Adaptif Maladaptif
Keterangan:
a) Asertif
Klien mampu mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain
dan memberikan kelegaan.
b) Frustasi
Klien gagal mencapai tujuan kepuasan/saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatifnya.
c) Pasif
Klien merasakan tidak dapat mengungkapkan prasaannya, tidak
berdaya dan menyerah.
d) Agresif
Gekspresikan secara fisik, tapi masih terkontrol, mendorong orang lain
dengan ancaman.
e) Kekerasan
Prasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan hilang kontrol, disertsi
amuk, merusak lingkungan.
3. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Menurut Yosep (2010), faktor predisposisi klien dengan prilaku
kekerasan adalah:
1) Teori biologis
a) Neurologic factor
Beragam komponen dari sistem syaraf seperti sinap,
neurotransmitter, dendrit, akson terminalis mempunyai peran
memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan
yang akan mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbik sangat.
b) Imitation, modeling, and information processing theory
Menurut teori ini prilaku kekerasan bisa berkembang dalam
lingkungan yang mentolelir kekerasan. Adanya contoh, model
dan prilaku tersebut. Dalam suatu penelitian beberapa anak
dikumpulkan untuk menonton tayangan pemukulan pada boneka
dengan reward positif pula (makin keras pukulannya akan diberi
coklat). Setelah anak-anak keluar dan diberi boneka ternyata
masing-masing anak berprilaku sesuai dengan tontonan yang
pernah di alaminya.
c) Learning theory
Prilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap
lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ayah
saat menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana respon
ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa agresivitas lingkungan
sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan menganggap
bahwa dirinya aksis dan patut untuk diperhitungkan.
2) Faktor psikologis
Menurut (Keliat, 2010) tentang faktor psikologis:
a) Psychoanalytical Theory, Teori ini mendukung bahwa perilaku
agresif merupakan akibat dari institutional drivers. Freud
berpendapat bahwa perilaku manusia mempengaruhi oleh dua
insting. Pertama, insting hidup yang diekspresikan dengan
seksualitas dan kedua, insting kematian yang diekspresikan
dengan agresivitas.
b) Protation-orgasstion Theory, Teori yang dikembangkan oleh
pengikut fruit ini berawal dari asumsi bahwa bila usaha
seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang mengalami
hambatan maka akan timbul dorongan agresif yang pada
gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk
melukai orang atau objek yang menyebabkan frustasi titik Jadi
hampir semua orang melakukan tindakan agresif mempunyai
riwayat perilaku agresif.
Pandangan psikologis lain mengenai perilaku agresif
mendukungnya penting peran dari perkembangan peran
preposisi atau pengalaman hidup. Ini menggunakan pendekatan
bahwa manusia mampu memiliki mekanisme koping yang sifat-
nya tidak rusak.
c) Faktor sosial budaya
Social learning Theory, Teori ini mengemukakan bahwa agresi
tidak berbeda dengan respon respon yang lain. Agresi dapat
dipelajari memulai observasi atau imitasi dan semakin sering
mendapatkan penguatan dan semakin besar kemungkinan akan
terjadi jadi seseorang yang akan berespon terhadap
keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan
Respon yang dipelajarinya. Pembelajaran ini bisa internal
maupun eksternal.
4. Tanda Dan Gejala
Menurut Yosep (2010) perawat dapat mengidentifikasi dan
mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan:
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang;
2) Mata melotot/pandangan tajam;
3) Tangan mengepal;
4) Rahang mengatup;
5) Wajah memerah dan tegang;
6) Postur tubuh kaku;
7) Pandangan tajam;
8) Mengatupkan rahang dengan kuat;
9) Mengepalkan tangan;
10) Jalan mondar-mandir.
b. Verbal
1) Bicara kasar;
2) Suara tinggi, membentak atau teriak;
3) Mengancam secara verbal atau fisik;
4) Mengupat dengan kata-kata kotor suara keras;
5) Ketus.
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain;
2) Menyerang orang lain;
3) Melukai diri sendiri/orang lain;
4) Merusak lingkungam;
5) Amuk/agresif.
d. Emosi
1) Tidak adekuat;
2) Terapi musik
Dengan terapi musik klien terhibur dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran klien, karena dengan perasaan terhibur
maka klien dapat mengontrol emosinya.
3) Terapi relaksasi nafas dalam
Dengan terapi relaksasi nafas dalam pada klien dapat
menimbulkan rasa nyaman dan rileks.
4) Terapi pukul bantal
Dengan terapi pukul bantal klien mampu menyalurkan energi dari
emosi yang dirasakan dengan cara yang tepat.
5) Terapi psiko religius
Dengan terapi ini klien dapat lebih dekat dengan Yang Maha Esa.
Dengan menerapkan sholat, berdoa, dan dzikir untuk
menenangkan emosi dari kejiwaan klien.
8. Penerapan kebutuhan religius untuk mengontrol resiko perilaku
kekerasan
Pemenuhan kebutuhan spiritual yang diberikan kepada klien
skizofrenia dengan cara memberikan kesempatan dan memfasilitasi klien
dalam melaksanakan sholat, berdoa, berdzikir dan membaca Al-Qur’an
berpengaruh terhadap kualitas hidup sebanyak 75% (Ariyani,S &
Mamnu’ah, 2014). Hal tersebut sesuai dengan ajaran dalam agama Islam,
dimana ketika seseorang menderita penyakit fisik maupun psikis,
diwajibkan atasnya untuk berusaha atau berihtiar untuk berobat pada
ahlinya dan disertai dengan berdoa serta berdzikir (H.R Muslim &
Ahmad,at tarmidzi).
Penerapan pemenuhan spiritual ini bertujuan untuk agar klien
selalu mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta dapat
mengontrol emosi, stress, dan gelisah. Pemenuhan spiritual ini juga dapat
mengisi waktu luang klien, agar aktivitas klien bisa lebih bermanfaat serta
tidak merugikan orang lain.
Kebutuhan spiritual ini dilakukan persiapan dengan kontrak waktu,
jelaskan prosedur, tujuan tindakan, dan persiapan lingkungan. Hal
pertama yang diberitahukan yaitu tentang sholat dan berdoa, jelaskan apa
itu sholat dan berdoa, tujuan sholat dan berdoa, tata cara sholat dan
berdoa, serta waktu-waktu dalam melaksanakan sholat. Di dalam Agama
Islam sholat wajib yang di lakukan oleh hamba Allah ada 5, yaitu sholat
subuh 2 rakaat, dzuhur 4 rakaat, ashar 4 rakaat, magrib 3 rakaat, dan isya
4 rakaat. Selanjutnya itu adalah berdoa, dengan cara mengangkat dedua
telapak tangan dan meminta serta memohon kepada Allah SWT.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis,
sosoal, dan spiritual (Keliat, 2008). Adapun isi dari pengkajian tersebut
adalah:
a. Identitas klien
Identitas klien ini merupakan awal pengkajian yang dilakukan petugas
terhadap klien. Pada identitas ini, petugas harus mencatat diantaranya:
Nama klien, umur, jenis klamin, agama, alamat lengkap, tanggal
masuk, no. Rekam medik, informasi, keluarga yang bisa dihubungi.
b. Alasan masuk
Pasien datang karena mengamuk serta melempar barang-barang
kepada keluarga.
c. Faktor predisposisi
1) Klien pernah mengalami gangguan jiwa dan putus obat;
2) Klien pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan
fisik dalam rumah tangga;
3) Pernah mengalami terauma pada masa lalu yang sangat tidak
menyenangkan.
d. Fisik
Menurut keliat (2010), data yang perlu dikaji pada pasien dengan
perilaku kekerasan yaitu pada data subjektif klien mengancam,
mengupat dengan kata-kata kotor, mengatakan dendam dan jengkel.
Klien juga menyalahkan dan menuntut. Pada data objektif klien
menunjukkan tanda-tanda mata melotot, pandangan tajam, tangan
mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, postur tubuh
kaku dan suara keras.
e. Psikososial
1) Genogram
Genogram dibuat tiga garis riwayat keluarga yang
menghubungkan hubungan klien dengan anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, pola komunikasi klien yang buruk
pengambilan keputusan dan pola asuh yang tidak baik.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Klien menyukai semua bagian tubuhnya, tapi ada juga yang
tidak.
b) Identitas diri
Klien tidak puas dengan pekerjaan yang sedang dilakukan
maupun yang sudah dikerjakannya.
c) Peran diri
Klien memiliki masalah dalam menunjukkan peran dan
tugasnya.
d) Ideal diri
Klien memiliki harapan yang tinggi terhadap tubuh, posisi,
status peran, dan kesembuhan dirinya dari penyakit.
e) Harga diri
Klien memiliki harga diri rendah.
3) Hubungan sosial
Klien tidak mempunyai orang terdekat tempat ia bercerita dalam
hidupnya, dan tidak mengikuti kegiatan dalam masyarakat.
4) Spritual
Klien memiliki keyakinan, tapi jarang dalam melakukan ibadah
sesuai dengan keyakinan, karena ia kurang menghiraukan manfaat
spritual dengan ibadah.
5) Status mental
a) Penampilan
Penampilan kadang rapi dan kadang tidak rapi. Pakaian
diganti klien ketika ia dalam keadaan normal.
b) Pembicaran
Klien berbicara dengan nada yang tinggi dan kasar.
c) Aktifitas motorik
Aktifitas klien biasanya tenang, dan agitasi (gerakan motorik
yang gelisa), serta memiliki penglihatan yang tajam jika
ditanyai hal-hal yang dapat menyinggungnya.
d) Alam prasaan
Alam prasaan klien terlihat sedikit sedih terhadap apa yang
sedang dialaminya.
e) Afek
Klien salama berinteraksi emosinya labil. Dimana klien
mudah tersinggung ketika ditanyai hal-hal yang tidak
mendukungnya. Klien memperlihatkan sikap marah dengan
memiliki muka yang tajam dan tegang.
f) Interaksi selama wawancara
1) Bermusuhan, tidak koperatif, dan mudah tersinggung.
2) Defenisif, selalu berusaha mempertahankan pendapat dan
kebenaran dirinya.
g) Persepsi
Klien biasanya tidak mendengar suara-suara, maupun bayang-
bayangan yang aneh.
h) Proses atau arus pikir
Klien berbicara tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan
perawat, dan meloncat atau pindah ke topik lain.
i) Isi pikiran
Klien resiko prilaku kekerasan ini tidak lagi memiliki ambang
pikir yang wajar, dimana ia selalu menanyakan kapan ia akan
pulang dan mengharapkan pertemuan dengan keluarga
dekatnya.
j) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien yang baik, dimana klien menyadari
tempat keberadaannya dan mengenal baik bahwasannya ia
berada dalam pengobatannya atau perawatan untuk
mengontrol emosi labilnya.
k) Memori
Daya ingat jangka panjang klien baik, dimana ia bisa
menceritakan kejadian masa-masa lampau yang pernah di
alaminya, maupun daya ingat jangka pendek, seperti
penyebab ia masuk ke RSKJ.
(1) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien yang pernah menduduki dunia pendidikan, tidah
memiliki masalah dalam hal berhitung (penambahan
maupun pengurangan).
(2) Kemampuan penilaian
Klien pernah memiliki kemampuan penilaian yang baik,
seperti jika dia disuruh memilih mana yang baik antara
makan dulu atau mandi, maka dia menjawab lebih baik
mandi.
9) Pengetahuan
Klien memiliki pengetahuan yang baik, di mana ia dapat
menerima keadaan penyakitnya dan tempat ia menjalani
perawatan serta melaksanakan pengobatan dengan baik.
10) Aspek medik
Diagnosa medic : Skizofrenia
Obat farmakologi : Ansietas dan Hipnotik Sedatif
Anti depresan : Antitriptilin Matlexon dan
propolol Terapi:
a) Terapi kelompok
Terapi kelompok berfokus pada dukungan dan perkembangan
keterampilan sosial dan aktivitas lain dengan berdiskusi dan
bermain untuk mengembalikan kesadaran klien, karena
masalah Sebagai orang merupakan perasaan dan tingkah laku
pada orang lain.
c) Terapi musik
Dengan terapi musik klien terhibur dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran klien karena dengan perasaan
terhibur maka kalian dapat mengontrol emosinya.
d) Terapi psiko religius
Dengan terapi ini klien dapat lebih dekat dengan Yang Maha
Esa. Dengan menerapkan sholat, dan berdoa untuk
menenangkan emosi dari kejiwaan klien.
2. Analisa data
Tabel Analisa data
4. Diagnosa keperawatan
1) Resiko perilaku kekerasan.
2) Gangguan konsep diri: HDR.
3) Perilaku mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
5. Intervensi keperawatan
Tabel Intervensi keperawatan