Anda di halaman 1dari 25

1.

Definisi

Penggantian sendi panggul atau Total Hip Replacement (THR) adalah suatu

prosedur bedah yang dilakukan kepada pasien yang mengalami kerusakan pinggul

yang parah. Selama proses operasi penggantian panggul. Ahli bedah membuang

tulang rawan yang rusak dan tulang dalam sendi panggul, mengganti kedua kepala

tulang paha dan socket buatan yang cocok. Salah satu atau kedua panggul dapat

diganti, meskipun penggantian kedua panggul jarang dilakukan 1

Penggantian sendi panggul atau Total Hip Replacement adalah suatu prosedur

operasi orthopedic yang meliputi eksisi dari kepala dan bagian proksimal dari leher

femur dan pembuangan dari tulang rawan asetabulum dan tulang subkhondral. Kanal

buatan dibuat di bagian proksimal medullar pada tulang femur dan prosthesis yang

terbuat dari metal yang terdiri dari bagian batang dan kepala dimasukan kedalam

canal medular tulang femur. Komponen asetabulum yang terdiri dari permukaan sendi

artikuler yang terbuat dari a high moleculer polietilen dimasukkan kedalam

asetabulum dengan tujuan memperlebar ruang di asetabulum. Untuk mendapatkan

hasil yang memuaskan , komponen komponen prostesi ini harus dapat terfiksasi

dengan baik kedalam tulang , baik dengan menggunakan semen atau tidak

menggunakan sement 2
2. Sejarah

Anthony White (1782-1849) adalah seorang dokter dari London Westminster

Hospital yang diketahui sebagai dokter yang pertama kali melakukan eksisi

arthroplasty panggul pada tahun 1821 , tapi beliau tidak membuat catatan pribadi

tentang prosedur yang dia lakukan , lalu selanjutnya adalah Henry Park (1744-1831)

yang bekerja di Liverpool Royal Hospital merupakan dokter bedah pertama yang

mempopulerkan eksisi arthroplasty dari sendi panggul pada akhir abad ke 18 dan

awal abad ke 19. Meskipun demikian adalah John Rea Barton (1794-1891) di

Philadelpia , Amerika Serikat yang pertama kali melakukan osteotomy

intertrochanteric tanpa pembiusan dan dilakukan hanya dalam waktu 7 menit.3

Arthroplastiy interpositional dipercaya dimulai pertama kali di Prancis

walaupun Auguste Stanislas Verneuli yang melakukan operasi soft tissue hip

interposition pada tahun 1860, adalah Leopard Ollier (1830-1900) yang mendapat

perhatian dunia medis pada saat itu. Pada tahun 1885 Ollier menjelaskan penggunaan

jaringan adipose pada sendi panggul yang sehat , tetapi prosedur ini gagal karena dia

tidak memfiksasi jaringan lemak tersebut ke tulang. Seorang dokter bedah dari Ceko

yang bernama Vitezlav Chlumsky membawakan beberapa eksperimen dengan

berbagai macam material inter positional yang termasuk otot , seluloid , silver plates ,

rubber struts , magnesium , zinc , glass , pyres , decalcified bone dan lilin 3

Selanjutya pada tahun 1891 Professor Thermistocles Gluck (1853-1942)

memproduksi ivory ball dan socket joint , dimana kemudian dia memfiksasi

komponen tersebut kedalam tulang dengan menggunakan nickle plated screw. Dia

kemudian bereksperimen dengan campuran gips , resin yang bertujuan untuk dapat

memfiksasi dengan baik ke tulang dengan hasil yang dapat diterima pada waktu itu .4
Pada awal abad ke 19 , Joihn Benjamin Murphy (1857-1916) seorang dokter

dari Chicago menjelaskan tentang simple removal dari overhanging bone osteophytes

(Hip cheilectomy) yang bertujuan untuk memperbaiki gejala dan kelihan dari

osteoarthritis pada panggul. Murphy dan Lexer yang berasal dari jerman melakukan

hip interposition dengan fascia lata. Prosedur yang serupa telah dijelaskan oleh

Henrich Helferich untuk terapi dari AO pada sendi temporo mandibular. Kandung

kemih babi kemudian diusulkan sebagai bahan yang baik untuk inter positional oleh

seorang dokter bedah prancis yang bernama Foedre , karena diketahui cukup kuat

untuk menahan tekanan sendi.5

Pada decade waktu yang sama , Sir Robert Jones menggunakan strip gold foil

untuk melapisi permukaan dari kaput femur dan 20 tahun kemudian dilaporkan pasien

masih tetap bisa melkukan mobilisasi sempurna dari sendi panggulmya. Ini adalah

follow up terpanjang yang dilaporkan pada waktu itu. pada tahun 1923 seorang dokter

bedah yang bernama Smith – Petersen menyarankan penggunaan prostetik mould

pada arthroplasty inter posisional , ini di desain untuk mendapatkan pergerakan dari

implant pada bagian sisi femur dan implant pada bagian sisi asetabulum , dia

mendesain glass mold untuk dapat diinterposisikan di antara permukaan kaput femur

dan asetabulum dan juga menjelaskan metode anterior approach pada panggul dimana

dia kemudian memakai metode ini dan memulai penggunaan implant tersebyut pada

tahun 1932 tetapi kemudian dia menelantarkan percobaanya karena glass yang

tertanam pada pasienny ada yang pecah dan hasilnya kurang memuaskan sehingga

memerlukan operasi revisi untuk membuang glass nya tersebut. Smith-Petersen

kemudian mencoba Vitallium molds yang ternyata hasilnya memuaskan , lalu selama

10 tahun dia mengoperasi lebih dari 500 pasien dengan menggunakan vitalium

molds.6
Gambar 2.1 Mould Arthroplasty yang berbentuk sepeti bel yang diperlenalkan oleh Marius Smith

Petersen 6

Dokter bedah pertama yang menggunakan rubber femoral prosthesis adalah

Pierre Debelt di Prancis. Dia menggunakan rubber femoral prosthesis pada tahun

1919 ketika melakukan hemiarthroplasty. Selanjutnya pada tahun 1927 , Ernest Hey-

Groves di Inggris bereksperimen dengan Ivory dan menghasilkan hasil yang jelek.

Robert Judath dan Jean Judath memproduksi prostese yang kemudian dapat dipakai

kepada pasien hingga 50 tahun lamanya (4,5R Trebse)

Gambar 2.3 Prostese dari Judet Arcyrilic dikeluarkan setelah 51 tahun post pemasangan

implant 4
Selanjutnya pada tahun 1940 , reseksi dari kaput femur untuk tuberculosis dan

infeksi lainnya di readvokasi oleh Gathorne Robert Girdlestone dari Oxford.

Girdlestonew excicion arthroplasty masih tetaap dipakai hingga saat ini sebagai usaha

terakhir jika terjadi kegagalan THA dan juga dikenal sebagai Conversion

Arthroplasty. Frederick Roeck Thomas lalu memodifikasi idea dari Judet bersaudara

dengan memproduksi prosthesis dari bahan vitallium pada tahun 1950 berkolaborasi

dengan Harold Bohman dari Nebraska dan Austin Moore yang kemudian implant ini

pertama kali digunakan pada operasi di tahun 1940. Bohlman and Moore kemudian

memodifikasi prosthesis ini untuk dapat berfenestrasi supaya dapat menghasilkan

pertumbuhan tulang memanjang. Prostesis prostesi ini masih dipakai secara luas

terutama untuk hemiarthroplasty untuk fraktur leher femur. 4,6

Pada tahun 1938, Phillip Wiles dari rumah sakit Middlesex di London

memperkenalkan hip replacement pertama menggunakan komponen stainless steel

yang sangat pas hingga dapat terfiksasi ke tulang menggunakan screw, tapi kemudian

hasilnya sangat jelek. Edward haboush dari USA dan Kenneth McKee dari Norwich

England mengembangkan prsothes pada akhir tahun 1940 dan bereksperimen dengan

acrylic dental cement agar dapat memfiksasi implant thr tersebut ke tulang. McKee

kemudian mencoba Prosthesis Austin Moore tapi tingkat kegagalannya sangat tinggi

akibat loosening dari prostheses tersebut. Peter Ring kemudian bereksperimen dengan

prosthesis tanpa cement dengan menggunakan metal ke metal pada sendi pada tahun

1964. Beberapa dari percobaan implantnya berhasil dan memberikan hasil yang bagus

dengan tingkat survival sebesar 97% selama 17 tahun. Prosthesis prosthesis ini

kemudian tidak terpakai lagi setelah ditemukan prosthesis Charnley.7


Akhirnya , adalah suatu hal yang tidak etis jika tidak menyebutkan hasil kerja keras

dan konstribusi dari Sir John Charnley yang membawa evolusi dari kesuksesesan

operasi orthopedic di bidang Total Hip Arthroplasty secara modern. Beliau bekerja di

Manchester Hospital dan dianggap sebagai Bapak dari THA modern. Adalah charnley

yang memperkenalkan Low Friction Arthroplasty pada tahun 1960 terdiri dari metal

femoral stem yang mempunyai kepala yang kecil untuk mengurangi tingkat dari

permukaan pada bearing surface , komponen polietilen asteabuler dan acrylic bone

cement. Sejak pertama kali diperkenalkan pada November 1962 oleh Sir John

Charnley THA dengan femoral head metalik tetap merupakan standar baku artikulasi

pada total hip arthroplasty 3,4,5,6

Total Hip Replacement oelh Charnley ini yang sering disebut sebagai Low

Friction Arthroplasty , menggunakan femoral head yang kecil (22,2 mm) dengan

anggapan ia akan menimbulkan friksi yang lebih rendah terhadap komponen

acetabular dan oleh karena itu proses wear pada acetabulum akan menjadi lebih

lambat. Namun sayangnya ukuran yang lebih kecil ini lebih mudah menyebabkan

dislokasi. Untuk mengantisipasi hal ini dikembangkan prosthesis Mueller. Stabilitas

menjadi meningkat , namun acetabular wear menjadi meningkat dan menyebabkan

tingkat kegagalan jangka panjang meningkat. Prostesis Exteter Hip Stem

dikembangkan hampir bersamaan dengan prosthesis Charnley. Exeter juga merupakan

implant yang menggunakan semen, namun dengan desain stem yang sedikit berbeda
Gambar 2.3 Prostesis Exeter dengan ukuran head yang lebih besar dari

Prostesis Charnley 8

Desain implant pada awalnya memiliki potensi untuk melonggar dan lepas dari tulang

tempatnya terpasang, yang akan menyebabkan nyeri. Selain melonggar, erosi tulang

di sekitar implant juga dapat terlihat pada x-ray. Pada awalnya para ahli

memperkirakan hal ini disebabkan reaksi abnormal sebagai respon terhadap semen

yang memegang stem di tempatnya. Oleh karena itu dikembangkanlah Austin Moore

Prosthesis (AMP) yang memiliki celah di stemnya sebagai tempat memasang bone

graft sebelum dipasang di femur. Diharapkan pada celah tersebut akan timbul

pertumbuhan tulang yang menyebrang dan pada akhirnya mempertahankan stem di

posisinya. Pada akhir tahun 1980an para ahli di Amerika Serikat berhasil merancang

AMP dengan butiran kecil porous coating pada stemnya sehinga diharapkan terjadi

bony ingrowth ke dalam stem


Gambar 2.4 Prostesis Austin Moore dengan window pada stemnya

untuk memungkinkan jembatan pertumbuhan tulang 8

Setelah perkembangan desain arthroplasti tanpa semen , salah satu upaya

untuk mencegah longgarnya stem adalah dengan membuat stem yang dapat

menyesuaikan dengan desain femoral kanal , oleh karena itu dikembangkanlah stem

Anatomic Medullary Locking 4, 6 , 8


Gambar 2.5 Prostesis Anatomy Medulary Locking (AML) merupakan suatu

system prosthesis tanpa menggunakan semen, pada permukaan stemnya

terdapat poros coating diharapkan fiksasi tercapai melalui proses bony

ingrowth ke dalam porous tersebut 8

3. Indikasi
Total Hip Replacement (THR) bukan merupakan pilihan terapi yang popular

di masa lalu karena merupakan terapi operatif yang kompleks dan membutuhkan

waktu lebih lama daripada operasi lain. Saat ini, tidak ada konsensus khusus yang

secara obyektif menyebutkan kriteria indikasi untuk THR. Secara umum, indikasi

utama untuk dilakukan THR adalah pasien dengan endstage osteoarthritis. Saat terapi

non operatif seperti penurunan berat badan, modifikasi aktifitas, pengobatan NSAID

gagal mengatasi nyeri dan disabilitas pada endstage osteoarthritis, maka THR

merupakan pilihan terapi. Selain endstage osteoarthritis, kondisi yang termasuk

dalam indikasi untuk dilakukan prosedur THR adalah 9:

₋ Pasien inflammatory arthritis dengan kerusakan sendi panggul

₋ Post traumatic arthritis setelah mengalami fraktur atau dislokasi pada acetabulum dan

femur proksimal

₋ Osteonekrosis dengan kolaps segmental caput femur

₋ Displced fracture of femoral neck pada pasien berusia lebih dari 60 tahun

THR direkomendasikan pada pasien independen yang masih mobile tanpa adanya

gangguan kognitif. THR harus dipertimbangkan pada arthritis dimana terdapat

gangguan dan keterlibatan acetabulum10. Berikut adalah indikasi yang mempengaruhi

keputusan untuk dilakukan prosedur THR, diantaranya adalah 11:

1. Nyeri

Nyeri sendi panggul pada penderita osteoarthritis merupakan indikasi utama THR.

Nyeri pada arthritis sendi panggul terlokalisir di regio inguinal dan dapat menjalar

hingga ke paha. Nyeri arthritis biasanya dirasakan sebagai nyeri tumpul yang sulit

dilokalisir, nyeri yang meningkat dengan aktifitas, nyeri yang menetap hingga malam

hari (night pain) pada kondisi peningkatan aktifitas, dan nyeri saat kondisi istirahat

(rest pain). Nyeri bersifat kronis dengan atau tanpa gangguan fungsi dan kelainan
radiologis 9. Quintana menyebutkan salah satu indikasi THR adalah nyeri berat kronis

dan gangguan limitasi gerakan pada pendirita osteoarthritis panggul, seperti yang

digambarkan pada decision trees for THR berikut ini:

Gambar 1. decision trees for THR 12

2. Gangguan dan Keterbatasan Fungsi

Gangguan dan keterbatasan fungsi merupakan faktor paling penting dalam

menentukan rekomendasi untuk dilakukan THR dibandingkan perubahan radiologis

dan penurunan jangkauan gerak pada pemeriksaan fisik. Pada penderita ostearthritis,

terjadi gangguan dalam berjalan, khususnya menaiki tangga karena kontraksi kapsul

sendi dan deformitas sendi yang menyebabkan penurunan jangkauan gerak sendi

panggul (Range of Motion) 13.

3. Kekakuan Sendi

Terdapat kondisi dimana kekakuan sendi panggul tanpa adanya keluhan nyeri menjadi

indikasi dilakukan THR. Pada kasus ankylosing spondylitis hip stiffness atau bahkan

ankylosis, dapat terjadi gangguan fungsi yang berat. Kondisi ini biasanya dalam
bentuk penyatuan sendi panggul dalam posisi fleksi dengan kombinasi kekakuan

tulang belakang regio thorakolumbal, sehingga menyebabkan postur membungkuk

pada pasien. Pasien dengan kelainan ini akan mengalami kesulitan dalam berjalan dan

beraktifitas.

4. Usia

Usia pasien harus dipertimbangkan, terutama pada pasien dengan usia lebih dari 60

tahun karena kondisi osteoporosis yang mungkin menyertai. Selain itu, THR juga

dipertimbangkan pada pasien dengan kondisi terapi steroid, alkoholism, dan kondisi

lain yang berkaitan dengan osteoporosis yang dapat meningkatkan risiko fixation
10,13
failure dan nonunion . Sebagian besar THR dilakukan pada pasien usia 60-80

tahun. Namun, usia yang lebih muda bukanlah kontraindikasi dilakukan THR,

terutama pada pasien anak-anak dengan kondisi khusus, seperti inflammatory

arthritis.

5. Perubahan Abnormal Radiologis

Derajat keparahan perubahan radiologis pada penderita arthritis sendi panggul

biasanya mencerminkan tingkat keparahan gangguan fungsi pada pasien. Namun,

keputusan untuk melakukan operasi tetap dibuat berdasarkan pada beratnya gejala,

bukan keparahan perubahan radiologis.

Parameter yang mempengaruhi indikasi untuk dilakukan THR ini digambarkan dalam

gambar di bawah:
Gambar 2. Parameter indikasi THR 14
4. JENIS

Jenis THR umumnya dijelaskan dengan mengacu pada model fiksasi semen

dan tanpa semen.

Komponen Semen

Pada metode pemasangan ini, semen tulang digunakan untuk merekatkan

artificial hip joint ke dalam tulang femur. Semen tulang tidak berfungsi seperti lem,

melainkan sebagai material pengisi. Hingga saat ini material dari semen tulang yang

banyak digunakan adalah polymethylmethacrylate (PMMA), dimana diperkenalkan

oleh Sir John Chanrley pada awal tahun 1960 15.

Polymethylmetacrylate (PMMA) adalah bahan yang umum digunakan untuk

prostesis stabilisasi. Hal ini didasarkan pada konsep interdigitates semen tulang dan

PMMA lebih kuat kompresi dari ketegangan. Semen tulang bertindak sebagai nat dan

oleh karena itu, tidak ada ikatan perekat benar antara prostesis dan tulang. Selama

penyemenan awal, mekanik, pembuluh darah, trauma termal dan kimia berperanan

dalam mengganggu fungsi normal tulang. Suplai darah endosteal rusak dan nekrosis

endosteal terjadi hingga kedalaman 500 mikrometer. Selama bulan berikutnya suplai

darah ini hadirkan kembali sebagai jaringan granulasi fibrovascular dan antarmuka

baru antara semen dan tulang yang dihasilkan.16


Gambar Cemented THR16

Komponen tanpa semen

Cementless THR (Komponen tanpa semen), juga disebut dengan uncemented THR

diperkenalkan pada awal 1980. Metode THR ini berkembang karena pada cemented

THR memiliki kekurangan. Pertama, pengisian semen tulang kedalam tulang femur

selama operasi dapat menyebabkan gangguan pada sirkulasi dan dapat menghalangi

aliran darah. Kedua, semen tulang membutuhkan rata-rata 10 menit untuk mengeraas.

Dalam waktu ini, ada kemungkinan artificial hip joint berubah posisi. Ketiga, semen

tulang bisa retak dan menyebabkan pergeseran dari implant. Untuk cementless

artificial hip joint, permukaan dari sistem artificial hip joint dibuat kasar. Hal ini

untuk menghasilkan gesekan yang baik antara artificial hip joint dan kortikal
sehingga lebih dapat terpasang dengan stabil. Pada metode ini juga terdapat

kekurangan. Pertama, ketika artificial hip joint terpasang pada tulang, substansi

tulang akan terdorong sampai sistem sirkulasi darah dan menghalangi sirkulasi darah.

Femur dapat patah selama operasi karena beban yang besar 15

Cementless THR diduga merupakan metode yang benar-benar biologis implantasi di

bahwa permukaan dilapisi dari implan logam mendorong pada pertumbuhan atau

pertumbuhan tulang ke implan. tulang kortikal tumbuh ke dalam saluran berpori

dalam implan logam untuk membuat antarmuka yang kaku. Filosofi di balik

Cementless THR adalah pembentukan dan pemeliharaan antarmuka tulang-implan

kaku yang telah renovasi potensial seperti yang interkalasi tulang ke dalam implan

dapat didirikan kembali di daerah gangguan. komponen tanpa semeb mungkin

rekayasa permukaan dengan dua cara untuk mendorong interlock tulang. Lapisan

berpori adalah di mana permukaan implan telah diperlakukan memiliki banyak pori-

pori mikroskopis dari berbagai kedalaman, di mana tulang dapat tumbuh. Grit

peledakan implan dengan partikel mikroskopis yang membuat lekukan pada

permukaan implan ke mana tulang dapat tumbuh 16.


Gambar Cementless THR 16

Hybrid Total Hip Replacement

Pada metode ini, menggabungkan antara metode cementeless dan cemented

THR. Kombinasi ini menghasilkan cementless acetabular cup dengan femoral stem

dipasang dengan menggunakan semen. Metode dapat mengurangi kerusakan atau

kegagalan stem dari 30-40% sampai 3-4% .15 ,16


5. Evaluasi Klinis dan Radiologis

Pada fase post operative, posisi hip dipertahankan pada posisi abduksi. Nilai

Haemoglobin dan Hematocryte dievaluasi 12 jam post operative. Transfusi darah

diberikan bila diperlukan, dan drain dicopot setelah 48 jam. Latihan pernapasan dan

latihan gerak aktif statis untuk calf muscle, quadriceps dan gluteal muscle dilakukan

sejak hari pertama post op.

Pasien diizinkan duduk dan berdiri di pinggir tempat tidur dua kali sehari sejak

post op hari ke – 2, serta memulai latihan ROM. Semua pasien diinstruksikan untuk

menghindari fleksi dan adduksi yang berlebih. Bantal diberikan diantara 2 paha disaat

malam hari selama 3 minggu pertama post op, untuk mencegah adduksi yang

berlebihan.

Abduction brace dipergunakan pada siang hari. Latihan berjalan dengan

bantuan walker dilakukan sejak hari ke 3 post op. Pasien di KRS kan setelah

menyelesaikan program rehabilitasi. Durasi rata – rata MRS adalah 9,5 hari (antara 7

– 13 hari). Latihan intensif dilanjutkan di departemen rehabilitasi sampai pasien bisa

merawat dirinya sendiri secara mandiri. Pasien dilakukan follow up setiap bulan

sekali selama 3 bulan, setiap 3 bulan sekali selama 1 tahun, setiap tahun sekali

kemudian. Kondisi klinis dan radiologis diperiksa setiap visite dan menilai Harris

Hip Score.17

Definisi Harris Hip Score

Harris Hip Score adalah suatu penilaian hasil dari penggantian operasi

panggul yang dimaksudkan untuk mengevaluasi berbagai macam keluhan setelah

operasi dan metode pengobatannya. Dikembangkan pada tahun 1969, dan sejak saat

itu telah mengalami beberapa revisi. Ruang lingkup penggunaan Harris Hip Score
telah meningkat dan sekarang banyak digunakan untuk penilaian fraktur leher femur

dan osteoarthritis.19

Cara Pengukuran

Cara pengukuran yang dinilai adalah rasa sakit, fungsi, tidak adanya cacat,

dan rentang gerak. Penilaian sakit tindakan persepsi rasa sakit dan efeknya pada

kegiatan dan kebutuhan obat untuk sakit. Penilaian fungsi terdiri dari kegiatan sehari-

hari (menggunakan tangga, menggunakan transportasi umum, duduk, dan

mengenakan sepatu dan kaus kaki) dan kemampuan menjalani aktifitas (lemas,

bantuan yang diperlukan, dan jarak tempuh dengan berjalan). memperhitungkan

deformitas pinggul fleksi, adduksi, rotasi internal, dan perbedaan panjang ekstremitas.

Penilaian rentang gerak untuk mengukur hip fleksi, abduksi, eksternal dan internal

rotasi, dan adduksi. Jumlah penilaian ada 10 item. Skor maksimum memiliki 100 poin

(hasil terbaik) meliputi nyeri (1 item, 0-44 poin), fungsi (7 item , 0-47 poin), tidak

adanya deformitas (1 item, 4 poin), dan rentang gerak (2 item, 5 poin).20

Kelebihan dan kelemahan

Kelebihan

1. Harris Hip Score membutuhkan waktu sekitar 5-7 menit untuk menyelesaikan

dan mudah bagi dokter untuk menilai.

2. Dokter dengan mudah dapat langsung menilai keluhan dari pasien dan metode

pengobatannya.

3. Dapat langsung menilai kondisi pasien pasca operasi.

4. Dokter dengan mudah dapat menilai perubahan kondisi fisik dan psikis dari

pasien.20
Kelemahan

Harris Hip Score tidak dapat menjadi patokan menilai tingkat kemampuan pasien

pasca operasi, selain itu nilai Harris Hip Score yang tinggi belum tentu menjamin

kemampuan pasien karena hasilnya tidak valid tidak sesuai dengan kemampuan

pasien sehingga hasilnya menjadi ambigu dan bias.21


Interpretasi dari Harris Hip Score

Excellent = 90 - 100

Good = 80 - 89

Fair = 70 - 79

Poor = < 69

Fraktur Intertrochanter Femur pada pasien umur 78 tahun, dilakukan THA. a.

Preoperative b. 6 bulan Postoperative c. 5 tahun Postoperative.

Latihan post op akan sangat membantu proses recovery dan mengembalikan

pergerakan dan kekuatan otot pinggul. Latihan juga membantu mengurangi edema,

mencegah bekuan darah, mengkontrol nyeri, mencegah konstipasi, meningkatkan

kualitas tidur, meningkatkan keseimbangan, meningkatkan toleransi aktivitas. Pasien

pasti mengalami muscle spasm saat memulai latihan atau saat kembali beraktivitas.

Bila nyeri semakin bertambah di kemudian hari, coba kurangi aktivitas berdiri dan

kurangi jam latihan .18

Minggu ke 0 – 3 Post op. Ikuti saran dokter untuk mengkontrol rasa nyeri di

hari2 awal post op. Hal ini dapat mengurangi nyeri dalam jangka waktu lama dan

membantu pergerakan aktif. Tidur dalam porsi yang cukup dan memelihara
pergerakan usus dalam batas normal. Dalam 3 minggu pertama, latihan berfokus pada

pergerakan pinggul dan meningkatkan jam latihan berdiri dan berjalan. Target latihan

di akhir minggu ke – 3 : menggerakkan kaki ke dalam dan keluar di tempat tidur,

duduk dan berdiri dari kursi, ke toilet dan kembali ke tempat tidur tanpa dibantu,

berjalan di dalam rumah menggunakan walker atau crutches, menggunakan tangga

dengan bantuan crutches 18

Minggu ke 3 – 6 Post op. Pada minggu ke 3 pinggul pasien harus lebih terasa

lebih nyaman dan dapat digerakkan dengan mudah, tingkatkan latihan pasien untuk

lebih mendapatkan flexibilitas, kekuatan dan mengkontrol sendi pinggul baru. Target

di akhir minggu ke 6 : tekuk pinggul dengan sudut 90 derajat, abduksi 25 derajat,

berjalan beberapa blok dengan crutch di sisi kontralateral, berlatih sepeda statis .18

Minggu ke 6 – 9. Secara perlahan kembali beraktivitas sehari – hari. Komunikasikan

dengan terapis tentang peningkatan program latihan. Target diakhir minggu ke 9 :

berjalan dengan jarak lebih jauh menggunakan cructh. Duduk dan berdiri dari kursi

tanpa menggunakan tangan untuk membantu, latihan keseimbangan pada sisi kaki

yang dioperasi, menaiki dan menuruni anak tangga dengan ekstrimitas kontralateral,

kembali bekerja 18

Minggu ke 9 – 12. Setelah 12 minggu post operasi pasien akan merasa lebih

percaya diri dengan aktivitas sehari – hari. Konsultasikan dengan fisioterapis untuk

meningkatkan porsi latihan kekuatan, keseimbangan dan flexibilitas. Target pada

minggu ke 12 : berjalan tanpa alat bantu, duduk berdiri dari kursi dan toilet tanpa

bantuan tangan, naik turun tangga dengan ekstrimitas kontralateral tanpa

berpegangan, mengemudi mobil.18


Daftar Pustaka

1. Centers for Disease Control and Prevention, 2015. Hospitalization for Total Hip

Replacement Among Inpatients Aged 45 and Over: United States, 2000–2010.

Available at http://www.cdc.gov/nchs/products/databriefs/db186.htm

2. Siopack JS, Jergessen HE. Total Hip Arthroplasty. West J Med 1995 ; 162;243-249

3. Abdulkareem IH.Evolution of Total Hip Arthroplasty. Hard Tissue 2013.Oct 10;

2(4):40.

4. Trebese R, Mihelie A. Joint Replacement : Historical Overview. Infected Total Joint

Arthroplasty . 2012

5. Hernigou P. earliest Times before hip arthroplasty : from John Rhea Borton to

Themistocles. Orthopaedic Heritage. 2013

6. Pramanik S , Agarwal KA , Rai KN. Chronology of Total Hip Joint Replacement and

Materials Development. Trends Biomater. Artiff Organs . 2005 . Vol 19 (1) P15-26

7. Richard S , Auja R, Biswas PS . Total Hip Arthropplasty – over 100 year of operative

history . Orthopaedic Review .2011 vol 3 16

8. Pratama, Ginanjar Budhi. Pengaruh Implantasi Ultra High Molecular Polyethylene

Lokal Pada Lutut Kelinci Terhadap reaksi Jaringan Intra Artikular Sekitar. Master

Thesis . Universitas Sebelas Maret. 2015

9. Bucholz, R. W. Indications, Techniques and Results of Total Hip Replacement in the

United States. Rev. Med. Clin. Condes. 2014. 25(5): 756-759.

10. Keating, J. F. “Femoral Neck Fracture” in Court-Brown, Charles M., Heckman, James

D., McQueen, Margaret M., Ricci, William M., Tornetta, Paul, III, McKee, Michael

D. 2015. Rockwood and Green’s Fracture in Adults 8th ed.


11. Crawford, R. W. and Murray, D. W. Total hip replacement: Indications for surgery

and risk factors for failure. Annals of the Rheumatic Diseases. 1997. 56: 455-457

12. Quintana, J. M. et al. Decision trees for indication of total hip replacement with

oateoarthritis. British Society for Rheumatology. 2009. 48: 1402-1409.

13. Cobos, R. et al. Variability of indication criteria in knee and hip replacement: an

observational study. BMC Musculoskeletal Disorders. 2010. 11: 249.

14. Dreinhofer, K. E. Indications for total hip replacement: comparison of assessments of

orthopaedic surgeons and referring physicians. Ann Rheum Dis. 2006. 65:1346-1350.

15. Cahyono , Indra , Sugiyanto, Dea. Simulasi Kontak Komponen Asetabular Pada

Sambungan Tulang Panggul Buatan Menggunakan Metode Elemen Hingga. 2012

Undergraduate Thesis , Mechanical Engineering Department, Faculty Engineering

Diponegoro University

16. Saqeb, B. M. et al. Basic Science Considerations in Primary Total Hip Replacement

Arthroplasty. The Open Orthopaedics Journal. 2010. 4 : 169 -180

17. Haentjens P, Lamraski G (2005) Endoprosthetic replacement of unstable, comminuted

intertrochanteric fracture of the femur in the elderly, osteoporotic patient. Disabil

Rehabil 27(18–19):1167–1180

18. Keating JF, Grant A, Masson A, Scott NW, Forbes JF (2006) Randomised

comparison of reduction and fixation, bipolar hemiarthroplasty and total hip

replacement: treatment of displaced intracapsular hip fracture in healthy older

patients. J Bone Joint Surg Br 88:149–260

19. Harris WH, Traumatic arthritis of the hip after dislocation and acetabular fractures:

treatment by mold arthroplasty. An end-result study using a new method of result

evaluation. J Bone Joint Surg Am 1969; 51:737–55.


20. Nilsdotter, A., & Bremander, A. (2011). Measures of hip function and symptoms:

Harris hip score (HHS), hip disability and osteoarthritis outcome score (HOOS),

Oxford hip score (OHS), Lequesne index of severity for osteoarthritis of the hip

(LISOH), and American Academy of Orthopedic Surgeons (AAOS) hip and knee

questionnaire. Arthritis care & research, 63(S11), S200-S207.

21. Wamper, K. E., Sierevelt, I. N., Poolman, R. W., Bhandari, M., & Haverkamp, D.

(2010). The Harris hip score: Do ceiling effects limit its usefulness in orthopedics?: A

systematic review. Acta Orthopaedica, 81(6), 703–707.

Anda mungkin juga menyukai