Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

DISUSUN OLEH :

FIRSYA DITA MAULINDA LIPUTO


P00220217013

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERWATAN POSO
TAHUN 2019/2020
1. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi tersebut
maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri,orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua
bentuk, yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan terdahulu. (Yosep, 2010).
2. Rentang Respon Marah
Menurut yosep, (2010) perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi
dan ungkapan kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan
tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses penyampaian pesan dari
individu. Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan
bahwa ia “tidak setuju, tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak dituruti
atau diremehkan “. Rentang respon kemarahan individu dimulai dari respon normal
(asertif) sampai pada respon sangat tidak normal (maladaptif).

Respon Adaptif respon maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan


Klien mampu Klien gagal Klien merasa Klien Perasaan
mengungkapk mencapai tidak dapat mengekspres marah dan
an marah tujuan mengungkapa ikan secara bermusuhan
tanpa kepuasan/saat kan fisik, tapi yang kuat dan
menyalahkan marah dan perasaannya, masih hilang kontrol,
orang lain dan tidak dapat tidak berdaya terkontrol, disertai amuk,
memberikan menemukan dan menyerah mendorong merusak
kelegaan alternatifnya orang lain lingkungan
dengan
ancaman.

3. Etiologi
Menurut Sujuono Riyadi (2009), faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku
kekerasan yaitu:
a. Faktor predisposisi
1) Faktor biologis
a) Instinctual drive theory (teori dorongan naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
b) Psycomatic theory (teori psikomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis terhadap
stimulus eksternal, internal maaupun lingkungan.Dalaam hal ini sistem
limbik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun
menghambat rasa marah.
2) Faktor psikologis
a) Frustasion aggression theory (teori agresif frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi
frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal
atau terhambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilaku
agresif karena perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku
kekerasan.
b) Behaviororal theory (teori perilaku).
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia
fasilitas atau situasi yang mendukung. Reinforcement yang diterima pada
saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah
atau luar rumah. Semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi
perilaku kekerasan.
c) Existentinal theory (teori eksistensi)
Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui perilaku konstruktif maka
individu akan memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif.
3) Faktor social kultural
a) Social environment theory (teori lingkungan)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
menekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas secara diam
(pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku
kekerasan akan menciptaakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.
b) Social learning theory (teori belajar sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui
proses sosialisasi.
b. Faktor prespitasi
Menurut Yosep (2010), faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku
kekerasan seringkali berkaitan dengan:
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian
massal dan sebagainya.
2) Ekspesi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3) Kesulitan dalam dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4) Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat dan
alcoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
4. Mekanisme Koping
Menurut stuart dan laraia (2001), mekanisme koping yang dipakai pada klien
marah untuk melindungi diri antara lain:
a. Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya
secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok,
dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa
marah.
b. Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan kerjanya,
berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
c. Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kealam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orangtuanya
yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya
sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan
dikutuk oleh tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia
dapat melupakannya.
d. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,
dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman
suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan,
pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia 4 tahun marah karena ia baru
saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya.
Dia mulai bermain perang perangan dengan temannya.
5. Tanda Dan Gejala
Menurut yosep (2010) perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi
tanda dan gejala perilaku kekerasan:
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot atau pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Wajah memerah dan tegang
6) Postur tubuh kaku
7) Pandangan tajam
8) Mengatupkan rahang dengan kuat
9) Mengepalkan tangan
10) Jalan mondar-mandir
6. Penatalaksanaan
a. Farmakologi:
1) Obat anti psikosis:Penotizin
2) Obat anti depresi:Amitripilin
3) Obat anti ansietas:Diasepam,Bromozepam,Clobozam
4) Obat anti insomnia:Phneobarbital
b. Non-Farmakologi:
1) Terapi Keluarga: Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian
2) Terapi Kelompok: Berfokus pada dukungan dan perkembangan,
keterampilan sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk
mengembalikan keadaan klien karena masalah sebagian orang merupakan
perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
3) Terapi Musik: Dengan music klien terhibur,rileks dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran diri.
7. Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan (pada diri


sendiri, orang lain, lingkungan, dan
verbal
Effect

Core problem Perilaku kekerasan

Harga diri rendah


Causa

8. Diagnosa keperawatan
a. Resiko perilaku kekerasan
b. Perilaku kekerasan
c. Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan verbal).
DAFTAR PUSTKA

Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia, FKUI;
Jakarta.

Depkes RI, 1996, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Keperawatan,
2000, Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan, Jakarta.

Depkes RI, 1996, Proses Keperawatan Jiwa, jilid I.

Keliat Budi Anna, dkk, 1998, Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa, penerbit buku kedokteran
EGC : Jakarta.

Keliat Budi Anna, 1996, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, penerbit buku kedokteran EGC
; Jakarta.

Keliat Budi Anna, 2002, Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, FIK, UI : Jakarta.

Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga,


Edisi 1, CV. Agung Seto; Jakarta.

Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3, Penerbit : Buku
Kedokteran EGC ; Jakarta

Anda mungkin juga menyukai