Anda di halaman 1dari 19

KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang individu
mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri
sendiri atau orang lain (Menurut Towsend dalam buku Yosep 2018).
Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada
dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah
yang tidak terkontrol (Wati, 2018).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis.Berdasarkan definisi
ini, perilaku kekerasan dapat di lakukan secara verbal di arahkan pada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan.Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam
dua bentuk yaitu perilaku kekerasan saat sedang berlangsung atau perilaku
kekerasan terdahulu ((riwayat perilaku kekerasan) (Keliat, 2019)).
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang di hadapi
oleh seseorang yang di tunjukan dengan perilaku actual melakukan
kekerasan, baik pada diri sendiri orang lain maupun lingkungan secara verbal
maupun nonverbal, bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun
psikologis (Menurut Berkowizt dalam buku Yosep 2018).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana klien mengalami
perilaku yang dapat membahayakan di klien sendiri, lingkungan termasuk
orang lain dan barang-barang (Menurut Maramis dalam buku Yosep 2018).
2. RENTANG RESPON

Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal


adaptif. Menurut Ade Herma (2018) Rentang respon kemarahan dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Asertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai
perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan.
Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
3. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat
dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui
hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung
untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan
yang sama dari orang lain.
5. Kekerasan adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya
sendiri maupun terhadap orang lain.

3. FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut Ade Herma (2018) perilaku seseorang dapat di pengaruhi oleh
beberapa faktor, Antara lain :
1) Teori Biologi
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian
stimulus elektris ringan pada hipotalamus ternyata menimbulkan prilaku
agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbic (untuk emosi dan
perilaku) lobus frontal (untuk pemikiran rasional), lobius temporal
(untuk interprestasi indra penciuman dan memori) akan menimbulkan
mata terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang
ada disekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologi, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai
berikut:
a) Neurologic faktor, beragam komponen dari sistem saraf seperti
synap, neurotransmitter, dendrit, axon terminalis mempunyai peran
memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan yamg
akan mempengaruhi sifat agresif.
b) Genetic faktor, adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua,
menjadi potensi perilaku agresif. Menurut riset Kazuo Murakami
(2007) dalam gen manusia terdapat dormant (potensi) agresif yang
sedang tidur dan akan bangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal.
Menurut penelitian genetik tipe karkotype XYY, pada umumnya
dimiliki oleh penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-orang
yang tersangkut hukum akibat perilaku agresif.
c) Cyrcardian Rhytm (irama sirkardian tubuh), memegang peranan
pada individu. Menurut penelitian pada jam-jam tertentu manusia
menghalangi peningkatan cortisol terutama pada jam-jam sibuk
seperti menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan
sekitar jam 9 dan jam 13. Pada jam tertentu orang lebih mudah
terstimulasi untul bersikap agresif.
d) Brain Area dirsorder, gangguan pada sistem imbik dan lobus
temporal, sindrom otak organik, tumor otak, trauma otak, penyakit
ensepalitis, epilesi ditemukan sangat berpengaruh terhadap perilaku
agresif dan tindak kekerasan.
b. Faktor Psikologis
a) Teori Psikoanalisa
Agresif dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh
kembang seseorang (life span hystori). Teori ini menjelaskan bahwa
adanya ketidakpusan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak
tidak mendapatkan kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu
yang cukup cendurung mengembangkan sikap agresif dan
bermusuhan setelah dewasa sebagai kompesasi adanya
ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan
dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuat konsep diri yang rendah. Perilaku agresif dan tindak
kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaanya dan rendahnya harga diri pelaku tindak
kekerasan.
b) Imitation, Modeling, And Information Processing Theory:
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam
lingkungan yang menolelir kekerasan.Adanya contoh, model dan
perilaku yang ditiru dari madia atau lingkungan sekitar
memungkinkan individu meniru perilaku tersebut. Dalam suatu
penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menonton tayangan
pamukulan pada boneka dengan raward positif (makin keras
pukulanya akan diberi coklat), anak lain menonton tayangan cara
mengasihii dan mencium boneka tersebut dengan reward positif pula
(makin baik belainya mendapat hadiah coklat). Setelah anak-anak
keluar dan diberi boneka ternyata masing-masing anak berperilaku
sesuai dengan tontonan yang pernah dialaminya.
c) Learning Theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap
lingkungan terdekatnya.Ia mengamati bagaimana respon ayah saat
menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana respons ibu saat
marah.Ia juga belajar bahwa dengan agresifitas lingkungan sekitar
menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan menganggap bahwa
dirinya eksis dan patut untuk diperhitungkan. (Yosep, 2018)

4. FAKTOR PRESIPITASI
Menurut Yosep (2018) Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku
kekerasan sering kali berkaitan dengan:
1) Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian masal dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuati dalam keluarga serta tidak
membisakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
menempatkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5) Adanya riwayat` perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa reancam, baik
berupa imjury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa factor
pencetus injury perilaku kekerassan adalah sebagai berikut (Wati, 2018) :
1) Klien: kelemahan fisik, keputasasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang
penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2) Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
mersa terancam baik internal dari permasalan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkungan.
3) Lingkungan: panas, padat, dan bising.
5. MANISFESTASI KLINIS
Menurut Yosep (2018) perawat dapat mengidentifikasi dan
mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan:
a. Mukamerah dan tegang
b. Pandangantajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda atau orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan perilaku
kekerasan.

6. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena
adanya ancaman. Menurut Ade Herman (2018) mekanisme koping yang
dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain:
a. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan
kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi
ketegangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal
bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya,
berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya.
c. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke
alam sadar.Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya
yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang
tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu
ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
d. Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada
teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah
karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar
di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan
temannya.

7. SUMBER KOPING
sumber koping dibagai menjadi 4, yaitu sebagai berikut :
1. Personal Ability meliputi : kemampuan untuk mencari informasi terkait
masalah, kemampuan mengidentifikasi masalah, pertimbangan
alternatife, kemampuan mengungkapkan / konfrontasi perasaan marah.,
tidak semangat untuk menyelesaikan masalah, kemampuan
mempertahankan hubungan interpersonal, mempunyai pegetahuan dalam
pemecahan masalah secara asertif, intelegensi kurang dalam menghadapi
stressor., identitas ego tidak adekuat.
2. Sosial Support meliputi : dukungan dari keluarga dan masyarakat,
keterlibatan atau perkumpulan di masyarakat dan pertentangan nilai
budaya
3. Material Assets meliputi : penghasilan yang layak, tidak ada benda atau
barang yang biasa dijadikan asset, tidak mempunyai tabungan untuk
mengantisipasi hidup, tidak mampu menjangkau pelayanan kesehatan.

4. Positive Belief meliputi : distress spiritua, adanya motivasi, penilaian


terhadap pelayanan kesehatan
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian Data Fokus
Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Fokus pengkajian pada pasien dengan perilaku kekerasan
meliputi :
a. Faktor Predisposisi
Faktor Predisposisi meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan
spiritual.
1) Aspek biologis
Respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf otonom
bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah
meningkat, taki kardi, muka merah, pupil menebal, pengeluaran
urine meningkat. Pada gejala yang sama dengan kecemasan seperti
meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang
mengatup, tangan di kepal, tubuh kaku dan reflek cepat. Hal ini
disebabkan oleh energi yang di keluarkan saat marah bertambah.
2) Aspek emosional
Individu yang marah karena tidak nyaman, merasa tidak berdaya,
jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, ngamuk,
bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
3) Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui
proses intelektual, peran pasca indra sangat penting untuk
beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya di olah dalam
proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu
mengkaji cara pasien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan
bagai mana informasi di proses, di klarifikasi dan di integrasikan.
4) Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep, rasa percaya, dan
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang
lain. Klien sering kali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik
tingkah laku orang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan
mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras.
Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan
diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
5) Aspek spiritual
Kepercayaan nilai moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki
dapat menimbulkan kemarahan yang di manifestasikan dengan
amoral dan rasa tidak berdosa.
b. Faktor presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa reancam, baik
berupa imjury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa
factor pencetus injury perilkau kekerassan adalah sebagai berikut(Wati,
2018):
1) Klien: kelemahan fisik, keputasasaan, ketidakberdayaan, kehidupan
yang penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak
menyenangkan.
2) Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti,
konflik, mersa terancam baik internal dari permasalan diri klien
sendiri maupun eksternal dari lingkungan.
3) Lingkungan: panas, padat, dan bising.
c. Mekanisme Koping
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena
adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien
marah untuk melindungi diri antara lain:
1) Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia
2) Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya yang
tidak baik.
3) Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk ke alam sadar.
4) Reaksi Formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan.
5) Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang
pada mulanya yang membangkitkan emosi itu.

2. POHON MASALAH
Risiko Mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Efek

Risiko Perilaku Kekerasan Core problem

Gangguan persepsi sensori halusinasi Causa

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Risiko Mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
4. RENCANA KEPERAWATAN
Diagno Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
se
Resiko TUM: 1. Klien mau membalas 1. Beri salam panggil nama 1. Untuk dapat membina
menciderai Klien dapat salam 2. Sebutkan nama perawat hubungan saling
diri sendiri, melanjutkan peran 2. Klien mau menjabat sambil jabat tangan percaya.
orang lain sesuai dengan tangan 3. Jelaskan maksud 2. Agar klien mengenal
dan tanggung jawab. 3. Klien mau menyebut hubungan interaksi perawat.
lingkungan TUK 1:Klien nama 4. Jelaskan kontrak yang 3. Agar klien mengetahui
dapat membina 4. Klien mau tersenyum akan dibahas maksud dari tindakan
hubungan saling 5. Klien mau kontak mata 5. Beri rasa aman dan yang diberikan.
percaya. 6. Klien mau mengetahui simpati 4. Agar klien memahami
nama perawat 6. Lakukan kontak mata pembahasan yang
singkat tapi sering dibicarakan.
5. Pasien merasa aman
dengan perawat.
6. Pasien mersa
diperhtikan.
TUK 2: 1. Klien mengungkapkan 1. Beri kesempatan untuk 1. Untuk mengetahui
Klien dapat perasaanya mengungkapkan perasan yang sedang
mengidentifikas 2. Klien dapat perasaan dialami pasien.
i kemampuan mengungkapkan 2. Bantu klien untuk 2. Untuk dapat
penyebab penyebab perasaan mengungkapkan mengidentifikasi
kekerasan marah dari lingkungan penyebab perasaan perasaan jengkel/kesal
atau orang lain jengkel/kesal yang dialami pasien.

TUK 3 : 1. Klien mampu 1. Anjurkan klien 1. Untuk dapat


Klien dapat mengungkapkan mengungkapkan mengetahui tanda-
mengidentifikas perasaan saat apa yang dialami tanda perilaku
i tanda-tanda marah/jengkel dan dirasakan kekerasan.
perilaku 2. Klien dapat saat marah
kekerasan menyimpulkan tanda- 2. Observasi tanda-tanda 2. Untuk mengetahui
tanda marah yang perilaku kekerasan keadaan klien.
dialami. pada klien
TUK 4: 1. Klien dapat 1.Simpulkan bersama klien1. Untuk
Klien dapat mengungkapkan tanda dan gejala kesal mengidentifikasi
mengidentifikas perilaku kekerasan yang yang di alami perilaku kekerasan
i perilaku biasa dilakukan yang biasa dilakukan.
kekerasan yang 2. Klien dapat bermain 2. Anjurkan klien untuk 2. Mengetahui perilaku
biasa dilakukan peran dengan perilaku mengungkapkan kekerasaan yang
kekerasan yang biasa perilaku kekerasan dilakukan klien
dilakukan yang biasa dilakukan
3. Klien dapat mengetahui klien .
cara yang biasa
dilakukan untuk 3. Bantu klien bermain 3. Mengetahui akibat dari
menyelesaikan masalah peran sesuai dengan perilaku kekerasan
perilaku kekerasan yang dilakukan.
yang biasa dilakukan.

TUK 5 : 1. Klien dapat 1. Bicarakan akibat dan 1. Agar pasien dapat


Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang dilakukan mengeksplorasi diri
mengidentifikas cara yang digunakan pasien terkait dengan
i akibat perilaku  Akibat pada klien perilaku kekerasan
kekerasan sendiri yang biasa dilakukan
 Akibat pada orang 2. Bersama klien 2. Agar pasien dapat
lain menyimpulkan akibat mengurangi perilaku
 Akibat pada cara yang digunakan kekerasan apabila
lingkungan oleh klien timbul dan dirasakan
3. Tanya pada klien 3. Agar dapat
apakah ia ingin nebgurangi resiko
mempelajari cara yang mencederai diri
baru dan sehat sendiri dan orang lain

TUK 6: 1.Klien dapat 1. Bantu klien memilih 1. Agar klien dapat


Klien dapat menyebutkan cara yang paling tepat melakukan tindakan
mendemonstrasi contoh pencegahan untuk klien yang lebih baik dan
kan cara perilaku kekerasan 2. Bantu klien sehat.
mengontrol secara : mengidentifikasi 2. Agar klien mengetahui
perilaku - Fisik: Tarik manfaat cara yang manfaat dari tindakan
kekerasan nafas dalam , telah dipilih yang di ajarkan.
olah raga, 3. Bantu klien untuk 3. Melatih cara tersebut
memukul bantal menstimulasikan cara agar klien dapat
-Verbal: tersebut atau dengan melakukan dengan
Mengatakan role play baik.
secara langsung 4. Beri reinforcement 4. Pujian yang baik dapat
dengan tidak positif atas menjadi motivasi bagi
menyakiti. keberhasilan klien klien.
2.Klien dapat menstimulasikan cara
mendemonstrasikan tersebut
cara fisik (memukul 5. Anjurkan klien untuk 5. Untuk mencegah
bantal) untuk menggunakan cara dampak buruk dari
mencegah perilaku yang dipelajari saat cara sebelumnya.
kekerasan. jengkel atau marah.

1. Klien dapat menyebut


TUK 7 : kan obat – obat yang di 1. Jelaskan jenis-jenis 1. Mencegah terjadinya
Klien dapat minum dan kegunaanya obat yang di minum keselahan dalam
menggunakan ( jenis,waktu,dosis,dan pada klien dan minum obat.
obat dengan efek ) keluarga.
benar 2. Klien dapat minum obat 2. Diskusikan manfaat 2. Mencegah dampak
(sesuai dengan sesuai program minum obat dan buruk jika klien tidak
program ) pengobatan kerugian berhenti minum obat.
Klien mampu : minum obat tanpa
 Mengidentifikasi seijin dokter
penyebab dan tanda 3. Jelaskan prinsip benar 3. Agar klien dapat
perilaku kekerasan minum obat(baca nama minum obat dengan
 Menyebutkan yg tertera pd botol dosis, waktu, dan cara
jenis perilaku obat,dosis obat ,waktu yang benar.
kekerasan yang dan cara minum)
pernah dilakukan 4. Anjurkan klien minum 4. Mencegah
 Menyebutkan obat tepat waktu terlembatnya minum
akibat dari obat.
perilakukekerasan 5. Anjurkan klien 5. Agar klien segera
yang dilakukan melaporkan pada melaporkan bila ada
 Menyebutkan cara perawat atau dokter sesuatu yang terjadi
mengontrol jika merasakan efek saat minum obat.
perilaku kekerasan yang tidak menyenang
 Mengontrol kan
perilaku kekerasan 6. Beri pujian jika klien 6. Pujian dapat
dengan cara: Fisik, minum obat dengan memotivasi klien
Sosial/ Verbal, benar. menjadi lebih baik.
Spiritual, Terapi
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Ana Budi. Dkk. 2019.Model Praktik Keperawatan professional Jiwa.


Jakarta; EGC

Keliat, B. A. 2019. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. jakarta: EGC.


S. N. Ade Herma Direja. (2018). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Surya Direja,Ade Herman.2018.Buku Ajar Asuhan Keperawatan


Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika

Wati, F. K. (2018). Buku ajar keperawatan jiwa. jakarta: Salemba Medika.

Yosep, Iyus. 2018. Keperawatan Jiwa. Bandung; Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai