2. Epidemiologi Osteoarthritis
Angka kejadian OA sering dijumpai pada orang dengan usia 45 tahun keatas
dengan angka kejadian pada wanita lebh banyak dari pada pria. Diseluruh dunia,
diperkirakan 9, 6% pria dan 18% wanita berumur 60 thn keatas, terkena OA. Insiden OA
pada umur kurang dari 20 tahun sekitar 10% dan meningkat lebh dari 80% pada umur lebih
dari 55 tahun (Susanto,2011).
3. Penyebab Osteoarthritis
Faktor penyebab yang berperan pada osteoarthritis dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu factor predisposisi dan factor mekanik:
a. Factor predisposisi
1) Umur
Semakin bertambahnya umur kualitas cartilage persendian semakin mengalami
penurun. Kartilago yang memiliki pearan sebagai bantalan penahan tekanan
semakin tua akan semakin berkurang elastisitasnya, sehingga akan
mengakibatkan gangguan fungsi.
2) Jenis kelamin dan faktor hormonal
Wanita yang mengalami menopause lebih rentan terkena OA, hal ini di sebabkan
Peran hormonal pada pathogenesis OA. Pada periode ini, hormon estrogen tidak
berfungsi lagi. Sementara salah satu fungsi hormon ini adalah untuk
mempertahankan massa tulang. Hubungan antara estrogen dan pembentukan
tulang dan prevalensi osteoartritis pada perempuan menunjukan bahwa hormon
menjadi peranan aktif dalam perkembangan dan progresivitas penyakit OA.
Selain itu, bentuk tubuh perempuan juga menjadi penyebab mengapa perempuan
lebih berisiko mengalami osteoartritis. Tubuh wanita lebih lebar di bagian
pinggul, sementara laki-laki cenderung lurus. Biasanya lemak bertambah di
pinggul dan perut ketika perempuan beranjak tua. Ini jelas akan memberikan
beban yang lebih besar untuk
3) Kegemukan
Kegemukan akan menambah beban pada sendi untuk menopang berat badan.
Memiliki berat badan yang berlebih dapat meningkatkan tekanan mekanik pada
sendi penahan beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan osteoartritis lutut.
4) Genetik
Adanya mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain yang
merupakan dasar atau unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen dan
proteoglikan, dimana kedua unsure tersebut berperan dalam timbulnya
kecenderungan familial pada osteoartritis. Sebagai contoh perkembangan
osteoartritis sendi-sendi interfalang distal tangan (nodus heberden) merupakan
salah satu bentuk Osteoartritis karena faktor genetik. Nodus heberden biasanya
ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena penyakit ini sebelumnya,
sedangkan pada perempuan nodus heberden bisa terjadi meskipun hanya salah
satu dari orangtuanya yang terkena. Jadi Nodus Heberden 10 kali lebih sering
ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki.
5) Penyakit endokrin
OA dapat terjadi akibat penyakit endokrin salah satu contohnya pada
hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam-garam proteoglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan
sendi, ligament, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes militus, glukosa akan
menyebabkan produksi proteoglikan menurun. Semua hal tersebut dapat
menyebabkan terjadinya OA.
6) Infeksi
Infeksi disebabkan oleh virus, virus yang masuk ke dalam tubuh kedalam
pembuluh darah kemudian dilalirkan oleh darah. Virus tersebut akan berhenti
ketempat yang disukainya.
b. Factor mekanik
1) Trauma langsung atau tidak langsung
Trauma langsung atau tidak langsung (trauma kecil-kecil yang dialami sepanjang
masa menjelang tua) mengakibatkan rusaknya katilago persendian. Trauma hebat
yang sampai merusak integritas struktural dan biomekanik sendi atau dislokasi
sendi merupakan penyebab dari osteoartritis. Selain itu, terjadinya cedera sendi,
pekerjaan dan olahraga yang menggunakan sendi secara berlebihan, dan
gangguan kongruensi sendi dapat meningkatkan terjadinya osteoartritis.
Pemakaian sendi untuk jangka waktu yang lama secara teoritis dapat merusak
rawan sendi melalui 2 mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi.
2) Kecacatan genu valgus atau genu varus
Kecacatan pada genu valgus atau genu varus tersebut dapat mengakibatkan
kerusakan pada karlilago persendian, karena berat badan hanya ditumpu oleh
sebagian dan persendian.
3) Penyakit sendi lain
Osteoartritis dapat timbul sebagai akibat berbagai penyakit sendi lainnya seperti
arthritis, arthritis karena infeksi akut, atau karena infeksi kronis seperti TBC.
Sendi infeksi tersebut menimbulkan reaksi peradangan dan mengeluarkan enzim
permukaan matrik rawan sendi oleh membran synovial dan sel-sel radang.
4. Patofisiologi Osteoarthritis
Prosesnya berawal dari perubahan fungsi dari kondrosit, sehingga terjadi
peningkatan sintesis pada prostaglandin dan kolagen. Oleh karena itu, penghancuran
daripada proteoglikan dan kolagen berlangsung dengan cepat yang mempengaruhi
perubahan jumlah kartilago tipe I yang digantikan oleh kartilago tipe II. Berpengaruh pula
pada diameter, orientasi serat kolagen dan biomekanika cartilago. Sehingga, sifat
komprebilitas dari rawan sendi itu semakin lama akan hilang/menurun. Penyakit yang
berhubungan dengan sistem endokrin pun dapat menyebabkan terjadinya osteoarthritis,
contohnya saja hipertiroidisme. Awalnya akan mengalami perubahan metabolisme tulang,
aktivitas enzim yang merusak makromolekul matriks tulang rawan sendi meningkat.
Keadaan tersebut akan menurunkan kadar protoglikan sehingga terjadi perubahan serabut
serabut kolagen. Kadar air pada tulang rawan sendi menurun, sehingga permukaan tulang
rawan sendi terbelah pecah dengan robekan dan menimbulkan laserasi. Risiko
osteoarthritis dapat pula karena faktor pertambahan usia, terutama setelah usia 45 tahun.
Seiring penuaan, jumlah kolagen dan kadar air akan menurun sehingga terjadi endapan
berbentuk pigmen berwarna kuning. Di sisi lain, penggunaan berulang-ulang pada sendi
selama bertahun-tahun membuat tulang rawan teriritasi dan terinflamasi. Akhirnya, tulang
rawan mulai menipis oleh pengikisan atau membentuk retakan-retakan kecil. Kelebihan
berat badan atau obesitas meningkatkan tekanan pada sendi yang menahan beban seperti
pinggul dan lutut. Hal ini meningkatkan risiko kerusakan tulang rawan. Bila sendi
mengalami beban berat berulang, maka tulang dibawah rawan sendi terutama tulang
subkondral yang banyak vaskularisasinya akan mengalami mikrofraktur. Sebagai usaha
perbaikan akan terjadi remodeling dari arsitektur interna agar lebih tahan terhadap tekanan.
Tulang subkondral yang kaku ini menjadi tidak efektif sebagai peredam kejut dan
selanjutnya rawan sendi menjadi tak terlindungi dan terjadilah tekanan yang lebih besar
pada rawan sendi tersebut yang berakhir dengan kerusakan.
Trauma pada sendi atau tulang rawan juga dapat menyebabkan osteoarthritis
karena merusak integritas struktur dan biomekanik. Adapun penyakit radang sendi lainnya,
itu dapat menyebabkan terjadinya infeksi sehingga menimbulkan reaksi peradangan.
Kemudian, mengeluarkan enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran synovial dan
sel-sel radang. Pada osteoarthritis yang paling menonjol adalah keluhan nyeri. Nyeri dapat
disebabkan karena terjadi kekakuan pada sendi akibat tidak digunakan dalam waktu yang
lama sehingga menurunkan kemampuan ekstensi penuh. Namun, nyeri juga dapat timbul
akibat saraf pada daerah sendi yang mengalami penekanan serta sering timbul pada malam
hari saat udara dingin. Penekanan pada saraf daerah sendi akan melepaskan mediator
kimia, mengaktifkan neutrofil dan makrofag sehingga melepas zat pirogen. Hal itu
merangsang sel-sel endotel hipotalamus untuk melepas asam arakidonat yang memicu
pengeluaran prostaglandin. Prostaglandin akan meningkatkan vasodilatasi pembuluh
darah dan mempengaruhi kerja thermostat di hipotalamus. Sehingga dapat menimbulkan
edema dan peningkatan suhu tubuh.
5. Pathway Osteoarthritis
(Terlampir)
6. Klasifikasi Osteoarthritis
Osteoartritis dapat dibagi atas dua jenis yaitu:
a. Osteoartritis Primer
Osteoartritis Primer tidak diketahui dengan jelas penyebabnya, dapat mengenai satu
atau beberapa sendi. Osteoartritis jenis ini terutama ditemukan pada pada wanita kulit
putih, usia baya, dan umumnya bersifat poli-articular dengan nyeri akut disertai rasa
panas pada bagian distal interfalang, yang selanjutnya terjadi pembengkakan tulang
(nodus heberden).
b. Osteoartritis Sekunder
Osteoartritis sekunder dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan
pada sinovia sehingga menimbulkan osteoartritis sekunder.
Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan osteoartritis sekunder sebagai berikut:
1) Trauma / instabilitas.
Oosteoartritis sekunder terutama terjadi akibat fraktur pada daerah sendi, setelah
menisektomi, tungkai bawah yang tidak sama panjang, adanya hipermobilitas,
instabilitas sendi, ketidaksejajaran dan ketidakserasian permukaan sendi.
2) Faktor Genetik/ Perkembangan
Adanya kelainan genetik dan kelainan perkembangan tubuh (displasia epifisial,
displasia asetabular, penyakit Legg-Calve-Perthes, dislokasi sendi panggul
bawaan, tergelincirnya epifisis dapat menyebabkan Osteoartritis .
3) Penyakit Metabolik/ Endokrin
Osteoartritis sekunder dapat pula disebabkan oleh penyakit metabolik/ sendi
(penyakit okronosis, akromegali, mukopolisakarida, deposisi kristal, atau setelah
inflamasi pada sendi. (misalnya, Osteo Artritis atau artropati karena inflamasi).
b. Pemberian Obat-obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan.
1) Obat peredam nyeri (misalnya acetaminofen) merupakan obat yang diperlukan
untuk mengurangi nyeri sendi.
2) Obat anti inflamasi non-steroid (misalnya aspirin atau ibuprofen) bisa diberikan
untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan (sinovitis). Pemberian pengobatan
lokal dengan injeksi intra-articular steroid. Untuk topikal terapi dengan topikal
NSAID, salisilat cream efektif pada beberapa penderita ostearthritis.
c. Tindakan Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien dengan osteoartritis dengan
kerusakan sendi yang nyata, dengan nyeri yang menetap dan kelemahan fungsi.
Tindakan operasi umumnya dilakukan dengan indikasi tertentu seperti:
1) Nyeri yang berkelanjutan dan menetap dengan gejala-gejala iritasi radiks saraf
2) Terdapat kelainan neurologis yang progresif
3) Adanya nyeri yang sangat mengganggu.
Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
1) Osteotomi
Osteotomi dilakukan untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidak sesuaian
sendi.
2) Artroskopi debridement
Merupakan suatu prosedur tindakan untuk diagnosis dan terapi pada kelainan
sendi dengan menggunakan kamera, dengan alat ini dokter melakukan
pembersihan dan pencucian sendi, selain itu dokter dapat melihat kelainan pada
sendi yang lain dan langsung dapat memeperbaikinya.
3) Operasi Arthroplasty total
Merupakan perawatan yang pasti untuk kasus osteoartritis yang berat. Beberapa
sendi (terutama sendi panggul dan lutut) bisa diganti dengan sendi buatan.
Tindakan ini biasanya berhasil dan hampir selalu bisa memperbaiki fungsi dan
pergerakan sendi, serta mengurangi nyeri. Karena itu jika fungsi sendi menjadi
terbatas, maka dianjurkan untuk menjalani penggantian sendi. Prosedur ini
dilakukan pada kasus stadium lanjut (3 dan 4). Setelah operasi pasien dapat
berjalan kembali dengan tanpa rasa nyeri. Komplikasi dari arthroplasty total
antara lain dislokasi prostesis panggul, drainase luka, trombosis vena profunda
dan infeksi. Tindakan operasi arthroplasty total terdiri dari 2 jenis, antara lain:
a) Total Hip Replacement
Total hip replacement adalah penggantian panggul yang rusak berat dengan
sendi buatan (Smeltzer & Bare, 2002). Total hip replacement adalah
penggantian sendi panggul melalui pembedahan (kepala dan mangkuk)
dengan sendi panggul prostetik (Engram, 1999). Sendi buatan ini terdiri dari
3 bagian yaitu mangkuk (acetabular), caput dan batang (stem) (Sulaiman,
2011). Bagian luar acetabular terbuat dari logam sementara bagian luar
terbuat dari plastik.
(1) Indikasi
Indikasi penyebab pada kebanyakan total hip replacement adalah
nyeri berat dan kronis pada istirahat dan ambulasi, yang tidak hilang
dengan analgesik dan obat anti inflamasi. Keadaan yang mengakibatkan
degenerasi sendi meliputi:
(a) Arthritis rheumatoid
(b) Osteoarthritis (penyakit sendi degeneratif)
(c) Trauma
(d) Deformitas kongenital
Penggantian sendi dapat pula dilakukan pada keadaan dimana
terjadi terputusnya asupan darah dan nekrosis avaskuler yang
diakibatkannya. Indikasi lain yang dapat memungkinkan PPT adalah
fraktur kolum femoralis, kegagalan pembedahan rekonstruksi
sebelumnya (kerusakan prostesis, osteotomi, penggantian kaput
femoralis) dan masalah karena penyakit panggul kongenital. Total hip
replacement dapat dilakukan pada kedua panggul pada saat yang
bersamaan, atau pembedahan dapat dilakukan pada satu panggul yang
lain setelah panggul yang pertama sembuh.
(2) Perawatan Pasca Operasi
(a) Periksa tanda vital, termasuk suhu dan tingkat kesadaran, setiap 4
jam atau lebih sering seperti yang dibutuhkan. Laporan perubahan
signifikan ke dokter. Pemeriksaan ini memberikan informasi
tentang status kardiovaskular pasien dan dapat memberikan indikasi
awal komplikasi seperti perdarahan yang berlebihan, defisit volume
cairan, dan infeksi.
(b) Melakukan pemeriksaan neurovaskular pada anggota tubuh yang
dioperasi per jam untuk 12-24 jam pertama, maka setiap 2-4 jam.
Segera melaporkan temuan abnormal ke dokter. Operasi dapat
mengganggu suplai darah atau persarafan pada bagian ekstremitas.
Jika demikian, intervensi cepat adalah penting untuk menjaga fungsi
ekstremitas tersebut.
(c) Monitor perdarahan insisional dengan mengosongkan dan merekam
hisap drainase setiap 4 jam dan menilai dressing sering. kehilangan
darah yang signifikan dapat terjadi dengan penggantian sendi total,
terutama penggantian panggul total.
(d) Menjaga asupan infus dan akurat dan output catatan selama periode
pasca operasi awal.
(e) Mempertahankan istirahat dan posisi yang ditentukan dari
ekstremitas yang terkena menggunakan sling, belat penculikan,
brace, immobilizer, atau perangkat lain yang ditentukan.
(f) Bantu pasien pergeseran posisi setidaknya setiap 2 jam sementara di
tempat tidur beristirahat. Pergeseran posisi membantu mencegah
luka tekanan dan lainnya komplikasi imobilitas.
(g) Mengingatkan pasien untuk menggunakan spirometer insentif,
batuk, dan bernapas dalam setidaknya setiap 2 jam. Langkah-
langkah ini penting untuk mencegah komplikasi pernafasan seperti
pneumonia.
(h) Menilai tingkat kenyamanan pasien sering. Memelihara PCA, infus
epidural, atau analgesia yang diresepkan lainnya untuk
meningkatkan kenyamanan. manajemen nyeri yang memadai
meningkatkan penyembuhan dan mobilitas.
(i) Memulai terapi fisik dan latihan seperti yang ditentukan untuk
bersama spesifik diganti, seperti paha depan pengaturan, menaikkan
kaki, dan pasif dan aktif berbagai-latihan-gerak. Latihan ini
membantu mencegah atrofi otot dan tromboemboli dan memperkuat
otot-otot ekstremitas yang terkena sehingga dapat mendukung sendi
prostetik.
(j) Gunakan perangkat kompresi berurutan atau stocking antiembolism
seperti yang ditentukan. Ini membantu mencegah tromboemboli dan
pulmonary embolus untuk pasien yang harus tetap bergerak setelah
operasi.
(k) Menilai pasien dengan total penggantian pinggul tanda-tanda
prosthesis dislokasi, termasuk rasa sakit di pinggul terpengaruh atau
shortening dan internal rotasi kaki yang terkena.
b) Total Knee Replacement
Total Knee Replacement (TKR) adalah prosedur operasi penggantian sendi
lutut yang tidak normal dengan material buatan. Pada TKR, ujung dari tulang
femur akan dibuang dan diganti dengan metal shell dan ujung dari tibia
juga akan diganti dengan metal stem dan diantara keduanya dihubungkan
dengan plastik sebagai peredam gerakan (AAOS, 2015).
(1) Indikasi
Indikasi Total Knee Replacement dilakukan pada pasien yang
mengalami nyeri berat dan disabilitas fungsi karena kerusakan
permukaan sendi akibat artritis (Osteoarthritis, Rheumatoid artritis,
artitis pasca trauma) dan perdarahan ke dalam sendi, seperi pada
penderita hemophilia. Dapat digunakan prosthesis logam dan akrilik
dirancang untuk membuat sendi yang fungsional, tidak nyeri, stabil
(Smeltzer & Bare, 2002).
Tindakan TKR sering dilakukan pada pasien dengan osteoartritis
lutut tingkat lanjut. Tujuan penggantian lutut total (TKR) yaitu;
memperbaiki cacat, dan untuk mengembalikan fungsi, penggantian
sendi lutut yang telah parah, untuk membebaskan sendi dari rasa nyeri,
untuk menggembalikkan rentang gerak (ROM), untuk mengembalikkan
fungsi normal bagi seorang pasien, untuk membangun kembali aktivitas
sehari-hari (ADL) dengan modifikasi yang tetap menjaga ROM pasien
(Triwibowo, 2012).
4) Viskosuplementasi.
Proses viskosuplementasi adalah cara yang dapat membantu pemulihan dan
peningkatan pembantalan serta pelumasan cairan sinovial persendian pada
penderita osteoarthritis. Pada proses viskosuplementasi dilakukan penyuntikan
semacam cairan atau gel yang sama dengan cairan sinovial ke dalam persendian
untuk memulihkan sifat peredam kejut (shock breaker) serta pelumasan cairan
sinovial yang terkena osteoarthritis.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada pasien dengan rekonstruksi berdasarkan rumusan
diagnosa keperawatan menurut NANDA (2012-2014) antara lain:
Pre Operasi
1) Nyeri kronis berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan integritas struktur tulang
3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit (perubahan bentuk tulang dan
sendi)
4) Ansietas berhubungan dengan prosedur penggantian panggul total
Intra Operasi
1) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
Post Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma/prosedur pembedahan)
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuluskeletal.
3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan
4) Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi
3. Rencana Tindakan
Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
Pre Operasi
1. Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan Pain Management
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Lakukan pengkajian
terputusnya diharapkan pasien terbebas nyeri secara
kontinuitas jaringan dari nyeri / nyeri berkurang komprehensif
dengan kriteria hasil: termasuk lokasi,
a. Mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
(tahu penyebab nyeri, frekuensi, kualitas dan
mampu menggunakan faktor presipitasi
tekhnik nonfarmakologi 2. Observasi reaksi
untuk mengurangi nyeri, nonverbal dari
mencari bantuan) ketidaknyamanan
b. Melaporkan bahwa nyeri 3. Gunakan tekhnik
berkurang dengan komunikasi terapeutik
menggunakan manajemen untuk mengetahui
nyeri pengalaman nyeri
c. Mampu mengenali nyeri pasien
(skala intensitas, frekuensi 4. Evaluasi pengalaman
dan tanda nyeri) nyeri masa lampau
d. Menyatakan rasa nyaman 5. Kontrol lingkungan
setelah nyeri berkurang yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
pencahayaan dan
kebisingan
6. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
7. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
interpersonal)
8. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
9. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
10. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
11. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
12. Tingkatkan istirahat
13. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Analgesic administration
1. Cek intruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
2. Cek riwayat alergi
Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
3. Tentukan analgesik
pilihan
4. Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
setelah pemberian
5. Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
6. Evaluasi efektifitas
analgesik, tanda dan
gejala
2. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Exercise therapy:
fisik berhubungan keperawatan selama 3x24 jam ambulation
dengan kehilangan diharapkan kaku sendi pasien 1. Monitoring vital sign
integritas struktur dapat teratasi, dengan kriteria sebelum atau sesudah
tulang hasil: latihan dan lihat respon
a. Klien meningkat dalam pasien saat latihan
aktivitas fisik 2. Konsultasikan dengan
b. Mengerti tujuan dari terapi fisik tentang
peningkatan mobilitas rencana ambulasi
c. Memverbalisasikan sesuai dengan
perasaan dalam kebutuhan
meningkatkan kekuatan 3. Bantu klien untuk
dan kemampuan menggunakan tongkat
berpindah saat berjalan dan cegah
d. Memperagakan terhadap cedera
penggunaan alat bantu 4. Ajarkan pasien atau
untuk mobilisasi (walker) tenaga kesehatan lain
tentang teknik
ambulasi
Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
5. Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
6. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
7. Damping dan bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs
pasien
8. Berikan alat bantu jika
pasien memerlukan
9. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
3. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan Body image enhancement
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam 1. Kaji secara verbal dan
penyakit (perubahan gangguan citra tubuh teratasi, non verbal respon klien
bentuk tulang dan dengan kriteria hasil; terhadap kondisinya
sendi) a. Gambaran diri positif 2. Monitor frekuensi
b. Mendeskripsikan secara mengkritik diri
faktual perubahan fungsi 3. Dorong klien
tubuh mengungkapkan
c. Mempertahankan interaksi perasasaannya
sosial 4. Sediakan informasi
kepada klien tentang
penyakitnya dengan
cara yang tepat
Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
5. Identifikasi support
group termasuk
keluarga/kerabat
6. Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam
kelompok lokal
7. Beri penguatan positif
terhadap hal lain pada
diri klien
4. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan perawatan Anxiety reduction
dengan prosedur 3x24 jam ansietas teratasi, 1. Gunakan pendekatan
penggantian panggul dengan kriteria hasil; yang menenangkan
total. a. Klien mampu 2. Identifikasi tingkat
mengidentifikasi, kecemasan
mengungkapkan 3. Nyatakan dengan jelas
kecemasannya harapan terhadap
b. Klien mampu prilaku klien
menunjukkan tehnik 4. Pahami perspektif klien
mengontrol cemas terhadap situasi stress
c. Ekspresi wajah dan bahasa 5. Jelaskan semua
tubuh menunjukkan prosedur
berkurangnya kecemasan 6. Dorong klien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
7. Dengarkan dengan
penuh perhatian
8. Ajarkan tehnik relaksasi
9. Kolaborasi untuk
farmakologi bila
diperlukan
Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
Intra Operasi
1. Resiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan
volume cairan keperawatan 1x24 jam 1. Catat intake dan output
berhubungan dengan diharapkan pasien tidak 2. Monitor status hidrasi
kehilangan cairan mengalami dehidrasi atau seperti membran
cairan tubuh pasien adekuat mukosa, nadi, tekanan
dengan kriteria hasil: darah dengan cepat.
a. Kulit dan membran 3. Beri cairan yang sesuai
mukosa lembab dengan terapi
b. Tidak terjadi demam
c. TTV normal
Post Operasi
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain Management
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Lakukan pengkajian
agen cedera fisik diharapkan pasien terbebas nyeri secara
(trauma/prosedur dari nyeri / nyeri berkurang komprehensif
pembedahan) dengan kriteria hasil: termasuk lokasi,
a. Mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
(tahu penyebab nyeri, frekuensi, kualitas dan
mampu menggunakan faktor presipitasi
tekhnik nonfarmakologi 2. Observasi reaksi
untuk mengurangi nyeri, nonverbal dari
mencari bantuan) ketidaknyamanan
b. Melaporkan bahwa nyeri 3. Gunakan tekhnik
berkurang dengan komunikasi terapeutik
menggunakan manajemen untuk mengetahui
nyeri pengalaman nyeri
c. Mampu mengenali nyeri pasien
(skala intensitas, frekuensi 4. Evaluasi pengalaman
dan tanda nyeri) nyeri masa lampau
Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
d. Menyatakan rasa nyaman 5. Kontrol lingkungan
setelah nyeri berkurang yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
6. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
7. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
interpersonal)
8. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
9. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
10. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
11. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
12. Tingkatkan istirahat
13. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Analgesic administration
Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
1. Cek intruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
2. Cek riwayat alergi
3. Tentukan analgesik
pilihan
4. Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
setelah pemberian
5. Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
6. Evaluasi efektifitas
analgesik, tanda dan
gejala
2. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Exercise therapy:
fisik berhubungan keperawatan selama 3x24 jam ambulation
dengan gangguan diharapkan kaku sendi pasien 10. Monitoring vital sign
muskuluskeletal dapat teratasi, dengan kriteria sebelum atau sesudah
hasil: latihan dan lihat respon
a. Klien meningkat dalam pasien saat latihan
aktivitas fisik 11. Konsultasikan dengan
b. Mengerti tujuan dari terapi fisik tentang
peningkatan mobilitas rencana ambulasi
c. Memverbalisasikan sesuai dengan
perasaan dalam kebutuhan
meningkatkan kekuatan 12. Bantu klien untuk
dan kemampuan menggunakan tongkat
berpindah saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
d. Memperagakan 13. Ajarkan pasien atau
penggunaan alat bantu tenaga kesehatan lain
untuk mobilisasi (walker) tentang teknik
ambulasi
14. Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
15. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
16. Damping dan bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs
pasien
17. Berikan alat bantu jika
pasien memerlukan
18. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
3. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat kemandirian
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam pasien dalam perawatan
diharapkan pasien mampu diri (makan-minum,
melakukan aktivitas perawatan mandi, perawatan mulut,
diri secara mandiri dengan berpakaian dan
kriteria hasil: eliminasi)
a. Pasien mampu melakukan 2. Berikan bantuan fisik
tugas fisik yang paling sesuai kebutuhan
mendasar (makan, (makan-minum, mandi,
Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
berpakaian, mandi, perawatan mulut,
BAB/BAK) berpakaian, eliminasi)
b. Pasien mampu 3. Ciptakan lingkungan
menunjukkan yang menyenangkan
keberhasilan merawat diri (jaga privasi pasien,
secara mandiri (pasien dekatkan barang-barang
bersih, rambut dan yang dibutuhkan pasien)
pakaian rapi, melakukan 4. Dorong keluarga dalam
aktivitas eliminasi) partisipasi untuk
pemenuhan perawatan
diri
4. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Infection Control (Kontrol
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam Infeksi)
luka post operasi diharapkan pasien tidak 1. Bersihkan lingkungan
mengalami infeksi atau tidak setelah dipakai pasien
terdapat tanda-tanda infeksi lain
pada pasien dengan kriteria 2. Gunakan sabun
hasil: antimikroba untuk cuci
a. Klien bebas dari tanda dan tangan
gejala infeksi 3. Cuci tangan setiap
b. Mendeskripsikan proses sebelum dan sesudah
penularan penyakit, faktor tindakan keperawatan
yang mempengaruhi 4. Gunakan baju, sarung
penularan serta tangan sebagai alat
penatalaksanaanya pelindung
c. Menunjukkan 5. Pertahankan
kemampuan untuk lingkungan aseptic
mencegah timbulnya selama pemasangan
infeksi alat
d. Jumlah leukosit dalam
batas normal
Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
e. Menunjukkan perilaku Infection Protection
hidup sehat (proteksi terhadap infeksi)
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
2. Monitor hitung
granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Pertahankan teknik
asepsis pada pasien
yang beresiko
6. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
7. Laporkan kecurigaan
infeksi
DAFTAR PUSTAKA