Anda di halaman 1dari 17

Otot Pergerakan Mandibula

Masseter Elevasi dari mandibula (saat menutup mulut)

Temporalis Elevasi dari mandibula (saat menutup mulut)

Retraksi dari mandibula (rahang bawah


gerak ke belakang)

Pterygoid Medial Elevasi mandibula ( saat menutup mulut)

Pterygoid Lateral Inferior heads: depresi mandibula (saat


membuka mulut)

satu muscle: deviasi lateral dari mandibula (

Kedua otot: protrusi dari mandibula ( rahang


bawah bergerak kedepan)

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Temporo Mandibular Joint.

2.2.1 Definisi Temporomandibular Joint (TMJ).

Sendi rahang atau Temporomandibular Joint (TMJ) belum banyak dikenal orang awam,
padahal bila sendi ini terganggu dapat memberi dampak yang cukup besar terhadap kualitas
hidup (Pedersen, 1996).

TMJ adalah sendi yang kompleks, yang dapat melakukan gerakan meluncur dan rotasi
pada saat mandibula berfungsi. Mekanismenya unik karena sendi kiri dan kanan harus
bergerak secara sinkron pada saat berfungsi. Tidak seperti sendi pada bagian tubuh lain seperti
bahu, tangan atau kaki yang dapat berfungsi sendiri-sendiri. Gerakan yang terjadi secara
simultan ini dapat terjadi bila otot-otot yang mengendalikannya dalam keadaan sehat dan
berfungsi dengan baik (Pedersen, 1996).

Istilah Temporomandibular Disorders (TMD) diusulkan oleh Bell pada tahun 1982, yang
dapat diterima oleh banyak pakar. Gangguan sendi rahang atau TMD adalah sekumpulan
gejala klinik yang melibatkan otot pengunyahan, sendi rahang, atau keduanya (Pedersen,
1996).

2.2.2 Anatomi Temporo Mandibulae Joint (TMJ).

Sendi temporomandibular (sendi rahang) merupakan salah satu organ yang berperan
penting dalam sistem stomatognatik (Pedersen, 1996).

Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung jawab terhadap pergerakan


membuka dan menutup rahang mengunyah dan berbicara yang letaknya dibawah depan
telinga.Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi
sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah
tersebut brupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan
dapat menyebabkan mulut terkunci . Lokasi sendi temporomandibular (TMJ) berada tepat
dibawah telinga yang menghubungkan rahang bawah (mandibula) dengan maksila (pada
tulang temporal). Sendi temporomandibular ini unik karena bilateral dan merupakan sendi yang
paling banyak digunakan serta paling kompleks (Pedersen, 1996).

Kondil tidak berkontak langsung dengan permukaan tulang temporal, tetapi dipisahkan
oleh diskus yang halus, disebut meniskus atau diskus artikulare. Diskus ini tidak hanya
perperan sebagai pembatas tulang keras tetapi juga sebagai bantalan yang menyerap getaran
dan tekanan yang ditransmisikan melalui sendi. Permukaan artikular tulang temporal terdiri dari
fossa articulare dan eminensia artikulare. Seperti yang lain, sendi temporomandibular juga
dikontrol oleh otot, terutama otot penguyahan, yang terletak disekitar rahang dan sendi
temporomandibular. Otot-otot ini termasuk otot pterygoid interna, pterygoid externa, mylomyoid,
geniohyoid dan otot digastrikus. Otot-otot lain dapat juga memberikan pengaruh terhadap fungsi
sendi temporomandibular, seperti otot leher, bahu, dan otot punggung (Pedersen, 1996).

Ligamen dan tendon berfungsi sebagai pelekat tulang dengan otot dan dengan tulang
lain. Kerusakan pada ligamen dan tendon dapat mengubah kerja sendi temporomandibular,
yaitu mempengaruhi gerak membuka dan menutup mulut (Pedersen, 1996).

Sendi temporomandibular, atau TMJ, adalah artikulasi antara kondilus mandibula dan
bagian skuamosa tulang temporal (Pedersen, 1996)

kondilus ini berbentuk eliptik dengan sumbu panjang berorientasi


mediolaterally (Pedersen, 1996).

Permukaan artikular tulang temporal terdiri dari fosa artikular cekung dan
cembung eminensia artikularis (Pedersen, 1996).

Meniskus adalah pelana, struktur berserat yang memisahkan kondilus dan tulang
temporal.meniskus bervariasi dalam ketebalan: pusat, zona antara tipis tebal memisahkan
bagian-bagian yang disebut band anterior dan posterior band. Posterior, meniskus yang
berdekatan dengan jaringan lampiran posterior disebut zona bilaminar. Zona
bilaminar adalah diinervasi, jaringan pembuluh darah yang memainkan peran penting
dalam memungkinkan kondilus untuk memindahkan foreward. Para meniskus dan
lampirannya membagi bersama ke dalam ruang superior dan inferior. Ruang bersama
superior dibatasi di atas oleh fosa artikular dan eminensia artikularis. Ruang bersama
inferior dibatasi di bawah oleh kondilus tersebut. Kedua ruang bersama memiliki kapasitas
kecil, umumnya 1cc atau kurang (Pedersen, 1996).

The BONES

A Cul-de-sac Notice the mandible has two prongs.

Mandibula memiliki dua cabang.


1. Cabang posterior (tersembunyi pada gambar di atas belakang beberapa ligamen yang
memegang tulang rahang kuat di tempat) sesuai snuggly menjadi berongga pada
tulang Temporal, tepat di depan telinga.

2. Cabang anterior adalah untuk lampiran dari otot temporalis (Pedersen, 1996).

2.2.3 Otot-otot yang berperan di Temporo Mandibulae Joint

M. Masseter

M. Pterygoideus Externa et Interna

M. Mylohyoid

M. Temporalis

M. Geniohyoid

M. Digastricus Venter anterior et posterior (Pedersen, 1996).

2.2.4 Nervus yang mempersarafi Temporo Mandibulae Joint

Nervus Mandibularis.

Nervus Aurikutemporal.

Nervus maseterikus.

Nervus Fascialis (Pedersen, 1996).

Persyarafan sensorik pada sendi temporomandibula yang terpenting dilakukanj oleh


nervus aurikutemporal yang merupakan cabang pertama posterior dari nervus mandibularis.
Saraf lain yang berperan adalah nervus maseterikus dan nervus temporal. Nervus maseterikus
bercabang lagi di depan kapsul dan meniskus. Nervus aurikutemporal dan nervus maseterikus
merupakan serabut serabut properioseptif dari implus sakit nervus temporal anterior dan
posterior melelwati bagian lateral muskulus pterigoideus, yang selanjutnya masuk ke
permukaan dari muskulus temporalis, saluran spinal dari nervus trigeminus. Permukaan fibrous
artikular, fibrokartilago, daertrah sentral meniskus dan membran sinovial tidak ada
persyarafannya (Pedersen, 1996).

2.2.5 Fisiologi Pergerakan Sendi Temporo Maandibula

Berdasarkan hasil penelitian elektromiografi, gerak mandibula dalam hubungannya


dengan rahang atas dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu :

1. Gerak membuka
Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih kecil daripada
kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus lateralis berfungsi menarik
prosessus kondiloideus ke depan menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut
posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan relaksasi
muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus medialis
yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di
sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak ke depan sedangkan
angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini berlangsung
dengan dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus
dan muskulus mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan
pada tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya (Pedersen, 1996).

a. Gerak membuka

b. Gerak menutup

c. Protrusi

d. Retusi

e. Gerak lateral

mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak
ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada keadaan istirahat) dari prosessus
kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis (Pedersen, 1996).

3. Gerak menutup

Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan muskulus


pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi
protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi paling
posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan kontraksi
muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Caput
mandibula akan tetap pada posisi ke depan pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup
retrusi, serabut posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus
masseter untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis, sehingga gigi
geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal (Pedersen, 1996).

Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan akan
diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus pterygoideus
lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari
caput mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput
selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi
mandibula akan melintas di sekitar ramus, di daerah manapun di dekat orifisum canalis
mandibular. Walaupun demikian masih diperdebatkan tentang apakah articulatio
temporomandibula merupakan sendi yang tahan terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil penelitian
mutakhir dengan menggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada berbagai
kondisi beban menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam mekanisme
stress (Pedersen, 1996).

4. Protrusi

Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke depan dan
ke bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak meluncur yang
tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu
oleh muskulus pterygoideus medialis. Serabut posterior muskulus temporalis merupakan
antagonis dari kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter, muskulus
pterygoideus medialis dan serabut anterior muskulus temporalis akan berupaya
mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula yang akan
memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga akan menarik discus
artikularis ke bawah dan ke depan menuju eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik
posterior dari diskus ke fissura tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan berfungsi
membatasi kisaran gerak protrusi ini (Pedersen, 1996).

5. Retrusi

Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya akan


meluncur ke arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior muskulus temporalis.
Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada keadaan
tersebut (Pedersen, 1996).

Otot-otot pengunyahan lainnya akan berfungsi mempertahankan tonus kontraksi dan


menjaga agar gigi geligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas bagian posterior discus
articularis dan capsula articulatio temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap
berada pada hubungan yang tepat terhadap caput mandibula ketika prosesus kondiloideus
bergerak ke belakang (Pedersen, 1996).

6. Gerak lateral

Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk mendapat gerak
pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar, prosesus kondiloideus pada sisi
tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut
posterior muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap dipertahankan oleh
otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus
kondiloideus dan diskus artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui
kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam hubungannya dengan relaksasi
serabut posterior muskulus temporalis. Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain terbentuk
melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung bergantian, yang juga
berperan dalam gerak protrusi dan retrusi Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi
ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan tetap ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat
bersamaan, caput mandibula dari sisi kontralateral akan bergerak translasional ke depan.
Mandibula akan berotasi pada bidang horizontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas
melalui caput yang cekat, tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral
akan bergerak sedikit ke lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai
gerak Bennett (Pedersen, 1996).

Selain menimbulkan pergerakan aktif, otot-otot pengunyahan juga mempunyai aksi


postural yang penting dalam mempertahankan posisi mandibula terhadap gaya gravitasi. Bila
mandibula berada pada posisi istirahat, gigi geligi tidak beroklusi dan akan terlihat adanya celah
atau freeway space diantara arkus dentalis superior dan inferior (Pedersen, 1996).

Anatomi Temporomandibular Joint

Temporomandibular joint ( TMJ ) adalah persendiaan dari kondilus mandibula dengan fossa
gleinodalis dari tulang temporal. Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung jawab
terhadap pergerakan membuka dan menutup rahang mengunyah dan berbicara yang letaknya
dibawah depan telinga4.

Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi


sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah
tersebut berupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan
dapat menyebabkan mulut terkunci. Kelainan sendi temporomandibula disebut dengan
disfungsi temporomandibular. Salah satu gejala kelainan ini munculnya bunyi saat rahang
membuka dan menutup. Bunyi ini disebut dengan clicking yang seringkali, tidak disertai nyeri
sehingga pasien tidak menyadari adanya kelainan sendi temporomandibular5.

Susunan anatomi normal dari Temporomandibula joint ini dibentuk oleh bagian bagian:

1. Fossa glenoidalis6
2. Prosesus kondiloideus
3. Ligamen
4. Rongga Synovial
5. Diskus artikularis
1. Fossa Glenoidalis atau fossa mandibularis dari tulang temporal. Bagian anterior berhubungan
dengan eminensia artikularis, merupakan artikulasi dari fossa glenoidalis. Bagian posterior dari
fossa glenoidalis merupakan dataran tympani dari tulang temporal6.

2. Prosesus kondiloideus dari tulang mandibula. Merupakan tulang yang berbentuk elips yang
mempunyai kepala dan leher.

3. Ligamen. Fungsi dari ligamen yang membentuk Temporomandibula joint ini adalah sebagai
alat untuk menghubungkan tulang temporal dengan prosesus kondiloideus dari tulang
mandibula serta membatasi gerak mandibula membuka, menutup mulut, pergerakan ke
samping, dan gerakan lain. Ligament yang menyusun temporomandibula joint terdiri dari :

a. Ligamen temporo mandibular


b. Ligamen spheno mandibular
c. Ligamen stylo mandibular
Gambaran Ligamen temporomandibular joint9

4. Rongga Synovial. Terdiri dari dua bagian yaitu bagian superior dan bagian inferior. Fungsi
dari rongga synovial ini adalah menghasilkan cairan pelumas yang berguna untuk pergerakan
sendi.

5. Diskus Artikularis. Merupakan tulang fibro kartilago di dalam persendian temporomandibular


yang terletak di antara prosesus kondiloideus dan fossa glenoidalis. Diskus Artikularis ini
merupakan bantalan tulang rawan yang tidak dapat menahan sinar x sahingga gambarannya
radiolusen6.

Pergerakan temporomandibula joint ini dibagi menjadi dua gerak utama yaitu2 :
a. Gerak Rotasi
Ketika caput processus condylaris bergerak pivot dalam kompartemen sendi bagian bawah
dalam hubungannya dengan discus articularis.
b. Gerak meluncur atau translasi
Dimana caput mandibula dan discus articularis bergerak disepanjang permukaan bawah Os.
Temporale pada kompartemaen sendi bagian atas. Kombinasi gerak sendi dan meluncur
diperlukan agar cavum oris dibuja lebar lebar. Gerak sendi pada individu dewasa yang normal
mempunyai kisaran 20 25mm antara gigi geligi anterior atas dan bawah. Bila dikombinasikan
dengan gerak meluncur kisaran gerak membuka mulut yang normal akan meningkat menjadi 35
45mm7.

Trismus

http://www.oralcancerfoundation.org/dental/trismus.htm
Trismus didefinisikan dalam Taber's Medical Dictionary sebagai tonik kontraksi dari otot dari
pengunyahan. Dulunya, kata ini sering dipakai untuk menggambarkan efek dari tetanus, juga disebut
"lock-jaw '. Baru-baru ini, istilah 'trismus' telah digunakan untuk menjelaskan pembatasan apapun untuk
membuka mulut, termasuk pembatasan-pembatasan yang disebabkan oleh trauma, pembedahan atau
radiasi. Ini keterbatasan kemampuan untuk membuka mulut dapat memiliki implikasi serius kesehatan,
termasuk gizi berkurang karena diburukkan pengunyahan, kesulitan dalam berbicara, dan kebersihan
dikompromi lisan.

Trismus dapat mempengaruhi kualitas hidup dalam berbagai cara. Komunikasi menjadi lebih sulit ketika
kita menderita trismus karena terjadi impairing artikulasi. Trismus dapat menurunkan besarnya resonating
rongga mulut dan dengan demikian mengurangi kualitas vokal. Derajad keparahan trismus membuat sulit
atau tidak mungkin untuk memasukkan makanan melalui mulut, demikian juga untuk menjaga oral
hygiene area mulut.

Beberapa penyebab trismus

Mobilitas rahang yang terbatas dapat terjadi akibat trauma, operasi, pengobatan radiasi, atau bahkan
kelainan pada TMJ. Terbatasnya dalam membuka mulut mungkin akibat kerusakan otot, kerusakan sendi,
proses penyembuhan yang tidak sempurna (scarring) atau kombinasi dari faktor-faktor ini. Keterbatasan
yang disebabkan oleh faktor eksternal dapat berupa keganasan, infeksi akut, myositis, penyakit sistemik
(lupus, scleroderma, dan lain-lain), pseudoankylosis, luka bakar atau trauma pada otot-otot sekitar sendi.
Keterbatasan yang disebabkan oleh faktor internal diantaranya ankylosis, arthritis, infeksi, trauma dan
(mungkin) mikro trauma yang mungkin termasuk brusixm. Gangguan system saraf pusat juga dapat
menyebabkan keterbatasan untuk membuka mulut. Tetanus, luka yang mempengaruhi saraf trigeminal
juga dapat sebagai penyebab kondisi ini. Penyebab iatrogenic dapat berupa ekstraksi molar ketiga (di
mana otot dari pengunyahan mungkin sobek, atau gabungan hyperextended) hematomas sekunder ke gigi
suntikan dan efek akhir intermaxillary fiksasi mandibular setelah patah tulang atau trauma.

Otot-otot pengunyahan (juga disebut 'lift otot') terdiri dari otot temporalis, otot masseter, pterygoid
medial, dan pterygoid lateral. Setiap otot memainkan peran penting dalam pengunyahan, dan bila rusak,
masing-masing dapat menyebabkan keterbatasan tersebut. Bila ada otot yang rusak, akibat sakit yang
dapat merangsang, terjadi suatu keadaan pada otot pengunyah dimana otot terasa sakit ketika mereka
berkontraksi (biasanya saat melakukan pergerakan).
Apapun penyebabnya, hipomobilitas mandibular pada akhirnya akan menyebabkan degenerasi otot dan
sendi di daerah tersebut. Penelitian telah menunjukkan bahwa otot yang tidak dipakai sebagaimana
seharusnya, dalam waktu tiga hari mulai menunjukkan tanda-tanda atrophia. Demikian pula pada rahang
sendi yang tidak dipakai akan menunjukkan perubahan seperti gangguan cairan synovial dan penjarangan
dari tulang rawan.

Masalah yang disebabkan oleh trismus

Masalah makan , keterbatasan membuka mulut sering diikuti keadaan kekurangan gizi. Selain sulitnya
untuk memasukkan makanan melalui mulut, gerakan untuk mengunyah makanan lebih sulit karena
keterbatasan pada otot dan/atau sendi pada rahang.

Oral hygiene

Hal ini terjadi kareana mulus sulit untuk membuka. Sehingga pasien menjadi malas atau memang tidak
bisa untuk membersihkan area rongga mulut. Hal ini dapat menimbulkan infeksi di rongga mulut dan juga
kerusakan gigi (caries). Bila sangat terlambat ditangani, dapat terjadi infeksi ke sistemik

Gangguan berbicara

Keterbatasan membuka mulut menyebabkan kesulitan berbicara, dalam hal artikulasinya. KAta-kata yang
diucapkan menjadi kurang jelas.
Penyakit dan Gangguan pada TMJ

http://www.utmb.edu/otoref/grnds/tmj-1998/tmj.htm

Temporomandibular rentan terhadap berbagai kondisi yang dapat mempengaruhi ortan dan sendi
lain di tubuh, termasuk ankylosis, arthritis, trauma, dislocations, congenital dan neoplasms.

Myofascial pain disorders adalah keadaan yang paling umum yang menyebabkan sakit di daerah
kepala dan leher. Faktor simptomatik dan psikososial sering membuat sulit untuk merawat. Otot
pengunyahan sering yang terlibat, ditandai dengan rasa sakit di suatu area tertentu, dan makin
terasa sakit juka dilakukan pergerakan (gerakan mengunyah). Keluhan lain bisa berupa sakit
kepala, otalgia, tinnitus, rasa lidah terbakar hingga gangguan pendengaran. Tingginya tingkat
stres yang akibat beberapa kebiasaan buruk, termasuk bruxism, dan mengunyah permen karet
berlebihan mengakibatkan kerja otot berlebihan, kelelahan dan timbul serangan hingga rasa
sakit.

Muscular disorders terdiri dari sekelompok diagnosa yang dicirikan oleh rasa sakit dari keadaan
patologis atau disfungsional perubahan dalam grup otot, dan terdapat sedikitnya enam otot yang
bermasalah pada daerah kepala dan leher.

Myositis merupakan kondisi akut dengan peradangan pada jaringan otot dan partikel
yang berhubungan dengan rasa sakit dan busung menurun dan berbagai gerakan. Etiologi
termasuk overuse, infeksi atau trauma. Spasme otot dianggap suatu keadaan kontraksi
otot akut yang disebabkan oleh sebuah overstretching atau overuse dari otot.
Histeris trismus merujuk kepada keterbatasan berbagai gerakan yang disebabkan oleh
penyebab psikologis.
Fibromyalgia sifatnya difuse, terkait proses sistemik, nyeri terkait adanya weight bearing
muscles, sering berhubungan dengan kekacauan tidur.
Bruxism dan arthritis juga dapat terkait muscular disorders.

Penyakit kolagen seperti lupus erythematosis, Sjogrens syndrome, scleroderma dan


arthritis juga dapat menyebabkan sakit otot di kepala dan leher.
Lupus itu ditandai dengan ruam butterfly dari wajah, demam, rheumatoid arthitis dan
pleural dan abdominal pain, hasil laboratorium terdapat LED tinggi, hypochromic
anemia, ANA tes positif palsu dan VDRL-positif.
Scleroderma dicirikan bertahap mulai otot dan sakit yang mengarah ke sclerosis sistemik
dengan Anorexia, nafas sulit dan sedikit berkeringat. Demam, kulit luka dan terbatas
rahang dan ekspansi dada yang terlihat.
Sjogren's syndrome karakteristiknya berupa kekeringan pada mulut, mata dan kulit dan
sering-sering, otot dan sakit.
Rheumatoid arthritis adalah peradangan kronis dari selaput synovial dengan rasa sakit
pada otot dan sendi. Berbagai sendi di tubuh biasanya terkena, terasa sakit dan
pergerakan menjadi terbatas. Kelelahan, demam, nyeri otot, sweats malam dan kadang-
kadang berat badan yang terlihat. Studi menunjukkan adanya faktor rheumatoid, dan
peningkatan LED dan antinuclear antibodies.

TRISMUS
PENDAHULUAN
Trismus didefinisikan sebagai suatu kontraksi tonik dari otot mastikasi. Dahulu istilah
trismus digunakan untuk menggambarkan gejala klinis dari tetanus, yaitu lock jaw atau
rahang yang terkunci, yaitu suatu gejala klinis yang disebabkan oleh toksin tetanus
terhadap kontraksi otot mastikasi atau pengunyah. Saat ini istilah trismus digunakan
untuk menggambarkan setiap bentuk keterbatasan dalam membuka mulut, termasuk di
dalamnya akibat dari trauma, pembedahan dan radiasi. Keterbatasan dalam membuka
mulut ini atau trismus dapat menimbulkan masalah terhadap kesehatan, termasuk di
dalamnya kekurangan zat-zat nutrisi akibat gangguan mengunyah makanan, gangguan
dalam berbicara, dan pengaruhnya terhadap kesehatan mulut dan gigi. Pada orang yang
mengalami rasiasi pada daerah leher dan kepala, permasalahan tersebut sering muncul
bersamaan dengan gangguan dalam menelan.
Trismus dapat mempengaruhi kualitas hidup sipenderita dalam berbagai cara.
Komunikasi akan sulit dilakukan jika seseorang mengalami trismus. Tidak hanya
gangguan dalam berbicara akibat mulut tidak bisa terbuka dengan sempurna, tetapi
juga terdapat gangguan dalam artikulasi dan resonsi suara sehingga kualitas suara yang
dikeluarkan akan menurun. Pada penderita yang mengalami trismus akan mengalami
gangguan kesehatan mulut karena sulit melakukan gerakan mengunyah dan menelan,
dan akan terjadi peningkatan resiko terjadinya aspirasi.
ETIOLOGI
Hambatan dari pegerakan rahang tersebut secara garis besar disebabkan oleh trauma,
terapi radiasi, pembedahan dan berbagai gangguan pada sambungan rahang lainnya.
Hal ini terjadi akibat kerusakan pada otot rahang, kerusakan pada sambungan rahang,
pertumbuhan jaringan ikat yang terlalu cepat (pembentukan jaringan parut), Atau
kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Berdasarkan proses diatas maka etiologi dari
trismus dapat dibagi 2 yaitu:
1. Faktor eksternal
Neoplasma pada rahang
Infeksi akut
Miositis
Penyakit Sistemik (SLE, Skleroderma dan penyakit sistemik lainya)
Pseudoankylosis
Luka bakar
Atau berbagai trauma lainnya yang mengenai otot-otot rahang.
2. Faktor internal
Ankylosis tulang pada sambungan rahang
Ankylosis jaringan ikat pada sambungan rahang
Artristis
Infeksi
Trauma
Mikro trauma (termasuk di dalamnya brusixm)
Gangguan SSP (tetanus, lesi pada nervus trigeminal dan keracunan obat)
3. Faktor Iatrogenik
Paska Odontektomi Molar Ketiga
Molar ketiga terpendam merupakan gigi yang paling sering mengalami impaksi diantara
gigi geligi yang lain. Pengambilan gigi molar ketiga bawah impaksi biasanya dilakukan
secara pembedahan (odontektomi), yang biasanya dilakukan dengan lokal anestesi.
Paska pengambilan gigi molar ketiga terpendam secara odontektomi antara lain dapat
menimbulkan pembengkakkan dan trismus. Trismus yang timbul dapat bersifat
sementara atau permanen. Trismus bersifat sementara hanya disebabkan oleh
peradangan dan gangguan refleks saraf motorik otot-otot pengunyah, sedangkan
trismus yang permanen biasanya karena gangguan pada sendi temporomandibular.
Injeksi Yang Dilakukan Saat Anestesi
Trismus terjadi sebagai akibat komplikasi anestesi yang menggunakan jarum dalam
menganestesi mandibular dan pada infiltrasi regio posterior pada rahang atas. Dimana
kedua teknik ini melibatkan penetrasi jarum ke otot-otot mastikasi dan deposisi larutan
anestesi ke jaringan yang banyak vaskularisasinya. Pada kedua teknik tersebut, dapat
terjadi perdarahan yang dapat menimbulkan hematom yang luas pada fossa infra
temporal, hal ini terjadi bila jarum melewati pleksus vena pterigoideus. Infeksi hematom
pada tempat tersebut akan menyebabkan bertambahnya rasa sakit dan terjadinya
kerusakan jaringan yang luas, konsekuensinya adalah hipomobilitas dari
temporomandibular joint.
Pengaruh dari fiksasi intermaksilaris setelah fiksasi terjadinya fraktur atau trauma.
PATOGENESIS
Otot mastikasi atau pengunyah terdiri dari otot temporalis, masseter, pterygoid medial
dan pterygoid lateral. Masing-masing otot memiliki peranan tersendiri dalam proses
mengunyah, dan saat terjadi kerusakan pada otot tersebut akan menimbulkan rasa
nyeri, keadaan ini disebut dengan muscle guarding yaitu penegangan pada otot yang
timbul sebagai kompensasi terhadap nyeri yang timbul pada otot tersebut. Nyeri ini
akan menyebabkan otot akan berkontraksi, dan menyebabkan berkurangnya lebar
pembukaan mulut yang dapat dihasilkan oleh gerakan otot mastikasi. Kontraksi ini
merupakan suatu gerakan reflek, sehingga penderita tidak dapat mengontrolnya. Setiap
tindakan yang dipaksakan untuk meregangkan otot tersebut akan menimbulkan
kontraksi yang makin kuat. Untuk melakukan terapi pada penderita trismus lebih efisien
dilakukan dengan melakukan gerakan yang halus dan perlahan.
Patogenesis lainya adalah gangguan pada temporomandibular joint. Sebagaimana
sendi-sendi lainnya di dalam tubuh, temporomandibular joint merupakan tempat yang
sering mengalami artritis maupun penyakit degenerasi sendi. Pada regio ini juga sering
terjadi trauma yang menimbulkan hemartrosis, dislokasi, fraktur prosessus condylaris
dan disini juga terdapat diskus intraartikularis, maka fungsi sendi bisa berjalan dengan
baik bila terdapat keserasian antara unsur-unsur tulang dan diskus dari sendi.
Pergerakan yang harmonis antara sendi bilateral juga penting untuk berfungsinya
mandibula secara normal. Dengan kata lain gangguan pada tempat tersebut akan dapat
menyebabkan terjadinya gangguan dalam membuka mulut atau rahang disamping rasa
nyeri yang timbul saat melakukan gerakan.
Pada tetanus mekanisme terjadinya kekakuan pada otot terjadi akibat tetanospasmin
yang menyebar ke SSP melalui 2 mekanisme:
1. Adsorbsi melalui moineural junction
2. Melalui ruang di jaringan limfatik, darah dan SSP.
Toksin ini akan menekan proses inhibisi motor neuron dan interneuron. Toksin juga
akan mempengaruhi transmisi pada mioneural junction.
GAMBARAN KLINIS
Gambaran yang utama dari trismus adalah gangguan dalam membuka mulut. Pada
pasien yang menderita kanker hal ini biasanya terjadi akibat radiasi atau pembedahan,
kerusakan pada saraf, atau gabungan dari berbagai faktor. Pada penderita stroke, hal ini
terjadi akibat gangguan pada SSP. Gangguan bicara dan menelan sering mengiringi
gangguan dalam membuka mulut, dan kombinasi dari gejala tersebut akan menyulitkan
penanganan pada penderita. Pada penderita yang mengalami trismus akibat terapi
radiasi, juga sering mengalami xerostomia, mucusitis dan nyeri yang timbul dari luka
bakar radiasi. Semua hal tersebut sering dihubungkan dengan gejala klinis lain yang
ditemukan, seperti sakit kepala, nyeri pada rahang, nyeri telinga, ketulian, atau nyeri
pada pergerakan rahang. Pada kasus temporomandibular yang mengalami kekakuan,
biasanya joint tersebut mengalami proses pembentukan jaringan ikat atau ankylosis
(jarang terjadi). Masing-masing faktor tersebut akan mempengaruhi penanganan pada
penderita.(1,2)
PERMASALAHAN YANG TIMBUL AKIBAT TRISMUS
1. Permasalahan dalam proses makan
Berkurangnya kemampuan membuka mulut menyebabkan berkurangnya asupan nutrisi
penderita trismus. Penderita tidak sanggup memakan makanan dalam porsi yang biasa.
Penderita biasanya akan mengalami penurunan berat badan dan mengalami kekurangan
gizi. Hal ini perlu diperhatikan bila penderita tersebut membutuhkan suatu proses
penyembuhan setelah menjalani proses pembedahan, khemoterapi, atau radiasi.
Kehilangan berat badan sebesar 10 % dari berat badan awal memiliki indikasi terjadi
intake gizi dan kalori yang kurang pada penderita.
Masalah di atas juga timbul akibat gangguan menelan pada penderita trismus, hal
tersebut berhubungan dengan pembentukan bolus makanan yang terganggu akibat
proses salivasi dan pergerakan lidah yang tidak sempurna. Selain itu akan banyak
ditemukan sisa makanan yang tidak seluruhnya ditelan. Kombinasi dari gangguan pada
otot mastikasi, pembentukan bolus yang tidak sempurna dan peningkatan dari sisa
makanan akan menyebabkan aspirasi dari sisa makanan tersebut.
2. Permasalahan dalam kesehatan gigi dan mulut
Gangguan dalam membuka mulut akan dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan
gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut yang jelek akan dapat menimbulkan karies
yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Infeksi yang lebih lanjut terutama pada
mandibula akan menyebabkan terjadinya osteoradionekrosis. Osteoradionekrosis ini
terdapat pada penderita kanker yang menjalani terapi pada mandibula. Meskipun jarang
terjadi, gangguan ini dapat mengganggu fungsi rahang dan menjadi fatal. Hal ini terjadi
akibat matinya jaringan tulang mandibula oleh radiasi. Pada keadaan ini terapi yang
dibutuhkan adalah oksigen hiperbarik.
3. Permasalahan dalam proses menelan dan berbicara
Kebanyakan dari penderita trismus akan mengalami gangguan menelan dan berbicara.
Berbicara akan terganggu jika mulut tidak dapat terbuka secara normal sehingga bunyi
yang dihasilkan tidak akan sempurna. Proses menelan akan terganggu jika otot
mengalami kerusakan, laring tidak akan sanggup dielevasikan secara sempurna saat
bolus makanan melaluinya.
4. Permasalahan akibat immobilasi sambungan rahang
Meskipun gejala utama trismus adalah ketidakmampuan dalam membuka mulut, hal lain
yang sangat perlu mendapat perhatian adalah permasalahan pada temporomadibular
joint. Saat temporomadibular joint mengalami immobilisasi, proses degeneratif akan
timbul pada sambungan tersebut, perubahan ini hampir mirip dengan perubahan yang
terjadi pada proses artritis, dan biasanya akan diikuti oleh nyeri dan proses inflamasi.
Jika tidak ditangani segera proses ini akan terus berlanjut dan kerusakan akan menjadi
permanen. Dan juga akan dapat timbul proses degenarasi pada otot-otot pengunyah
sehingga jika terus berlanjut akan menimbulkan atropi pada otot tersebut.
PENATALAKSANAAN
Penanganan yang sedini mungkin akan dapat meminimalisasi gangguan di atas.
Pergerakan pasif yang dilakukan beberapa kali sehari akan lebih efektif dibandingkan
dengan melakukan peregangan secara statis. Penelitian yang baru-baru ini dilakukan
oleh Universitas Pittsburgh memperlihatkan bahwa pergerakan pasif memberikan hasil
yang signifikan dalam mengurangi inflamasi dan nyeri.
Terdapar bermacam-macam alat yang digunkan untuk tujuan diatas, selain cara manual
dengan menggunakan jari. Peralatan tersebut bermacam-macam bentuknya mulai
bentuk kerangka, pegas yang ditempatkan diatara gigi, sekrup dan katup hidrolik yang
ditempatkan diantara gigi.Tetapi perangkat yang paling banyak digunakan saat ini
adalah penekan lidah, yang membuat mulut selalu terbuka.
Prosedur
Sebelum melakukan terapi diukur dulu besarnya mulut yang dapat dibuka dan setiap
selesai melakukan terapi dilakukan pencatatan, dan juga perlu dicatat setiap nyeri atau
rasa tidak enak yang timbul setelah melakukan terapi. Untuk terapi awal dilakukan
dengan menggunkan formula 7-7-7. Penjabarannya yaitu, membuka dan menutup
mulut dengan bantuan sebanyak 7 kali. Pertahankan posisi mulut terbuka maksimal
yang tidak menimbulkan rasa sakit selama 7 detik dan penderita harus melakukan
latihan ini 7 kali sehari. Penderita diperbolehkan melakukan lebih dari formula tersebut
asal sanggup melakukannya. Pada prinsipnya latihan yang dilakukan tersebut tidak
sampai menimbulkan rasa nyeri dan sakit karena akan dapat mengurangi efektifitas
terapi. Total waktu yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur latihan ini adalah 10
menit/hari. Jika hasil latihan telah menunjukkan kemajuan dapat dilakukan
pengurangan porsi latihan.
KESIMPULAN
Trismus adalah keterbatasan dari pergerakkan rahang, yang berhubungan dengan
gangguan pada temporomandibular joint dan otot mastikasi.
Pada penatalaksanaannya, perlu diperhatikan kedua komponen yang terlibat yaitu otot
dan temporomedular joint.
Terapi yang paling efektif adalah melakukan terapi berupa gerakan pasif pada kedua
komponen tersebut.
Penanganan trismus harus dilakukan secepat mungkin untuk menghindari cacat yang
permanen.
Terapi memerlukan waktu jangka panjang (dalam waktu berbulan-bulan bahkan
seumur hidup)

Anda mungkin juga menyukai