondria
[] Kebesaran
[] Kejar / curiga
[] Nihilistik
[]
Dosa []
Sisip pikir []
Siar pikir
[] Kontrol pikir
Jelaskan: Pada saat pengkajian pasien mengatakan semua orang tidak
ada yang sayang padanya karena mengejek kondisinya.
Masalah/Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada Masalah
[] Gangguan proses pikir : -
[] Lain-lain, jelaskan..........

8. Kesadaran
[] Menurun:
[√] Compos mentis
[] Sopor
[] Apatis/sedasi
[] Subkoma
[] Somnolensia
[] Koma
[] Meninggi
[] Hipnosa
[] Disosiasi: ……………….
[] Gangguan perhatian
Jelaskan: Pada saat pengkajian pasien sadar
Masalah / DiagnosaKeperawatan : Tidak Ada Masalah
9. Orientasi
[] Waktu
[] Tempat
[] Orang
Jelaskan: Pada saat pengkajian tidak ada disorientasi waktu, tempat dan
Orang, pasien mengetahui waktu (pagi hari), pasien mengatahui tempat
(di ruang pasien), pasien mengetahui orang yang diajak berbincang-
bincang yaitu perawat
Masalah / Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada Masalah
10. Memori
[] Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
[] Gangguan daya ingat jangka pendek ( 1 hari – 1 bulan)
[] Gangguan daya ingat saat ini ( < 24 jam)
[] Amnesia
[] Paramnesia:
[] Konfabulasi
[] Dejavu
[] Jamaisvu
[] Fause reconnaissance
[] hiperamnesia
Jelaskan:
Pasien tidak memiliki atau mengalami gangguan memori, pasien masih
ingat kejadian yang terjadi dimasa lalu hingga sekarang
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung
[√] Mudah beralih
[] Tidak mampu berkonsentrasi
[] Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan:
Saat pengkajian dan diajak bicara, pasien mudah beralih dan sulit untuk
berkonsentrasi
Masalah/Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
12. Kemampuan penilaian
[√] Gangguan ringan
[] Gangguan bermakna
Jelaskan:
Saat dilakukan pengkajian pasien mampu untuk melakukan penilaian
sederhana dengan sedikit bantuan dari perawat, seperti pasien dapat
membedakan mana yang bersih dan mana yang kotor
Masalah/Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada Masalah
[] Gangguan proses pikir..................(jelaskan)
13. Daya tilik diri
[] Mengingkari penyakit yang diderita
[√] Menyalahkan hal-hal diluar
dirinya
Jelaskan: Pasien mengatakan tidak menyadari gejala penyakit dan masih
menyalahkan orang lain tentang kondisinya saat ini seperti tetangga
disekitar tempat tinggalnya.
Masalah/Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
[] Gangguan proses pikir..................(jelaskan)

KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
[√] Mandiri
[] Bantuan Minimal
[] Bantuan total
Jelaskan: Pasien diharapkan mampu makan 3 kali/ hari dengan nasi, sayur,
lauk pauk, buah dan air putih/ the secara mandiri
Masalah / DiagnosaKeperawatan : Tidak Ada Masalah
2. BAB/BAK
[√] Mandiri
[] Bantuan minimal
[] Bantuan total
Jelaskan: Pasien diharapkan mampu BAB 1 kali/ hari setiap pagi dengan
konsistensi lunak. BAK 7 kali/ hari warna kekuningan secara mandiri
Masalah/DiagnosaKeperawatan: Tidak Ada Masalah
3. Mandi
[√] Mandiri
[] Bantuan minimal
[] Bantuan total
4. Sikat gigi
[√] Mandiri
[] Bantuan minimal
[] Bantuan total
5. Keramas
[√] Mandiri
[] Bantuan minimal
[] Bantuan total
Jelaskan :
Pasien diharapkan mampu mandi 2x sehari setiap pagi dan sore hari, sikat
gigi, keramas secara mandiri
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
6. Berpakaian/berhias
[√] Mandiri
[] Bantuan Minimal
[] Bantuan total
Jelaskan :
Pasien diharapkan mampu berpakaian rapi secara mandiri
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
7. Istirahat dan tidur
[] Tidur Siang, Lama : 13.00 Wita s/d 14.00Wita
[] Tidur Malam, Lama : 21.00 Wita s/d 06.00 Wita
[] Aktifitas sebelum/sesudah tidur : Menonton TV, Merapikan tempat
tidur
Jelaskan :
Pasien diharapkan mampu tidur siang, tidur malam 8 jam tanpa terbangun
dengan kualitas tidur nyenyak
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
8. Penggunaan obat
[√] Bantuan Minimal
[] Bantuan total
Jelaskan:
Pasien diharapkan mampu meminum obat secara teratur dengan bantuan
minimal dari keluarganya
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
9. Pemeliharaan kesehatan

Ya Tidak
Perawatan Lanjutan √
Sistem pendukung Ya Tidak
Keluarga √

Terapis
Teman sejawat √

Kelompok sosial
Jelaskan :
Pada sistem pemeliharaan kesehatan, perlu dilaksanakan perawatan
lanjutan dan diberi dukungan oleh keluarga, terapis, dan teman sejawat.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
10. Aktifitas dalam rumah

Ya Tidak
Mempersiapkan makanan

Menjaga kerapihan rumah √
Mencuci Pakaian

Pengaturan keuangan √
11. Aktifitas di luar rumah

Ya Tidak
Belanja

Transportasi √
Lain-lain

Jelaskan :
Pasien diharapkan mampu melakukan aktifitas di dalam rumah dan
mampu untuk melakukan aktifitas diluar rumah seperti belanja.
Masalah / DiagnosaKeperawatan : Tidak Ada Masalah

MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
[] Bicara dengan orang lain [] Minum alkhohol
[] Mampu menyelesaikan [√] Reaksi lambat/berlebihan
masalah [] Bekerja berlebihan
[] Teknik relaksasi [√] Menghindar
[] Aktifitas konstruktif [] Menciderai diri
[] Olah raga []Lain-lain…………..
[] Lain-lain…………….
Jelaskan :
Mekanisme koping yang muncul dari pasien adalah pasien bicara dengan
orang lain berbicara keras, berkata kasar terhadap orang lain, menghindar jika
diajak berkomunikasi.
Masalah/Diagnosa Keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan
MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
[] Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Pasien mengatakan tidak mengalami masalah dengan dukungan kelompok
[√] Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Pasien diejek oleh tetangga sekitar karena kondisi kejiwaan yang
dialaminya
[] Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Pasien mengatakan tidak mengalami masalah dengan pendidikan
[] Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Pasien mengatakan tidak mengalami masalah dengan pekerjaan
[] Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Pasien mengatakan tidak suka dengan lingkungan rumahnya
[√] Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Pasien mengatakan mengalami kesulitan ekonomi
[] Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan
[] Masalah lainnya, spesifiknya
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah lainnya
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah

ASPEK PENGETAHUAN
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang
kurang tentang suatu hal?
[] Penyakit/gangguanjiwa
[] Sistem pendukung
[√] Faktor presipitasi
[] Mekanis mekoping
[] Penyakit fisik
[] Obat-obatan
[] Lain-lain, jelaskan
Jelaskan:
Pasien mengatakan kurang mengetahui faktor presipitasi dari gangguan jiwa
yang dialaminya
Masalah/Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada Masalah

ASPEK MEDIS
Diagnosis medik : Skizofrenia (F20.3)
Terapi medik : Risperidon 2x1mg manfaat memperbaiki keseimbangan
otak.
Trihexyphenidyl (THP) 2x1mg manfaat meningkatkan
kendali otot dan mengurangi kekakuan.
Clozapine 1x 100mg manfaat mengobati gangguan
mental/ mood.

ANALISA DATA
MASALAH / DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
1. DS:
Pasien mengatakan jengkel dan marah Resiko Perilaku Kekerasan
kepada keluarga serta kepada tetangga
disekitar rumah, hingga mengancam
untuk memukul tetangganya.

DO:
Pasien tampak mengamuk, berkata-
kata kasar, berteriak-teriak kepada
anggota keluarganya, kontak mata
tajam, memukul meja dan sesekali
mengembuskan napas panjang.
2. DS:
Pasien mengatakan malu karena Harga Diri Rendah Kronis
dirinya gila, tidak berguna, merasa
sulit berkonsentrasi.
DO:
Pasien tampak menunduk saat tidak
bisa menjawab pertanyaan, kontak
mata pasien kurang.

DAFTAR MASALAH / DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko Perilaku Kekerasan berhubungan dengan kelainan neurologis,
persepsi pada lingkungan tidak adekuat, ditandai dengan pasien
mengatakan jengkel dan marah kepada keluarga serta kepada tetangga
disekitar rumah, hingga mengancam untuk memukul tetangganya. Pasien
tampak mengamuk, berkata-kata kasar, berteriak-teriak kepada anggota
keluarganya, kontak mata tajam, memukul meja dan sesekali
mengembuskan napas panjang.

2. Harga Diri Rendah Kronis berhubungan dengan ketidakefektifan


mengatasi masalah kehilangan, gangguan psikiatri, kurangnya pengakuan
dari orang lain ditandai dengan pasien mengatakan malu karena dirinya
gila, tidak berguna, merasa sulit berkonsentrasi, pasien tampak menunduk
saat tidak bisa menjawab pertanyaan, kontak mata pasien kurang.
POHON MASALAH

Perilaku kekerasan

Resiko Perilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah Kronis

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Harga Diri Rendah Kronis

Denpasar, 04 Januari 2021


Perawat yang mengkaji

Putu Suci Kristina Dewi


NIM: 18.321.2898
INTERVENSI KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA DI RAWAT INAP RUMAH SAKIT
JIWA

Inisial Klien : Tn. M Ruangan: Ruang Bima


RM No. : 012463

Tgl No Dx. Perencanaan


Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Perilaku TUM : 1. Setelah x pertemuan, 1) Beri salam/ panggil nama klien
Kekerasan. Klien tidak melakukan tindakan klien menunjukkan tanda- 2) Sebutkan nama perawat sambil jabat
kekerasan. tanda percaya pada tangan
perawat : 3) Jelaskan maksud hubungan interaksi
TUK 1 : 1) Klien mau membalas 4) Jelaskan kontrak yang akan dibuat
Klien dapat membina hubungan salam 5) Beri rasa aman dan sikap empati
saling percaya. 2) Klien mau menjabat 6) Lakukan kontak singkat tapi sering
tangan
3) Klien mau
menyebutkan nama
4) Klien mau tersenyum
5) Klien mau kontak mata
6) Klien mengetahui
nama perawat
7) Menyediakan waktu
untuk kontrak
TUK 2 : 2. Setelah x pertemuan, klien 1) Berikan kesempatan untuk
Klien dapat mengidentifikasi menceritakan penyebab mengungkapkan perasaannya
penyebab perilaku kekerasan perilaku kekerasan yang 2) Bantu klien untuk mengungkapkan
dilakukannya: penyebab jengkel/ kesal
1) Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya
2) Klien dapat
menggungkapkan
penyebab perasaan
jengkel/ kesal (dari diri
sendiri, dari lingkungan/
orang lain)
TUK 3 : 3. Setelah x pertemuan, klien 1) Anjurkan klien mengungkapkan apa
Klien dapat mengidentifikasi menceritakan tanda-tanda yang dialami saat marah/ jengkel
tanda-tanda perilaku kekerasan. saat terjadi perilaku 2) Observasi tanda perilaku kekerasan pada
kekerasan : klien
1) Klien dapat 3) Simpulkan bersama klien tanda- tanda
mengungkapkan jengkel/ kesal yang dialami klien.
perasaan saat marah/
jengkel
2) Klien dapat
menyimpulkan tanda-
tanda jengkel/ kesal
yang dialami
TUK 4 : 4. Setelah x pertemuan, klien 1) Anjurkan klien untuk mengungkapkan
Klien dapat mengidentifikasi menjelaskan perilaku perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
perilaku kekerasan yang biasa kekerasan yang biasa klien
dilakukan. dilakukan : 2) Bantu klien bermain peran sesuai dengan
1) Klien dapat perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
mengungkapkan 3) Bicarakan dengan klien apakah cara yang
perilaku kekerasan yang klien lakukan masalahnya selesai?
biasa dilakukan.
2) Klien dapat bermain
peran dengan perilaku
kekerasan yang biasa
dilakukan
3) Klien dapat mengetahui
cara yang biasa dapat
menyesuaikan masalah
atau tidak
TUK 5 : 5. Setelah x pertemuan klien 1) Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang
Klien dapat mengidentifikasi menjelaskan akibat tindak dilakukan klien
akibat perilaku kekerasan. kekerasan yang 2) Bersama klien menyimpulkan akibat cara
dilakukannya : yang digunakan oleh klien
1) Klien dapat menjelaskan
akibat dari cara yang
digunakan klien
TUK 6 : 6. Setelah … x pertemuan 1) Tanyakan klien “apakah ia ingin
Klien dapat mengidentifikasi cara klien : mempelajari cara baru yang sehat?
konstruktif dalam merespon 1) Klien dapat melakukan 2) Berikan pujian jika klien mengetahui
terhadap kemarahan. cara berespon terhadap cara lain yang sehat
kemarahan secara 3) Diskusikan dengan klien cara lain yang
konstruktif sehat
(1) Secara fisik: Tarik nafas dalam jika
sedang kesal/ memukul bantal/ kasur
atau olahraga atau pekerjaan yang
memerlukan tenaga
(2) Secara verbal: katakan bahwa anda
sedang kesal/ tersinggung/jengkel
(saya kesal anda seperti itu; saya
marah karena mama tidak memnuhi
keinginan saya
(3) Secara sosial: lakukan dalam
kelompok cara-cara marah yang
sehat; latihan asentil, latihan
manajemen perilaku kekerasan
(4) Secara spiritual: anjurkan klien
sembahyang, berdoa/ ibadah lain;
meminta pada Tuhan untuk diberi
kesabaran, mengadu pada Tuhan
kekerasan/ kejengkelan.
TUK 7 : 7. Setelah x pertemuan klien 1) Bantu klien memilih cara yang paling
Klien dapat mendemonstrasikan memperagakan cara tepat untuk klien
cara mengontrol perilaku mengontrol perilaku 2) Bantu klien mengidentifikasi manfaat
kekerasan. kekerasan : cara dipilih
1) Klien dapat 3) Bantu keluarga klien untuk menstimulasi
mendemonstrasikan cara tersebut (roleplay)
cara mengontrol 4) Bereinforcement positif atau
perilaku kekerasan keberhasilan klien menstimulasi cara
(1) Fisik: Tarik nafas tersebut.
dalam, olah raga, 5) Anjurkan klien untuk menggunakan cara
menyiram tanaman yang telah dipelajari saat jengkel/ marah
(2) Verbal:
Mengatakannya
secara langsung
dengan tidak
menyakiti
(3) Spiritual:
sembahyang, berdoa
atau ibadah lain

TUK 8 : 8. Setelah x pertemuan 1) Identifikasi kemampuan keluarga


Klien mendapat dukungan keluarga klien dapat : merawat klien dari sikap apa yang telah
keluarga dalam mengontrol 1) Menyebutkan cara dilakukan keluarga terhadap klien selama
perilaku kekerasan merawat klien yang ini
berperilaku kekerasan 2) Jelaskan peran keluarga dalam merawat
2) Mengungkapkan rasa klien
puas dalam merawat 3) Jelaskan cara-cara merawat klien
klien (1) Terkait dengan cara mengontrol
perilaku marah secara konstruktif
(2) Sikap tenang, bicara tenang dan jelas
(3) Membantu klien mengenal penyebab
ia marah
4) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara
merawat klien
5) Bantu keluarga mengungkapkan
perasaannya setelah melakukan
demonstrasi
TUK 9 : 9. Setelah … x pertemuan 1) Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum
Klien dapat menggunakan obat- klien menjelaskan : klien pada klien keluarga
obatan yang diminum dan 1) Klien dapat 2) Diskusikan manfaat minum obat dan
kegunaannya (jenis, waktu, dosis, menyebutkan obat- kerugian berhenti minum obat tanpa
dan efek) obatan yang diminum seizing dokter
dan kegunaannya 3) Jelaskan prinsip benar minum obat (baca
(jenis, waktu, dan nama yang tertera pada botol obat, dosis
efek) obat, waktu dan cara minum obat)
2) Klien dapat minum 4) Ajarkan klien minta obat dan minum
obat sesuai program tepat waktu
pengobatan 5) Anjurkan klien melaporkan pada
perawat/ dokter jika merasakan efek yang
tidak menyenangkan
6) Beri pujian, jika klien minum obat yang
benar
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATAN KESEHATAN
JIWA
DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI

Nama : Tn. M Ruangan : Ruang Bima RM No. : 012463

DX
TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
05 Januari Perilaku Kekerasan SP I
2021 1. Mengidentifikasi : penyebab, tanda dan S:
gejala RPK, akibat - Pasien mengatakan mau berbicara 15 menit
2. Melatih cara fisik 1 (tarik nafas dalam) dan - Pasien mengatakan mudah marah bila
fisik 2 (memukul bantal) keinginannya tidak dipehuhi oleh keluarga, dan
3. Mengevaluasi kegiatan diremehkan/ diejek oleh tetangganya.
4. Mengajurkan klien memasukkan ke dalam - Pasien mengatakan langsung bekata-kata kasar,
kegiatan harian. berteriak-teriak dan membanting barang apapun
disekitarnya
- Pasien mengatakan menjadi jengkel dan merusak
barang
- Pasien mengatakan mau latihan tarik nafas dalam
dan memukul bantal
- Pasien mengatakan mampu melakukan latihan
secara mandiri
- Pasien mengatakan mau latihan nafas dalam setiap
pagi jam 08.00 dan sore 15.00

O:
- Pasien tampak berbicara dengan cepat dan keras
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak kurang kooperatif
- Pasien tampak menulis di jadwal harian latihan
tarik nafas dalam setiap pukul 08.00 dan 15.00
A: SPI tercapai
P:
Perawat:
Lanjutkan SPII pada tanggal 06 Januari 2021
pukul 10.00 di ruang perawatan pasien.
Pasien:
Motivasi pasien untuk latihan mengontrol marah
tarik nafas dalam dan memukul bantal sesuai
jadwal harian setiap pukul 08.00 dan 15.00

06 Januari Perilaku Kekerasan SP II S:


2021 1. Mengevaluasi kegiatan - Pasien mengatakan bersedia berbincang selama
2. Melatih patuh obat prinsip 6 benar 15 menit
3. Memasukkan jadwal kegiatan - Pasien mengatakan sudah melatih tarik nafas
dalam dan memukul bantal sesuai dengan
jadwalnya dan jika merasa marah akan langsung
tarik nafas dalam dan memukul bantal untuk
melampiaskan rasa marahnya
- Pasien mengatakan memahami tentang obat yang
diberikan, waktu untuk meminum obat.

O:
- Pasien tampak tenang, mampu berkomunikasi
dengan baik
- Pasien tampak kooperatif
- Pasien tampak menuliskan dijadwal harian
mengenai obat yang diminum, dan waktu untuk
meminum obat dan hal lain yang telah diajarkan
A: SPII tercapai
P:
Perawat:
Lanjutkan SP3 pada tanggal 07 Januari 2021
pukul 08.00 diruang perawatan pasien
Pasien:
Motivasi pasien untuk meminum obat sesuai
dengan jadwal yang telah diberikan
07 Januari Perilaku Kekerasan SP III S:
2021 1. Mengevaluasi kegiatan - Pasien mengatakan telah melatih tarik nafas
2. Melatih cara verbal dalam, memukul bantal dan meminum obat sesuai
3. Memasuk ke dalam jadwal kegiatan dengan waktunya serta sesuai dengan arahan
- Pasien mengatakan bersedia diajarkan cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
dibicarakan baik-baik
- Pasien mengatakan kalau pasien kesal dengan
orang lain pasien harus mengungkapkan dengan
cara yang baik
- Pasien mengatakan mau latihan ini setiap pukul
14.00
O:
- Pasien tampak kooperatif
- Pasien tampak tenang
- Pasien tampak memasukkan ke dalam jadwal
harian latihan mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara verbal setiap pukul 14.00.
A: SP III tercapai
P:
Perawat:
Lanjutkan SPIV pada tanggal 08 Januari 2021
pukul 08.30 diruang perawatan pasien
Pasien:
Motivasi pasien untuk latihan mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara verbal setiap hari pukul
14.00 sesuai jadwal harian
08 Januari Perilaku Kekerasan SP IV S:
2021 1. Mengevaluasi kegiatan - Pasien mengatakan bersedia berbincang selama 15
2. Melatih spiritual menit
3. Memasukkan ke jadwal kegiatan - Pasien mengatakan sudah latihan tarik nafas
dalam, memukul bantal, meminum obat sesuai
dengan arahan yang diberikan sesuai dengan
jadwal harian.
- Pasien mengatakan mampu berbicara baik-baik
dengan teman sekamarnya.
- Pasien mengatakan akan rajin sembahyang 3 kali
dalam satu hari dan mengikuti kegiatan
persembahyangan di RSJ agar lebih tenang dan
tidak mudah marah
- Pasien mengatakan akan melakukan sesuai jadwal
sembahyang setiap hari
O:
- Pasien tampak kooperatif, kontak mata baik
- Pasien tamapak menuliskan dijadwal harian
sembahyang setiap hari.
A: SP4 tercapai
P:
Perawat:
Evaluasi kondisi dan perkembangan pasien
Pasien:
Motivasi klien untuk melaksanakan latihan nafas
dalam, memukul bantal, meminum obat, melatih
cara verbal dan melatih spiritual disetiap harinya.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP I PADA PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU
KEKERASAN

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Pasien mengamuk, berkata-kata kasar dan mengancam
2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Umum
Klien tidak melakukan tindakan kekerasan
4. Tujuan Khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya
5. Tindakan Keperawatan
1) Mengidentifikasi : penyebab, tanda dan gejala RPK, akibat
2) Melatih cara fisik 1 (tarik nafas dalam) dan fisik 2 (memukul
bantal)
3) Mengevaluasi kegiatan
4) Mengajurkan klien memasukkan ke dalam kegiatan harian.

B. Proses Pelaksaan Tindakan


Orientasi :
1. Salam Terapeutik
“Permisi bapak, Selamat pagi, perkenalkan saya Suci, Perawat yang
bertugas pada pagi hari ini di Ruang Bima. Sebelumnya boleh saya
tahu nama bapak siapa? Dan bapak lebih senang dipanggil siapa?”
2. Evaluasi dan validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah bapak ada keluhan?”
3. Kontrak
Topik
“Baiklah bapak, jadi maksud kedatangan saya kesini yaitu untuk
mengajak bapak membicarakan atau berbincang-bincang tentang
kemarahan yang bapak rasakan ini serta mengajarkan bapak beberapa
cara untuk mengontrol emosi yang bapak rasakan”
Waktu
“Baiklah, berapa lama bapak ingin kita berbincang-bincang mengenai
perasaan marah yang bapak rasakan ini? Bagaimana jika 15 menit?
Tempat
“Bapak ingin berbincang-bincang dimana? Bagaimana jika di ruang
tamu? Apakah bapak bersedia?

Kerja : (Langkah-langkah dalam tindakan keperawatan)


“Baiklah apa yang menyebabkan bapak marah seperti ini pak? Apakah
sebelumnya bapak pernah marah? Apakah penyebabnya juga sama?”
“Saat bapak sedang marah, apa yang biasanya bapak lakukan? Apakah
bapak akan memaki, mengamuk, berkata-kata kasar, memukul benda
disekitar bapak, berteriak, memukul diri sendiri, melampiaskannya ke
benda yang berada disekitar bapak, atau bapak marah dengan keluarga
bapak?”
“Menurut bapak setelah bapak melakukan tindakan itu apakah masalahnya
akan selesai? Tidak pak ya, jadi kerugiannya menurut bapak apa?”
“Baiklah menurut bapak apakah ada acara lain untuk melampiaskan
kemarahan yang bapak rasakan tanpa menimbulkan kerugian?”
“Baik, bagaimana jika saya ajarkan beberapa cara melampiaskan
kemarahan bapak rasakan dengan cara yang positif apakah bapak
bersedia?”
“Cara yang pertama, saya akan mengajarkan bapak latihan nafas dalam,
caranya adalah hirup udara secara perlahan melalui hidung, tahan selama
beberapa detik, setelah itu hembuskan melalui mulut secara perlahan.
Latihan ini bisa bapak lakukan saat bapak sedang merasa marah atau kesal,
bapak bisa langsung berdiri dan melakukan latihan ini.
“Cara yang kedua ada memukul bantal, caranya bapak langsung ambil
bantal dan pukul bantal tersebut, seperti ini bapak”
“Apakah bapak bisa melakukan latihan yang telah saya ajarkan? Silahkan
di ulang kembali bapak. Baik bapak sudah melakukannya dengan sangat
baik, nanti saat bapak merasa marah bisa gunakan kedua latihan ini yaitu
tarik nafas dalam dan memukul bantal, untuk meredakan emosi yang
bapak sedang rasakan.”
“Apakah bapak mau melakukan latihan ini setiap hari? Untuk pagi hari
bapak ingin jam berapa? Serta untuk sore harinya? Bapak bisa menuliskan
di jadwal harian ini ya pak”

Terminasi :
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (Subkektif)
“Baiklah bapak untuk hari ini kita cukupkan ya pak? Jadi, Bagaimana
bapak perasaannya setelah berbincang-bincang mengenai rasa marah
yang bapak rasakan, dan setelah melakukan latihan nafas dalam dan
memukul bantal tadi?”
Evaluasi perawat (Objektif setelah reinforcement)
“Saya ingin bertanya kepada bapak, apakah bapak bisa menjelaskan
kembali penyebab dari rasa marah yang bapak alami? Apakah bapak
bisa mengulangi latihan nafas dalam dan memukul bantal yang telah
kita pelajari sebelumnya untuk meredakan rasa marah bapak?
“Baik, bapak sudah melakukannya dengan sangat baik, bapak mampu
untuk menjelaskan penyebab rasa marah yang bapak rasakan dan
mampu melakukan latihan nafas dalam dan memukul bantal dengan
sangat baik”
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil
tindakan yang telah dilakukan)
“Baik, bapak untuk latihan nafas dalam dan memukul bantal yang
telah kita pelajari tadi, harus sering dilatih pak ya, dilakukan untuk
meredakan emosi yang bapak rasakan.”
3. Kontrak topik yang akan
datang : Topik :
“Baiklah bapak, besok saya akan datang kembali ke ruangan bapak
untuk melatih bapak mengenai cara meminum obat yang benar sesuai
prinsipnya. Apakah bapak bersedia?”

Waktu :
“Untuk waktunya mungkin sekitar 15 menit, apakah bapak bersedia?”

Tempat :
“Baiklah bapak untuk tempatnya bapak ingin dimana? Bagaimana jika
di ruangan ini? apakah bapak bersedia?”
“Baiklah bapak terima kasih atas kerjasamanya sebelumnya apa ada
yang ingin bapak keluhkan? Atau hal yang ingin di tanyakan?”
“Jika tidak saya permisi bapak untuk kembali ke ruangan, selamat
beristirahat
Jurnal Keperawatan dan Profesi Ners IJPN Vol 1, No 1, Juni 2020

PERBEDAAN PERILAKU KEKERASAN SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI


RELAKSASI NAFAS DALAM PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN

Differences Of Violence Behavior Before And After Breathing Relaxation Therapy In Violence Behavior Patients

Roufuddin1 Mutiatun Hoiriyah2 1STIKES


Artha Bodhi Iswara Surabaya 2STIKES Insan
Se Agung Bangkalan

Alamat Korespondensi : Prodi Keperawatan STIKES ABI Jl.


Pumpungan III No. 29 Sukolilo Surabaya

ABSTRAK
Perilaku kekerasan merupakansalah satu contoh gangguan jiwayang sering terjadi di
kehidupanmasyarakat. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis perbedaan perilaku kekerasan
sebelum dan sesudah terapi relaksasi nafas dalam pada pasien perilaku kekerasan.
Metode penelitian ini menggunakan One Group Pretest - Postest Design. Populasi dalam
penelitian ini adalah 32 pasien perilaku kekerasan di ruang Kenari dan sampel dalam penelitian ini
sebanyak 30 pasien perilaku kekerasan yang diperoleh menurut kriteria inklusi. Teknik pengambilan
sampel diambil menggunakan Consecutive Sampling. Instrumen dalam penelitian ini adalah
observasi RUFA. Data dianalisis menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Testdengan nilai
signifikansi p<α , α = 0,05.
Dari hasil penelitian sebelum terapi relaksasi nafas dalam diperoleh kategori perilaku kekerasan
sedang (80%) dan kategori perilaku kekerasan ringan (20%). Sesudah terapi relaksasi nafas dalam
diperoleh kategori perilaku kekerasan ringan (83,3%) dan kategori perilaku kekerasan sedang
(16,7%). Dari hasil uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan ada perbedaan perilaku
kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya dengan nilai kemaknaan (p = 0,000<0,05).
Kesimpulannya adalah ada perbedaan perilaku kekerasan sebelum dan sesudah terapi relaksasi
nafas dalam pada pasien perilaku kekerasan. Maka dengan ini terbukti adanya penurunan perilaku
kekerasan sesudah diberikan terapi relaksasi nafas dalam.

Kata Kunci : Relaksasi Nafas Dalam, Pasien Perilaku Kekerasan

ABSTRACT

Violent behavior is one example of mental disorders that often occur in public life. The purpose of this
study was to analyze differences in violent behavior before and after Breathing Relaxation Therapy In Violence
Behavior Patients.
This research method used One Group Pretest - Postest Design. The population in this study were 32
patients of violent behavior in Kenari iroom and the samples in this study were 30 patients of violent behavior
obtained according to the inclusion criteria. The sampling technique was taken using Consecutive Sampling.
Instrument in this research is RUFA observation. Data were analyzed using Wilcoxon Signed Rank Test with
significance value p<α , α = 0,05.
From the results of the study before the deep breathing relaxation obtained medium violent behavior
category (80%) and light violent behavior category (20%). After deep breathing relaxation therapy obtained
light violent behavior categories (83,3%) and medium violent behavior category (16,7%). The statistic result of
Wilcoxon Signed Rank Test shows that there is a difference of violent behavior in Mental Hospital of Menur
Surabaya with significance value (p = 0,000 <0,05).
The conclusion was that there are diffrences in violent behavior before and after deep breathing
therapy in patients of violent behavior. Then this proved to be a decrease in violent behavior after being given
deep breath relaxation therapy.

Keywords: Deep Breathing Relaxation, Patient of Violent Behavior

Jurnal | Indonesian Journal Of Professional Nursing 76


2020
Jurnal Keperawatan dan Profesi Ners IJPN Vol 1, No 1, Juni 2020

PENDAHULUAN 50%, harga diri rendah 12%, defisit


perawatan diri 10%, waham 7%, dan bunuh
Kesehatan jiwa merupakan salah
diri 1%. Dari hasil data total jumlah estimasi
satu dari empat masalah kesehatan utama di
pasien perilaku kekerasan selama 1 bulan
negara-negara maju.Meskipun masalah
adalah jumlah total pasien yang dirawat
kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai
sebanyak 210 pasien dan jumlah pasien
gangguan yang menyebabkan kematian secara
perilaku kekerasan sebanyak 32 pasien.
langsung. Namun gangguan tersebut dapat
Salah satu gejala gangguan jiwa
menimbulkan ketidakmampuan individu
adalah munculnya perilaku yang tidak wajar
dalam berkarya serta ketidaktepatan individu
dari biasanya seperti perilaku kekerasan atau
dalam berperilaku yang dapat mengganggu
tindakan kekerasan yang tidak wajar.
kelompok dan masyarakat serta dapat
“Kekerasan" juga berkonotasi kecenderungan
menghambat pembangunan karena mereka
agresif untuk melakukan perilaku yang
tidak produktif (Videbeck, 2008).
merusak. Tindak kekerasan / perilaku
Perilaku kekerasan merupakan
kekerasan menimbulkan dampak fisik,
keadaan dimana seseorang melakukan
psikologis, sosial, serta spiritual bagi korban
tindakan yang membahayakan secara fisik,
dan juga mempengaruhi sistem keluarga
baik kepada diri sendiri, maupun orang lain.
(2)
serta masyarakat menyeluruh (Hamid, 2008).
Hal tersebut dilakukan untuk
Dan banyak faktor yang
mengungkapkan perasaan kesal atau marah
mempengaruhi seseorang mengalami
yang tidak konstruktif.(2)Perilaku
gangguan jiwa. Hingga saat ini diyakini
kekerasan/amuk dapat disebabkan karena
terdapat tiga faktor utama sebagai
frustasi, takut, manipulasi atau intimidasi.
penyebabnya. Pertama, faktor organobiologi
Negara Indonesia khususnya Propinsi
seperti faktor keturunan (genetik), adanya 2
Jawa Tengah prevelensi gangguan jiwa
ketidakseimbangan zat-zat neurokimia di
mengalami peningkatan mulai tahun 2005
dalam otak. Kedua, faktor psikologis seperti
sampai tahun 2010 (Profil Kesehatan Propinsi
adanya mood yang labil, rasa cemas
Jawa Tengah, 2005-2010). Hal ini
berlebihan, gangguan persepsi yang ditangkap
menunjukkan bahwa gangguan jiwa termasuk
oleh panca indera kita (halusinasi). Dan yang
gangguan kesehatan yang perlu mendapat
ketiga adalah faktor lingkungan (sosial) baik
perhatian dari pemerintah maupun masyarakat
itu di lingkungan terdekat kita (keluarga)
(Yuhanda, 2013)
maupun yang ada diluar lingkungan keluarga
Berdasarkan data yang diperoleh pada
seperti lingkungan kerja atau sekolah. Dan
tanggal 18 November 2016 di Rumah Sakit
penyebab perilaku kekerasan lainnya yaitu
Jiwa Menur Surabaya didapatkan data total
karena frustasi, takut, manipulasi atau
jumlah pasien dari bulan Januari - Agustus
intimidasi.
2016 sebanyak 1.679 pasien yaitu perilaku
kekerasan 15%, halusinasi 30%, isolasi sosial
Jurnal Keperawatan dan Profesi Ners IJPN Vol 1, No 1, Juni 2020

Terapi yang dapat dilakukan pada intervensi dan langsung di lakukan observasi
pasien perilaku kekerasan diantaranya adalah post. Analisis statistik diperoleh dengan
terapi relaksasi. Oleh karena itu peneliti perangkat komputer menggunakan uji statistik
melakukan penelitian pada pasien perilaku Wilcoxon dengan derajat kemaknaan p<0,05.
kekerasan dengan memberikan terapi
relaksasi nafas dalam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama satu
Dalam penelitian ini, peneliti minggu dimulai tanggal 05 Juni 2016 sampai
menggunakan jenis penelitian pra eksperiment 09 Juni 2017 di Rumah Sakit Jiwa Menur
design tanpa kelompok pembanding Surabaya. Dari hasil penelitian didapatkan
(Rancangan Pra-eksperimental) tipe one hasil sebagai berikut :
grouppretest - posttest design. Yaitu desain 1. Data Umum
Experimental yang dilakukan pretest sebelum Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Menurut Depkes
RI (2009)
diberikan perlakuan dan posttest setelah
Umur (tahun) Frekuensi (%)
dilakukan perlakuan. Kelompok sampel 17-25 tahun 9 30 %
diobservasi mengenai tingkat perilaku 26-35 tahun 7 23,3 %
36-45 tahun 8 26,7 %
kekerasan sebelum dilakukan intervensi, 46-55 tahun 3 10 %
56-65 tahun 3 10 %
kemudian sampel diberikan perlakuan terapi Total 30 100%
relaksasi nafas dalam dan setelah itu
diobservasi kembali mengenai tingkat perilaku Berdasarkan hasil data tabel 1
kekerasan (Nursalam, 2013). distribusi frekuensi kategori usia menurut
Populasi dalam penelitian ini Depkes RI (2009) menunjukkan bahwa
menggunakan populasi estimasi yang sebagian besar mengalami gangguan jiwa
diperoleh dari jumlah rata-rata pasien perilaku perilaku kekerasan yaitu umur 17-25 tahun
kekerasan selama 1 bulan terakhir yang sebanyak 9 responden (30 %).
dirawat di Ruang Kenari Rumah Sakit Jiwa
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan
Menur Surabaya pada bulan Agustus 2016 Responden Pasien Perilaku
sebanyak 32 pasien perilaku kekerasan. Kekerasan di Ruang Kenari
Tingkat
Dengan sampel sebesar 30 responden. Frekuensi (%)
Pendidikan
SD 8 26,7 %
Variabel independen dalam penelitian SMP 7 23,3 %
ini yaitu terapi relaksasi nafas dalam dan SMA 14 46,7 %
S1 1 3,3 %
variabel dependen yaitu pasien perilaku Total 30 100%
kekerasan. Penelitian ini menggunakan
Berdasarkan hasil tabel 2
instrumen berupa observasi RUFA. Sebelum
menunjukkan bahwa terbanyak responden
dilakukan intervensi, diawali dengan
berlatar belakang pendidikan SMA sebanyak
mengobservasi menggunakan observasi RUFA
14 responden (46,7%).
sebagai data pre kemudian dilakukan
Jurnal Keperawatan dan Profesi Ners IJPN Vol 1, No 1, Juni 2020

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Status Perkawinan kekerasan sebagian besar responden yang
Responden Pasien Perilaku
Kekerasan di Ruang Kenari mengalami perilaku kekerasan berkurang
Status
Perkawinan
Frekuensi (%) dengan kategori ringan menjadi 25 pasien
Menikah 7 23,3 (83,3%).
Duda/Janda 1 3,3
Cerai 2 6,7 Dari hasil uji Wilcoxon Rank Test
Belum Menikah 20 66,7
Total 30 100%
diperoleh nilai kemaknaan p< α (0,000 <
0,05), maka terdapat penurunan perilaku
Berdasarkan tabel 3 di atas kekerasan sebelum dan sesudah di berikan
menunjukkan bahwa sebagian besar responden intervensi.
belum menikah dengan jumlah 20 responden
(66,7%). PEMBAHASAN

2. Data Khusus 1.Perilaku Kekerasan Sebelum Diberikan


Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perilaku Kekerasan
Terapi Relaksasi Nafas Dalam di Ruang
Sebelum Diberikan Terapi Relaksasi
Nafas Dalam Pada Pasien Perilaku Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur
Kekerasan di Ruang Kenari
Perilaku Surabaya
Frekuensi (%)
Kekerasan Berdasarkan hasil penelitian yang
Ringan 6 20 %
Sedang 24 80 % dilalukan pada pasien perilaku kekerasan di
Total 30 100%
Ruang Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur
Surabaya diketahui bahwa sebelum diberikan
Berdasarkan tabel 4 diatas
terapi relaksasi nafas dalam, pasien
menunjukkan bahwa perilaku kekerasan
mengalami perilaku kekerasan dengan
sebelum diberikan terapi relaksasi nafas dalam
kategori sedang yaitu 24 pasien perilaku
pada pasien perilaku kekerasan sebagian besar
kekerasan (80%).
responden mengalami perilaku kekerasan
Perilaku Kekerasan disebabkan karena
dengan kategori sedang sebanyak 24 pasien
pasien frustasi, takut, manipulasi atau
(80%).
intimidasi dan emosi yang tidak terkontrol.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Perilaku Perilaku kekerasan yang dimiliki seseorang
Kekerasan Sesudah Diberikan
Terapi Relaksasi Nafas Dalam Pada dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
Pasien Perilaku Kekerasan di Ruang diantaranya faktor keturunan, faktor
Kenari
Perilaku lingkungan/sosial baik itu dilingkungan
Frekuensi (%)
Kekerasan terdekat maupun yang ada diluar lingkungan
Ringan 25 83,3 %
Sedang 5 16,7 % dan faktor psikologis yaitu adanya mood
Total 30 100%
yang labil, rasa cemas berlebihan, gangguan
Berdasarkan tabel 5 diatas menunjukkan persepsi yang ditangkap oleh panca indra
bahwa perilaku kekerasan sesudah diberikan kita. Dan menurut teori biopsikososial juga
terapi relaksasi nafas dalam pada pasien perilaku disebabkan oleh interaksi yang kompleks
Jurnal Keperawatan dan Profesi Ners IJPN Vol 1, No 1, Juni 2020

antara faktor biologic, psikologik, dan seseorang tersebut. Kondisi status yang
sosiokultural (Dewi, 209). belum menikah menjadi faktor pendukung
Menurut Stuart & Laraia menyatakan dalam tingginya tingkat emosional seseorang
bahwa perilaku adalah hal yang dapat dikarenakan tidak adanya peran keluarga
diobservasi, dicatat, diukur, bergerak atau terdekat yang dapat menurunkan serta
berespon (Sumirta, 2013). Mengubah mengontrol tingkat emosional tersebut
perilaku dapat dilakukan dengan 3 sehingga perilaku kekerasan dapat dicegah.
strategiyaitu menggunakan kekuasaan/ Ditinjau dari data umum pada pasien
kekuatan / dorongan, pemberian informasi, perilaku kekerasan. Peneliti berupaya
diskusi partisipan (Videbeck, 2008). memberikan solusi yang mampu mengatasi
Sedangkan Sunaryo menyatakan bahwa atau menurunkan tingkat emosional
perubahan perilaku dipengaruhi oleh seseorang sehingga menekan terjadinya
beberapa hal yaitu kebutuhan, motivasi, perilaku kekerasan yaitu dengan memberikan
sikap dan kepercayaan. Dari pernyataan terapi relaksaasi nafas dalam. Selain itu
diatas dapat diketahui bahwa perilaku dapat untuk mencegah terjadinya perilaku
dirubah dengan pemberian informasi, diskusi kekerasan maka sebaiknya terapi relaksasi
dan motovasi berdasarkan kebutuhan dan nafas dalam disertai dengan terapi fisik agar
keyakinan individu, perubahan tersebut dapat perilaku kekerasan tetap stabil dan dapat
diobservasi atau diukur (Dewi, 2009). mengontrol emosinya.
Dari data umum yang kami dapat,
hampir setengahnya pasien perilaku
2. Perilaku Kekerasan Sesudah
kekerasan berpendidikan SMA sebanyak 14
Diberikan Terapi Relaksasi Nafas
responden (46%). Hal ini didukung oleh
Dalam di Ruang Kenari Rumah Sakit
penelitian Retno (2016) yang menyatakan
Jiwa Menur Surabaya
dari 28 responden jenjang pendidikan hampir
Berdasarkan penelitian di Ruang
setengahnya adalah SMA sebanyak 11 orang
Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
(39,4%).
sesudah diberikan terapi relaksasi nafas
Berdasarkan tabel 5.4 di atas
dalam didapatkan berkurangnya perilaku
menunjukkan bahwa sebagian besar
kekerasan dalam kategori ringan yaitu 25
responden belum menikah dengan jumlah 20
pasien perilaku kekerasan (83,3%). Hal ini
responden (66,7%). Hal ini didukung oleh
dibuktikan oleh hasil lembar observasi
penelitian (Retno, 2016) yang menyatakan
RUFA yang telah dibagikan sebagai
dari 28 responden didapatkan sebagian besar
indikator dalam menentukan tingkat
berstatus tidak kawin sebanyak 15 orang
terjadinya perilaku kekerasan pada seseorang
(53,6%).
yang ditandai dengan indikator perilaku mata
Menurut pendapat saya status
melotot, dengan intonasi bicara yang tinggi
hubungan mempengaruhi beban emosional
Jurnal Keperawatan dan Profesi Ners IJPN Vol 1, No 1, Juni 2020

disertai ekspresi tegang dengan pandangan emosi dan menjaga keseimbangan emosinya
tajam. dengan cara melakukan terapi relaksasi nafas
Pasien perilaku kekerasan yang dalam yang disertai dengan latihan fisik,
disebabkan oleh frustasi, takut, manipulasi sehingga emosi tidak berlebihan dan tidak
atau intimidasi, emosi yang tidak terkontrol terjadi pada tingkat intensitas yang tinggi.
dan lingkungan sekitarnya yang tidak sesuai
3. Perbedaan Perilaku Kekerasan
dengan keadaan / perasaannya dapat memicu
Sebelum dan Sesudah Diberikan
timbulnya tindakan perilaku kekerasan ini.
Terapi Relaksasi Nafas Dalam di
Lingkungan dengan peristiwa-peristiwa yang
Ruang Kenari Rumah Sakit Jiwa
mencerminkan tindakan kekerasan seperti
pembunuhan, kerusuhan, pembakaran,
Menur Surabaya

pemukulan, dan penyiksaan dapat Hasil penelitian menunjukan bahwa

menyebabkan perilaku kekerasan meningkat. dapat disimpulkan ada perbedaan perilaku

Pola hidup juga mempengaruhi perilaku kekerasan sebelum dan sesudah diberikan

kekerasan seperti malas berolahraga dengan terapi nafas dalam. Berdasarkan uji

tarik nafas maka berisiko tinggi untuk terjadi Wilcoxon Rank Test diperoleh nilai

perilaku kekerasan ini karena tarik nafas kemaknaan p< α (0,000 < 0,05). Perilaku

berfungsi untuk menurunkan keluhan fisik, kekerasan sebelum dilakukan terapi relaksasi

memberikan perasaan tenang, mengurangi nafas dalam pada pasien perilaku kekerasan

stress baik stress fisik maupun emosional, di Ruang Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur

serta dapat menurunkan ketegangan dan Surabaya mengalami perilaku kekerasan

memberikan ketenangan. Untuk mengurangi dengan kategori sedang (80%). Sesudah di

perilaku kekerasan maka lakukan relaksasi lakukan terapi relaksasi nafas dalam pada

nafas dalam dengan langkah-langkah sebagai pasien perilaku kekerasan mengalami

berikut : meletakkan satu tangan di dada dan penurunan perilaku kekerasan dengan

satu tangan di abdomen, melakukan nafas kategori ringan 25 pasien perilaku kekerasan

dalam, merasakan mengembangnya (83,3%), dan kategori sedang 5 pasien

abdomen, menahan nafas hingga 3 hitungan, perilaku kekerasan (16,7%). Maka H1

menghembuskan nafas perlahan dalam 3 diterima artinya ada perbedaan yang

hitungan, merasakan mengempisnya bermakna perilaku kekerasan sebelum dan

abdomen dari kontraksi otot. Dalam sesudah terapi relaksasi nafas dalam pada

penelitian ini terbukti bahwa sesudah pasien perilaku kekerasan di Ruang Kenari

melakukan relaksasi nafas dalam tersebut Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.

sesuai aturan dapat mengurangi perilaku Menurut penelitian yang dilakukan

kekerasan. oleh Kustanti dan Widodo menunjukkan

Menurut pendapat peneliti, pasien bahwa ada pengaruh terapi relaksasi yang

perilaku kekerasan sudah dapat mengatur berhubungan dengan pasien perilaku

Jurnal Keperawatan dan Profesi Ners IJPN Vol 1, No 1, Juni 2020 kekerasan salah satunya adalah
relaksasi
Ditinjau dengan data umum pada pasien
nafas dalam dan penelitian tersebutkan
perilaku kekerasan sesudah diberikan terapi
mendapatkan hasil bahwa ada pengaruhnya
relaksasi nafas dalam terjadi penurunan perilaku
(Kustanti, 2008). Serta hasil penelitian
kekerasan. Dengan ini untuk mencegah perilaku
Nanny Dyah Zelianti mendapatkan hasil p
kekerasan berulang sebaiknya dilakukan terapi
value 0,000 bahwa ada perbedaan sebelum
relaksasi nafas dalam selama 3 kali dalam
dan sesudah diberikan terapi relaksasi nafas
seminggu tidak lebih dari 2 hari berturut-turut
dalam
melakukan relaksasi nafas dalam dan dilakukan
Selain itu didukung oleh teori Smaltzer
selama 2-4 minggu. Setelah penelitian ini
& Bareyang menyatakan bahwa relaksasi
responden dapat melakukan terapi tersebut
nafas dalam dapat meningkatkan ventilasi
dengan sendiri karena responden sudah
alveoli, memelihara pertukaran gas,
mengetahui reaksi terapi relaksasi nafas dalam
mencegah atelektasi paru, memberikan
dan dapat merasakan bagaimana perubahannya
perasaan tenang, mengurangi stress baik
sesudah melakukan terapi relaksasi nafas dalam,
stress fisik maupun emosional (Sumirta,
responden merasakan lebih tenang dan dapat
2013). Menurut Widyastuti terapi relaksasi
mengurangi stress dan emosi yang tidak
nafas dalam tidak hanya menyebabkan efek
terkontrol.
yang menenangkan fisik tetapi juga
Dengan ini sudah terbukti bahwa
menenangkan pikiran (Nanny, 2010).
sesudah diberikan terapi relaksasi nafas dalam
Pada pasien perilaku kekerasan,
dapat mengurangi perilaku kekerasan, karena
terapi relaksasi nafas dalam dapat
relaksasi nafas dalam dapat mengurangi stress
merangsang tubuh untuk melepaskan opioid
maupun emosi serta memberikan perasaan
endogen yaitu endorphin dan enkefalin.
tenang dan mampu mengontrol diri. Maka terapi
Dilepaskannya hormone endorphin dapat
relaksasi nafas dalam bermanfaat untuk pasien
memperkuat daya tahan tubuh, menjaga sel
perilaku kekerasan. Hal ini menunjukkan bahwa
otak tetap muda, melawan penuaan,
ada perbedaan perilaku kekerasan sebelum dan
menurunkan agresifitas dalam hubungan
sesudah terapi relaksasi nafas dalam pada pasien
antar manusia, meningkatkan semangat,
perilaku kekerasan di Ruang Kenari Rumah
daya tahan, dan kreatifitas (Sumirta, 2013).
Sakit Jiwa Menur Surabaya.
Terapi relaksasi nafas dalam tidak saja
menyebabkan efek yang menenangkan fisik
KESIMPULAN
tetapi juga menenangkan pikiran. Oleh
karena itu beberapa terapi relaksasi seperti Berdasarkan penelitian yang telah

nafas dalam dapat membantu untuk dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai

meningkatkan kemampuan berkonsentrasi, berikut :

kemampuan mengontrol diri, menurunkan 1. Perilaku kekerasan sebelum diberikan terapi

emosi, dan depresi (Yuhanda, 2013). relaksasi nafas dalam pada pasien perilaku
kekerasan di Ruang Kenari Rumah
Jurnal Keperawatan dan Profesi Ners IJPN Vol 1, No 1, Juni 2020

Sakit Jiwa Menur Surabaya berada pada Hamid, A.Y. (2008). Bunga Rampai Asuhan
kategori sedang sebanyak 24 pasien (80%). Keperawatan Kesehatan
Jiwa.Jakarta:EGC
2. Perilaku kekerasan sesudah diberikan terapi Kustanti, E & Widodo, A. (2008). Jurnal. Pengaruh
Teknik Relaksasi Terhadap
relaksasi nafas dalam pada pasien perilaku
Perubahahan Status Mental Skizofrenia
kekerasan di Ruang Kenari Rumah Sakit di Rumah Sakit Jiwa Surakarta.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle
Jiwa Menur Surabaya berada pada kategori /11617/498
ringan sebanyak 25 pasien (83,3%). Kusumawati F dan Hartono, Y. (2010). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
3. Ada perbedaan intensif perilaku kekerasan Medika Kelliat, B.A. (2012). Keperawatan
sebelum dan sesudah terapi relaksasi nafas Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Nanny & Sujarwo. (2010). Jurnal. Pengaruh Teknik
dalam pada pasien perilaku kekerasan di
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Ruang Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur Tingkat Emosi Klien Perilaku Kekerasan
di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino
Surabaya. Gondohutomo Semarang. Nursalam.
SARAN (2013). Metode Penelitian Ilmu
Keperawatan : Pendekatan Praktis.
Penelitian ini dapat memberikan Jakarta : Salemba Medika.
Sumirta, N, dkk. (2013). Jurnal. Relaksasi Nafas
pengetahuan dan dapat memanfaatkan metode Dalam Terhadap
Pengendalian Marah Klien Dengan
yang ada bagi responden khususnya, pada
Perilaku Kekerasan.
masyarakat umum dalam menurunkan perilaku http://poltekkesdenpasar.ac.id/files/J
URNAL%20GEMA%20KEPERA
kekerasan pada pasien perilaku kekerasan.
WATAN/JUNI%202014/Nengah%2
0Sumirta,%20dkk.pdf
Videbeck, S. (2008). Buku Ajar Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA Jiwa.Jakarta:EGC
Yosep, I. (2010). Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi).
Dewi, D, dkk. (2009). Jurnal. Pengaruh Teknik Bandung : Refika Aditama.
Relaksasi Napas Dalam terhadap Yuhanda, D, dkk. (2013).Jurnal. Efektivitas terapi
Penurunan Persepsi Nyeri pada Lansia relaksasi nafas dalam dan tertawa
dengan Artritis Reumatoid. dalam mengontrol perilaku kekerasan
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/kepe pada pasien perilaku kekerasan di RSJD
ra watan/article/view/179 Dr.Amino Gondo Hutomo Semarang
Nursalam. (2013). Metode Penelitian Ilmu
Keperawatan : Pendekatan Praktis.
Jakarta : Salemba Medika.
ANALISA PICOT

Judul Jurnal: Perbedaan Perilaku Kekerasan Sebelum Dan Sesudah Terapi Relaksasi
Nafas Dalam Pada Pasien Perilaku Kekerasan (Differences Of Violence
Behavior Before And After Breathing Relaxation Therapy In Violence
Behavior Patients)

Penulis Jurnal : Roufuddin dan Mutiatun Hoiriyah

1. P (Population)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian pra eksperiment


design tanpa kelompok pembanding (Rancangan Pra-eksperimental) tipe one
grouppretest - posttest design. Yaitu desain Experimental yang dilakukan pretest
sebelum diberikan perlakuan dan posttest setelah dilakukan perlakuan. Kelompok sampel
diobservasi mengenai tingkat perilaku kekerasan sebelum dilakukan intervensi,
kemudian sampel diberikan perlakuan terapi relaksasi nafas dalam dan setelah itu
diobservasi kembali mengenai tingkat perilaku kekerasan.
Populasi dalam penelitian ini menggunakan populasi estimasi yang diperoleh
dari jumlah rata-rata pasien perilaku kekerasan selama 1 bulan terakhir yang dirawat di
Ruang Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya pada bulan Agustus 2016 sebanyak 32
pasien perilaku kekerasan. Dengan sampel sebesar 30 responden.

2. I (Intervention)
Pada penelitian ini pasien diberikan terapi relaksasi nafas dalam, dengan langkah-
langkah sebagai berikut : meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di abdomen,
melakukan nafas dalam, merasakan mengembangnya abdomen, menahan nafas hingga 3
hitungan, menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan, merasakan mengempisnya
abdomen dari kontraksi otot.

3. C (Comparison)
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kustanti dan Widodo
menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi relaksasi yang berhubungan dengan pasien
perilaku kekerasan salah satunya adalah relaksasi nafas dalam dan penelitian tersebutkan
mendapatkan hasil bahwa ada pengaruhnya (Kustanti, 2008). Serta hasil penelitian Nanny
Dyah Zelianti mendapatkan hasil p value 0,000 bahwa ada perbedaan sebelum dan
sesudah diberikan terapi relaksasi nafas dalam.
Selain itu didukung oleh teori Smaltzer & Bare yang menyatakan bahwa relaksasi
nafas dalam dapat meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah
atelektasi paru, memberikan perasaan tenang, mengurangi stress baik stress fisik maupun
emosional (Sumirta, 2013). Menurut Widyastuti terapi relaksasi nafas dalam tidak hanya
menyebabkan efek yang menenangkan fisik tetapi juga menenangkan pikiran (Nanny,
2010).

4. O (Outcome)
Pada Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan perilaku kekerasan
sebelum dan sesudah diberikan terapi nafas dalam. Perilaku kekerasan sebelum dilakukan
terapi relaksasi nafas dalam pada pasien perilaku kekerasan di Ruang Kenari Rumah Sakit
Jiwa Menur Surabaya mengalami perilaku kekerasan dengan kategori sedang (80%).
Sesudah di lakukan terapi relaksasi nafas dalam pada pasien perilaku kekerasan
mengalami penurunan perilaku kekerasan dengan kategori ringan 25 pasien perilaku
kekerasan (83,3%), dan kategori sedang 5 pasien perilaku kekerasan (16,7%). Maka H1
diterima artinya ada perbedaan yang bermakna perilaku kekerasan sebelum dan sesudah
terapi relaksasi nafas dalam pada pasien perilaku kekerasan di Ruang Kenari Rumah Sakit
Jiwa Menur Surabaya. Hal ini menunjukkan terapi relaksasi nafas dalam efektif untuk
menurunkan perilaku kekerasan pada pasien dengan perilaku kekerasan. Dengan terapi ini
pasien di harapkan mampu untuk tenang dan mengontrol emosi yang dirasakan, sehingga
perilaku kekerasan tidak terjadi atau mengalami penurunan.

5. T (Time)
Penelitian ini dilakukan selama satu minggu dimulai tanggal 05 Juni 2016 sampai
09 Juni 2017 di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai