Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

A. MASALAH UTAMA
Perilaku Kekerasan

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan
konstrukstif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan
membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit
diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.
Sedangkan menurut Carpenito 2006, perilaku kekerasan adalah
keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan bahaya
langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain.
Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang
dirasakan sebagai pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta
mengungkapkan secara verbal sehingga mendemonstrasikan
pemecahan masalah dengan cara yang tidak adekuat (Rawlins and
Heacoco, 2007).

2. Fase-Fase
Depkes (2000) mengemukakan bahwa stress, cemas dan marah
merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh
setiap
individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan
perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat
menimbulkan kemarahan yang mengarah pada perilaku kekerasan.
Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun
internal. Secara eksternal dapat berupa perilaku kekerasan sedangkan
secara internal dapat berupa perilaku depresi dan penyakit fisik.
Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif dengan
menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa
menyakiti orang lain, akan memberikan perasaan lega, menurunkan
ketegangan, sehingga perasaan marah dapat diatasi (Depkes, 2006).
Apabila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku kekerasan,
biasanya dilakukan individu karena ia merasa kuat. Cara demikian
tentunya tidak akan menyelesaikan masalah bahkan dapat
menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dan dapat
menimbulkan tingkah laku destruktif, seperti tindakan kekerasan yang
ditujukan kepada orang lain maupun lingkungan. Perilaku yang tidak
asertif seperti perasaan marah dilakukan individu karena merasa tidak
kuat. Individu akan pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari rasa
marahnya sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian
akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan pada suatu saat
dapat menimbulkan destruktif yang dapat ditujukan pada diri sendiri
(Depkes, 2006).

3. Tanda dan Gejala


Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala
perilaku kekerasan :
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot atau pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
6) Mengatupkan rahang dengan kuat
7) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
6) Ketus
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam
dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat
orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan
kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
4. Rentang Respon

Rentang respon terbagi dua yaitu respon adaptif dan respon maladatif.
a. Respon adaptif meliputi :
1) Asertif (pernyataan)
Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau
mengungkapkan rasa marah, rasa tidak setuju, tanpa
menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini biasanya akan
memberikan kelegaan.
2) Frustasi
Respon yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai
tujuan, kepuasan, atau rasa aman yang tidak biasanya dalam
keadaan tersebut individu tidak menemukan alternatif lain.
b. Respon maladatif meliputi :
1) Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaan yang sedang di alami untuk
menghindari suatu tuntutan nyata.
2) Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan
individu untuk menuntut suatu yang dianggapnya benar dalam
bentuk destruktif tapi masih terkontrol.
3) Amuk
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang
kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.
5. Faktor Penyebab
a. Faktor Predisposisi
1) Teori Biologis
a) Faktor neurologis, beragam komponen dari sistem syaraf
seperti sinaps, neurotransmitter, dendrit, axon terminalis
mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat
rangsangan dan pesan-pesan yang akan memengaruhi sifat
agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi
timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif.
b) Faktor genetik, adanya faktor gen yang diturunkan melalu
orang tua, menjadi potensi perilaku agresif. Menurut riset
Kazuo Murakami (2007) dalam gen manusia terdapat
potensi agresif yang sedang tidur dan akan bangun jika
terstimulasi oleh faktor eksternal. Menurut penelitian
genetik tipe karyo-type XYY, pada umumnya dimiliki oleh
penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-orang yang
tersangkut hukum akibat perilaku agresif.
c) Irama sirkadian tubuh, memegang peranan pada individu.
Menurut penelitian pada jam-jam tertentu manusia
mengalami peningkatan cortisol terutama pada jam-jam
sibuk seperti menjelang masuk kerja dan menjelang
berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan jam 13. Pada jam
tertentu orang lebih mudah terstimulasi untuk bersikap
agresif.
d) Faktor biokimia tubuh, seperti neurotransmitter di otak
(epinephrin, norepinephrin, dopamin, asetilkolin, dan
serotonin) sangat berperan dalam penyampaian informasi
melalui sistem persyarafan dalam tubuh, adanya stimulasi
dari luar tubuh yang dianggap mengancam atau
membahayakan akan dihantar melalui impuls
neurotransmitter ke otak dan meresponnya melalui serabut
efferent. Peningkatan hormon androgen dan norepinephrin
serta penurunan serotonin dan GABA pada cairan
serebrospinal vertebra dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya perilaku agresif.
e) Brain Area disorder, gangguan pada sistem limbik dan
lobus temporal, sindrom otak organik, tumor otak, trauma
otak, penyakit ensefalitis, epilepsi ditemukan sangat
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
2) Teori Psikologis
a) Teori Psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat
tumbuh kembang seseorang (life span hystori). Teori ini
menjelaskan bahwa adanya ketidakpuasan fase oral antara
usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapat kasih sayang
dan pemenuhan air susu yang cukup cenderung
mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah
dewasa sebagai kompensasi adanya ketidakpercayaan pada
lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa
aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuat konsep diri yang rendah. Perilaku agresif dan
tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka
terhadap rasa ketidakbedayaannya dan rendahnya harga diri
pelaku tindak kekerasan.
b) Imitation, Modeling and Information Processing Theory
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang
dalam lingkungan yang menolelir kekerasan. Adanya
contoh, model dan perilaku yang ditiru dari media atau
lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru
perilaku tersebut. Dalam suatu penelitian beberapa anak
dikumpulkan untuk menonton tayangan pemukulan pada
boneka dengan reward positif (makin keras pukulannya
akan diberi coklat). Setelah anak-anak keluar dan diberi
boneka ternyata masing-masing anak berperilaku sesuai
dengan tontonan yang pernah dialaminya.
c) Learning Theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu
terhadap lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana
respon ayah saat menerima kekecewaan dan mengamati
bagaimana respons ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa
dengan agresivitas lingkungan sekitar menjadi peduli,
bertanya, menanggapi, dan menganggap bahwa dirinya
eksis dan patut untuk diperhitungkan.
3) Teori Sosiokultural
Dalam budaya tertentu seperti rebutan berkah, rebutan uang
receh, sesaji atau kotoran kerbau di keraton, serta ritual-ritual
yang cenderung mengarah pada kemusyrikan secara tidak
langsung turut memupuk sikap agresif dan ingin menang
sendiri. Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan
menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian
masalah dalam masyarakat merupakan faktor predisposisi
terjadinya perilaku kekerasan. Hal ini dipicu juga dengan
maraknya demonstrasi, film-film kekerasan, mistik, tahayul
dan perdukunan (santet, teluh) dalam tayangan televisi.
4) Aspek Religiusitas
Dalam tinjauan religiusitas, kemarahan dan agresivitas
merupakan dorongan dan bisikan setan yang sangat menyukai
kerusakan agar manusia menyesal (devil support). Semua
bentuk kekerasan adalah bisikan setan melalui pembuluh darah
ke jantung, otak dan organ vital manusia lain yang dituruti
manusia sebagai bentuk kompensasi bahwa kebutuhan dirinya
terancam dan harus segera dipenuhi tetapi tanpa melibatkan
akal (ego) dan norma agama (super ego).

b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan
seringkali berkaitan dengan :
1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola,
geng sekolah, perkelahian massal dan sebagainya.
2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosial ekonomi.
3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga
serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah
cenderung melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan menempatkan dirinya sebagai seorang yang
dewasa.
5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan
obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya
pada saat menghadapi rasa frustasi.
6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan
pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan
tahap perkembangan keluarga.

6. Pemeriksan Penunjang
Pemeriksaan tanda vital, tekanan darah, respirasi, suhu, nadi.

7. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Somatik
Menurut (Depkes RI, 2006, hal 230) menerangkan bahwa
terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif
menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang
ditujukan pada kondisi fisik klien, tetapi target terapi adalah
perilaku klien.
Menurut Depkes (2006), jenis obat psikofarmaka adalah:
a) Chlorpromazine (CPZ, Largactile): indikasi untuk mensupresi
gejala-gejala psikosa seperti agitasi, ansietas, ketegangan,
kebingungan, insomnia, halusinasi, waham dan gejala-gejala
lain yang biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, manic
depresif gangguan personalitas psikosa involution, psikosa
masa kecil. Kontra indikasi sebaiknya tidak diberikan kepada
klien dengan keadaan koma, keracunan alkohol, barbiturate
atau narkotika. Efek samping yang sering terjadi misalnya lesu
dan mengantuk, mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi,
amenorrhea pada wanita.
b) Haloperidol: indikasinya yaitu manifestasi dari penggunaan
psikotik. Kontra indikasinya depresi system saraf pusat atau
keadaan koma, penyakit Parkinson, hipersensitif terhadap
haloperidol. Efek samping yang sering terjadi adalah
mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih, gelisah. Efek samping
yang jarang adalah konstipasi, hipertensi, alergi, reaksi
hematologi.
c) Trihexipenidil: indikasinya untuk penatalaksanaan manifestasi
psikosa khususnya gejala skizofrenia. Kontra indikasinya pada
depresi susunan saraf pusat yang hebat, hipersensitif terhadap
flobhenazine atau ada riwayat sensitive terhadap phenotiazine.
Intoksikasi biasanya terjadi gejala-gejala sesuain dengan efek
samping yang hebat. Pengobatan over dosis hentikan obat
berikan terapi simptomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan
levarternal hindari menggunakan ephineprine.
2. Terapi Kejang Listrik
Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT)
adalah bentuk terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang
grand mall dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang
ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini pada awalnya untuk
menangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya
dilaksanakan adalah tiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali).

8. Pohon Masalah
Resiko menciderai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan aktivitas
motorik

Kerusakan interaksi
sosial

Defisit perawatan
diri

Regiment terapi tidak Berduka disfungsional


efektif

Koping individu tidak


efektif
C. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Masalah Keperawatan
a. Perilaku Kekerasan
b. Regiment terapi tidak efektif
c. Koping individu tidak efektif
d. Berduka disfungsional
e. Defisit perawatan diri
f. Gangguan aktivitas motorik
g. Kerusakan interaksi social

2. Data Yang Perlu Dikaji


No Data Masalah Keperawatan
1. Ds : Perilaku kekerasan
Pasien mengatakan benci atau kesal
pada ayahnya. Pasien suka
membentak dan menyerang orang
yang mengusiknya jika sedang dalam
keadaan marah. Ada riwayat perilaku
kekerasan.
Do :
1. Mata merah, wajah merah
2. Nada suara tinggi dan keras,
bicara menguasai, berteriak,
menjerit, memukul diri
sendiri/orang lain
3. Ekspresi wajah marah saat
membicarakan orang, pandangan
tajam
4. Mengamuk dan melemparkan
barang disekitarnya
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Perencanaan
Diagnosa
No. Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Perilaku kekerasan Klien mampu : Setelah…….pertemuan SP 1 (tgl ………. ) 1. Dengan mengenal
1. Mengidentifikasi klien mampu : 1. Bina hubungan saling percaya perilaku kekerasan,
penyebab tanda 1. Menyebutkan 2. Diskusikan bersama pasien pasien dapat
perilaku kekerasan penyebab, tanda, penyebab perilaku kekerasan mengetahui tentang
2. Menyebutkan jenis gejala dan akibat saat ini penyakitnya dan
perilaku kekerasan perilaku kekerasan 3. Diskusikan perasaan pasien mengetahui cara
yang perilaku 2. Memperagakan cara jika terjadi penyebab perilaku mengatasinya.
kekerasan fisik untuk kekerasan 2. Agar pasien dapat
3. Menyebutkan akibat mengontrol perilaku 4. Diskusikan bersama pasien mengendalikan rasa
dari perilaku kekerasan. perilaku kekerasan yang biasa marahnya
kekerasan yang dilakukan pada saat marah 3. Agar pasien mengingat
dilakukan secara verbal, terhadap oarang jadwal kegiatannya.
4. Menyebutkan cara lain, terhadap diri sendiri
mengontrol perilaku 5. Diskusikan bersama pasien
kekerasan akibat perilaku kekerasan
5. Mengontrol perilaku 6. Diskusikan bersama pasien
kekerasan secara; cara mengontrol perilaku
fisik, sosial/verbal, kekerasan secara fisik, obat,
spiritual, terapi sosial/verbal, spritual.
psikofarmaka. 7. Latih pasien mengontrol
perilaku kekerasan secara fisik
1; tarik nafas dalam, dan
pukul bantal.
8. Latih pasien mengontrol
perilaku kekerasan secara
sosial/verbal : menolak
dengan baik, meminta dengan
baik, mengungkapkan
perasaan dengan baik
9. Latih mengontrol perilaku
kekerasan secara spritual
10. Latih mengontrol perilaku
kekerasan dengan patuh
minum obat
11. Ikut sertakan pasien dalam
Terapi aktivitas kelompok
Stimulasi Persepsi mengontrol
Perilaku Kekerasan.
Setelah……pertemuan SP 2 (tgl……….) 1. Mengingatkan
klien mampu : 1. Evaluasi kegiatan yang lalu kegiatan yang sudah
1. Menyebutkan (SP.1) dilakukan
kegiatan yang sudah 2. Latih cara fisik 2; pukul 2. Mengekspresikan rasa
dilakukan kasur/bantal marahnya pada objek
2. Memperagakan cara 3. Masukan/susun jadwal yang tidak berbahaya
fisik untuk hariancara kedua 3. Agar klien mengingat
mengontrol perilaku jadwal kegiatannya
kekerasan
Setelah………pertemuan SP 3 (tgl………..) 1. Mengingatkan tindakan
klien mampu : 1. Evaluasi kegiatan yang lalu yang sudah dilakukan
1. Menyebutkan (SP.1 dan SP.2) 2. Melatih klien berbicara
kegiatan yang sudah 2. Latih secara sosial/verbal dengan baik
dilakukan a. Menolak dengan baik 3. Agar klien mengingat
2. Memperagakan cara b. Meminta dengan baik jadwal kegiatannya
soail/verbal untuk c. Mengungkapkan
mengontrol perilaku dengan baik
kekerasan 3. Susun jadwal latihan
mengungkapkan marah secara
verbal dan masukan dalam
jadwal harian pasien.
Setelah………pertemuan SP 4 (tgl…………) 1. Mengingatkan tindakan
klien mampu : 1. Diskusikan hasil latihan yang sudah dilakukan
1. Menyebutkan mengontrol perilaku kekerasan 2. Melatih menenangkan
kegiatan yang sudah secara fisik dan sosial/verbal rasa marah klien
dilakukan 2. Evaluasi kegiatan yang lalu dengan keyakinan
2. Memperagakan cara (SP.1, SP.2 dan SP.3) spiritualnya
spiritual 3. Latih secara spiritual 3. Agar klien mengingat
 Berdoa jadwal kegiatannya
 Shalat
4. Buat jadwal latihan
sholat/berdoa
Setelah………pertemuan SP 5 (tgl…………) 1. Mengingatkan
klien mampu : 1. Evaluasi jadwal kegiatan tindakan yang sudah
1. Menyebutkan harian pasien untuk cara dilakukan
kegiatan yang sudah mencegah marah yang sudah 2. Dengandijelaskan
dilakukan dilatih (SP.1, SP.2, SP.3 dan pentingnya program
2. Memperagakan cara SP.4) pengobatan, dapat
patuh obat 2. Latih patuh obat memotivasi pasien
 Minum obat secara untuk patuh berobat
teratur dengan prinsip 3. Agar klien mengingat
5B jadwal kegiatannya
 Susun jadwal minum
obat secara teratur
3. Masukan dalam jadwal harian
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kusumawati dan Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika
Diakses Rabu 2 Desember 2015 Pukul 20.45
http://amsikan-jr.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-pada-pasien-
dengan-perilaku-kekerasan.html#.VFMvEqxXcno
http://blogpathways.blogspot.com/2013/03/lp-perilaku-kekerasan.html
http://elmoresagala.wordpress.com/2013/12/04/laporan-pendahuluan-
perilaku-kekerasan/
http://gamaisakpermadiun.blogspot.com/2011/04/lp-sp-keperawatan-jiwa-
pk.html
http://huseinmakhrudy.blogspot.com/2013/06/lp-perilaku-kekerasan.html
http://nandarnurse.blogspot.com/2013/10/laporan-pendahuluan-keperawatan-
jiwa.html#axzz3HhbKpXmQ
http://pakmantrionline.blogspot.com/2012/05/laporan-pendahuluan-perilaku-
kekerasan-lp.html
http://rismalia.blogspot.com/2014/01/lp-perilaku-kekerasan.html

Anda mungkin juga menyukai