Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

OLEH

RISQI NURAINNI

NIM. P07120016060

DIII KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

OLEH

LUH PUTU SHINTYA BAGASWARI KUSUMADEWI

NIM. P07120016056

DIII KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

OLEH

DESAK PUTU INDAH NOVITAYANTI

NIM. P07120016051

DIII KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2018
A. MASALAH KEPERAWATAN
Resiko Perilaku Kekerasan

B. KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN


1. Pengertian Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami
perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain (Menurut
Towsend dalam buku Yosep 2011).
Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang
lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol (Wati, 2010).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang, baik secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini, perilaku kekerasan
dapat di lakukan secara verbal di arahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu perilaku kekerasan saat sedang
berlangsung atau perilaku kekerasan terdahulu ((riwayat perilaku kekerasan)(Keliat, 2012)).
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang di hadapi oleh
seseorang yang di tunjukan dengan perilaku actual melakukan kekerasan, baik pada diri
sendiri orang lain maupun lingkungan secara verbal maupun nonverbal, bertujuan untuk
melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Menurut Berkowizt dalam buku Yosep
2011).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang
dapat membahayakan di klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang-barang
(Menurut Maramis dalam buku Yosep 2011).

2. Tanda dan Gejala


Data Subyektif :
1. Mengatakan mudah kesal dan jengkel.
2. Merasa semua barang tidak ada harganya sehingga dibanting banting (Keliat,
2012).

Data Obyektif :             


1. Muka merah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatupkan rahang dengan kuat
4. Menegepalkan tangan
5. Jalan mondar-mandir
6. Bicara kasar
7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8. Mengancam secara verbal atau fisik
9. Melempar atau memukul benda/ orang lain
10. Merusak barang atau benda
11. Tidak memiliki kemampuan mencegah/ mengendalikan perilaku kekerasan.
(Keliat, 2012).

Menurut Fitria (2009) tanda dan gejala perilaku kekerasan diantaranya adalah :


1. Fisik
Mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah
dan tegang serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, bicara dengan nada keras, kasar dan
ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri, atau orang lain, merusak lingkungan, amuk
atau agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang mengeluarkan
kata-kata bernada sarkasme.

6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan kreatifitas
terhambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.

3. Rentang Respon

Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif.


Menurut Ade Herma (20011) Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Asertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang
lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan.
Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman
tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
3. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol
oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia
berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan
sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
5. Kekerasan adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol
diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap
orang lain.

4. Faktor Predisposisi
Menurut Ade Herma (2011) perilaku seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor,
Antara lain :
1. Teori Biologi
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian stimulus elektris
ringan pada hipotalamus ternyata menimbulkan prilaku agresif, dimana jika terjadi
kerusakan fungsi limbic (untuk emosi dan perilaku) lobus frontal (untuk pemikiran
rasional), lobius temporal (untuk interprestasi indra penciuman dan memori) akan
menimbulkan mata terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang
ada disekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologi, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut:
a. Neurologic faktor, beragam komponen dari sistem saraf seperti synap,
neurotransmitter, dendrit, axon terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau
menghambat rangsangan dan pesan-pesan yamg akan mempengaruhi sifat
agresif.
b. Genetic faktor, adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi
potensi perilaku agresif. Menurut riset Kazuo Murakami (2007) dalam gen
manusia terdapat dormant (potensi) agresif yang sedang tidur dan akan bangun
jika terstimulasi oleh faktor eksternal. Menurut penelitian genetik tipe karkotype
XYY, pada umumnya dimiliki oleh penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-
orang yang tersangkut hukum akibat perilaku agresif.
c. Cyrcardian Rhytm (irama sirkardian tubuh), memegang peranan pada individu.
Menurut penelitian pada jam-jam tertentu manusia menghalangi peningkatan
cortisol terutama pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan
menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan jam 13. Pada jam tertentu
orang lebih mudah terstimulasi untul bersikap agresif.
d. Brain Area dirsorder, gangguan pada sistem imbik dan lobus temporal, sindrom
otak organik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilesi ditemukan
sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

2. Faktor Psikologis
a. Teori Psikoanalisa
Agresif dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang
seseorang (life span hystori). Teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidakpusan
fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapatkan kasih sayang dan
pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cendurung mengembangkan sikap
agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai kompesasi adanya
ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa
aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri
yang rendah.Perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaanya dan rendahnya harga diri pelaku
tindak kekerasan.
b. Imitation, Modeling, And Information Processing Theory:
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan
yang menolelir kekerasan.Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru dari
madia atau lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru perilaku tersebut.
Dalam suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menonton tayangan
pamukulan pada boneka dengan raward positif (makin keras pukulanya akan
diberi coklat), anak lain menonton tayangan cara mengasihii dan mencium boneka
tersebut dengan reward positif pula (makin baik belainya mendapat hadiah
coklat). Setelah anak-anak keluar dan diberi boneka ternyata masing-masing anak
berperilaku sesuai dengan tontonan yang pernah dialaminya.
c. Learning Theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan
terdekatnya.Ia mengamati bagaimana respon ayah saat menerima kekecewaan dan
mengamati bagaimana respons ibu saat marah.Ia juga belajar bahwa dengan
agresifitas lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan
menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk diperhitungkan. (Yosep, 2011)

Menurut Fitria (2009) faktor predisposisi berdasarkan faktor psikologis perilaku


kekerasan meliputi :
a. Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan untuk
maengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi PK.
b. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak
menyanangkan.
c. Frustasi
d. Kekerasan dalam rumah atau keluarga.

3. Factor sosial budaya.


Dalam budaya tertentu seperti rebutan berkah, rebutan uang receh, sesaji atau
kotoran kerbau di keraton, serta ritual-ritual yang cenderung mengarah pada kemusyrikan
secara tidak langsung turut memupuk sikap agresif dan ingin menang sendiri.Kontrol
masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima merupakan faktor predisposisi
terjadinya perilaku kekerasan. Hal ini dipicu dengan maraknya demontrasi, film-film
kekerasan, mistik tahayul dan perdukunan (santet, teluh) dalam tayangan televisi (Yosep,
2011).
Seseorang akan berespon terhadap peningkatan emosionalnya secara agresif
sesuai dengan respons yang dipelajari. Sesuai dengan teori menurut bandura bahwa agresi
tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Factor ini dapat dipelajari melalui
observasi atau imitasi, dan potdapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma
dapat membantu mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak
dapat diterima.(Wati, 2010).

4. Aspek Religiusitas
Dalam tinjauan religiusitas, kemarahan dan agresifitas merupakan dorongan dan
bisikan syetan yang menyukai kerusakan agar menusia menyesal (devil support). Semua
bentuk kekerasan adalah bisikan syetan yang dituruti masunia sebagai bentuk kompensasi
bahwa kebutuhan dirinya terancam dan segera dipenuhi tetapi tanpa melibatkan akal
(ego) dan norma agama (super ego) (Yosep, 2011).
                                          
5. Faktor presipitasi
Menurut Yosep (2011) Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan:
1. Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuati dalam keluarga serta tidak membisakan
dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan dalam
menyelesaikan konflik.
4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
menempatkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5. Adanya riwayat` perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa reancam, baik berupa imjury
secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa factor pencetus injury perilaku
kekerassan adalah sebagai berikut (Wati, 2010) :
1. Klien: kelemahan fisik, keputasasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh dengan
agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2. Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, mersa
terancam baik internal dari permasalan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lingkungan.
3. Lingkungan: panas, padat, dan bising.
6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri.
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman.
Menurut Ade Herman (2011) mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain:
1. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat untuk suatu
dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang
yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas
adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi
ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik.
Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan
seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut
mencoba merayu, mencumbunya.
3. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam
sadar.Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa
membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga
perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
4. Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap
dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya
seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan
kasar.
5. Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu
berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy
berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena
menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan
temannya.

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain:


1. Menyerang atau menghindar
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom
beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat,
takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster
menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga
meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh
menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
2. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya
yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang
terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa
marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu
perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.
3. Memberontak
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku memberontak untuk
menarik perhatian orang lain.
4. Perilaku kekerasan.
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan

C. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Perilaku Kekerasan


I. Pengkajian Data Fokus
Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Fokus
pengkajian pada pasien dengan perilaku kekerasan meliputi :
1. Faktor Predisposisi
Faktor Predisposisi meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual.
a. Aspek biologis
Respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf otonom bereaksi terhadap
sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, taki kardi, muka merah,
pupil menebal, pengeluaran urine meningkat. Pada gejala yang sama dengan
kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang
mengatup, tangan di kepal, tubuh kaku dan reflek cepat. Hal ini disebabkan oleh
energi yang di keluarkan saat marah bertambah.
b. Aspek emosional
Individu yang marah karena tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, ngamuk, bermusuhan dan sakit hati,
menyalahkan dan menuntut.
c. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual,
peran pasca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang
selanjutnya di olah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat
perlu mengkaji cara pasien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan bagai
mana informasi di proses, di klarifikasi dan di integrasikan.
d. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep, rasa percaya, dan ketergantungan.
Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien sering kali
menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku orang lain sehingga
orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan
disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri,
menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
e. Aspek spiritual
Kepercayaan nilai moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan.
Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan
kemarahan yang di manifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
2.   Faktor presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa reancam, baik berupa
imjury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa factor pencetus
injury perilkau kekerassan adalah sebagai berikut (Wati, 2010):
a. Klien: kelemahan fisik, keputasasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang
penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
mersa terancam baik internal dari permasalan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkungan.
c. Lingkungan: panas, padat, dan bising.

3. Mekanisme Koping
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman.
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri
antara lain:
a. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia
b. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya yang tidak
baik.
c. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk ke alam sadar
d. Reaksi Formasi: Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,
dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan.
e. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan,
pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada
mulanya yang membangkitkan emosi itu.

II. Pohon Masalah

Risiko Mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Efek


Risiko Perilaku Kekerasan Core problem

Gangguan persepsi sensori halusinasi Causa

III. Analisa Data


Data yang perlu dikaji sesuai dengan masalah keperawatan meliputi:
Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji
Risiko Mencederai diri sendiri,   Data Subyektif :
orang lain dan lingkungan  Klien mengatakan benci atau kesal pada
seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang
orang yang mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan
jiwa lainnya.
Data Objektif :
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara
menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri
sendiri/orang lain.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang,
pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.

Risiko Perilaku Kekerasan Data Subjektif


 Klien mengancam
 Klien mengumpat dengan kata-kata kotor
 Klien mengatakan dendam dan jengkel
 Klien mengatakan ingin berkelahi
 Klien menyalahkan dan menuntut
Data Objektif
 Mata melotot/pandangan tajam
 Tangan mengepal
 Rahang mengatup
 Wajah memerah dan tegang
 Postur tubuh kaku
 Suara keras
Gangguan harga diri : harga diri Data Subjektif
rendah  Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak
bisa, tidak tahu apa-apa,
 Mengkritik diri sendiri,
 Mengungkapkan perasaan malu terhadap diri
sendiri.
Data Objektif
 Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila
disuruh memilih alternatif tindakan,
 ingin mencederai diri / ingin mengakhiri
hidup.

IV. Daftar Masalah


1 Risiko Mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2 Risiko Perilaku Kekerasan
3 Gangguan Harga Diri: Harga Diri Rendah

V. Intervensi Keperawatan dari Diagnosa Keperawatan


Diagnose Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Resiko TUM: 1. Klien mau 1. Beri salam panggil 1. Untuk dapat
menciderai Klien dapat membalas salam nama membina
diri melanjutkan peran 2. Klien mau menjabat 2. Sebutkan nama hubungan saling
sendiri, sesuai dengan tangan perawat sambil percaya.
orang lain tanggung jawab. 3. Klien mau jabat tangan 2. Agar klien
dan TUK 1: Klien dapat menyebut nama 3. Jelaskan maksud mengenal
lingkunga membina hubungan 4. Klien mau hubungan interaksi perawat.
n saling percaya. tersenyum 4. Jelaskan kontrak 3. Agar klien
5. Klien mau kontak yang akan dibahas mengetahui
mata 5. Beri rasa aman dan maksud dari
6. Klien mau simpati tindakan yang
mengetahui nama 6. Lakukan kontak diberikan.
perawat mata singkat tapi 4. Agar klien
sering memahami
pembahasan
yang
dibicarakan.
5. Pasien merasa
aman dengan
perawat.
6. Pasien mersa
diperhtikan.

1. Beri kesempatan 1. Untuk


TUK 2: 1. Klien untuk mengetahui
Klien dapat mengungkapkan mengungkapkan perasan yang
mengidentifikasi perasaanya perasaan sedang dialami
kemampuan 2. Klien dapat 2. Bantu klien untuk pasien.
penyebab kekerasan mengungkapkan mengungkapkan 2. Untuk dapat
penyebab perasaan penyebab mengidentifikasi
marah dari perasaan perasaan
lingkungan atau jengkel/kesal jengkel/kesal
orang lain yang dialami
pasien.

1. Anjurkan klien 1. Untuk dapat


1. Klien mampu mengungkapkan mengetahui
TUK 3 : mengungkapkan apa yang tanda-tanda
Klien dapat perasaan saat dialami dan perilaku
mengidentifikasi marah/jengkel dirasakan saat kekerasan.
tanda-tanda perilaku 2. Klien dapat marah
kekerasan menyimpulkan 2. Observasi tanda- 2. Untuk
tanda-tanda marah tanda perilaku mengetahui
yang dialami. kekerasan pada keadaan klien.
klien

1. Untuk
1. Klien dapat 1.Simpulkan bersama mengidentifikasi
TUK 4: mengungkapkan klien tanda dan perilaku
Klien dapat perilaku kekerasan gejala kesal yang kekerasan yang
mengidentifikasi yang biasa di alami biasa dilakukan.
perilaku kekerasan dilakukan 2. Mengetahui
yang biasa 2. Klien dapat 2. Anjurkan klien perilaku
dilakukan bermain peran untuk kekerasaan yang
dengan perilaku mengungkapkan dilakukan klien
kekerasan yang perilaku
biasa dilakukan kekerasan yang
biasa dilakukan
klien . 3. Mengetahui
3. Klien dapat 3. Bantu klien akibat dari
mengetahui cara bermain peran perilaku
yang biasa sesuai dengan kekerasan yang
dilakukan untuk perilaku dilakukan.
menyelesaikan kekerasan yang
masalah biasa dilakukan.

1. Agar pasien
1. Klien dapat 1. Bicarakan akibat dapat
TUK 5 : menjelaskan akibat dan cara yang mengeksplorasi
Klien dapat dari cara yang dilakukan pasien diri terkait
mengidentifikasi digunakan 2. Bersama klien dengan perilaku
akibat perilaku  Akibat pada menyimpulkan kekerasan yang
kekerasan klien sendiri akibat cara yang biasa dilakukan
 Akibat pada digunakan oleh 2. Agar pasien
orang lain klien dapat
 Akibat pada 3. Tanya pada klien mengurangi
lingkungan apakah ia ingin perilaku
mempelajari cara kekerasan
yang baru dan apabila timbul
sehat dan dirasakan
3. Agar dapat
nebgurangi
resiko
mencederai diri
sendiri dan
orang lain

1. Agar klien dapat


1.Klien dapat 1. Bantu klien melakukan
TUK 6: menyebutkan memilih cara tindakan yang
Klien dapat contoh pencegahan yang paling lebih baik dan
mendemonstrasikan perilaku kekerasan tepat untuk klien sehat.
cara mengontrol secara : 2. Bantu klien 2. Agar klien
perilaku kekerasan - Fisik: Tarik nafas mengidentifikasi mengetahui
dalam , olah raga, manfaat cara manfaat dari
memukul bantal yang telah tindakan yang di
-Verbal: dipilih ajarkan.
Mengatakan secara 3. Bantu klien 3. Melatih cara
langsung dengan untuk tersebut agar
tidak menyakiti. menstimulasika klien dapat
2.Klien dapat n cara tersebut melakukan
mendemonstrasikan atau dengan role dengan baik.
cara fisik (memukul play 4. Pujian yang baik
bantal) untuk 4. Beri dapat menjadi
mencegah perilaku reinforcement motivasi bagi
kekerasan. positif atas klien.
keberhasilan 5. Untuk
klien mencegah
menstimulasika dampak buruk
n cara tersebut dari cara
5. Anjurkan klien sebelumnya.
untuk
menggunakan
cara yang
dipelajari saat
jengkel atau
marah.

1. Jelaskan jenis- 1. Mencegah


1. Klien dapat jenis obat yang terjadinya
TUK 7 : menyebut kan obat di minum pada keselahan dalam
Klien dapat – obat yang di klien dan minum obat.
menggunakan obat minum dan keluarga. 2. Mencegah
dengan benar kegunaanya ( jenis, 2. Diskusikan dampak buruk
(sesuai dengan waktu, dosis, dan manfaat minum jika klien tidak
program ) efek ) obat dan minum obat.
Klien mampu : 2. Klien dapat minum kerugian 3. Agar klien dapat
 Mengidentifikasi obat sesuai program berhenti minum minum obat
penyebab dan pengobatan obat tanpa seijin dengan dosis,
tanda perilaku dokter waktu, dan cara
kekerasan 3. Jelaskan prinsip yang benar.
 Menyebutkan benar minum 4. Mencegah
jenis perilaku obat(baca nama terlembatnya
kekerasan yang yg tertera pd minum obat.
pernah botol obat,dosis 5. Agar klien
dilakukan obat ,waktu dan segera
 Menyebutkan cara minum) melaporkan bila
akibat dari 4. Anjurkan klien ada sesuatu
perilaku minum obat yang terjadi saat
kekerasan yang tepat waktu minum obat.
dilakukan 5. Anjurkan klien 6. Pujian dapat

 Menyebutkan melaporkan memotivasi

cara mengontrol pada perawat klien menjadi

perilaku atau dokter jika lebih baik.

kekerasan merasakan efek

 Mengontrol yang tidak

perilaku menyenang kan

kekerasan 6. Beri pujian jika

dengan cara: klien minum

Fisik, Sosial/ obat dengan

Verbal, benar.

Spiritual, Terapi
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito.2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta: EGC

Direja, A. H. 2011. Buku ajar keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha medika.

Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Keliat, Ana Budi. Dkk. 2009.Model Praktik Keperawatan professional Jiwa. Jakarta; EGC

Keliat, B. A. 2012. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. jakarta: EGC.

S. N. Ade Herma Direja. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Surya Direja, Ade Herman.2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha


Medika

Stuart GW, Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta; EGC

Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wati, F. K. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. jakarta: Salemba Medika.

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung; Refika Aditama


LEMBAR PENGESAHAN

Bangli,………………........,2018

Nama Pembimbing / CI Nama Mahasiswa

………………………………………….. ………………………………………….

NIP. NIM.

Nama Pembimbing / CT

....................................................................

NIP.

Anda mungkin juga menyukai