BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Anak perempuan Sn, 7 tahun datang dengn ditemani ibunya, dengan
kelihan utama gigi seri sulung rahang atasnya masih ada sedangkan di
belakangnya sudah muncil gigi tetapnya.
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan ko-ass B didapatkan:
sama
Riwayat keluarga : tidak ada anggota keluarga yang memiliki profil muka
cekung
Hasil pemeriksaan ekstra oral :
palatoversi
Anterior crss bite pada gigi 21/31
Maloklusi Angle Kelas I tipe 3
Ko-Ass B menyarankan dilakukan pemeriksaan radiologis yaitu foto
rontgen panoramic sebagai pemeriksaan penunjang. Bagaimana ko-ass B
masih ada?
1.3.2 Bagaimana indicator oklusi yang normal?
1.3.3 Apa tujuan dilakukan perawatan orthodontik interseptif?
1.3.4 Apa perawatan othodontik interseptif yang tepat untuk pasien pada
scenario?
1.3.5 Penanganan apa yang harus dilakukan pada gigi 21?
1.3.6 Mengapa pada periode mix dentition rawan terjadi maloklusi?
1.3.7 Apa efek dari palatoovesri dan anterior crossbite pada pasien?
1.3.8 Apa tujuan dilakukan foto rontgen panoraik pada kasus?
1.3.9 Apa factor penyebab maloklusi?
1.4 Analisis Masalah
1.4.1
Karena tidak terjadi resorpsi akar pada gigi anak tersebut yang diakibatkan
karena gigi rahang bawah kurang mendorong gigi atasnya sehingga osteoclast
tidak terangsang sempurna.
1.4.2 Cusp C maksila berada diantara gigi C dan P1 mandibula ; Cusp
mesiobukal gigi M1 maksila terletak pada bukal groove gigi M1 mandibula.
1.4.3 Untuk mengatasi maloklusi ringan dan mencegah supaya tidak semakin
parah.
1.4.4
1.6.6
BAB II
ISI
Maloklusi
Maloklusi adalah keadaan gigi yangg tidak harmonis, secara estetik
mempengaruhi penampilan seseorang dan mengganggu keseimbangan fungsi,
baik fungsi pengunyahan maupun bicara. Maloklusi umumnya bukan
merupakan proses patologis tetapi proses penyimpangan dari perkembangan
normal.
A Klasifikasi Maloklusi Menurut Angle
Edward Angle memperkenalkan satu sistem untuk mengklasifikasikan
maloklusi pada tahun 1899. Klasifikasi ini tetap digunakan setelah lebih dari
100 tahun karena aplikasinya mudah. Klasifikasi Angle berdasarkan relasi
pada mesio-distal gigi, lengkung gigi dan rahang. Menurut Angle, molar
pertama rahang atas dan rahang bawah adalah kunci oklusi. Klasifikasi Angle
dibagi empat, yaitu oklusi normal, Klas I Angle, Klas II Angle dan Klas III
Angle.
1
Oklusi Normal
Pada oklusi normal, puncak tonjol mesio bukal gigi molar pertama rahang
atas terletak pada bukal groove gigi molar pertama rahang bawah dan semua
gigi teratur dengan baik di atas kurva oklusi pada oklusi normal.
Klas III Angle. Inklinasi insisivus rahang bawah lebih ke arah lingual
Tipe 3 : maloklusi Klas III, dengan insisiv maksila crowded dan crossbite
dengan gigi anterior mandibula.
C Klasifikasi Incisivus
Kelas 1- Incisor edge pada incisive rahang bawah oklusi atau terletak di
bawah cingulum incisive rahang atas
Kelas 2- incisor edge pada incisive rahang bawah oklusi atau terletak pada
bagian palatal sampai cingulum plateau pada incisive rahang atas. Terbagi
menjadi:
Kelas 3-incisor edge pada rahang bawah oklusi dengan atau terletak pada
bagian anterior sampai cingulum plateau pada incisive rahang bawah
10
Pada oklusi yang normal adalah hubungan kelas 1 dan overjet sebesar 24mm. overbite terjadi saat incisive rahang atas menutupi sampai 1/3
incisive bagian bawah pada saat oklusi.
Klasifikasi caninus:
Kelas 1- Kaninus rahang atas beroklusi pada ruang buccal antara kaninus
rahang bawah dan premolar satu rahang bawah
Kelas II- kaninus rahang atas oklusi di anterior sampai ruang buccal di
antara kaninus rahang bawah dan premolar satu rahang bawah.
11
Kelas III- kaninus rahang atas oklusi di posterior sampai ruang buccal di
antara kaninus rahang bawah dan premolar satu rahang bawah.
Klasifikasi Crossbite
Klasifikasi crossbite
1. berdasarkan etiologi dental dan skeletal
2. berdasarkan letak anterior, posterior, dan anterior posterior
Anterior crossbite
Yaitu keadaan dimana gigi insisivus terdapat sebelah lingual gigi insisivus
rahang bawah. Anterior crossbite dapat menyebabkan resesi gingiva yang
berhubungan dengan insisivus rahang bawah jika terdapat perpindahan yang
menutup, jika gigi bergerak kearah labial. Perawatan untuk anterior crossbite
dapat digunakan dari alat ortodontik yang removable atau fixed
Posterior Crossbite
Posterior crossbite pada periode mixed dentition dapat menjadi manifestasi
awal dari discrepancy skeletal/ketidaksesuaian dari skeletal, atau dapat
dikaitkan juga dengan kebiasaan menggigit jari dan dapat terjadi secara
unilateral atau bilateral. Terdapat hubungan yang lemah antara posterior
crossbite
Anterior crossbite dari satu atau lebih insisivus permanen, rupanya dapat
menunjukkan diskrepansi lokal, pada kebanyakan kasus harus dirawat segera
setelah ditemukan/diketahui. Perawatan yang ditunda dapat menyebabkan
terjadi komplikasi yang serius seperti kehilangan panjang lengkung rahang.
Traumatik oklusi yang menyebabkan jaringan gingiva robek/terbuka dan
terjadi pembentukan poket di daerah labial gigi rahang bawah merupakan hasil
umumnya. Anterior crossbite merupakan hasil dari kondisi yang bervariasi,
termasuk:
1
lingual dari gigi insisivus, yang mungkin dapat erupsi berotasi atau crossbite.
Trauma pada gigi sulung anterior yang dapat menyebabkan perpindahan dari
benih gigi permanen pengganti dan akan erupsi menjadi crossbite. Jika gigi
insisivus sulung terlambat keluar (eksfoliasi) karena pulpa yang nekrosis
akibat trauma atau karies, gigi tersebut dapat bertindak sebagai benda asing
dan menyebabkan defleksi dari gigi permanen di daerah tersebut. (Gambar
1.2). gigi sulung tanpa pulpa sering tidak mengalami resorpsi akar yang
normal dan bisa menyebabkan komplikasi yang serius pada perkembangan
oklusinya.
Defisiensi panjang lengkung rahang dapat menyebabkan defleksi lingual gigi
anterior permanen selama erupsi, yang sering diamati di daerah insisivus
lateral rahang atas. Erupsi prematur dari kaninus permanen dalam kasus
defisiensi panjang lengkung rahang dapat menyebabkan gigi insisivus lateral
terdesak ke lingual dan erupsi menjadi crossbite.
benar.
Bagian apikal dari gigi yang in-locked posisinya relatif sama pada gigi dengan
oklusi normal.
Pasien yang memiliki oklusi normal di molar dan kaninus.
Untuk anak anak yang kooperatif bisa digunakan tongue blade yang
diletakkan di belakang in locked tooth. Perawatan ini biasanya gagal apabila
pasien tidak kooperatif. Perawatan ini juga kurang efekti apabila digunakan
pada anak - anak yang giginya sudah selesai periode erupsinya.
Perawatan lain yang dapat dilakukan adalah dengan Lower Cemented
Bite Plane An acrylic inclined plane ditempatkan pada gigi mandibula .An
acrylic bite plane dikonstruksi pada model yang dibuat dari cetakan alginat
yang akurat.An incline plane memiliki panjang inch.
Penyesuaian plane dilakukan sebelum sementasi. Plane hanya berkontak
pada gigi yang in locked, tidak pada gigi yang lain dan plane tidak boleh
menyentuh jaringan palatal. Gigi posterior harus berjarak 2-3mm dari oklusi.
Hal ini membatasi waktu penggunaan. Mungkinnya erupsi gigi posterior dapat
terjadi dalam 10 hari dan menyebabkan kecendrungan open bite pada region
anterior. Bidang inklinasi dapat di lepas ketika gigi in locked telah melewati
insisal edge dari insisivus bawah. Jika crossbite tidak membaik dalam 7 -10
hari , maka penggunaan komponen lain perlu dipertimbangkan.
Aktivitas fisik anak anak yang menggunakan bite plane harus diperhatikan
untuk mencegah kmungkinan jejas pada gigi. Gigi yang beroklui pda inclined
bite plane lebih rapuh pada avulsi atau luksasi dari tekanan pada dagu.
Komponen palatal. Penggunaan komponen palatal cekat atau lepasan
diindikasikan ketika satu atau dua gigi , terutama insisif lateral yag crossbite.
Kadang , selain memberikan perawatan pada crossbite , komponen palatal
dapat
digunakan
untuk
emnjaga
ruang
atau
untuk
memperbaiki
ktidaksesuaian padarahang. Karena retensi yang baik pada komponen ini , clap
yang adekuat atau fiksasi lain harus digunakan. Trkadang diperlukan untuk
membuk gigitan untuk memeperbaiki crossbite , walaupun pada kasus
overbite yang dalam mungkin diperlukan sampai crossbite sudah membaik.
kooperatif. Pada kasus apabila anak dan orang tua kooperatif prognosisnya
dapat berjalan dengan baik sehingga perjalanan karies dapat dihilangkan dan
dicegah, sedangkan pada kasus cross bite anterior dapat segera diatasi hal itu
disebabkan karena gigi belum erupsi seluruhnya. Pada kasus apabila anak dan
orang tua tidak kooperatif maka menghasilkan prognosis dan perawatan yang
kurang baik atau buruk hal itu disebabkan karena karies akan berlanjut
sehingga dapat mengakibatkan premature loss gigi sulung untuk kemudian
resiko gigi permanen yang baru tumbuh mengalami karies akan bertambah
pada akhirnya menyebabkan maloklusi yang bertambah parah. Bila pada kasus
crossbite anterior dibiarkan terus menerus akan memperparah maloklusi dan
menyebabkan kelainan periodontal sehingga timbul faset di permukaan gigi
insisif maksila
Prognosis lain yaitu akan menghasilkan prognosis dan perawatan yang
baik apabila dirawat sedini mungkin dan jika perawatan ditunda atau bahkan
tidak dirawat akan menyebabkan beberapa komplikasi yang serius yaitu
berkurangnya panjang lengkung rahang, maloklusi kelas II, profil wajah
menjadi cekung, traumatic occlusion disertai resultan stripping of the gingival
tissue dan pembentukan poket di permukaan labial gigi bawah, wear force
dapat terjadi di permukaan incisal dan labial pada gigi gigi insisif makssila
yang terlibat.
BAB III
KESIMPULAN
Edward Angle memperkenalkan satu sistem untuk mengklasifikasikan
maloklusi pada tahun 1899. Klasifikasi ini tetap digunakan setelah lebih dari
100 tahun karena aplikasinya mudah. Klasifikasi Angle berdasarkan relasi
pada mesio-distal gigi, lengkung gigi dan rahang. Menurut Angle, molar
pertama rahang atas dan rahang bawah adalah kunci oklusi. Klasifikasi Angle
dibagi empat, yaitu oklusi normal, Klas I Angle, Klas II Angle dan Klas III
Angle.
Klasifikasi crossbite dibagi 2, berdasarkan etiologi dental dan skeletal
dan berdasarkan letak anterior, posterior, dan anterior posterior.
Anterior crossbite yaitu keadaan dimana gigi insisivus terdapat sebelah
lingual gigi insisivus rahang bawah sedangkan posterior crossbite pada
periode mixed dentition dapat menjadi manifestasi awal dari discrepancy
skeletal/ketidaksesuaian dari skeletal, atau dapat dikaitkan juga dengan
kebiasaan menggigit jari dan dapat terjadi secara unilateral atau bilateral.
Anterior crossbite yang lengkap dapat menandakan adanya masalah
pertumbuhan skeletal dan akan berkembang menjadi maloklusi kelas III.
Penyebab utama anterior crossbite disebabkan karena kurangnya space
untuk gigi permanen. Diagnosis anterior crossbite setelah gigi incisive
permanen erupsi.
Prognosis yang baik dapat terjadi bila cukup jarak pada lengkung rahang,
jika dibutuhkan dapat dihilangkan C atau sulung untuk dapat membawa I2
DAFTAR PUSTAKA