TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Ketidakstabilan lutut adalah suatu kondisi yang ditandai dengan subluksasi
patella atau episode dislokasi sebagai hasil dari cedera, kelemahan ligamen, atau
peningkatan sudut Q atau Q angle.
C. KLASIFIKASI
Ketidakstabilan lutut diklasifikasikan menjadi beberapa tipe, yaitu: traumatik
akut, chronic patholaxity, dan habitual. Tabel dibawah menjelaskan karakteristik dari
masing-masing tipe ketidakstabilan lutut.
Ketidakstabilan Lutut
Traumatik Akut Traumatik akut ditandai dengan kejadian pada jenis kelamin
rata dan dapat terjadi dari trauma langsung, seperti tabrakan
lutut pada sepakbola.
D. EPIDEMIOLOGI
Ketidakstabilan lutut lebih sering terjadi pada jenis kelamin perempuan
dibandingkan laki-laki dan frekuensi kejadian bilateral lebih sering. Insidensi
dislokasi patela pada kelompok usia 10 sampai dengan 17 tahun dilaporkan ada 29 per
100.000 kasus. Setelah mengalami episode pertama dislokasi, tingkat kekambuhan
yang diikuti dengan tatalaksana non-operative berkisar antara 15 dan 44%.
Faktor resiko yang mendasari terjadinya ketidakstabilan lutut dibagi menjadi
faktor resiko secara umum dan anatomis. Secara umum, faktor resiko yang
menyebabkan ketidakstabilan lutut adalah kelemahan ligamen seperti yang terjadi
pada kejadian Ehlers-Danlos Syndrome, kejadian ketidakstabilan sebelumnya, dan
sindrom ketidaksejajaran atau miserable malalignment syndrome yang merupakan
terminologi pada tiga karakteristik anatomis yang menyebabkan peningkatan sudut
quadriceps (Q angle). Miserable malalignment syndrome terdiri dari anteversi tulang
femur, genu valgum, dan torsi tibialis eksternal atau kaki yang pronasi. Faktor resiko
lainnya, yaitu faktor resiko secara anatomis terbagi menjadi osseus dan musculus.
Faktor osseus terdiri dari: patella alta, trochlear dysplasia, excessive lateral tilt, dan
lateral femoral condyle hypoplasia. Faktor musculus terdiri dari: displasia otot vastus
medialis oblique dan tarikan yang terlalu kencang pada struktur lateralis, yaitu pada
iliotibial band dan vastus lateralis.
E. ETIOPATOFISIOLOGI
Penyebab dari ketidakstabilan patella adalah multifaktorial dan biasanya
dihubungkan dengan kelainan tulang (patella alta, displasia troklear, hipoplasia
patella, lower limb malalignment, abnormalitas rotasi) atau soft tissue pathology
(atrofi vastus medialis obliquus, kelemahan medial retinaculum, cedera pada medial
patellofemoral ligament (MPFL), struktur lateral yang kencang, atau kelemahan
ligamen).
Perjalanan terbentuknya ketidakstabilan atau mechanism of injury biasanya
cedera memutar non-kontak dengan lutut ekstensi dan kaki rotasi eksternal. Pasien
biasanya secara refleks akan berkontraksi quadriceps sehingga mengurangi patela atau
fraktur osteokondral paling sering terjadi saat patela berpindah. Cedera kontak seperti
pukulan langsung jarang terjadi misalnya tabrakan dari lutut ke lutut dalam bola
basket atau helm sepak bola ke sisi lutut.
F. MANIFESTASI KLINIS
Pasien dapat merasakan nyeri pada episode ini dan lutut mengalami dislokasi
pada saat fleksi serta pasien mungkin jatuh ke lantai atau tanah dikarenakan
ketidakstabilan yang terjadi.
Tanda lain yang mempresentasikan recurrent dislocation of patella adalah
terlihat benjolan di sisi lateral, sementara pada sisi anterior atau depan dimana
seharusnya patella berada mengalami bentuk yang datar atau flat. Jaringan di sisi
medial melunak sehingga sendi bisa terjadi pembengkakan (swollen) dan mengalami
aspirasi sehingga pada pemeriksaan dapat terlihat efusi dengan noda darah (blood-
stained effusion).
Seiring berjalannya waktu, patella yang sudah tereduksi masih bisa
meninggalkan jejak nyeri dan bengkak serta apprehension test yang positif jika
patella didorong ke arah lateral dengan lutut dalam keadaan fleksi. Pasien akan reflek
menahan dorongan dan merasa cemas akan dislokasi lain yang terjadi.
Gambar 1. Gambar (A) dan (B) memerlihatkan kondisi recurrent subluxation dengan
gambaran x-ray memberikan gambaran patella berada di atas lateral femoral condyle
dan (C) apprehension test yang positif terlihat dari ekspresi wajah pasien
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada keadaan yang akut, efusi sendi atau
hemarthrosis adalah temuan yang khas. Pada kasus yang kronis, keadaan
tersebut lebih jarang ditemukan.
Kelainan kesejajaran atau alignment abnormalities dapat dicatat
seperti: anteversi tulang femur, patella alta, tibial torsion, genu recurvatum,
genu valgum atau varum, pes planus, dan kelemahan ligamen secara umum.
Lutut dan daerah sekitarnya dapat dipalpasi untuk mengetahui ada atau
tidaknya nyeri tekan atau ketidakteraturan di sepanjang kutub (superior,
inferior, medial, dan lateral), terutama di kutub medial. Apabila nyeri
ditemukan, fleksi dan ekstensi harus diperiksa. Penilaian yang diamati adalah
krepitasi atau keterbatasan gerak. Penilaian lainnya yang dapat dilakukan
adalah ligamen kolateral dan ligamen cruciatum.
Beberapa pasien dapat menunjukan J sign yang positif. Lutut yang
normal, patela dapat digerakan ke medial dan lateral pada 25 dan 50 persen
dari lebar patella. Pada kasus rekuren atau dislokasi berulang, patella dapat
bergerak lebih jauh (patellar glide). Pasien dapat menunjukkan apprehension
test yang positif, yaitu lutut dalam keadaan rileks dalam fleksi 20 sampai 30
derajat dan patella terdorong ke arah lateral. Apprehension test dibilang positif
apabila terjadi kecemasan pada pasien atau keadaan pasien menahan pada saat
lutut difleksikan.
Gambar 4. Gambaran Malalignment Abnormalities atau Lower Limb Deformities yang
dapat dinilai pada saat pemeriksaan fisik
Gambar 6. Caton-Deschamps Index yang didapatkan dari pembagian antara (A) jarak
antara sudut anterior tibial plateau ke bagian inferior dari permukaan artikular patella
dengan (B) panjang permukaan artikular patella.
Posisi lateral juga dapat digunakan untuk menilai ada atau
tidaknya trochlear dysplasia. Tanda menyilang atau crossing sign
muncul apabila trochlear groove berada pada bidang yang sama
dengan batas anterior lateral condyle. Tanda kontur ganda atau double
contour sign muncul apabila memiliki trochlear groove yang cembung
atau medial condyle yang kurang berkembang. Hal ini terjadi ketika
batas anterior lateral condyle berada di depan batas anterior medial
condyle. Posisi Merchant atau sunrise view adalah posisi yang
dilakukan untuk penilaian kemiringan patella. Posisi Merchant diambil
dengan posisi pasien memfleksikan kedua kaki sebesar 45 derajat.
Gambar 9. Penampakan abnormal pada patella dalam metode Laurin. Patella tampak
menunjukan sudut terbuka ke arah medial dan garis (C) tidak memotong patella
Gambar 10. TT-TG yang diukur dari garis antara dua kondilus, titik terdalam
trochlear groove, dan bagian tibial-tubercle yang prominen
Gambar 12. Gambaran trochlear dysplasia dimana terdapat crossing sign, double
contour sign, dan supratrochlear spur
Gambar 13. Klasifikasi Dejour dalam klasifikasi trochlear dysplasia melalui pendekatan
radiologi foto polos dan magnetic resonance imaging (MRI)
H. MANAJEMEN
a. Manajemen Non-Operative
Pengobatan non-operatif biasanya diindikasikan pada pasien yang
pertama yang mengalami dislokasi dan pasien dengan episode subluksasi atau
dislokasi yang jarang. Fithian et al. melaporkan bahwa kejadian kambuh pada
pasien dengan dislokasi pertama kali adalah 17%, sedangkan pasien yang
mengalami subsequent dislocation memiliki resiko kekambuhan sebesar 50%.
Target pengobatan pada fase akut adalah mengurangi efusi, meningkatkan
range of motion (ROM), dan stimulasi aktivitas vastus medialis obliquus.
Penatalaksanaan utama untuk dislokasi pertama kali tanpa bukti loose
bodies atau kerusakan intra-artikular adalah konservatif, termasuk analgesia,
icing dan NSAID untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan, fisioterapi dan
modifikasi aktivitas. Pemasangan brace atau bracing dalam J Brace atau
penstabil patella dapat bermanfaat dalam jangka waktu yang singkat (2—4
minggu) untuk memungkinkan jaringan lunak sembuh. Selanjutnya, fisioterapi
harus dimulai dengan penekanan pada penguatan otot quadriceps dan vastus
medialis oblique, penguatan inti, dan propriosepsi.