Disusun Oleh:
Jeanice Felincia
1895022
Pembimbing:
Shelly Lelyana, drg., Sp.PM.
HALAMAN JUDUL 1
DAFTAR ISI 2
DAFTAR GAMBAR 3
I. STOMATITIS APTHOSA
I.1. Abstrak 4
I.2. Pendahuluan 4
I.3. Metode 5
I.4. Pembahasan 8
I.5. Kesimpulan 9
I.6. Daftar Pustaka 9
II. ULKUS DEKUBITUS
II.1. Abstrak 10
II.2. Pendahuluan 10
II.3. Metode 11
II.4. Pembahasan 14
II.5. Kesimpulan 15
II.6. Daftar Pustaka 16
III. COATED TONGUE
III.1. Abstrak 17
III.2. Pendahuluan 17
III.3. Metode 18
III.4. Pembahasan 21
III.5. Kesimpulan 22
III.6. Daftar Pustaka 23
2
DAFTAR GAMBAR
kunjungan pertama 6
Gambar 2.3. Ulcus decubitus pada mukosa gingiva kanan bawah sudah
sembuh (healed) 13
Gambar 3.3. Coated tongue yang sudah sembuh (healed) pada kunjungan
ketiga 21
3
I. STOMATITIS APTHOSA
ABSTRAK
Apthous stomatitis adalah salah satu lesi mukosa rongga mulut yang paling sering
ditemukan. Etiologi dari stomatitis aptosa masih belum diketahui dan dapat menyebabkan
ketidaknyamanan. Ulser tunggal biasanya akan sembuh dalam waktu 7-10 hari dan dapat
sembuh tanpa meninggalkan bekas luka Terdapat beberapa metode pengobatan untuk
mengurangi rasa sakit, menstimulasi penyembuhan ulser, dan mencegah rekurensi. Obat
yang dapat diberikan antara lain antiseptic, antiinflamasi maupun analgesic (chlorexidine,
diclofenak, chlortetracycline, atau triamcinolone acetonide). Laporan kasus ini bertujuan
melaporkan kasus seorang pasien perempuan dengan ulser stomatitis pada mukosa bibir
bawah kanan beserta penatalaksanaannya. Ulser merupakan ulkus tunggal berbentuk oval,
berdiameter 2 mm, berwarna putih dengan tepi eritema, berbatas jelas, dasar cekung, dan
terasa sakit. Terapi yang diberikan berupa bufacomb serta terapi non farmakologis berupa
intruksi oral hygiene dan gaya hidup sehat. Ulser sembuh setelah terapi selama 7 hari.
Kata kunci: stomatitis apthosa, ulser tunggal
PENDAHULUAN
Apthous stomatitis disebut juga sebagai recurrent apthous ulcer, cold sore
atau canker sores adalah salah satu lesi mukosa rongga mulut yang paling sering
ditemukan. Etiologi dari stomatitis aptosa masih belum diketahui dan dapat
lebih dari satu lesi terpisah yang dangkal dan terasa nyeri pada mukosa rongga
mulut. Ulser tunggal biasanya akan sembuh dalam waktu 7-10 hari dan dapat
sembuh tanpa meninggalkan bekas luka, ulser yang lebih besar dapat berlangsung
beberapa minggu hingga berbulan- bulan dan dapat meninggalkan bekas luka.1
Ulser tipe ini biasanya kecil, multiple, berbentuk oval atau bulat dengan batas
jelas yang memiliki dasar berwarna abu atau kekuningan dan tepi eritematous.
Stomatitis aptosa dibagi menjadi 3 varietas: minor aphthae, major aphthae, dan
4
herpetiform. Minor aphthe merupakan kasus yang paling sering ditemukan dan
pada permukaan mukosa non-keratin seperti mukosa bukal, labial, ataupun dasar
mulut.2
Etiologi dari stomatitis aptosa belum diketahui secara pasti, namun, beberapa
terjadinya lesi tersbut biasanya tidak dapat dihindari, namun tujuan dari
pengaplikasian krim secara tokpikal tidak cukup karena dapat dengan mudah
terbilas air liur. Obat yang dapat diberikan adalah antiseptic, antiinflamasi atau
acetonide.2, 3
METODE
bagian dalam bibir bawah kanannya dan ingin diobati. Sariawan muncul kurang
lebih 3 hari yang lalu dan tidak diketahui penyebabnya. Pasien mengaku jarang
5
sariawan dan apabila sariawan, lokasinya berbeda- beda. Sariawan terasa sakit
umum yang baik serta tidak memiliki riwayat penyakit sistemik yang
wajah pasien yang simetris, konjungtiva non anemis, sklera non ikterik, serta tidak
terdapat pembengkakan pada kelenjar limfe submandibula sebelah kiri dan terasa
sakit saat diraba, tidak terdapat kelainan pada kelenjar limfe sumbandibula seblah
kanan, submental dan servikal. Tidak terdapat kelainan pada bibir dan daerah
sirkum oral pasien. Pada pemeriksaan intraoral, kebersihan rongga mulut pasien
sedang karena tedapat plak dan kalkulus pada gigi. Ditemukan adanya sebuah
ulser di mukosa labial bawah kanan dengan bentuk oval, berdiameter 2 mm,
berwarna putih dengan tepi eritema, berbatas jelas, dasar cekung, dan terasa sakit.
Gambar 1.1. Stomatitis Apthosa di mukosa labial bawah kanan pada kunjungan pertama
6
Setelah diagnosis ditegakkan, pasien diberi terapi medikamentosa berupa
inflamasi, yang digunakan 3x sehari secara topikal pada ulser. Selain itu, pasien
diberikan instruksi untuk menjaga oral hygiene dengan baik, yaitu dengan cara
mengkonsumsi banyak air putih, buah, dan sayur; beristirahat yang cukup;
mengaplikasikan obat yang diberikan dan sariawan sudah menghilang serta tidak
terasa sakit lagi. Pada pemeriksaan intraoral sudah tidak terdapat lesi pada mukosa
labial sehingga pasien dinyatakan telah sembuh. Pasien tetap diberikan instruksi
untuk menjaga oral hygiene dengan baik; mengkonsumsi air putih, buah dan
PEMBAHASAN
7
Pasien perempuan, 23 tahun, datang dengan keluhan terdapat sariawan di bibir
bawah kanan bagian dalam sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengeluhkan rasa sakit
saat makan dan menyikat gigi. Pasien tidak tahu penyebab munculnya sariawan.
rasa sakit ketika diraba saat kunjungan pertama. Hasil tersebut menunjukan
mukosa labial bawah kanan dengan bentuk oval, berdiameter 2 mm, berwarna
putih dengan tepi eritema, berbatas jelas, dasar cekung, dan terasa sakit. Pasien
baik; mengkonsumsi banyak air putih, buah, dan sayur; beristirahat yang cukup;
mengaplikasikan obat yang diberikan dan sariawan sudah menghilang serta tidak
terasa sakit lagi. Pada pemeriksaan intraoral sudah tidak terdapat lesi pada mukosa
labial sehingga pasien dinyatakan telah sembuh. Pasien tetap diberikan instruksi
8
untuk menjaga oral hygiene dengan baik; mengkonsumsi air putih, buah dan
KESIMPULAN
Pada kasus ini, stomatitis apthosa terjadi pada pasien perempuan berusia 23
tahun dengan akibat yang belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan
disebabkan akibat pasien kurang menjalani pola hidup sehat. Terapi farmakologis
diberikan berupa bufacomb. Terapi non farmakologis juga diberikan berupa OHI
DHE dan anjuran gaya hidup sehat. Setelah dilakukan terapi selama 7 hari, ulser
DAFTAR PUSTAKA
https://emedicine.medscape.com/article/1075570-print
3. Regezi JA, Sciubba JJ, & Jordan RC. Oral Pathology Clinical Pathologic
9
II. ULKUS DEKUBITUS
ABSTRAK
Trauma gigi sulung merupakan masalah yang umum terjadi, trauma tersebut dapat
menyebabkan fenestrasi apikal dan menyebabkan terjadinya ulserasi di bagian mukosa
tersebut. Laporan kasus ini bertujuan melaporkan kasus seorang pasien laki- laki dengan
ulser dekubitus pada mukosa gingiva sebelah kanan beserta penatalaksanaannya. Ulkus
dekubitus pada kasus merupakan ulkus tunggal berbentuk irregular, berwarna putih
berbatas jelas dengan tepi non-eritem, dasar datar, dan terasa sakit apabila diraba.
Keluhan dirasakan kurang lebih sejak 2 tahun yang lalu, pasien sudah pernah ke
puskesmas namun keluhan tidak hilang. Ulser muncul disebabkan oleh trauma akibat akar
gigi yang muncul keluar gusi. Dilakukan ekstraksi pada gigi yang berada di atas ulser,
diberikan cream antiinflamasi triamcinolone acetonide 0.1% yang diaplikasikan apabila
terasa nyeri serta terapi non farmakologis berupa intruksi oral hygiene dan gaya hidup
sehat. Ulkus dekubitus sembuh setelah dilakukan perawatan dan terapi selama 3 minggu.
Kata kunci: ulkus, ulkus dekubitus
PENDAHULUAN
Periode gigi sulung berperan penting untuk menjaga lengkung rahang pada
individu. Trauma gigi sulung merupakan masalah yang umum terjadi dan telah
fenestrasi apikal, yaitu suatu kondisi ujung akar gigi sulung ditemukan pada
tersebut.1
Membran mukosa rongga mulut memiliki lapisan yang tipis dan mudah
rupture, sehingga mudah timbul ulserasi. Luka ulkus dekubitus diawali oleh
jaringan tersebut nekrosis dan terjadi ulserasi. Apabila tidak dilakukan perawatan
yang tepat dan efektif, ulser tersebut dapat berkembang dengan diameter dan
10
Ulkus decubitus merupakan kondisi patologis yang ditandai dengan akar gigi
yang telah menembus tulang alveolar dan mukosa diatasnya, pada mukosa rongga
Pada kasus ini, dilaporkan ulkus dekubitus yang terjadi pada seorang pasien
METODE
Pasien anak laki- laki berusia 8 tahun, datang dengan keluhan terdapat
sariawan pada gigi bawah sebelah kanan depan. Keluhan telah dirasakan sejak 2
tahun yang lalu. Akar gigi dapat dilihat dan terdapat kegoyangan pada gigi. Pasien
dengan keluhan yang sama dan dilakukan pencabutan, namun orang tua pasien
mengaku bahwa gigi yang tercabut hanya sebagian dari mahkota giginya saja.
umum yang normal serta tidak memiliki riwayat penyakit sistemik yang
hasil sebagai berikut: wajah pasien simetris, konjungtiva non anemis, sklera non
ikterik, serta tidak terdapat kelainan pada hidung, telinga, ataupun kelenjar limfe
kering dan tidak terdapat kelainan pada daerah sirkum oral. Pada pemeriksaan
intraoral, ditemukan terdapat sebuah ulser pada mukosa gingiva sebelah kanan
11
bawah di antara regio gigi 83 dan 84 berbentuk iregular, berwarna putih berbatas
jelas dengan tepi non-eritem, dasar datar, dan terasa sakit apabila diraba. Pasien
yang diaplikasikan apabila terdapat rasa nyeri. Selain itu, pasien diberikan
banyak air putih, buah, dan sayur; beristirahat yang cukup; mengurangi stres;
berolahraga teratur.
12
Gambar 2.2. Post extraction gigi 83 dan 84
Pada kunjungan ketiga, sariawan telah hilang dan membaik. Tidak terdapat
bekas luka yang mengganggu dan sariawan dinyatakan sembuh. Tidak terdapat
keluhan yang dirasakan pasien, namun pasien tetap diberikan instruksi untuk
menjaga oral hygiene dengan baik; mengkonsumsi air putih, buah dan sayur;
Gambar 2.3. Ulcus decubitus pada mukosa gingiva kanan bawah sudah sembuh (healed)
13
PEMBAHASAN
Pasien anak laki- laki berusia 8 tahun, datang dengan keluhan terdapat
sariawan pada gigi bawah sebelah kanan depan. Keluhan telah dirasakan sejak 2
tahun yang lalu. Akar gigi terlihat atau disebut juga sebagai root fenestration, juga
terdapat kegoyangan pada gigi. Pasien tidak mengeluhkan terdapat keluhan rasa
sudah pernah datang ke puskesmas dengan keluhan yang sama dan dilakukan
pencabutan, namun orang tua pasien mengaku bahwa gigi yang tercabut hanya
umum yang normal serta tidak memiliki riwayat penyakit sistemik yang
hasil sebagai berikut: wajah pasien simetris, konjungtiva non anemis, sklera non
ikterik, serta tidak terdapat kelainan pada hidung, telinga, ataupun kelenjar limfe
kering dan tidak terdapat kelainan pada daerah sirkum oral. Pada pemeriksaan
intraoral, ditemukan terdapat sebuah ulser pada mukosa gingiva sebelah kanan
bawah di antara regio gigi 83 dan 84 berbentuk iregular, berwarna putih berbatas
jelas dengan tepi non-eritem, dasar cekung, dan terasa sakit hanya pada saat
traumaticus.
14
Setelah diagnosis ditegakkan, direncanakan dilakukan ekstraksi pada
kunjungan berikutnya dan diberikan covering agent berupa petroleum jelly untuk
diinstruksikan untuk diaplikasikan apabila terdapat rasa nyeri. Selain itu, pasien
mengkonsumsi banyak air putih, buah, dan sayur; beristirahat yang cukup;
terdapat bekas luka yang mengganggu dan sariawan dinyatakan sembuh. Tidak
terdapat keluhan yang dirasakan pasien, namun pasien tetap diberikan instruksi
untuk menjaga oral hygiene dengan baik; mengkonsumsi air putih, buah dan
KESIMPULAN
Pada kasus ini, ulkus dekubitus terjadi pada pasien laki- laki berusia 8 tahun
membran yang tipis menjadi rupture sehingga membrane menjadi nekrosis dan
terbentuk ulser. Dilakukan ekstraksi pada akar dan gigi dengan tujuan untuk
rasa nyeri. Terapi non farmakologis juga diinstruksikan berupa OHI DHE dan
15
gaya hidup sehat. Setelah dilakukan perawatan, ulser hilang dan tidak terdapat
DAFTAR PUSTAKA
Cavity and it’s Management : A Rare Case Report. Sch J Med Case Rep
2015
16
III. COATED TONGUE
ABSTRAK
Coated tongue merupakan suatu masalah yang sering ditemukan pada orang dewasa,
yang dapat disebabkan akibat kebiasaan diet, ketidakmampuan menjaga kebersihan mulut
secara teknis, dan penurunan aliran saliva yang mengarah pada akumulasi debris oral dan
deposisi pada gigi, jaringan pendukung dan aspek dorsal dari lidah. Penelitian
mikroskopis pada struktur lidah telah menunjukkan bahwa pembentukan lapisan lidah
terkait dengan tingkat multiplikasi sel epitel dan jumlah desmosom serta butiran selaput
membran. Pada kasus di laporan ini, seorang pasien perempuan berusia 27 tahun
mengalami coated tongue karena belum pernah membersihkan lidahnya. Terdapat plak
putih pada dorsum lidah dan bau mulut tidak sedap. Pasien diberikan instruksi oral
hygiene yang benar dan diajarkan cara membersihkan lidah menggunakan tongue
scraper. Pada pertemuan ketiga, plak putih dan bau mulut hilang, pasien dinyatakan
sembuh.
PENDAHULUAN
Seluruh permukaan dorsum lidah terdiri dari papila yang memiliki permukaan
yang luas. Terdapat berbagai organisme baik jamur maupun bakteri pada dorsum
(VSC) yang merupakan penyebab bau mulut atau disebut juga halitosis.1
lidah yang terdiri dari bakteri, sejumlah besar sel epithelial deskuamasi yang
berasal dari mukosa oral, leukosit dari poket periodontal, metabolit darah serta
Coated tongue merupakan suatu masalah yang sering ditemukan pada orang
dewasa, terutama pada pasien lanjut usia karena perubahan kebiasaan diet,
17
penurunan aliran saliva dan perubahan sifat saliva yang mengarah pada akumulasi
debris oral dan deposisi pada gigi, jaringan pendukung dan aspek dorsal dari
pembentukan lapisan lidah terkait dengan tingkat multiplikasi sel epitel dan
jumlah desmosom serta butiran selaput membran. Banyaknya tongue coating akan
permukaan lidah.3,4
Menyikat lidah
Pada pasien coated tongue, pembersihan lidah yang paling efektif dan sering
dilakukan adalah dengan menggunakan alat tongue scrapper atau sikat gigi.
Pada kasus ini, dilaporkan coated tongue yang terjadi pada seorang pasien
METODE
Pasien perempuan, 27 tahun, datang dengan keluhan lidah terasa kotor dan
terkadang terasa bau mulut. Saat melihat cermin pasien merasa terdapat warna
18
keputihan di seluruh permukaan lidahnya. Pasien mengaku kurang minum air
putih.
Pada kunjungan pertama, kondisi keadaan umum pasien baik. Pasien tidak
non ikterik, serta hidung dan telinga dalam keadaan normal. Kelenjar limfe tidak
temporomandibular, tidak ditemukan adanya kelainan. Bibir dan sirkum oral juga
buruk dan terdapat banyak kalkulus, stain, serta plak pada giginya. Gingiva pasien
tampak oedem di seluruh regio baik di rahang atas dan rahang bawah. Pada bagian
lidah, terlihat adanya plak putih yang bisa diapus pada 2/3 dorsum lidah. Plak
didiagnosis mengalami coated tongue dengan diagnosa banding hairy tongue dan
19
Pasien diinstruksikan untuk membersihkan lidah menggunakan tongue scraper
2x sehari setelah menyikat gigi, dengan gerakan mengeruk dari belakang lidah ke
depan lidah. Pasien juga diinstruksikan untuk minum banyak air putih,
hari dan merasa plak putih telah berkurang. Bau mulut juga sudah mulai
lidahnya menggunakan tongue scrapper setelah sikat gigi, banyak minum air
Pada kunjungan ketiga, plak putih di lidah telah menghilang. Pasien merasa
nyaman dengan kondisi lidahnya dan bau mulut sudah tidak dirasakan. Pada
pemeriksaan intraoral, sudah tidak terdapat plak putih pada permukaan lidah.
20
Pasien dinyatakan telah sembuh namun tetap diinstruksikan untuk menjaga
kebersihan rongga mulutnya, minum banyak air putih, mengkonsumsi buah dan
Gambar 3.3. Coated tongue yang sudah sembuh (healed) pada kunjungan ketiga
PEMBAHASAN
Pasien perempuan, 27 tahun, datang dengan keluhan lidah terasa kotor dan
terkadang terasa bau mulut. Saat melihat cermin pasien merasa terdapat warna
pemeriksaan intraoral, kebersihan mulut pasien tampak buruk dan terdapat banyak
kalkulus, stain, serta plak pada giginya. Gingiva pasien oedem di seluruh regio
atas dan bawah. Pada bagian dorsum lidah terlihat adanya plak putih yang bisa
21
hairy tongue dan oral hairy leukoplakia. Etiologi dari coated tongue pada kasus
ini adalah oral hygiene yang buruk. Pasien belum pernah membersihkan lidah
sebelumnya yang menjadikan debris bakteri, sisa makanan dan epitel yang mati
Terapi yang diberikan adalah terapi non farmakologis berupa OHI DHE serta
penggunaan tongue scraper. Pasien juga diinstruksikan untuk banyak minum air
Pada kunjungan kedua, masih terdapat plak putih pada permukaan lidah
pasien, namun plak tersebut sudah mulai menipis. Pasien merasa bau mulut yang
Pada kunjungan ketiga plak putih di lidah pasien sudah menghilang. Pasien
sudah melakukan instruksi oral hygiene yang diberikan dengan baik, dan sudah
sudah tidak dirasakan lagi dan pasien merasa nafasnya lebih segar.
KESIMPULAN
Pada kasus ini, pasien perempuan berusia 27 tahun mengeluhkan adanya plak
putih di dorsum lidahnya disertai bau mulut. Pasien mengaku belum pernah
menyikat lidahnya dan kurang minum air putih. Pasien didiagnosa memiliki
membersihkan lidahnya. Pada kunjungan ketiga, coated tongue pada lidah pasien
telah sembuh.
22
DAFTAR PUSTAKA
35. (https://jdmfs.org/index.php/jdmfs/article/viewFile/249/249)
4. Danser MM, Gomez SM, Weijden GA. Tongue coating and tongue
23