Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOARTRITIS PADA LANSIA

OLEH:

BERNADETTA DIANA ARIPUTRA


(1802621050)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
1. Pengertian
Osteoartritis merupakan penyakit yang bersifat kronik, berjalan progresif lambat,
tidak meradang dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan
adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian. Osteoartritis
merupakan bentuk artritis yang paling umum. Sendi yang paling sering terserang
oleh osteoarthritis adalah sendi-sendi yang harus memikul beban tubuh antara lain
lutut, panggul, vertebra lumbal, servikal dan sendi-sendi pada jari (Price & Wilson,
2005).
Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi (Sudoyo W, 2006).
Osteoartritis adalah penyakit tulang degeneratif yang ditandai oleh pengeroposan
kartilago artikular/sendi (Corwin, 2009).
Jadi, Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi
yang dapat digerakan, terutama sendi penumpu berat badan dengan gambaran
patologis yang karakteristiknya berupa memburuknya rawan sendi serta
terbentuknya tulang-tulang baru pada subkondreal dan tepi-tepi tulang yang
membentuk sendi sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimiawi, metabolisme,
fisiologis, dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan
subkondreal, dan jaringan tulang yang membentuk persendian.
2. Klasifikasi

Ada dua macam osteoarthritis :

 Osteoarthritis Primer dialami setelah usia 45 tahun, sebagai akibat dari proses
penuaan alami, tidak diketahui penyebab pastinya, menyerang secara perlahan
tapi progresif, dan dapat mengenai lebih dari satu persendian. Biasanya
menyerang sendi yang menanggung berat badan seperti lutut dan panggul, bisa
juga menyerang punggung, leher, dan jari-jari.
 Osteoarthritis Sekunder dialami sebelum usia 45 tahun, biasanya disebabkan
oleh trauma (instabilitas) yang menyebabkan luka pada sendi (misalnya patah
tulang atau permukaan sendi tidak sejajar), akibat sendi yang longgar, dan
pembedahan pada sendi. Penyebab lainnya adalah faktor genetik dan penyakit
metabolik.

3. Etiologi
Sulit untuk menarik batas antara etiologi dan faktor predisposisi terjadinya
osteoartritis karena kedua hal tersebut sering berkaitan. Meskipun penyebab yang
sebenarnya tetap tidak diketahui tetapi perubahan pada salah satu komponen sendi
seperti perubahan-perubahan fungsi kondrosit, menimbulkan perubahan pada
komposisi rawan sendi yang mengarah pada perkembangan osteoartritis.
Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya Osteoartritis antara lain:
 Genetik/Keturunan
Faktor-faktor genetik memainkan peranan pada beberapa bentuk osteoartritis.
Adanya mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-
unsur tulang rawan sendi seperti kolagen dan proteoglikan, berperan dalam
timbulnya kecenderungan familial pada osteoartritis.

Sebagai contoh perkembangan osteoartritis sendi-sendi interfalang distal tangan


(nodus heberden) merupakan salah satu bentuk Osteoartritis karena faktor
genetik. Nodus heberden biasanya ditemukan pada pria yang kedua orang
tuanya terkena penyakit ini sebelumnya, sedangkan pada perempuan nodus
heberden bisa terjadi meskipun hanya salah satu dari orangtuanya yang terkena.
Jadi Nodus Heberden 10 kali lebih sering ditemukan pada perempuan
dibandingkan laki-laki.
 Umur
Jumlah penderita osteoartritis bertambah dengan meningkatnya usia, maka
sering dianggap sebagai bagian dari proses penuaan. Prevalensi dan beratnya
osteoartritis semakin meningkat dengan bertambahanya umur. Osteoartritis
hampir tidak pernah terjadi pada anak-anak, jarang pada umur di bawah 40
tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun. Penyakit ini pernah dianggap
sebagai suatu proses penuaan normal, sebab insiden bertambah dengan
meningkatnya usia. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan antara umur
dengan penurunan kekuatan kolagen dan proteoglikan pada kartilago sendi.
 Jenis kelamin dan faktor hormonal
Menurut penelitian di Amerika Serikat, osteoartritis lebih sering menyerang
wanita dibandingkan pria. Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan
pada laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan
leher. Secara keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi osteoartritis lebih sama
pada laki-laki dan perempuan. Tetapi diatas 50 tahun (setelah menopause)
frekuensi lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukan peran
hormonal pada pathogenesis osteoartritis. Pada periode ini, hormon estrogen
tidak berfungsi lagi. Sementara salah satu fungsi hormon ini adalah untuk
mempertahankan massa tulang. Hubungan antara estrogen dan pembentukan
tulang dan prevalensi osteoartritis pada perempuan menunjukan bahwa hormon
memainkan peranan aktif dalam perkembangan dan progresivitas penyakit ini.
Selain itu, bentuk tubuh perempuan juga menjadi penyebab mengapa perempuan
lebih berisiko mengalami osteoartritis. Tubuh wanita lebih lebar di bagian
pinggul, sementara laki-laki cenderung lurus. Biasanya lemak bertambah di
pinggul dan perut ketika perempuan beranjak tua. Ini jelas akan memberikan
beban yang lebih besar untuk lutut.
 Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan.
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan mekanik pada
sendi penahan beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan osteoartritis lutut.
Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang
menanggung beban, tetapi juga dengan osteoartritis sendi lainnya.
 Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam-garam proteoglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan
sendi, ligament, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes militus, glukosa akan
menyebabkan produksi proteoglikan menurun. Semua hal tersebut dapat
menyebabkan terjadinya osteoartritis.
 Faktor mekanis dan pengausan (wear dand tear)
Trauma hebat yang sampai merusak integritas struktural dan biomekanik sendi
atau dislokasi sendi merupakan predisposisi dari osteoartritis. Selain itu,
terjadinya cedera sendi, pekerjaan dan olahraga yang menggunakan sendi secara
berlebihan, dan gangguan kongruensi sendi dapat meningkatkan terjadinya
osteoartritis. Pemakaian sendi untuk jangka waktu yang lama secara teoritis
dapat merusak rawan sendi melalui 2 mekanisme yaitu pengikisan dan proses
degenerasi.
 Akibat penyakit radang sendi lain
Osteoartritis dapat timbul sebagai akibat berbagai penyakit sendi lainnya seperti
arthritis rematoid, arthritis karena infeksi akut, infeksi kronis pada sendi. Infeksi
tersebut dapat menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak
matriks rawan sendi oleh membran sinovia dan sel-sel radang.
 Joint Malalignment
Pada akromegali, karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi
menebal dan ini menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga
mempercepat proses degradasi.

4. Tanda dan Gejala :


 Nyeri Sendi
Gambaran klinis osteoartritis umumnya berupa nyeri sendi terutama pada sendi
bergerak atau menanggung beban. Nyeri tumpul ini berkurang bila pasien
beristirahat, dan bertambah bila sendi digerakkan atau bila memikul beban
tubuh.
 Kaku Sendi
Dapat pula terjadi kekakuan sendi setelah sendi tersebut tidak digerakkan
beberapa lama, tetapi kekakuan ini akan menghilang setelah sendi digerakkan.
Kekakuan pada pagi hari, jika terjadi, biasanya hanya bertahan selama beberapa
menit, bila dibandingkan dengan kekakuan sendi di pagi hari disebabkan oleh
arthritis rheumatoid yang terjadi lebih lama. Spasme otot atau tekanan pada
saraf di daerah sendi yang tertganggu adalah sumber nyeri.
 Pembengkakan sendi
Merupakan reaksi dari peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang
sendi. Biasanya teraba panas tanpa adanya kemerahan.
 Gangguan fungsi
Gangguan fungsi timbul karena ketidakserasian tulang pembentuk sendi.
Adanya kontraktur dan kemungkinan adanya osteofit, nyeri dan bengkak,
merupakan penyebab yang menimbulkan gangguan fungsi.
 Deformitas
Karena adanya obstruksi lokal rawan sendi. Gambaran lainnya adalah
keterbatasan dalam gerakan (terutama tidak dapat berekstensi penuh), nyeri
tekan local, pembesaran tulang di sekitar sendi. Gejala dan tanda osteoarthritis
muncul sangat perlahan dan biasanya mengenai hanya satu atau beberapa sendi.
Sendi yang sering terkena adalah panggul, lutut, vertebra lumbal bawah dan
servikalis, sendi antarfalang distal jari tangan, sendi karpometakarfal pertama,
dan sendi tarsometatarsal pertama. Sebagian besar pengidap osteoarthritis
asimtomatik hingga usia 50 tahun meskipun mereka yang mengidap bentuk
sekunder penyakit dapat memperlihatkan gejala pada usia lebih awal.
Komplikasi yang umum adalah kaku sendi dan nyeri tumpul yang dalam,
terutama pada pagi hari. Pemakaian sendi berulang- ulang cenderung menambah
nyeri. Krepitus, suara berderak akibat permukaan yang terpajan saling
bergesekan, sering terdengar pada kasus yang berat. Biasanya sendi agak
membengkak, mungkin terbentuk efusi ringan. Nodus heberden, osteofit kecil di
sendi antarfalang distal, paling sering ditemukan pada perempuan dengan
osteoarthritis primer.

5. Pengobatan / Penatalaksanaan
a. Penanganan Umum
1) Olah raga atau exercise
Olah raga yang tepat (termasuk peregangan dan penguatan) akan membantu
mempertahankan kesehatan tulang rawan, mengurangi kekakuan,
meningkatkan daya gerak sendi dan kekuatan otot-otot di sekitarnya
sehingga otot menyerap benturan dengan lebih baik.
2) Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pada pasien osteoartritis yang gemuk
harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat
badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
3) Edukasi
Memberikan edukasi kepada pasien untuk terus menjaga kesehatan
persendiannya dengan mengetahui seluk beluk osteoarthritis, juga
mengeliminir faktor predisposisi serta melakukan gaya hidup sehat.
4) Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Sehingga perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi
yang sakit. Disarankan untuk penggunaan alat-alat pendukung seperti splints
(kayu untuk membadut tangan patah), tongkat-tongkat dari rotan, alat-alat
pembantu berjalan, dan penyangga atau penopang-penopang (braces). Alat-
alat ini dapat berguna dalam mengurangi tekanan pada sendi-sendi.
5) Fisioterapi.
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang
meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat
otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik
lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi
rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul
karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena
otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan
rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
6) Terapi Panas atau dingin
Terapi panas digunakan untuk mengurangi rasa sakit, membuat otot-otot
sekitar sendi menjadi rileks dan melancarkan peredaran darah. Terapi panas
dapat diperoleh dari kompres dengan air hangat/panas, sinar IR (infra
merah) dan alat-alat terapi lainnya.
Terapi dingin digunakan untuk mengurangi bengkak pada sendi dan
mengurangi rasa sakit. Terapi dingin biasanya dipakai saat kondisi masih
akut. Dapat diperoleh dengan kompres dengan air dingin.
7) Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifat
penyakitnya yang menahun dan ketidakmampuan yang ditimbulkannya.
Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak
lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis
sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor
psikologis.
b. Pemberian Obat-obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak
mampuan.
1) Obat peredam nyeri (misalnya acetaminofen) merupakan obat yang
diperlukan untuk mengurangi nyeri sendi.
2) Obat anti inflamasi non-steroid (misalnya aspirin atau ibuprofen) bisa
diberikan untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan (sinovitis). Pemberian
pengobatan lokal dengan injeksi intra-articular steroid. Untuk topikal terapi
dengan topikal NSAID, salisilat cream efektif pada beberapa penderita
ostearthritis.
3) Suplemen sendi
Suplemen sendi seperti Glukosamin dan Chondroitin. Glukosamine adalah
bahan pembentukan proteoglycan, bekerja dengan merangsang pertumbuhan
tulang rawan, serta menghambat perusakan tulang rawan. Chondroitin Sulfat
berguna untuk merangsang pertumbuhan tulang rawan dan menghambat
perusakan tulang rawan.
c. Tindakan Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien dengan osteoartritis dengan
kerusakan sendi yang nyata, dengan nyeri yang menetap dan kelemahan fungsi.
Tindakan operasi umumnya dilakukan dengan indikasi tertentu seperti:
1) Nyeri yang berkelanjutan dan menetap dengan gejala-gejala iritasi radiks
saraf
2) Terdapat kelainan neurologis yang progresif
3) Adanya nyeri yang sangat mengganggu.
Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
1) Osteotomi dilakukan untuk mengoreksi ketidaksesuaian sendi.
2) Artroskopi debridement merupakan suatu prosedur tindakan untuk diagnosis
dan terapi pada kelainan sendi dengan menggunakan kamera, dengan alat ini
dokter melakukan pembersihan dan pencucian sendi, selain itu dokter dapat
melihat kelainan pada sendi yang lain dan langsung dapat memeperbaikinya.
3) Operasi Arthroplasty Total
Merupakan perawatan yang pasti untuk kasus osteoartritis yang
berat. Beberapa sendi (terutama sendi panggul dan lutut) bisa diganti dengan
sendi buatan. Tindakan ini biasanya berhasil dan hampir selalu bisa
memperbaiki fungsi dan pergerakan sendi, serta mengurangi nyeri. Karena
itu jika fungsi sendi menjadi terbatas, maka dianjurkan untuk menjalani
penggantian sendi. Prosedur ini dilakukan pada kasus stadium lanjut (3 dan
4). Setelah operasi pasien dapat berjalan kembali dengan tanpa rasa nyeri.
4) Viskosuplementasi.
Proses viskosuplementasi adalah cara yang dapat membantu
pemulihan dan peningkatan pembantalan serta pelumasan cairan sinovial
persendian pada penderita osteoarthritis. Pada proses viskosuplementasi
dilakukan penyuntikan semacam cairan atau gel yang sama dengan cairan
sinovial ke dalam persendian untuk memulihkan sifat peredam kejut (shock
breaker) serta pelumasan cairan sinovial yang terkena osteoarthritis.
6. Pencegahan
 Diet rendah purin dan batasi konsumsi lemak
 Olahraga teratur
 Banyak minum air putih
 Jaga berat badan ideal
 Kurangi aktifitas berat secara perlahan-lahan
 Lindungi daerah persendian
 Jangan mandi terlalu malam
 Jangan bekerja terlalu keras
 Istirahat yang cukup 8 jam sehari
 Makan makanan bergizi yang cukup
 Rutin memeriksakan kesehatan di posyandu lansia atau sarana kesehatan
terdekat.

DAFTAR PUSTAKA

Price& Wilson. (2005) .Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta: EGC


Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth. Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk. Editor edisi bahasa

Indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC

Sudoyo W, Aru. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV . Jakarta : Pusat

Penerbitan departemen Ilmu Penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universita

Indonesia.

Pratiwi, A. I. (2015). Diagnosis and treatment osteoarthritis. Jurnal Majority. Volume 4.

Nomor 4.

Mutiwara, E., Najiman., & Afriwardi. (2016). Hubungan indeks massa tubuh dengan

derajat kerusakan sendi pada pasien osteoarthritis lutut di RSUP Dr. M. Djamil

padang. Jurnal kesehatan andalas. Volume 5. Nomor 2

Anda mungkin juga menyukai