Anda di halaman 1dari 17

BAB I DASAR TEORI

Temporomandibular joint ( TMJ ) adalah persendiaan dari kondilus mandibula dengan fossa gleinodalis dari tulang temporal. Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung jawab terhadap pergerakan membuka dan menutup rahang mengunyah dan berbicara yang letaknya dibawah depan telinga. Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah tersebut berupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci. Kelainan sendi temporomandibula disebut dengan disfungsi temporomandibular. Salah satu gejala kelainan ini munculnya bunyi saat rahang membuka dan menutup. Bunyi ini disebut dengan clicking yang seringkali, tidak disertai nyeri sehingga pasien tidak menyadari adanya kelainan sendi temporomandibular. Berdasarkan hasil penelitian elektromiografi, gerak mandibula dalam hubungannya dengan rahang atas dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu : 1. Gerak membuka 2. Gerak menutup 3. Protrusi 4. Retusi 5. Gerak lateral

1.1 Gerak membuka Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih kecil daripada kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus lateralis berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke depan menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan relaksasi muskulus masseter, serabut anterior

muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus medialis yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak ke depan sedangkan angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan pada tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada keadaan istirahat) dari prosessus kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis.

1.2 Gerak menutup Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi paling posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan kontraksi muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup retrusi, serabut posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus masseter untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis, sehingga gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal8. Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan akan diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus pterygoideus lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari caput mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar ramus, di daerah manapun di dekat orifisum canalis mandibular. Walaupun demikian masih diperdebatkan tentang apakah

articulatio temporomandibula merupakan sendi yang tahan terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil penelitian mutakhir dengan menggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada berbagai kondisi beban menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam mekanisme stres.

1.3 Protrusi Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke depan dan ke bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak meluncur yang tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Serabut posterior muskulus temporalis merupakan antagonis dari kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter, muskulus pterygoideus medialis dan serabut anterior muskulus temporalis akan berupaya mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula yang akan memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga akan menarik discus artikularis ke bawah dan ke depan menuju eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari diskus ke fissura tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan berfungsi membatasi kisaran gerak protrusi ini.

1.4 Retrusi Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya akan meluncur ke arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior muskulus temporalis. Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada keadaan tersebut. Otot-otot pengunyahan lainnya akan berfungsi mempertahankan tonus kontraksi dan menjaga agar gigi geligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas bagian posterior discus articularis dan capsula articulatio temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada hubungan yang tepat terhadap caput mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke belakang.

1.5 Gerak lateral Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk mendapat gerak pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar, prosesus kondiloideus pada sisi tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut posterior muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap dipertahankan oleh otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus kondiloideus dan diskus artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam hubungannya dengan relaksasi serabut posterior muskulus temporalis. Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain terbentuk melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung bergantian, yang juga berperan dalam gerak protrusi dan retrusi. Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan tetap ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput mandibula dari sisi kontralateral akan bergerak translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada bidang horizontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang cekat, tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan bergerak sedikit ke lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai gerak Bennett. Selain menimbulkan pergerakan aktif, otot-otot pengunyahan juga mempunyai aksi postural yang penting dalam mempertahankan posisi mandibula terhadap gaya gravitasi. Bila mandibula berada pada posisi istirahat, gigi geligi tidak beroklusi dan akan terlihat adanya celah atau freeway space diantara arkus dentalis superior dan inferior.

BAB II DATA HASIL PERCOBAAN

2.3.1. Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi Jenis kelamin orang coba Perempuan I Perampuan II Simetri/normal/tidak terjadi hambatan Simetri/normal/tidak terjadi hambatan Gerakan STM (simetri/norma/terjadi hambatan/....)

2.3.2. Pemeriksaan Bunyi STM Auskultasi Jenis kelamin orang coba Perempuan I Perempuan II

Gerakan STM (sakit/krepitasi/kliking/poping/...) Krepitasi/tidak sakit Krepitasi/tidak sakit

2.3.2.1. Pemeriksaan Gerakan Mandibula Jenis kelamin orang coba (A) Jarak maksimal (mm) (B) Waktu maksimal (menit) Perempuan Laki-laki 45 55 1 menit 21 detik 2 menit 6 detik

Jenis kelamin orang coba Perempuan I

Gerakan mandibula (C) Anteroposterior

Perubahan condil Kondil ke depan dan kebelakang

Perempuan II

(D) lateral

Kondilus yang menonjol berlawanan dengan arah pergerakan mandibula

Perempuan III

(E) Koordinasi gerakan

Kondil di sebelah kanan terasa lebih menonjol serta garis median tidak simetris

(F) Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut Jenis kelamin orang coba Perempuan Lamanya membuka mulut secara maksimal Waktu maksimal (ex. X menit)
1

Waktu sampai timbul kelelahan (menit) 39 detik

Istirahat 10 menit /2 dari waktu maksimal (0.5 dari X 56 detik

menit + pemijatan) Istirahat 10 menit


1

/2 dari waktu maksimal (0.5 dari X

1 menit 17 detik

menit + psjsnsn sinar infra merah)

2.3.3. Gerakan STM Pada Beberapa Posisi Kepala 2.3.3.1. Pengaruh Posisi Kepala Terhadap Gerakan Mandibula (menunduk, mengadah, terlentang, kesamping dan istirahat Jenis Kelamin orang coba Perempuan Jarak kondil- tragus (mm) dan apa yang dirasakan 9 mm dan Pegal 10mm dan Pegal 12mm dan Pegal 10mm dan Pegal 9mm dan Pegal 7mm dan Pegal

Posisi kepala Tegak lurus Menunduk Menengadah Terlentang Kesamping Istirahat

PERTANYAAN 1. Apa yang menyababkan bunyi sendi? 2. Apa perbedaan krepitus, clicking dan popping? 3. Bagaimana pola pergerakan kondil pada saat membuka dan menutup mulut? 4. Mengapa dapat timbul gerakan inkoordinasi mandibula? 5. Apakah posisi tidur dapat berpengaruh pada kondisi mandibula? Jelaskan mekanismenya! 6. Mengapa membuka mulut maksimal dapat menimbulkan kelelahan dan nyeri? Jelaskan mekanismenya! 7. Apa fungsi pemijatan pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya! 8. Apa fungsi infra red pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya!

JAWABAN

1.

Bunyi sendi terjadi pada satu atau dua sendi temporomadibula saat pergerkaan mandibula dan pada semua tujuan dari pergerakan atau pada semua kombinasi pergerkaan, seperti membuka, menutup, protusi, retrusi atau pergeseran ke lateral. Bunyi ini muncul dikarenakan terjadi perubahan letak, bentuk, dan fungsi dari komponen sendi temporomandibula.

2. kliking

Gejala ini paling sering menandakan adanya TMD dan dislokasi diskusi artikularis. Bunyi kliking muncul saat rahang dibuka atau saat menutup. Umumnya bunyi tersebut hanya dapat didengar oleh penderita, namun pada beberapa kasus, bunyi tersebut menjadi cukup keras sehingga dapat didengar oleh orang lain. Bunyi tersebut dideskripsikan penderita sebagai suara yang berbunyi 'klik'.

Di antara fossa dan kondil terdapat diskus yang berfungsi sebagai penyerap tekanan dan mencegah tulang saling bergesekan ketika rahang bergerak. Bila diskus ini mengalami dislokasi, dapat menyebabkan timbulnya bunyi saat rahang bergerak. Penyebab dislokasi bisa trauma, kontak oklusi gigi posterior yang tidak baik atau tidak ada, dan bisa saja karena gangguan tumbuh kembang rahang dan tulang fasial. Kondisi seperti ini dapat juga menyebabkan sakit kepala, nyeri wajah dan teliga. Jika dibiarkan tidak dirawat, dapat menyebabkan rahang terkunci. Krepitus

Krepitus sangat berbeda dari kliking. Krepitus merupakan bunyi mengerat atau menggesek yang terjadi selama pergerakan mandibula, terutama pergerakan dari sisi yang satu dengan sisi yang lain. Bunyi sering kali dapat lebih diketahui dengan perabaan dari pada pendengaran. Hanya sedikit atau tidak ada keterangan tambahan yang diperoleh pada penggunaan stetoskop untuk memeriksa bunyi sendi Pooping

Bunyi pop : bunyi yang terdengar pop, seperti letupan singkat saat membuka tutup botol.

3. Gerak membuka Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih kecil daripada kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus

pterygoideus lateralis berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke depan menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan relaksasi muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan

muskulus pterygoideus medialis yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak ke depan sedangkan angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan pada tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada keadaan istirahat) dari prosessus kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis.

Gerak menutup Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi paling posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan kontraksi muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan
9

pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup retrusi, serabut posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus masseter untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis, sehingga gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal.

4. Terdapat hubungan antara kelainan sendi mandibula dengan sikap tubuh yang salah, yang dapat mengakibatkan kelainan fungsi pada fascia otot. Karena seluruh fascia di dalam tubuh saling memiliki keterkaitan hubungan, maka dengan adanya kelainan pada salah satu organ tubuh akan mengakibatkan kelainan pada organ yang lainnya. Sekitar 80-90% kelainan pada sendi mandibula berhubungan dengan otot-otot tubuh, khususnya otot di daerah kepala, leher dan pundak. Kebiasaan yang buruk, seperti posisi tidur yang tidak baik dapat menyababkan terjadi kelainan pada mandibula. Seperti kebiasaan tidur dengan menyelipkan tangan di bawah bantal sehingga posisi kepala menjadi lebih tinggi. Dengan

demikian posisi pleksus brakhialis berada di atas kostaklavikular. Posisi seperti ini sangat buruk bagi otot-otot di daerah leher dan dapat menyebabkan torticollis (kontraksi otot leher) akut pada otot

sternokleidomastoid. Posisi tidur tengkurap sering menyebabkan sakit di sekitar leher dan sakit kepala ketika bangun. Posisi tidur dengan menyangga kepala berakibat dapat menimbulkan kelemahan otot dan kelainan elastisitas otot-otot mastikasi.

5. Iya, karena kelainan sendi temporomandibular yang paling sering terjadi adalah disebabkan oleh kelainan otot, yang disebut sebagai nyeri miofasial. Terdapat hubungan antara kelainan sendi rahang dengan sikap tubuh yang salah, yang dapat mengakibatkan kelainan fungsi pada fascia otot, khususnya otot di daerah kepala, leher dan bahu. Sedangkan pada saat tidur seharusnya dengan posisi yang pas agar dapat membuat otototot tubuh dalam keadaan rileks. Apabila seseorang yang mempunyai kebiasaan tidur dalam posisi tengkurap dengan leher yang menikung 90

10

ke salah satu sisi memberikan dampak yang sama seperti orang yang membengkokkan kepalanya sepanjang hari. Begitu pula dengan orang yang memiliki kebiasaan tidur dengan menyelipkan tangannya di bawah bantal sehingga posisi kepala menjadi lebih tinggi. Dengan demikian posisi pleksus brakhialis berada di atas kostaklavikular. Posisi seperti ini sangat buruk bagi otot-otot di daerah leher dan dapat menyebabkan torticollis (kontraksi otot leher) akut pada otot sternokleidomastoid.

6. Membuka mulut merupakan kegiatan

yang melibatkan beberapa

komponen seperti otot pengunyahan, sendi, ligament, kondilus, dan lainya. Proses membuka mulut terjadi akibat kontraksi otot pengunyahan.

Apabila membuka mulut dilakukan secara maksimal, maka terjadi juga kontraksi secara maksimal. secara maksimal melibatkan kontraksi dari beberapa otot-otot pengunyahan. Kontraksi memerlukan energy secara langsung yaitu ATP, yang didapat dari pemecahan asam piruvat. Dengan kontraksi secara berlebihan, maka jumlah ATP yang diperlukan menjadi lebih besar sehingga jumlah ATP lebih cepat habis dan terjadi pengosongan ATP. Pengosongan ATP inilah yang dapat menimbulka kelelahan. Selain itu, dari hasil pemecahan asam piruvat menjadi ATP ini dapat menghasilkan asam laktat. Sehingga terjadi penumpukan asam laktat pada otot yang dikarenakan kekurangan oksigen pada saat pemecahan asam piruvat. Penumpukan asam laktat ini, akan mengiritasi saraf yang melayani otot tersebut yang mengakibatkan nyeri pada otot. Gangguan sirkulasi pada darah mengakibatkan metabolisme glukosa dalam otot terganggu sehingga terjadi kelelahan otot.

7.

Fungsi pemijatan yaitu sebagai cara untuk dapat membuat otot tubuh menjadi rileks dan dapat bekerja lagi sesaat setelah dilakukan pemijatan. ADT (2007) Mengatakan bahwa rasa pegal dapat diminimalkan dengan pemijatan selama beberapa menit dan bahkan cara tradisional ini juga bisa dilakukan untuk membantu meningkatkan kesehatan. Selain itu Sujayanto

11

(2007) mengatakan melalui massage, proses pengeluaran sisa-sisa pembakaran (asam laktat) ke dalam aliran darah dipercepat, sehingga pemulihan juga akan menjadi lebih cepat. Menurut Coach (2007), pengaruh pemijatan pada kelelahan antaralain, a. Mengurangi tingkat kelelahan otot b. Menguraikan asam laktat dan memperlancar aliran darah c. Merelaksasi otot d. Meredakan ketegangan otot e. Mencegah terjadinya cedera f. Mempercepat kesembuhan akibat dari overuse otot g. Memberikan rasa nyaman pada tubuh dan pikiran Mekanisme :setelah dipijat aliran darah ke otot pada jari akan lebih lancar sehingga pasokan oksigen akan lebih banyak dari sebelumnya. Oksigen berguna dalam proses pembakaran untuk menghasilkan energi, sehingga setelah dipijit energi meningkat dan otot dapat bekerja lebih lama.

8. Fungsinya yaitu sebagai penghantar panas sederhana agar tubuh dapat berkurang kelelahannya. Mekanismenya, sinar inframerah yang dapat menembus cukup dalam kebawah lapisan kulit telah terbukti secaraefektif dapat memulihkan rasa sakit dan pegal akibat ketegangan otot ataupun persendian.Kehangatan sinar inframerah yang memberi rasa

nyaman menembus kedalam kulit sehinggamemperlancar aliran darah sekaligus menghangatkan otot. Pada saat otot menghangat,makaotomatis akan menjadi kedur dan rileks. Selain itu dengan meningkatnya sirkulasi darah yangmembawa oksigen maka penyembuhan otot pun berlangsung dengan lebih cepat. Dari teori vasodilatasi pembuluh darah oleh suhu panas suplai oksigen dalam darah mengalir lancar.

12

BAB III PEMBAHASAN

2.3.1 Pemeriksaan Gerakan STM secara Palpasi Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Palpasi dapat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan, bentuk, kosistensi dan ukuran. Rasa nyeri tekan dan kelainan dari jaringan/organ tubuh. Dengan kata lain bahwa palpasi merupakan tindakan penegasan dari hasil inspeksi, disamping untuk menemukan yang tidak terlihat. Pemeriksaan palpasi gerakan STM yaitu dengan menekan dan merasakan pada bagian luar lubang telinga pada saat orang coba melakukan kegiatan membuka dan menutup mulut. Kemudian diamati apakah terjadi hambatan pada pergerakan kondilus saat gerakan membuka dan menutup mulut. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, gerakan membuka dan menutup mulut terjadi secara normal dan tidak ada hambatan, seperti kesulitan menggerakkan ataupun timbulnya rasa sakit pada sendi gerak. 2.3.2 Pemeriksaan Bunyi STM secara Auskultasi Aukultasi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang terbentuk di dalam organ tubuh. Hal ini dimaksudkan untuk mendeteksi adanya kelainan dengan cara membandingkan dengan bunyi normal. Pemeriksaan secara auskultasi dilakukan dengan menggunakan alat bantu stetoskop, agar bunyi yang terdengar lebih jelas. Pemeriksaan ini dilakukan dengan posisi orang coba membuka dan menutup mulut sementara operator mendengarkan bunyi dari stetoskop yang ditempelkan pada daerah depan telinga dimana terdapat pergerakan STM. Pada pengamatan yang dilakukan, diketahui bahwa pada orang coba terdengar bunyi kliking pada proses membuka dan menutup mulut. Clicking merupakan bunyi tunggal pada waktu yang singkat yang dapat terjadi saat gerakan

13

membuka atau menutup mandibula. Hal ini terjadi apabila pada gerakan diskus tidak sinkron dengan gerakan kondil. Perpindahan diskus artikularis dapat terjadi karena trauma sendi sehingga ligament-ligamen yang bekerja berlawanan dengan otot pterygoideus lateralis mengalami ketegangan atau robek. Karena hal itu, kontraksi otot menggerakkan diskus maju ketika kondil bergerak maju saat membuka mulut tapi ligamen tidak dapat mempertahankan diskus diposisinya saat rahang ditutup, sehingga terjadi clicking saat membuka dan menutup mulut. 2.3.2.1 Pemeriksaan Gerakan Mandibula Pada percobaan pemeriksaan gerakan mandibula, dilakukan percobaan pada orang coba dengan memeriksa gerakan kondilus pada saat gerakan mandibula membuka, menutup, depan-belakang dan gerakan ke lateral. Pemeriksaan ini dilakukan pada orang coba dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Pada orang coba laki-laki memiliki jarak maksimal membuka mulut yaitu 55 mm dengan waktu maksimal 2 menit 6 detik. Sedangkan pada orang coba perempuan didapatkan jarak maksimal membuka mulut yaitu 45 mm dengan waktu maksimalnya 1 menit 21 detik detik. Pada percobaan selanjutnya yaitu memeriksa pergerakan kondilus pada saat pergerakan rahang bawah kearah depan-belakang, dan lateral, dengan orang coba berjenis kelamin laki-laki. Pada pergerakan ke depan-belakang (antero-posterior) didapatkan gerakan kondilus menjadi asimetris ke kanan. Pada gerakan rahang bawah ke lateral, didapatkan bahwa orang coba mengalami hambatan pada pergerakn kondilus kearah kanan. Hal ini dapat disebabkan karena gangguan pada kondilus, seperti dislokasi. Kemudian pemeriksaan koordinasi gerakan kondilus, dan disimpulkan bahwa koordinasi kondilus asimetris ke kanan. Jadi dapat diketahui bahwa orang coba kemungkinan mengalami gangguan pada sendi temporo-mandibula. (F) Kelelahan pada Gerakan Mandibula Membuka Menutup Mulut Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada orang coba dengan jenis kelamin perempuan dengan melakukan gerakan membuka mulut secara maksimal hingga menimbulkan kelelahan, didapatkan bahwa waktu maksimal

14

orang coba membuka mulut secara maksimal adalah 39 detik. Kelelahan timbul akibat adanya timbunan asam laktat yang dikarenakan kontraksi otot pembuka mulut secara maksimal. Dan pada percobaan berikutnya, orang coba melakukan pemijatan pada otot pembuka mulut setelah membuka mulut secara maksimal selama setengah dari waktu maksimal percobaan pertama. Dan dari percobaan kedua didapatkan waktu maksimal bertambah menjadi 56 detik. Selanjutnya percobaan dilakukan lagi dengan orang coba diberikan pajanan infra merah pada otot pembuka mulut setelah membuka mulut secara maksimal selama setengah dari waktu maksimal percobaan pertama. Dan waktu maksimal membuka mulut juga bertambah menjadi 1,17 menit. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan pemijatan dan pajanan inframerah dapat memperlancar aliran darah. Sehingga mempercepat proses pembuangan sisa pemecahan asam piruvat, yaitu asam laktat, yang dapat menimbulkan rasa lelah dan nyeri pada otot.

2.3.3 Gerakan STM pada Beberapa Posisi Kepala 2.3.3.1 Pengaruh Posisi Kepala Terhadap Gerakan Mandibula (menunduk, menengadah, terlentang, kesamping, dan istirahat) Pada percobaan ini, dilakukan gerakan mandibula pada berberapa posisi kepala dan memeriksan bagaimana pergerakan dan posisi dari kondilus dan tragus. Hasil yang didapatkan dari percobaan tersebut yaitu, pada posisi kepala tegak lurus, jarak kondil tragus sebesar 9 mm. Pada posisi kepala menunduk jarak kondil tragus 10 mm, pada posisi menengadah jarak kondil tragus 12 mm, pada posisi terlentang jarak kondil tragus 10 mm, dan pada posisi kesamping jarak kondil tragus 9 mm.Terakhir jarak kondil -tragus pada posisi istirahat 7 mm. Ini menunjukkan berbagai posisi kepala dapat menyebabkan perbedaan pada jarak kondil dan tragus pada proses membuka dan menutup mulut.

15

BAB IV KESIMPULAN

Dari hasil percobaan yang telah didapatkan oleh kelompok kami, dapat kelompok kamu simpulkan bahwa pada saat proses membuka dan menutup mulut melibatkan sendi TMJ dan juga pergerakan kondilus dalam fossa glenoid. Timbulnya bunyi dalam pergerakan membuka dan menutup ini diakibatkan karena adanya gangguan yang akhirnya timbul bunyi klicking, popping ataupun krepitasi. Selain membuka dan menutup mulut, rahang bawah juga dapat bergerak kearah antero-posterior dan lateral. Gerakan membuka mulut mempunyai waktu maksimal dan jarak maksimal, yang berbeda setiap orang. Gerakan membuka dalam jarak maksimal dalam waktu maksimal tersebut dapat menyebabkan kelelahan pada rahang bawah yang dapat diatasi dengan pemijatan atau pajanan inframerah. Karena dalam kelelahan akan menimbulkan penimbunan asam laktat dan juga peredaran darah kurang lancar oleh karena itu pemijatan dan pajanan sinar inframerah dapat memberikan efek yang baik untuk mengurangi kelelahan.

16

BAB V DAFTAR PUSTAKA

1. Ogus , H.D dan P.A. Toller. 1990 . Gangguan Sendi Temporomandibula. Hipokrates. Jakarta 2. D, D.dixon. 1993. Anatomi untuk Kedokteran Gigi. Hipokrates. Jakarta 3. Houston, W.J.B. 1991. Diagnosis Ortodonti. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai