Anda di halaman 1dari 21

TUGAS IMUNOLOGI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

OSTEOARTRITIS

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Eliyana Ika Devi : 1902012724P


Elliyah Rosyidah : 1902012725P
Nur Hasanah : 1902012735P
Siswatiningsih : 1902012737P
Titik Nuryati : 1902012742P
Ujang Irawan : 1902012743P
Yupi Susanto : 1902012745P

PROGRAM TRANSFER S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

TAHUN 2019

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit persendian yang kasusnya paling umum


dijumpai secara global. Diketahui bahwa OA diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan
mencapai 24 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2004).

Prevalensi OA juga terus meningkat secara dramatis mengikuti pertambahan usia


penderita. Berdasarkan temuan radiologis, didapati bahwa 70% dari pasien yang berumur
lebih dari 65 tahun menderita OA(Brooks, 1998). Prevalensi OA lutut pada pasien wanita
berumur 75 tahun ke atas dapat mencapai 35% dari jumlah kasus yang ada. Diperkirakan juga
bahwa satu sampai dua juta lanjut usia di Indonesia menjadi cacat karena OA (Soeroso,
2006).

Berat badan sering dikaitkan sebagai faktor yang memperparah OA pasien. Pada sendi
lutut, dampak buruk dari berat badan berlebih dapat mencapai empat hingga lima kali lebih
besar sehingga mempercepat kerusakan struktur tulang rawan sendi. Hasil penelitian Davis et
al (1990) menunjukkan bahwa obesitas (obese) memberikan nilai odds ratio sebanyak 8.0
terhadap risiko OA lutut.

Studi lain dari peneliti kesehatan masyarakat University College London


menyimpulkan bahwa obesitas meningkatkan risiko terjadinya OA lutut hingga empat kali
banyaknya pada pria dan tujuh kali pada wanita. Kemungkinan terjadinya OA pada salah satu
lutut pasien obese malah mencapai 5 kali lipat dibandingkan dengan pasien yang Non Obese.
Fakta tersebut menyimpulkan bahwa obesitas merupakan suatu faktor risiko terjadinya OA,
terutama pada sendi lutut (Arthritis Research Campaign, 2007).

Obesitas juga dianggap sebagai salah satu faktor yang meningkatkan intensitas nyeri
yang dirasakan pasien OA lutut (Thumboo, 2002). Menurut Soeroso ( 2006 ), pasien OA
dengan obesitas sering mengeluhkan nyeri pada sendi lutut dibandingkan dengan pasien yang
Non Obese. Peningkatan dari rasa nyeri dan ketidakmampuan fungsi pada lutut pasien
penderita OA semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu (Conaghan, 2008). Pada
pasien dewasa dengan umur 45 tahun ke atas, 19% dari mereka mengeluhkan nyeri yang
terpusat di sendi lutut (Urwin, 1998). Dapat disimpulkan bahwa meningkatnya rasa nyeri
yang dirasakan oleh pasien OA selain dipengaruhi oleh tingkat keparahan penyakitdan umur,
status obese yang diderita pasien turut mempengaruhi.
Salah satu metode untuk dapat menilai apakah seseorang itu obesitas atau tidak adalah
dengan menggunakan skala dari pengukuran waist-hip ratio. Waist-hip ratio memiliki tiga
kriteria obese (Non Obese, obese, obese sentral) sehingga menjadikannya definitif untuk
menilai derajat obesitas seseorang (Mollarius, 1999). Kurangnya penelititan yang
menghubungkan antara kategori obese berdasarkan waist-hip ratio dengan derajat nyeri OA
lutut menjadikan dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan antara
Waist-Hip Ratio dengan Derajat Nyeri penyakit Osteoartritis lutut pada pasienpenyakit
Osteoartritis di RSUP.H.Adam Malik.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara besar waist-hip ratio sebagai indeks ukur

obesitas dengan derajat nyeri yang dirasakan pasien.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara nilai Waist hip-ratio dengan derajat

rasa nyeri yang pada penderita OA lutut.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui variasi karakteristik subjek pasien OA lutut

2. Untuk mengetahui derajat nyeri yang dirasakan oleh pasien OA lutut.

3. Untuk mengetahui karakteristik rasa nyeri yang dirasakan pada pasien

OAlutut dengan status berat badan (obese dan Non Obese) yang

berbeda-beda.

1.4 METODE PENULISAN


1.1.1 Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk klien menggambarkan kasus
secara nyata pada klien dengan penyakit osteoartrithis
1.1.2 Cara mendapatkan data :
1. Wawancara langsung dengan klien
2. Melakukan pengamatan langsung dan pemeriksaan fisik
1.1.3 Studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku – buku sumber yang berhubungan
dengan kasus yang dialami
1.4 Sistematika Penulisan
Untuk memberi gambaran pada pembaca mengenai keseluruhan isi maka penulis menyusun
asuhan keperawatan ini dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I : Pendaluan, terdiri dari latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Konsep Teori terdiri dari definisi, klasifikasi, etiologi , manifestasi klinis,
patofisiologi, pathway, penatalaksanaan, dan therapy.
BAB III : Konsep Asuhan Keperawatan merupakan uraian yang menampilkan asuhan
keperawatan meliputi konsep dasar identitas / factor yang berisiko, konsep dasar
kemungkinan factor riwayat kesehatan, konsep hasil TTV,kemungkinan therapy
yang diberikan, analisa data, rencana keperawatan, implementasi, dan evaluasi.
BAB IV : Penutup mengutarakan kesimpulan dari uraian, pembahasan, jawaban terhadap
tujuan penulisan dan beberapa penyampaian saran, ada dua sub bab kesimpulan
dan saran yaitu kesimpulan dan saran dari bagian akhir penulisan ini di cantumkan
daftar pustaka .
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Devinisi

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis


(sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan
kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)

Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang


menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini
jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60
tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto,
1994, Solomon, 1997).

Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan
kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi
penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang
rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang
membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan
patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang
yang membentuk persendian.( R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999)

2.2 Klasifikasi

Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :

a. Tipe primer ( idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan
dengan osteoartritis
b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur
(Long, C Barbara, 1996 hal 336)

2.3 Etiologi

Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari tulang yang
bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan halus tulang rawan ini
menjadi kasar dan menyebabkan iritasi. Jika tulang rawan ini sudah kasar seluruhnya,
akhirnya tulang akan bertemu tulang yang menyebabkan pangkal tulang menjadi rusak dan
gerakan pada sambungan akan menyebabkan nyeri dan ngilu.

Penelitian juga mencurigai bahwa osteoartritis disebabkan oleh kombinasi banyak


faktor seperti berat badan, proses penuaan, cedera engsel atau stres, kelelahan otot dan gen.

Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:


1. Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan
penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang
berwarna kuning.
2. Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui
dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus
dikandungnya.
3. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan
seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan.
4. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
5. Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan
pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya
salah satu dari orang tuanya yang terkena.
6. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan
dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-
sel radang.

7. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan
membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.
8. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi,
ligamen, tendo, sinovia, dan kulit.
Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
9. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.

2.4 Menifestasi klinis

1. Rasa nyeri pada sendi


Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang
melakukan sesuatu kegiatan fisik.

2. Kekakuan dan keterbatasan gerak


Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat
memulai kegiatan fisik.

3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi
akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan
menimbulkan rasa nyeri.

4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan
berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit
yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.

Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya
pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan
tungkai atas.
Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui
penyebabnya.

5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan
dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.

6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.

7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

2.4 Penatalaksanaan

a. Tindakan preventif
- Penurunan berat badan
- Pencegahan cedera
- Screening sendi paha
- Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja
b.Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul

c. Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat


ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi
d. Irigasi tidal ( pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik,
Pembedahan; artroplasti

2.5 Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan
progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami
kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi
sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress
biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida
protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan
kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus
menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi
interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan.
Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan
ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa
tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit
peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik
dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan
metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan
kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang
menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.
( Soeparman ,1995)
2.6 Pathway

Proses Penuaan
Trauma
Intrinsik
Ekstrinsik
Pemecahan kondrosit Perubahan Komponen sendi
Kolagen
Progteogtikasi
Perubahan metabolisme sendi
Jaringan sub kondrial
Proses penyakit degeneratif yang panjang

MK: Pengeluaran enzim lisosom


Kerusakan Penatalaksanaan lingkungan

Kerusakan matrik kartilago


Kurang kemampuan mengingat
Kesalahan interpretasi

Penebalan tulang sendi Perubahan fungsi sendi

Penyempitan rongga sendi Deformitas sendi


MK: Kurang pengetahuan
Kontraktur
Penurunan Kekuatan MK: Kerusakan mobilytas fisik
nyeri

MK: Gangguan Citra tubuh Hipertrofi


MK: Kurang perawatan diri

Distensi Cairan

MK: Nyeri akut


2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi
2. Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal

2.7 Penatalaksanaan
a. Tindakan preventif
- Penurunan berat badan
- Pencegahan cedera
- Screening sendi paha
- Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja
b. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncu
c. Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat
ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi
d. Irigasi tidal ( pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik,
e. Pembedahan; artroplasti
2.8 Pencegahan
1.      Menghindari olahraga yang bisa meyebabkan sendi terluka
2.      mengontrol berat badan agar berat yang ditopang oleh sendi menjadi ringan
3.      minum obat untuk mencegah osteoarthritis
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian
1. Identitas klien meliputi
Nama :
Umur : lebih dari 60 Th
Jenis Kelamin : Kelainan ini ditemukan pada pria dan wanita, tetapi sering
ditemukan lebih banyak pada wanita pascamenopause (osteoartritis
primer). Osteoartritis sekunder lebih banyak ditemukan pada pria
Pendidikan :
Alamat :
Pekerjaan :
Agama :
Suku Bangsa : Lebih sering ditemukan pada orang Asia, khususnya cina, Eropa,
dan Amerika daripada kulit hitam.
Tanggal & Jam Masuk Rs :
Nomor Register :
Asuransi Kesehatan:
Diagnosis Medis :
2. Keluhan utama
Pada uumnya pasien dengan osteoartritis merasa nyeri, kekakuan, dan
kerusakan sendi.

3.2 Konsep Dasar Kemungkinan Faktor Riwayat Kesehatan


1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi nyeri
sendi, kekakuan dan kerusakan fungsi (ketidak mampuan pasien) sampai MRS.

b. Riwayat penyakit dahulu


Kx merasa nyeri sendi, kekakuan dan kerusakan fungsi (ketidaknyamanan kx)
apakah terdapat hubungan dengan penyakit yang diderita kx sebelumnya.
c. Riwayat penyakit keluarga
Hal ini meliputi tentang begaimana kesehatan dalam keluarga, apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit menular.

3.3 Konsep Hasil Ttv Dan Konsep Konsep Kemungkinan Hasil Px Fisik Dan
Kebutuhan Dasar
1. Keadaan umum
Meliputi keadaan sakit kx, tingkat kesadaran dan tanda-tanda vital

2. Sistem integumen
Tidak mengalami perubahan yang menonjol seperti : warna kulit, tekstur kulit halus
atau kasar, turgor kulit baik, kulit tampak bersih.
3. Kepala dan leher
Kepala tidak ada benjolan bentuk kepala dan leher simetris, tidak terdapat pembesar
kelenjar tiroid dan tidak ada kelainan pada leher
4. Sistem respirasi
Tidak ada peruabahan yang menonjol, seperti bentuk dada, ada tidaknya sesak nafas,
suara tambahan, pernafasan cuping hidung.
5. Sistem kardiovaskuler
Pada pemeriksaan jantung iramanya teratur atau tidak dan termasuk takikardi ataukah
bradikardi.
6. Sistem gastrointestinal
Biasanya nafsu makan menurun, peningkatan peristaltik usus.
7. Sistem urinaria
Meliputi produksi urine, warna, bau urin dan kebersihan genital
8. Sistem muskuloskeletal
Adanya gangguan pada anggota gerak karena nyeri dan adanya perubahan pada cara
berjalan, terdapat bengkak, kerusakan fungsional yang terjadi akibat nyeri pada
pergerakan dan keterbatasan gerakan sendi.
9. Sistem eliminasi
Pada sistem eliminasi urine dan alvi biasanya tidak ditemukan kelainan.
10. Sistem endokrin
Tidak ada perubahan yang menonjol seperti : ada atau tidaknya pembesaran kelenjar
tiroid serta kelenjar limfe.
11. Sistem pernafasan
Kesadaran kx kompos mentis dengan GCS 456
1. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya
destruksi pada sendi.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
rentan gerak, kelemahan otot dan rasa nyeri pada saat bergerak.
c. Gangguan citra tubuh (perubahan penampilan peran)
berhubungan dengan ketidakseimbangan mobilitas.
d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan rasa nyeri pada
waktu bergerak.

3.4 Contoh Analisa Data Sesuai Dx Kep Yang Sering Muncul


No Data Problem Etiologi Paraf
1. DO : pasien nampak Gangguan rasa 1. adanya destruksi
menyeringai, pasien nyaman (nyeri) pada sendi
tampak kesulitan
bergerak
DS: Pasien mengatakan
nyeri saat bergerak, nyeri
di bagian lutut .

2. DO: Pasien terliihat Kerusakan 1. penurunan rentan


kesulitan bergerak mobilitas fisik gerak, kelemahan
otot dan rasa nyeri
pada saat bergerak
DS:pasien mengatakan
nyeri saat bergerak

3. DO :pasien terlihat Gangguan citra 3. ketidakseimbangan


cemas, tubuh mobilitas.
(perubahan
penampilan
DS :pasien mengatakan
tidak percaya diri peran)

3.5 Intervensi
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
o Kriteria Hasil
1 Nyeri (akut) Tujuan :nyeri 1. Lakukan pendekatan 1. dengan
berhubungan berkurang / hilang pada kx dan keluarga melakukan

dengan adanya KH : - ungkapan 2. Kaji skala dan sifat pendekatan


kx terhadap nyeri diharapkan kx
destruksi pada
- tentang penyebab nyeri dan keluarga
sendi. Jelaskan pada kx dan
rileks dapat dapat kooperatif
keluarga
beristirahat 3. Berikan posisi yang dalam setiap
- nyaman pada kx tindakan yang
beraktifitas 4. Anjurkan pada kx akan dilakukan
sesuai tentang relaksasi dan 2. dengan
dengan distraksi mengkaji skala
kemampuan 5. Observasi TTV dan sifat nyeri
6. Kolaborasi dengan tim akan
medis dalam pemberian mengetahui
terapi analgesik tingkat ambang
nyeri dan dapat
memudahkan
dalam
memberikan
asuhan
keperawatan
3. dengan
memberikan
penjelasan akan
menambah
pengetahua
tentang nyeri
4. diharapkan
kx dapat
beristirahat dan
nyeri berkurang
5. observasi
TTV dapat
mengetahui
perkembangan
kondisi kx
6. analgesik
berfungsi
sebagai obat
untuk
mengurangi
nyeri.

2 Kerusakan Tujuan : kx dapat 1. Lakukan pendekatan pad 1. agar


mobilitas fisik melakukan latihan kx dan keluarga pengetahuan kx
berhubungan mobilisasi sendiri 2. Jelaskan pada kx tentang tentang
dengan penurunan secara bertahap. pentingnya mobilisasi dan penyakitnya
rentan gerak, : - kx dapat akibatnya jika tidak latihan dapat bertambah
kelemahan otot dan melakukan mobilisasi 2. tingkat
rasa nyeri pada saat tindakan / latihan 3. Kaji tingkat inflamasi / aktivitas /
bergerak. mobilisasi sendiri rata sakit pada sendi latihan
secara bertahap 4. Motivasi kx untuk tergantung dari
- kx tidak mengalami mempertahankan postur tegak perkembangan /
kesulitan dalam dan duduk tinggi, berdiri dan resolusi dari
mobilitas berjalan proses inflamasi
- kx dapat melakukan 5. Berikan lingkungan yang 3. dengan
aktivitasnya secara aman bagi kx melakukan
mandiri 6. Kolaborasi dengan tim pendekatan
medis dalam pemberian terapi diharapkan kx
mobilisasi dan keluarga
dapat kooperatif
dalam setiap
tindakan yang
akan dilakukan
4.
memaksimalkan
fungsi sendi
mempertahanka
n mobilitas
5. lingkungan
yang aman
dapat
menghindari
cidera akibat
kecelakaan /
jatuh
6. merupakan
fungsi
interdependen
perawat

3 Gangguan citra Tujuan : citra tubuh 1. Dorong 1. memberikan


tubuh (perubahan kx meningkat secara pengungkapan kx kesempatan

penampilan bertahap mengenai masalah untuk


KH : - kx tentang proses mengidentifikas
peran)
mengungkapk penyakit, harapan i rasa takut /
berhubungan
an masa depan kesalahan
dengan
peningkatan 2. Diskusikan arti konsep dan
ketidakseimbanga
rasa percaya dari kehilangan / menghadapinya
n mobilitas. diri dalam perubahan pada secara langsung
kemampuan kx / orang 2.
untuk terdekat mengidentifikas
menghadapi 3. Akui dan terima i bagaimana
penyakit. perawaan penyakit
- Perubahan berduka, mempengaruhi
pada gaya bermusuhan, persepsi diri dan
hidup ketergantungan interaksi dengan
4. Ikut sertakan kx orang lain atau
dalam menentukan
merencanakan dan kebutuhan
membuat jadwal terhadap
aktivitas interaksi dengan
5. Bantu dengan orang lian akan
kebutuhan menentukan
penampilan yang kebutuhan
dapat diperlukan terhadap
intervensi /
konseling lebi
lanjut
3. nyeri konstan
akan
melelahkan dan
perasaan marah
dan bermusuhan
umum terjadi
4. meningkatkan
perasaan
kompetensi /
harga diri,
mendorong ke
mandirian dan
partisipasi
dalam terapi
5.
mempertahanka
n penampilan
yang dapat
meningkatkan
citra diri.

4. Kurang perawatan Tujuan : kx mampu 1. Pertahankan mobilitas, 1. meningkatkan


diri berhubungan melaksanakan kontrol terhadap nyeri dan rasa percaya diri
dengan rasa nyeri aktivitas perawatan program latihan untuk mandiri
pada waktu diri secara mandiri.
2. Bantu kx untuk memenuhi 2. mendukung
kemandirian
bergerak. KH : - kx mampu kebutuhan merawat diri
fisik / emosional
merawat diri 3. Kaji hambatan terhadap 3. menyiapkan
- Memenuhi partisipasi dalam perawatan untuk
kebutuhan diri meningkatkan
untuk 4. Kolaborasi dengan tim kemandirian
merawat diri medis lain dalam pemberian yang akan
terapi meningkatkan
harga diri
4. kolaborasi
merupakan
tugas dan fungsi
interdepnden
perawat

BAB IV
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang
menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit
ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia
di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan
frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).
2. SARAN
Makalah ini dibuat dari beberapa sumber dan masih banyak sumber yang dapat
menambah pengetahuan pembaca, oleh karena itu disarankan agar lebih giat membaca
beberapa sumber buku lain, website maupun jurnal.

DAFTAR PUSTAKA
Arief, Mansjoer Dkk, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid 1; Media Aesculapius,
Jakarta
Arjatmo Tjokronegoro Prof. Dr, Ph D Dan Hendra Utama Dr. Buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid I
Tahun 1999.

Brunner Dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medical Bedah, Edisi 8; EGC, Jakarta

Doengoes E. Marilyn, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3; EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai