1. DEFINISI
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang individu
mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri
sendiri atau orang lain (Menurut Towsend dalam buku Yosep 2018).
Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada
dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah
yang tidak terkontrol (Wati, 2018).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis.Berdasarkan definisi
ini, perilaku kekerasan dapat di lakukan secara verbal di arahkan pada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan.Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam
dua bentuk yaitu perilaku kekerasan saat sedang berlangsung atau perilaku
kekerasan terdahulu ((riwayat perilaku kekerasan) (Keliat, 2019)).
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang di hadapi
oleh seseorang yang di tunjukan dengan perilaku actual melakukan
kekerasan, baik pada diri sendiri orang lain maupun lingkungan secara verbal
maupun nonverbal, bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun
psikologis (Menurut Berkowizt dalam buku Yosep 2018).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana klien mengalami
perilaku yang dapat membahayakan di klien sendiri, lingkungan termasuk
orang lain dan barang-barang (Menurut Maramis dalam buku Yosep 2018).
2. RENTANG RESPON
3. FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut Ade Herma (2018) perilaku seseorang dapat di pengaruhi oleh
beberapa faktor, Antara lain :
1) Teori Biologi
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian
stimulus elektris ringan pada hipotalamus ternyata menimbulkan prilaku
agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbic (untuk emosi dan
perilaku) lobus frontal (untuk pemikiran rasional), lobius temporal
(untuk interprestasi indra penciuman dan memori) akan menimbulkan
mata terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang
ada disekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologi, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai
berikut:
a) Neurologic faktor, beragam komponen dari sistem saraf seperti
synap, neurotransmitter, dendrit, axon terminalis mempunyai peran
memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan yamg
akan mempengaruhi sifat agresif.
b) Genetic faktor, adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua,
menjadi potensi perilaku agresif. Menurut riset Kazuo Murakami
(2007) dalam gen manusia terdapat dormant (potensi) agresif yang
sedang tidur dan akan bangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal.
Menurut penelitian genetik tipe karkotype XYY, pada umumnya
dimiliki oleh penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-orang
yang tersangkut hukum akibat perilaku agresif.
c) Cyrcardian Rhytm (irama sirkardian tubuh), memegang peranan
pada individu. Menurut penelitian pada jam-jam tertentu manusia
menghalangi peningkatan cortisol terutama pada jam-jam sibuk
seperti menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan
sekitar jam 9 dan jam 13. Pada jam tertentu orang lebih mudah
terstimulasi untul bersikap agresif.
d) Brain Area dirsorder, gangguan pada sistem imbik dan lobus
temporal, sindrom otak organik, tumor otak, trauma otak, penyakit
ensepalitis, epilesi ditemukan sangat berpengaruh terhadap perilaku
agresif dan tindak kekerasan.
b. Faktor Psikologis
a) Teori Psikoanalisa
Agresif dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh
kembang seseorang (life span hystori). Teori ini menjelaskan bahwa
adanya ketidakpusan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak
tidak mendapatkan kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu
yang cukup cendurung mengembangkan sikap agresif dan
bermusuhan setelah dewasa sebagai kompesasi adanya
ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan
dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuat konsep diri yang rendah. Perilaku agresif dan tindak
kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaanya dan rendahnya harga diri pelaku tindak
kekerasan.
b) Imitation, Modeling, And Information Processing Theory:
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam
lingkungan yang menolelir kekerasan.Adanya contoh, model dan
perilaku yang ditiru dari madia atau lingkungan sekitar
memungkinkan individu meniru perilaku tersebut. Dalam suatu
penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menonton tayangan
pamukulan pada boneka dengan raward positif (makin keras
pukulanya akan diberi coklat), anak lain menonton tayangan cara
mengasihii dan mencium boneka tersebut dengan reward positif pula
(makin baik belainya mendapat hadiah coklat). Setelah anak-anak
keluar dan diberi boneka ternyata masing-masing anak berperilaku
sesuai dengan tontonan yang pernah dialaminya.
c) Learning Theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap
lingkungan terdekatnya.Ia mengamati bagaimana respon ayah saat
menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana respons ibu saat
marah.Ia juga belajar bahwa dengan agresifitas lingkungan sekitar
menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan menganggap bahwa
dirinya eksis dan patut untuk diperhitungkan. (Yosep, 2018)
4. FAKTOR PRESIPITASI
Menurut Yosep (2018) Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku
kekerasan sering kali berkaitan dengan:
1) Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian masal dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuati dalam keluarga serta tidak
membisakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
menempatkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5) Adanya riwayat` perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa reancam, baik
berupa imjury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa factor
pencetus injury perilaku kekerassan adalah sebagai berikut (Wati, 2018) :
1) Klien: kelemahan fisik, keputasasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang
penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2) Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
mersa terancam baik internal dari permasalan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkungan.
3) Lingkungan: panas, padat, dan bising.
5. MANISFESTASI KLINIS
Menurut Yosep (2018) perawat dapat mengidentifikasi dan
mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan:
a. Mukamerah dan tegang
b. Pandangantajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda atau orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan perilaku
kekerasan.
6. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena
adanya ancaman. Menurut Ade Herman (2018) mekanisme koping yang
dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain:
a. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan
kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi
ketegangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal
bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya,
berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya.
c. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke
alam sadar.Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya
yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang
tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu
ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
d. Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada
teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah
karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar
di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan
temannya.
7. SUMBER KOPING
sumber koping dibagai menjadi 4, yaitu sebagai berikut :
1. Personal Ability meliputi : kemampuan untuk mencari informasi terkait
masalah, kemampuan mengidentifikasi masalah, pertimbangan
alternatife, kemampuan mengungkapkan / konfrontasi perasaan marah.,
tidak semangat untuk menyelesaikan masalah, kemampuan
mempertahankan hubungan interpersonal, mempunyai pegetahuan dalam
pemecahan masalah secara asertif, intelegensi kurang dalam menghadapi
stressor., identitas ego tidak adekuat.
2. Sosial Support meliputi : dukungan dari keluarga dan masyarakat,
keterlibatan atau perkumpulan di masyarakat dan pertentangan nilai
budaya
3. Material Assets meliputi : penghasilan yang layak, tidak ada benda atau
barang yang biasa dijadikan asset, tidak mempunyai tabungan untuk
mengantisipasi hidup, tidak mampu menjangkau pelayanan kesehatan.
2. POHON MASALAH
Risiko Mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Efek