Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMIELITIS

OLEH :
Kelompok 2
1. Arifudin P00220217002
2. Delvira Natalia Tobenu P0022021700
3. Firsya Dita Maulinda Liputo P00220217013
4. Istiqomah P00220217018
5. Mery Arya Ningrum P002202170
6. Noviyanti Abdullah P002202170
7. Putri Pratiwi Buria P002202170
8. Rusdi J Dg Malinta P002202170

POLTEKKES KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN POSO
T. A 2019/2020
KONSEP TEORI OSTEOMIELITIS

A. Pengertian
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001).
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (Mansjoer, 2000).
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran
infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah
kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen) (Corwin, 2001).
Jadi Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh
bakteri, tetapi kadang-kadang disebabkan oleh jamur.
B. Etiologi
Penyebab dari osteomielitis sebagai berikut :
1. Staphylococcus aureus hemolitukus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang
oleh streptococcus hemolitikus.
2. Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.
Organisme yang lain seperti : Bakteri colli, Salmonella thyposa dan sebagainya.
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi
melalui 3 cara:
1. Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke
tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-
anak) dan di tulang belakang (pada dewasa). Orang yang menjalani dialisa ginjal
dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang
(osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah
ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau
patah tulang lainnya.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang
terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang
menembus tulang. Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama
pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah
beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang
mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus
di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing
manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang
tengkorak.
C. Patofisiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi
tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis
meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden
infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
Awitan Osteomielitis sEtelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3
bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan dengan
penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2)
terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama
(stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih
setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah
terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang
sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian
berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke
jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol
awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk
dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari
dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang
terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan,
namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses
kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronis.
D. Pathway

Faktor Predisposisi: Usia, virulensi


kuman, riwayat trauma, nutrisi, dan
lokasi infeksi

Invasi mikroorganisme dari tempat lain Fraktur terbuka


yang beredar melalui sirkulasi darah

Masuk ke juksta epifisis tulang Kerusakan pembuluh darah dan


panjang adanya port de entree

Invasi kuman ke tulang


dan sendi

Osteomilitis

Fagositosis

Proses inflamasi: hyperemia, pembengkakan, gangguan fungsi,


pembentukan pus, dan kerusakan integritas jaringan

Proses inflamasi secara Keterbatasan pergerakan Peningkatan tekanan Pembentukan pus,


umum jaringan tulang dan nekrosis jaringan
medula
Deam, malaise, Penurunan kemampuan
penurunan nafsu makan, pergerakan Iskemia dan Penyebaran Komplikasi
penurunan kemampuan nekrosis tulang infeksi ke infeksi
tonus otot organ penting
Hambatan
mobilitas fisik Pembentukan
abses tulang Septikemia

Defisit
perawatan diri
Involucrum Nyeri
(pertumbuhan
tulang baru),
Ketidakseimbang- Kelemahan pengeluaran pus
an nutrisi kurang fisik dari luka
dari kebutuhan
tubuh
Tirah baring
lama
penekanan
lokal

Kerusakan intregitas
kulit
E. Klasifikasi
1. Osteomielitis hematogen akut
Merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang akut yang disebabkan oleh
bakteri piogen yang mikroorganismenya berasal dari focus di tempat lain dan
beredar melalui sirkulasi darah. Kelainan ini sering ditemukan pada anak-anak
dan sangat jarang pada orang dewasa. Diagnosis yang dini sangat penting,
karena prognosis bergantung pada pengobatan yang tepat dan segera.
2. Osteomielitis akibat fraktur terbuka
Merupakan osteomielitis yang paling sering ditemukan pada orang dewasa.
Terjadi kerusakan pembuluh darah, edema, hematoma, dan hubungan antar
fraktur dengan dunia luar sehingga pada fraktur terbuka pada umumnya terjadi
infeksi. Osteomielitis akibat fraktur terutama disebabkan oleh Staphylococcus
aureus, B. coli, Pseudomonas, dan kadang-kadang oleh bakteri anaerob seperti
Clostridium, Streptococcus anaerobic, atau Bacteroides.
3. Osteomielitis pacaoperasi
Yang paling ditakuti adalah osteomielitis setelah operasi artroplasti. Pada
keadaan ini, pencegahan osteomielitis lebih penting daripada pengobatan.
Perawat instrument operasi sangat berperan dalam menjaga kesterilan dari
sirkulasi instrument operasi.
4. Osteomielitis hematogen sub-akut
Biasanya ditemukan pada anak-anak dan remaja.
5. Osteomielitis sclerosing atau osteomilitis Garre
Adalah suatu osteomielitis sub-akut dan terdapat kavitas yang dikelilingi oleh
jaringan sklerotik pada daerah metafisi dan diafisis tulang panjang. Klien biasanya
remaja dan orang dewasa, terdapat nyeri dan mungkin sedikit pembengkakan
pada tulang.
6. Osteomielitis kronis
Umunya lanjutan dari osteomielitis akut yang tidak terdiagnosis atau tidak
diobati dengan baik. Osteomielitis kronis juga dapat terjadi setelah fraktur terbuka
atau setelah operasi pada tulang. Bakteri penyebab osteomielitis kronis terutama
adalah Staphylococcus aureus, E. coli, Proteus, Pseudomonas. Staphylococcus
epidermidis merupakan penyebab utama osteomielitis kronis pada operasi
orthopedi yang menggunakan implant. Infeksi tulang dapat menyebabkan
terjadinya sekusetrum yang menghambat terjadinya resolusi dan penyembuhan
spontan yang normal pada tulang.
F. Manifestasi
Gambaran klinis osteomielitis tergantung dari stadium patogenesis dari penyakit,
dapat berkembang secara progresif atau cepat. Pada anak-anak, infeksi tulang yang
didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam dan kadang-kadang di kemudian
hari, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah diatas tulang bisa
mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri.
Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri
punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita
bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat, pemanasan atau minum obat pereda
nyeri. Demam, yang merupakan tanda suatu infeksi, sering tidak terjadi.
Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang
berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di
daerah diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak
menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal.
Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak, biasanya
memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut.
Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun
(osteomielitis kronis). Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-
tahun dan tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun.
Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak
diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang
timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi
menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk dari tulang
menuju kulit.
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endapan darah.
b. Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti
dengan uji sensitivitas.
c. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi
oleh bakteri Salmonella.
d. Pemeriksaan Biopsi tulang
Pemeriksaan ini dilakukan pada tempat yang dicurigai.
e. Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
f. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang
bersifat difus.
H. Penatalaksanaan
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri
2. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
3. Istirahat local dengan bidai atau traksi
4. Pemberian antibiotika secepatnya sesuai penyebab
5. Drainase beda
I. Komplikasi
1. Septikemia
2. Infeksi yang bersifat metastatic.
3. Artritis Supuratif
4. Gangguan Pertumbuhan
5. Osteomilitis Kronis
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri
pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa
lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan demam.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.
e. Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
f. Kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi : anoreksia, mual, muntah.
2) Pola eliminasi : adakah retensi urin dan konstipasi.
3) Pola aktivitas : pola kebiasaan
2. Pemeriksaan fisik
a. Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
b. Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka
panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
c. Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada
osteomielitis akut)
d. Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan
purulen.
e. Identisikasi peningkatan suhu tubuh
f. Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di
palpasi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan
keterbatasan menahan beban berat badan
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
4. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan, imobilisasi.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan nafsu makan.
C. Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
nyeri dan ketidaknyamanan berkurang, serta tidak terjadi kekambuhan nyeri.
Kriteria Hasil :
a. Tidak terjadi nyeri
b. Napsu makan menjadi normal
c. Ekspresi wajah rileks
Intervensi :
a. Mengkaji karakteris- tik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan meng-
gunakan skala nyeri (0-10)
Rasional : Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat me- nentukan
jenis tindak annya
b. Mempertahankan imobilisasi (back slab)
Rasional : Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan yang luka.
c. Ajarkan metode distraksi selama nyeri
Rasional : Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal-hal yang
menyenangkan.
d. Pemberian analgesic
Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang.
2. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan
keterbatasan menahan beban berat badan.
Tujuan : Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria Hasil :
a. Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
b. Mempertahankan posisi fungsional
c. Meningkatkan / fungsi yang sakit
d. Menunjukkna teknik mampu melakukan aktivitas
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan
Rasional : Agar gangguan mobilitas fisik dapat berkurang
b. Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang
gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit
Rasional : Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas fisik yang dialami
klien
c. Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak
Rasional : Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas yang dialami klien
d. Ubah posisi secara periodic
Rasional : Mengurangi gangguan mobilitas fisik
e. Fisioterapi / aoakulasi terapi
Rasional : Mengurangi gangguan mobilitas fisik
3. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan, imobilisasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan masalah
gangguan infeksi kulit teratasi dan kembali dalam batas normal.
Kriteria hasil :
Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau tekhnik untuk mencegah
kerusakan kulit, memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.
Intervensi :
a. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing kemudian perdarahan dan perubahan
warna kulit
b. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan
c. Tempatkan bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau tumit sesuai
indikasi
d. Perawatan, bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan dengan alcohol
atau bedak dengan jumlah sedikit berat
e. Gunakan telapak tangan untuk memasang, mempertahankan atau lepaskan gips,
dan dukung bantal setelah pemasangan
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan nafsu makan.
Tujuan : Pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :
a. Muntah berkurang setelah dilakukan intervensi.
Intervensi :
a. Observasi frekuensi dan jumlah makanan yang dimuntahkan klien.
Rasional : Mengetahui jumlah nutrisi yang akan diberikan kepada klien.
b. Anjurkan klien untuk dilakukan infus.
Rasional : Cairan infus dapat mengganti elektrolit yang keluar melalui muntah.
c. Berikan makanan yang cepat dicerna oleh tubuh.
Rasional : Makanan yang cepat dicerna dapat mengganti nutrisi yang keluat
lewat muntah.
d. Berikan informasi bahwa pentingnya makanan yang diintervensikan untuk
dikonsumsi klien.
Rasional : Klien mau mengonsumsi makanan yang diintervensikan.
e. Kolaborasi pemberian obat muntah.
Rasional : Untuk mengurangi jumlah dan frekuensi muntah klien.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai