OSTEOARTRITIS
Disusun Oleh :
Kelompok 4
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berat badan sering dikaitkan sebagai faktor yang memperparah OA pasien. Pada sendi
lutut, dampak buruk dari berat badan berlebih dapat mencapai empat hingga lima kali lebih
besar sehingga mempercepat kerusakan struktur tulang rawan sendi. Hasil penelitian Davis et
al (1990) menunjukkan bahwa obesitas (obese) memberikan nilai odds ratio sebanyak 8.0
terhadap risiko OA lutut.
Obesitas juga dianggap sebagai salah satu faktor yang meningkatkan intensitas nyeri
yang dirasakan pasien OA lutut (Thumboo, 2002). Menurut Soeroso ( 2006 ), pasien OA
dengan obesitas sering mengeluhkan nyeri pada sendi lutut dibandingkan dengan pasien yang
Non Obese. Peningkatan dari rasa nyeri dan ketidakmampuan fungsi pada lutut pasien
penderita OA semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu (Conaghan, 2008). Pada
pasien dewasa dengan umur 45 tahun ke atas, 19% dari mereka mengeluhkan nyeri yang
terpusat di sendi lutut (Urwin, 1998). Dapat disimpulkan bahwa meningkatnya rasa nyeri
yang dirasakan oleh pasien OA selain dipengaruhi oleh tingkat keparahan penyakitdan umur,
status obese yang diderita pasien turut mempengaruhi.
Salah satu metode untuk dapat menilai apakah seseorang itu obesitas atau tidak adalah
dengan menggunakan skala dari pengukuran waist-hip ratio. Waist-hip ratio memiliki tiga
kriteria obese (Non Obese, obese, obese sentral) sehingga menjadikannya definitif untuk
menilai derajat obesitas seseorang (Mollarius, 1999). Kurangnya penelititan yang
menghubungkan antara kategori obese berdasarkan waist-hip ratio dengan derajat nyeri OA
lutut menjadikan dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan antara
Waist-Hip Ratio dengan Derajat Nyeri penyakit Osteoartritis lutut pada pasienpenyakit
Osteoartritis di RSUP.H.Adam Malik.
Apakah ada hubungan antara besar waist-hip ratio sebagai indeks ukur
OAlutut dengan status berat badan (obese dan Non Obese) yang
berbeda-beda.
TINJAUAN TEORI
2.1 Devinisi
Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan
kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi
penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang
rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang
membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan
patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang
yang membentuk persendian.( R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999)
2.2 Klasifikasi
a. Tipe primer ( idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan
dengan osteoartritis
b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur
(Long, C Barbara, 1996 hal 336)
2.3 Etiologi
Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari tulang yang
bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan halus tulang rawan ini
menjadi kasar dan menyebabkan iritasi. Jika tulang rawan ini sudah kasar seluruhnya,
akhirnya tulang akan bertemu tulang yang menyebabkan pangkal tulang menjadi rusak dan
gerakan pada sambungan akan menyebabkan nyeri dan ngilu.
7. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan
membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.
8. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi,
ligamen, tendo, sinovia, dan kulit.
Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
9. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi
akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan
menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan
berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit
yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.
Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya
pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan
tungkai atas.
Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui
penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan
dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.
2.4 Penatalaksanaan
a. Tindakan preventif
- Penurunan berat badan
- Pencegahan cedera
- Screening sendi paha
- Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja
b.Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul
2.5 Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan
progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami
kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi
sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress
biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida
protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan
kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus
menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi
interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan.
Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan
ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa
tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit
peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik
dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan
metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan
kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang
menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.
( Soeparman ,1995)
2.6 Pathway
Proses Penuaan
Trauma
Intrinsik
Ekstrinsik
Pemecahan kondrosit Perubahan Komponen sendi
Kolagen
Progteogtikasi
Perubahan metabolisme sendi
Jaringan sub kondrial
Proses penyakit degeneratif yang panjang
Distensi Cairan
2.7 Penatalaksanaan
a. Tindakan preventif
- Penurunan berat badan
- Pencegahan cedera
- Screening sendi paha
- Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja
b. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncu
c. Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat
ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi
d. Irigasi tidal ( pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik,
e. Pembedahan; artroplasti
2.8 Pencegahan
1. Menghindari olahraga yang bisa meyebabkan sendi terluka
2. mengontrol berat badan agar berat yang ditopang oleh sendi menjadi ringan
3. minum obat untuk mencegah osteoarthritis
BAB III
3.3 Konsep Hasil Ttv Dan Konsep Konsep Kemungkinan Hasil Px Fisik Dan
Kebutuhan Dasar
1. Keadaan umum
Meliputi keadaan sakit kx, tingkat kesadaran dan tanda-tanda vital
2. Sistem integumen
Tidak mengalami perubahan yang menonjol seperti : warna kulit, tekstur kulit halus
atau kasar, turgor kulit baik, kulit tampak bersih.
3. Kepala dan leher
Kepala tidak ada benjolan bentuk kepala dan leher simetris, tidak terdapat pembesar
kelenjar tiroid dan tidak ada kelainan pada leher
4. Sistem respirasi
Tidak ada peruabahan yang menonjol, seperti bentuk dada, ada tidaknya sesak nafas,
suara tambahan, pernafasan cuping hidung.
5. Sistem kardiovaskuler
Pada pemeriksaan jantung iramanya teratur atau tidak dan termasuk takikardi ataukah
bradikardi.
6. Sistem gastrointestinal
Biasanya nafsu makan menurun, peningkatan peristaltik usus.
7. Sistem urinaria
Meliputi produksi urine, warna, bau urin dan kebersihan genital
8. Sistem muskuloskeletal
Adanya gangguan pada anggota gerak karena nyeri dan adanya perubahan pada cara
berjalan, terdapat bengkak, kerusakan fungsional yang terjadi akibat nyeri pada
pergerakan dan keterbatasan gerakan sendi.
9. Sistem eliminasi
Pada sistem eliminasi urine dan alvi biasanya tidak ditemukan kelainan.
10. Sistem endokrin
Tidak ada perubahan yang menonjol seperti : ada atau tidaknya pembesaran kelenjar
tiroid serta kelenjar limfe.
11. Sistem pernafasan
Kesadaran kx kompos mentis dengan GCS 456
1. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya
destruksi pada sendi.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
rentan gerak, kelemahan otot dan rasa nyeri pada saat bergerak.
c. Gangguan citra tubuh (perubahan penampilan peran)
berhubungan dengan ketidakseimbangan mobilitas.
d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan rasa nyeri pada
waktu bergerak.
3.5 Intervensi
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
o Kriteria Hasil
1 Nyeri (akut) Tujuan :nyeri 1. Lakukan pendekatan 1. dengan
berhubungan berkurang / hilang pada kx dan keluarga melakukan
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang
menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit
ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia
di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan
frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).
2. SARAN
Makalah ini dibuat dari beberapa sumber dan masih banyak sumber yang dapat
menambah pengetahuan pembaca, oleh karena itu disarankan agar lebih giat membaca
beberapa sumber buku lain, website maupun jurnal.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Mansjoer Dkk, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid 1; Media Aesculapius,
Jakarta
Arjatmo Tjokronegoro Prof. Dr, Ph D Dan Hendra Utama Dr. Buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid I
Tahun 1999.
Brunner Dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medical Bedah, Edisi 8; EGC, Jakarta