Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

Ulkus merupakan lesi yang terbentuk oleh kerusakan lokal dari jaringan

epitelium.1 Ulkus yang terbentuk di mukosa mulut merupakan gambaran lesi oral

yang sangat umum dijumpai pada kebanyakan orang di berbagai usia maupun

jenis kelamin. Prevalensi terjadinya ulkus 25% dari populasi di dunia.2

Salah satu penyebab ulkus yang paling sering yaitu trauma.1 Prevalensi

ulkus traumatik cukup tinggi dibandingkan lesi-lesi mulut lainnya. Penelitian yang

dilakukan oleh Castellanos, dkk. pada tahun 2003 di Meksiko terhadap 1000

orang menunjukkan prevalensi ulkus traumatik sebesar 40,24%.3 Cebeci, dkk.

dalam penelitiannya pada tahun 2005 di Turki mendapati prevalensi ulkus

traumatik mencapai 30,47%.4 Ulkus traumatik dapat terjadi karena trauma fisik,

termal, maupun kimiawi. Akibat dari timbulnya ulkus traumatik yaitu rasa nyeri,

kesulitan mulut untuk beraktivitas dan ketidaknyamanan pasien yang dapat

mengganggu proses perawatan. 5,6

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa trauma fisik merupakan

penyebab utama ulkus traumatikus. Singh pada tahun 2008 di New Delhi

menunjukkan bahwa keluhan terjadinya ulkus traumatik selama perawatan

ortodontik sebesar 56%.7 Kvam, dkk. pada tahun 1987 di Norwegia mendapati

bahwa 28,7% dari 161 pasien mengeluhkan terkena ulserasi, dimana 75,8%

diantaranya mengalami ulserasi ringan, sedangkan 2,5% mengalami ulserasi

berat.8

Penelitian mengenai ulkus traumatik di Indonesia masih sangat jarang

karena penyakit ini masih dianggap bukan masalah yang serius sehingga kurang

mengundang perhatian. Ulkus traumatik memang biasanya dapat hilang dalam


beberapa hari jika penyebabnya dihilangkan, namun jika trauma terjadi secara

berulang dan tidak diatasi, maka ulkus akan bertambah parah. Trauma kronis pada

mukosa mulut dapat menyebabkan ulkus akan berkembang hingga bisa berakibat

terjadinya hiperplasia atau hiperkeratosis mukosa.6

LAPORAN KASUS

Seorang perempuan berusia 68 tahun datang ke RSGM Baiturrahmah

dengan adanya luka pada lidah sebelah kiri pasien. Dari penuturanya, luka

tersebut terjadi sejak 6 hari yang lalu. Luka pasien belum pernah diobati, pasien

belum pernah ke dokter gigi sebelumnya, dan pasien menyangkal adanya penyakit

ataupun alergi yang di derita pasien serta menyangkal adanya penyakit keluarga.

Pasien memiliki kebiasaan menyikat gigi 1 kali sehari. Dari pemeriksaan tanda

vital diketahui tensi pasien adalah 110/90 mmHg, Nadi sebanyak 68x/ menit, suhu

tubuh 370 C, dan respirasi sebanyak 15x/ menit. Berdasarkan pemeriksaan ekstra

oral, diketahui adanya benjolan di kelenjer getah bening pasien di bagian

submental, kenyal, dan tidak sakit dan wajah terlihat asimetri. Dari pemeriksaan

intra oral, gigi 47 karies dentin dan, serta adanya ulkus dengan ukuran 5 mm x 5

mm pada lateral lidah regio gigi 47, berbentuk bulat, jumlah 1 buah, berwarna

putih dengan tepi teratur, sakit (+). Pasien sering menggesekan lidahnya pada

giginya berlubang.
Gambar 1. Keadaan rongga mulut pasien saat di periksa (dokumentasi pribadi)

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, kondisi pasien didiagnosa dengan

ulkus traumatikus. Ulkus traumatikus pada pasien adalah lesi yang diakibat

trauma fisik yang disebabkan kebiasaan menggesekkan lidah ke gigi yang

mengalami karies.

Perawatan yang dilakukan pada pasien ada 2 jenis, yaitu non

farmakologis dan farmakologis. Dimana perawatan non farmakologis adalah

dengan menghilangkan faktor etiologi terlebih dahulu dengan cara melakukan

restorasi klas 2 resin komposit pada gigi 47 dan edukasi pasien untuk banyak

minum air putih, nimum susu serta banyak makan sayur dan buah. Sedangkan

terapi farmakologis berupa resep obat, dimana obat yang digunakan adalah

sebagai berikut:
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT
YAYASAN PENDIDIKAN BAITURRAHMAH
Izin Dinkes : PPK.03.2186 V.2009
Jl. Raya by pass KM 14 Sei. Sapih

Dokter : Drg. Fitria Mailiza, Sp. PM


Tanggal : 8 Desember 2018

R/ Triamcinolone tube I
s extend tdd part dol

R/ Vitamin C tab 500 mg no X


s 2 dd tab 1 pc

Pro : Sulenam (ny)


Umur : 68 tahun

Gambar 2.
Kondisi rongga mulut pasien setelah 1
minggu (Dokumentasi Pribadi)
PEMBAHASAN

A. Definisi Dan Etiologi

Salah satu kelainan di dalam rongga mulut yang banyak dikeluhkan

masyarakat adalah adanya ulkus di rongga mulut dan sering kali terasa nyeri.

Ulkus adalah hilangnya seluruh ketebalan epitel sehingga jaringan ikat

dibawahnya terbuka yang disebabkan oleh peradangan yang menembus membran

mukosa atau kulit, sedangkan traumatik merupakan suatu kejadian yang

berhubungan dengan adanya trauma. Ulkus juga dapat diartikan sebagai

kerusakan epitel rongga mulut yang menyebabkan terbukanya ujung saraf bebas

pada lamina propia dan menyebabkan rasa sakit pada penderita. Feely (2008)

menyatakan bahwa ulkus traumatik merupakan lesi ulkus rongga mulut yang

muncul dalam bentuk lesi tunggal, disebabkan oleh kerusakan mukosa mulut dan

tidak menular. Prevalensi ulkus di rongga mulut rata-rata berkisar antara 15-30%.1

Kejadian ulkus di rongga mulut cenderung pada wanita usia 16 – 25 tahun dan

lebih jarang terjadi pada usia di atas 55 tahun2. Sedangkan frekuensi terjadinya

sangat bervariasi, mulai dari 4 (empat) episode setiap tahun (85% dari seluruh

kasus) hingga lebih dari satu episode setiap bulan (10% dari seluruh kasus)

termasuk penderita recurrent aphthous stomatitis (RAS)3. Ulkus merupakan

keadaan patologis yang ditandai dengan hilangnya jaringan epitel (lapisan

epitelium), akibat dari ekskavasi permukaan jaringan yang lebih dalam dari

jaringan epitel4.

Adanya ulkus di rongga mulut dapat disebabkan gangguan lokal namun

juga dapat merupakan pertanda penyakit sistemik lain di dalam tubuh, dimana

dapat disebabkan karena berbagai faktor seperti trauma (mekanik atau kimia),
infeksi (bakteri, virus, jamur atau protozoa), gangguan sistem tertentu (vitamin C,

B12, zat besi atau zinc) serta kelainan sistemik lainnya5. Etiologi ulkus traumatik

sangat berviariasi, diantaranya adalah karena gigi yang tajam atau patah dan

melukai mukosa atau luka akibat penggunaan alat-alat kedokteran gigi oleh dokter

gigi yang kurang terampil. Lesi tersebut sering ditemukan pada area tepi lidah,

mukosa pipi, mukosa bibir, area yang bersebelahan dengan gigi yang karies atau
6
patah, juga pada tepi plat gigi tiruan atau ortodontik. Lewis dan Lamey (2012)

menyatakan bahwa kerusakan fisik pada mukosa mulut yang disebabkan oleh

permukaan tajam cengkeram atau tepi-tepi protesa, peralatan ortodontik dan

kebiasaan menggigit pipi dapat menjadi penyebab ulkus traumatik, sedangkan

iritasi kimiawi pada mukosa mulut dapat berasal dari tablet aspirin dan krim sakit

gigi yang diletakkan pada gigi-gigi yang sakit atau di bawah protesa yang tidak

nyaman juga dapat menjadi penyebab ulkus traumatik. Ulkus pada mulut juga

dapat disebabkan oleh faktor iatrogenik, misalnya pada pengaplikasian etsa gigi

yang mengenai mukosa atau pada penggunaan hidrogen peroksida dalam prosedur

perawatan endodontik dan pemutihan pada gigi vital yang mengenai mukosa .7,8

Ulkus traumatik merupakan lesi yang sering terjadi dan mempunyai

gambaran khas berupa ulkus tunggal, lunak saat disentuh dan bentuknya tidak

teratur dalam keadaan akut menunjukkan tanda dan gejala klinis Inflamasi akut 6,

meliputi beragam derajat nyeri, kemerahan, dan pembengkakan. Jenis trauma

yang menjadi penyebab ulkus traumatik dapat diketahui saat dilakukan

pemeriksaan riwayat penyakit atau pemeriksaan klinis. Lesi biasanya muncul

dengan ukuran yang bervariasi, berbentuk bulat hingga sabit dengan dasar lesi

berwarna merah atau putih kekuningan dan tepi kemerahan. Ukuran lesi
tergantung pada durasi, intensitas dan tipe trauma yang menyebabkan iritasi.8

Rasa sakit yang dirasakan penderita dipengaruhi oleh kedalaman dan lokasi ulkus

di rongga mulut, tetapi lesi akan sembuh dengan sendirinya dalam 7-10 hari tanpa

meninggalkan jaringan parut setelah faktor penyebabnya dihilangkan.7

B. Gambaran Klinis Ulkus Traumatikus

Ulkus traumatikus merupakan ulserasi dengan penyebab yang jelas. Gejala

ditandai dengan ketidaknyamanan yang muncul 24 atau 48 jam setelah trauma

pada jaringan lunak dalam rongga mulut. Ulserasi yang timbul tergantung dari

agen penyebab trauma dan lokasi tergantung dari daerah yang terkena trauma.

Gambaran klinis dari ulser traumatikus adalah ovoid, berwarna putih kekuningan

dan dikelilingi daerah eritema yang iregular. Ulser biasanya sembuh tanpa

berbekas dalam 10-14 hari, secara spontan atau setelah menghilangkan penyebab.

Apabila ulser terjadi karena panas atau agen thermal, ulser yang terbentuk

biasanya lebih kecil dan terjadi pada palatum durum dan bibir, biasa terjadi pada

remaja dan orang tua. Area ulserasi akan terlihat eritema dan terasa empuk

kemudian akan terbentuk ulserasi beberapa jam setelah trauma, dibutuhkan waktu

beberapa hari agar ulserasi tersebut sembuh tergantung dari keluasan ulser 6,13.

C. Diagnosis

Diagnosa ditegakkan dengan anamnesa mengenai gejala penyebab lesi dan

tanda klinis yang muncul. Apabila pasien dapat menyebutkan penyebab dari

ulserasi yang timbul dan ulserasi sembuh tanpa meninggalkan bekas setelah 1-2

minggu, maka tidak ada yang perlu dilakukan terhadap lesi. Namun apabila

setelah 2 minggu lesi tidak juga sembuh atau terbentuk supurasi karena infeksi
sekunder, maka perlu dilakukan biopsi untuk mengetahui adanya kemungkinan

keganasan pada lesi atau terjadi infeksi jamur pada pasien immunocom-

promised.6,9

D. Diagnosis Banding

Reccurent Apthous Stomatitis (RAS) merupakan suatu keadaan yang

ditandai oleh ulkus rekuren pada mukosa oral dan orofaring. Penyebab RAS

sering dikaitkan dengan trauma, stress, faktor mikroba, bakteri, beberapa jenis

makanan, drug reaction, defek imun, ketidakseimbangan hormon, kebiasaan

merokok, defisiensi vitamin B, kelainan gastrointestinal, dan inflammatory bowel

disease (IBD) 12. RAS diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinisnya, yaitu:

1. Recurrent Apthous Stomatitis minor

Recurrent Apthous Stomatitis minor cenderung terjadi pada

mukosa bergerak, yaitu pada mukosa bibir dan pipi, dan jarang terjadi

pada mukosa berkeratin seperti palatum durum dan gusi cekat. RAS minor

tampak sebagai ulkus oval, dangkal, berwarna kuning keabuan dengan

diameter ± 3-5 mm, tidak ada bentuk vesikel yang terlihat,tepi eritematous

yang mencolok mengelilingi pseudomembran fibrinosa. Keluhan awal

timbulnya ulkus ini yaitu rasa terbakar, diikuti rasa sakit hebat selama

beberapa hari. Rekurensi dan pola terjadinya bervariasi. Ulkus bisa

tunggal maupun multiple, dan sembuh spontan tanpa pembentukan

jaringan parut dalam waktu 14 hari. Kebanyakan penderita mengalami

ulser multiple pada 1 periode dalam waktu 1 bulan. 8


2. Recurrent Apthous Stomatitis mayor

RAS mayor merupakan bentuk yang lebih besar dari apthous

minor, dengan ukuran diameter lebih dari 1 cm, ulser lebih dalam, dan

lebih sering timbul kembali. Bentuk multiple, meliputi palatum lunak,

fausea tonsil, mukosa bibir, pipi, dan lidah, kadang-kadang meluas sampai

ke gusi cekat. Ulkus ini memiliki karakteristik, crateriform, asimetris dan

unilateral, pada bagian tengah nekrotik dan cekung. Ulkus sembuh dalam

beberapa minggu atau bulan, dan meninggalkan jaringan parut.

3. Recurrent Apthous Stomatitis herpetiform

RAS herpetiform secara klinis mirip ulkus-ulkus pada herpes

primer. Gambaran berupa erosi kelabu berjumlah banyak, bergabung dan

batasnya menjadi tidak jelas. Awalnya berdiameter 1-2 cm dan timbul

berkelompok 10-100 buah. Ulkus dikelilingi daerah eritematosus dan

mempunyai gejala sakit. Biasanya terjadi hampir pada seluruh mukosa oral

terutama pada ujung anterior lidah, tepi-tepi lidah, dan mukosa labial.

RAS herpetiform sembuh dalam waktu 14 hari.

E. Terapi Traumatic Ulcer

Penatalaksanaan traumatic ulcer dengan menghilangkan penyebab dan

menggunakan obat kumur antiseptik (contohnya klorheksidin 0,2 %) atau

covering agent seperti orabase selama fase penyembuhan. Semua ulser traumatik

harus ditinjau, jika lesi terus menetap lebih dari 10-14 hari setelah faktor

penyebab dihilangkan sebaiknya dilakukan biopsi untuk memastikan adanya

keganasan rongga mulut atau squamous cell carcinoma.5


Menurut Houston, perawatan lesi ulserasi bermacam-macam tergantung

dari ukuran, durasi dan lokasi. Ulserasi akibat trauma mekanis atau termal dari

makanan biasanya sembuh dalam 10-14 hari dengan menghilangkan

penyebabnya.7 Penatalaksanaan terbaik untuk ulserasi yang berhubungan dengan

trauma kimiawi yaitu dengan mencegah kontak dengan bahan kimia penyebabnya.

Trauma elektris pada mukosa oral biasanya dirawat pada bagian luka bakar dan

dipertimbangkan untuk pemberian vaksin jika perlu. Terapi antibiotik (biasanya

penisilin) diberikan untuk mencegah adanya infeksi sekunder jika lesi yang terjadi

parah dan dalam. Kebanyakan traumatic ulcer sembuh tanpa memerlukan terapi

antibiotik. Terapi yang biasa diberikan yaitu:

1. Menghilangkan iritan atau penyebab

2. Menggunakan obat kumur

3. Mengonsumsi makanan yang halus dan lunak

4. Aplikasi kortikosteroid topikal

5. Aplikasi anestesi topikal

Tabel dibawah ini merupakan pilihan terapi untuk traumatic ulcer namun

terapi yang diberikan tergantung tingkat keparahan dan frekuensi. Yang paling

penting dalam terapi ini yaitu untuk menghilangkan ketidaknyamanan,

menyembuhkan lesi ulseratif dan mencegah lesi tersebut terjadi lagi.5


Jenis Terapi
Antiseptik Chlorhexidine gluconate 0,2 %
topikal · Cara penggunaan: kumur selama 1 menit sebanyak 10 ml
· Waktu: 2x sehari selama masih terdapat lesi sampai 2 hari
setelah lesi sembuh
Povidon iodine 1 %
· Cara penggunaan: kumur selama 30 detik sebanyak 10 ml
· Waktu: 3-4x sehari
Analgesik Benzydamine hydrochloride
topikal · Cara penggunaan: kumur selama 1 menit sebanyak 15 ml
· Waktu: 2-3x sehari, tidak boleh lebih dari 7 hari
Kortikosteroid Triamcinolone acetonide 0,1%
topikal · Cara penggunaan: dioles tipis pada luka
· Waktu: setelah makan dan sebelum tidur
Antibiotik Chlortetracycline
topikal · Cara penggunaan: larutkan 1 kapsul dalam 10 ml air, kumur
selama 3-5 menit
· Waktu: 4x sehari namun tidak untuk terapi jangka panjang

KESIMPULAN

Salah satu kelainan di dalam rongga mulut yang banyak dikeluhkan

masyarakat adalah adanya ulkus di rongga mulut dan sering kali terasa nyeri.

Ulkus adalah hilangnya seluruh ketebalan epitel sehingga jaringan ikat

dibawahnya terbuka yang disebabkan oleh peradangan yang menembus membran

mukosa atau kulit, sedangkan traumatik merupakan suatu kejadian yang

berhubungan dengan adanya trauma. Ulkus traumatik merupakan lesi ulkus

rongga mulut yang muncul dalam bentuk lesi tunggal, disebabkan oleh kerusakan

mukosa mulut dan tidak menular. manajemen utama pada ulkus traumatik rongga

mulut adalah menghapus faktor etiologi. Jika ulkus masih persisten setelah 2

minggu, serta faktor etiologi telah dihapus, dicurigai sebagai keganasan yang

dibutuhkan untuk pemeriksaan biopsi untuk menegakkan diagnosis akhir.


DAFTAR PUSTAKA

1. Bricker, Langlais, and Miller. 1994. Oral Diagnosis, Oral Medicine, and
Treatment Planning2nd ed. USA : Lea Febiger.

2. Cawson and Odell. 2002. Cawson’s Essential of Oral Pathology and Oral
Medicine7th ed. New York : Churchill Livingstone.

3. Chestnutt, G. Ivor; Gibson , John. Churchill’s Pocketbooks Clinical


Dentistry3th ed. London : Churchill Livingstone.

4. Coulthard, Paul, et al. 2003. Master DentistryVol.1. London : Churchill


Livingstone.

5. Field, A. dan Lesley Longman. 2003. Tyldesley’s Oral Medicine 5th ed.
Oxford University Press.

6. Greenberg, M.S; M. Glick. 2003. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and


Treatment10th ed. Hamilton. BC Decker Inc.

7. Houston,G. 2009. Traumatic Ulcers.Available onlineat


http://emedicine.medscape.com/article/1079501-treatment#showall(diakses
tanggal 27 September 2018).

8. Langlais and Miller. 2000. Atlas Berwarna: Kelainan Rongga Mulut yang
Lazim. Jakarta: Hipokrates.

9. Laskaris, G.2006. Pocket Atlas of Oral Disease 2ndedition. Newyork :


Thieme.

10. Mosby. 2008. Mosby’s Dental Dictionary 2nd ed. Missouri : Elsevier.

11. Neville, B.W., et. al. 2003. Color Atlas of ClinicalOral Patology. 2nd ed.
London:BC Decker Inc.

12. Scully, Crispian. 2003. Prevention of Oral Disease 4th ed. New York : Oxford
University Press.

13. Sonis, dkk. 1995. Principles and Practice of Oral Medicine. 2nd ed.
Pennsylvania : W.B. Saunders Company.

14. http://en.wikipedia.org/wiki/Aphthous_ulcer#Major_ulcerations (diakses


tanggal 27 September 2018)

Anda mungkin juga menyukai