0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
107 tayangan19 halaman
1. Dokumen tersebut membahas tentang instrumentasi biopatologi jaringan periodontal dan merupakan makalah disusun oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada.
2. Dibahas etiologi, patogenesis, diagnosis, dan pengobatan gingivitis pada seorang pasien wanita berusia 35 tahun yang mengeluhkan peradangan gusi.
3. Faktor penyebab utama gingivitis adalah akumulasi plak bakteri, sedang
1. Dokumen tersebut membahas tentang instrumentasi biopatologi jaringan periodontal dan merupakan makalah disusun oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada.
2. Dibahas etiologi, patogenesis, diagnosis, dan pengobatan gingivitis pada seorang pasien wanita berusia 35 tahun yang mengeluhkan peradangan gusi.
3. Faktor penyebab utama gingivitis adalah akumulasi plak bakteri, sedang
1. Dokumen tersebut membahas tentang instrumentasi biopatologi jaringan periodontal dan merupakan makalah disusun oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada.
2. Dibahas etiologi, patogenesis, diagnosis, dan pengobatan gingivitis pada seorang pasien wanita berusia 35 tahun yang mengeluhkan peradangan gusi.
3. Faktor penyebab utama gingivitis adalah akumulasi plak bakteri, sedang
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2014 BAB I PENDAHULUAN
I. Kasus Pasien wanita berusia 35 tahun dengan kondisi umum sehat mengeluhkan bahwa pada gusi terdapat peradangan di daerah antar gigi, bila gosok gigi timbul perdarahan. Pada pemeriksaan intraoral ditemukan adanya peradangan di daerah interdental. Dengan dilakukan probing terjadi perdarahan. Plak indeks sebesar 85% dan pada rontgen foto tidak ada kelainan pada tulang pendukung gigi.
II. Rumusan Masalah 1. Apa etiologi yang menyebabkan terjadinya peradangan pada gingiva wanita tersebut? 2. Bagaimana patogenesis penyakit tersebut? 3. Bagaimana cara penegakan diagnosis penyakit tersebut? 4. Apa diagnosis penyakit tersebut? 5. Bagaimana rencana perawatan dalam mengobati penyakit tersebut? 6. Bagaimana prognosis penyakit tersebut? 7. Apa premis-premis yang mengindikasikan penyakit tersebut? BAB II PEMBAHASAN I. Etiologi Penyakit Gingivitis merupakan salah satu kelainan dalam rongga mulut yang prevalensinya paling tinggi adalah penyakit periodontal yang paling sering dijumpai, yaitu gingivitis. Gingivitis atau keradangan gingiva merupakan kelainan jaringan penyangga gigi yang hampir selalu tampak pada segala bentuk kelainan jaringan penyangga gigi yang hampir selalu tampak pada segala bentuk kelainan gingival. (Musaikan, et al, 2003) Gingivitis adalah peradangan pada gingiva yang disebabkan bakteri dengan tanda-tanda klinis perubahan warna lebih merah dari normal, gingiva bengkak dan berdarah pada tekanan ringan. Penderita biasanya tidak merasa sakit pada gingiva. Gingivitis bersifat reversible yaitu jaringan gingiva dapat kembali normal apabila dilakukan pembersihan plak dengan sikat gigi secara teratur. Periodontitis menunjukkan peradangan sudah sampai ke jaringan pendukung gigi yang lebih dalam. Penyakit ini bersifat progresif dan irreversible dan biasanya dijumpai antara usia 30-40 tahun. Apabila tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi, ini menunjukkan kegagalan dalam mempertahankan keberadaan gigi di rongga mulut sampai seumur hidup yang merupakan tujuan dari pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. (Nield, 2003) Secara umum penyebab penyakit gingiva dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu : A. Faktor lokal B. Faktor sistemik Interaksi antara faktor lokal dan faktor sistemik pada penyakit gingiva dan periodontal sampai sekarang ini masih kontroversial. Pada kebanyakan penyakit gingiva dan periodontal, khususnya inflamasi kronis, faktor lokal berupa plak bakteri merupakan faktor etiologi utama. Faktor sistemik berperan sekunder dengan jalan memperparah respon periodonsium terhadap iritan lokal. Namun demikian, faktor sistemik tertentu seperti pemakaian obat yang mngandung nifedipin dapat berperan primer dengan menyebabkan terjadinya hiperplasia gingiva gingiva non inflamasi. Dalam keadaan seperti ini, justru faktor lokal yang berperan sekunder dengan memperparah hiperplasia bila telah terjadi inflamasi. A. Faktor Lokal Faktor lokal adalah faktor yang berada di sekitar gigi dan jaringan periodontium a. Faktor Pencetus (utama): Plak bakteri Plak bakteri sering juga disebut sebagai plak dental.Yang di maksudkan dengan plak dental secara umum adalah bakteri yang berhubungan dengan permukaan gigi. b. Faktor Pendorong /predisposisi Beberapa faktor yang berperan sebagai faktor lokal pendorong : Materia alba Materia alba adalah deposit lunak dan transparan, terdiri dari mikroorganisme, leukosit, protein saliva, sel-sel epitel dan deskuamasi dan partikel-partikel makanan. Materi ini bisa melekat ke permukaan gigi maupun restorasi dan gingiva. Debris Makanan Debris makanan harus dibedakan dari impaksi makanan.Debris makanan adalah partikel makanan yang bersisa di mulut akibat tidak tuntas terlarutkan oleh enzim bakteri atau mekanis lidah, bibir dan pipi. Stain Dental Stain dental adalah deposit berpigmen yang melekat pada permukaan gigi. Beberapa bakteri kromogenik menyebabkan stain seperti: stain hitam (black stain) stain hijau (green stain) dan stain jingga (orange stain) Kalkulus Kalkulus atau yang dikenal juga sebagai karang gigi adalah plak bakteri yang telah mengalami mineralisasi atau kalsifikasi. Karies Karies terutama yang berada dekat margin gingiva, karena daerah ini mudah terjadi penumpukan plak bakteri dan deposit lunak lainnya. Merokok Beberapa ahli mengatakan dampak merokok terhadap periodontal beragam, terdiri dari: stain, panas dan asap yang timbul pada waktu menghisap rokok. Stain tembakau akibat merokok dianggap mempermudah penumpukan plak.
Impaksi makanan (food impaction) Peranan impaksi makanan karena partikel makanan yang terjepit tersebut merupakan suatu lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangbiakan plak dan merupakan iritasi mekanis terhadap periodontium Kesalahan prosedur kedokteran gigi (faulty dentistry) Bentuk kesalahan yang sering dijumpai adalah seperti : tambalan yang terlalu tinggi (over hanging). Restorasi dengan kontak proksimal yang terbuka, tepi mahkota tiruan yang tidak baik, restorasi yang overkontur, gigi tiruan lepasan atau cekat yang tidak baik kedudukannya, dan piranti orthodonti. Kontrol plak inadequate Kontrol plak yang dilakukan secara inadequat menyebabkan plak dan deposit lunak lainnya lebih mudah menumpuk dan tidak tersingkirkan dari perlekatannya. Makanan berkonsistensi lunak dan mudah melekat Makanan yang lunak dan melekat dipermukaan gigi merupakan lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangbiakan bakteri plak. Sebaliknya makanan yang kenyal dan berserat menghalangi penumpukan plak. Trauma mekanis Trauma mekanis menyebabkan cedera pada gingiva sehingga lebih mempermudah timbulnya inflamasi akibat serangan bakteriplak.Trauma mekanis ini bisa disebabkan oleh cara menyikat gigiyang salah atau kebiasaan menggaruk-garuk gingiva dengan kuku. Trauma kimiawi Tablet aspirin atau obat puyer yang sering diaplikasikan secara lokal pada gusi sebagai usaha pasien menghilangkan nyeri sakit gigi maupun obat kumur yang keras serta obat- obatan yang bersifat bisa menyebabkan trauma kimiawi pada gingiva.
c. Faktor lokal fungsional: Gigi yang hilang tanpa diganti, maloklusi /malposisi, kebiasaan bernapas dari mulut dan mendorong-dorong dengan lidah, kebiasaan parafungsional serta oklusi yang traumatik .
B. Faktor Sistemik Faktor sistemik adalah faktor yang dihubungkan dengan kondisi tubuh, yang dapat mempengaruhi respon periodontium terhadap penyebab lokal. Faktor-faktor sistemik tersebut adalah : Faktor-faktor endokrin (hormonal) meliputi : pubertas, kehamilan dan menopouse, gangguan dan defisiensi nutrisi meliputi: defisiensi vitamin dan defisiensi protein serta obat-obatan meliputi : Obat-obat yang dapat menyebabkan hifperplasia gingiva non inflamatoris dan kontrasepsi hormonal. Faktor-faktor psikologis (emosional), penyakit metabolisme : Diabetes Melitus, gangguan penyakit hematologis : leukimia dan anemia, Penyakit-penyakit yang melemahkan (debilatating disease)
II. Patogenesis Penyakit 1. Tahap Inisial (Initial Lesion) Tahap ini tejadi pada hari kedua sampai hari keempat setelah terjadi akumulasi plak., Plak ini terdiri dari bakteri cocci dan batang gram positif, lalu hari berikutnya organisme filamen, dan terakhir Spirochetes atau bakteri gram negatif. Dalam beberapa hari, gingivitis ringan mulai terjadi pada tahap ini. Penampakan histopalogis ditandai dengan adanya infiltrasi neutrofil, adanya perubahan vaskular, perubahan sel-sel epitel, dan degradasi kolagen. Perubahan inisial disebabkan oleh tertariknya neutrofil secara kemotaksis oleh kandungan bakteri, efek vasodilatasi yang diakibatkan oleh produk bakteri, dan aktivasi sistem pertahanan pejamu seperti sistem komplemen, kinin, dan jalur asam arahidonat. Gambaran klinis yg terlihat adalah meningkatnya cairan sulkular. Pada tahap ini plak mulai berakumulasi ketika kebersihan rongga mulut tidak terjaga. 2. Tahap Dini (Early Lesion) Tahap ini terjadi pada hari keempat sampai hari ketujuh setelah terjadi akumulasi plak. Pada tahap ini sudah mulai terlihat tanda klinis eritema. Eritema terjadi karena proliferasi kapiler dan meningkatnya pembentukan kapiler. Epitel sulkus menipis atau terbentuk ulserasi. Pada tahap ini mulai terjadi perdarahan pada probing. Ditemukan 70% jaringan kolagen sudah rusak terutama di sekitar sel sel infiltrat. Neutrofil keluar dari pembuluh darah sebagai respons terhadap stimulus kemotaktik dari komponen plak, menembus lamina dasar ke arah epitelium dan masuk ke sulkus. Dalam tahap ini fibroblast jelas terlihat menunjukkan perubahan sitotoksik sehingga kapasitas produksi kolagen menurun. Penampakan histopatologi ditandai dengan adanya infiltrat sel limfoid yang didominasi limfosit T dalam jumlah besar disertai kehilangan kolagen yang semakin banyak. Gambaran klinis yang terlihat adalah eritema pada gingiva dan pendarahan pada probing. 3. Tahap Pembentukan (Established Lesion) Tahap ini terjadi dalam waktu 2 sampai 3 minggu kemudian yang ditandai dengan jumlah sel plasma yang dominan pada lesi inflamasi. Pada tahap ini disebut sebagai gingivitis kronis karena seluruh pembuluh darah membengkak dan padat, sedangkan pembuluh balik terganggu atau rusak sehingga aliran darah menjadi lambat. Penampakan histopatologi ditandai dengan infiltrat yang didominasi oleh limfosit B dan sel plasma. Kehilangan kolagen yang parah. Gambaran klinis yang terlihat adalah perubahan warna gingiva, perubahan besar, konsistensi, dan tekstur Tahap establish dapat belangsung cukup lama sebelum akan berlanjut menjadi agresif dan berakhir menjadi periodontitis. Secara ringkas, pathogenesis gingivitis dapat dijelaskan melalui tabel berikut: (Dalimunthe, 2008)
Secara klinis, terjadinya gingivitis tampak seperti gambar berikut: (Dalimunthe, 2008) Mekanisme bakteri pada gingivitis: Terjadinya gingivitis diawali dari daerah margin gingiva yang dapat disebabkan karena adanya invasi bakteri atau rangsang endotoksin. Endotoksin dan enzim dilepaskan oleh bakteri gram negatif yang menghancurkan substansi interseluler epitel sehingga menimbulkan ulserasi epitel sulkus. Selanjutnya enzim dan toksin menembus jaringan pendukung di bawahnya. Peradangan pada jaringan pendukung sebagai akibat dari dilatasi dan pertambahan permeabilitas pembuuluh darah, sehingga menyebabkan warna merah pada jaringan, edema, perdarahan, dan dapat disertai eksudat (Carranza,2002)
Secara skematis, mekanisme bakteri pada terjadinya gingivitis dapat dilihat melalui bagan berikut:
(Carranza,2002) III. Penegakan Diagnosis A. Pembesaran gingiva berdasarkan lokasi dan distribusi Pembesaran gingiva dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan distribusinya: 1. Localized : terbatas pada gingiva satu atau beberapa gigi saja. 2. Generalized : melibatkan gingiva dalam rongga mulut. 3. Marginal : hanya terbatas pada gingiva tepi saja. 4. Papillary : hanya terbatas pada papila interdental saja. 5. Diffuse : melibatkan gingiva tepi, gingiva cekat, dan papila interdental. 6. Discrete : pembesaran seperti tumor yang terisolasi berbentuk sessile atau pedunculated. (Carranza, 2012) Berdasarkan klasifikasi tersebut, pembesaran gingiva yang dialami pasien pada skenario di atas merupakan generalized papillary karena terjadi pada daerah di antara gigi. B. Pembesaran gingiva berdasarkan derajat pembesaran Derajat pembesaran gingiva : Tingkat 0 : tidak ada pembesaran Tingkat I : pembesaran terbatas pada papila interdental saja Tingkat II : pembesaran melibatkan papila dan gingiva tepi Tingkat III : pembesaran menutup atau lebih mahkota gigi (Carranza,2002) C. Anamnesis Identitas Pasien : a) Nama. Sebaiknya nama lengkap bukan nama panggilan atau alias. Dalam kasus data ini tidak disebutkan b) Usia. Terutama penting pada pasien anak-anak karena kadang-kadang digunakan untuk menentukan dosis obat. Juga dapat digunakan untuk memperkirakan kemungkinan penyakit yang diderita, beberapa penyakit khas untuk umur tertentu. Dalam kasus, usia pasien 35 tahun c) Ras/etik. Berhubungan dengan kebiasaan tertentu atau penyakit-penyakit yang berhubungan dengan ras/suku bangsa tertetu. Dalam kasus data ini tidak disebutkan. d) Alamat/telepon. Data ini kadang diperlukan untuk mengetahui terjadinya wabah, penyakit endemis atau untuk data epidemiologi penyakit. Dalam kasus data ini tidak disebutkan, e) Agama. Keterangan ini berguna untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh (pantangan) seorang pasien menurut agamanya. Dalam kasus data ini tidak disebutkan f) Status pernikahan. Kadang berguna untuk mengetahui latar belakang psikologi pasien. Dalam kasus data ini tidak disebutkan g) Pekerjaan. Bila seorang dokter mencurigai terdapatnya hubungan antara penyakit pasien dengan pekerjaannya, maka tanyakan bukan hanya pekerjaan sekarang tetapi juga pekerjaan-pekerjaan sebelumnya. h) Jenis kelamin. Penting untuk diketahui karena pada jenis kelamin tertentu prevalensi penyakit bisa lebih tinggi. Dalam kasus pasien berjenis kelamin wanita Pemeriksaan Subyektif a) Chief Complain Alasan pasien tersebut mengunjungi anda di klinik, kantor, kamar gawat darurat, pusat pelayanan persalinan, rumah sakit, atau rumahnya, seperti yang diungkapkan dengan kata-katanya sendiri (dapat berhubungan dengan sistem tubuh). Pasien ingin memeriksakan gusinya yang nyeri dan berdarah bila sikat gigi b) Present Illness Merupakan keadaan nyeri yang dialami pasien ketika datang menemui dokter gigi Pasien merasa nyeri c) History of Present Illness Dari seluruh tahapan anamnesa bagian inilah yang paling penting untuk menegakkan diagnosis. seperti : Tanggal dan waktu awitan, Bentuk awitan, Faktor pencetus atau latar belakang, Perjalanan penyakit sejak awitan, termasuk durasi dan kekambuhan, Lokasi spesifik, Jenis nyeri atau ketidaknyamanan dan keparahan atau intensitas, Gejala lain yang berkaitan, Gambaran kualitas (warna, konsentrasi) dan kuantitas (jumlah,isi,) jika ada (mis, ruam, rabas, perdarahan), Bantuan medis sebelumnya untuk masalah ini, diagnosis dan perawatan, Keefektifan suatu terapi atau obat yang digunakan Gusi terlihat memerah, bila gosok gigi berdarah, rasa nyeri d) Past Dental History Riwayat kesehatan gigi di masa lalu dan perawatannya yang pernah dilakukan e) Past Medical History Informasi yang dikumpulkan tentang riwayat masa lalu memberikan data tentang pengalaman kesehatan klien. Dokter mengkaji apakah klien pernah dirawat di rumah sakit atau pernah menjalani operasi. Dokter juga mengidentifikasi kebiasaan dan pola gaya hidup. Pada kasus tidak disebutkan secara rinci bagaimana riwayat kesehatan umum ataupun kesehatan gigi dan mulut. Dimungkinkan karena pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik yang mempengaruhi kondisi sekarang. f) Family History Tujuan dari riwayat keluarga adalah untuk mendapatkan data tentang hubungan kekeluargaan langsung dan hubungan darah. Sasaranya untuk menentukan apakah klien berisiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial dan untuk mengidentifikasi area tentang promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. (Potter, 2005) Dalam kasus tidak disebutkan data mengenai riwayat keluarga. Hal ini mungkin karena dokter belum menanyakannya atau kondisi sekarang bukan kondisi yang diturunkan dari orang tua
D. Pemeriksaan klinis Pemeriksaan klinis meliputi beberapa pemeriksaan seperti intraoral dan ekstraoral. Pemeriksaan ekstra oral dilakukan dengan melihat pembengkakan wajah, asimetri wajah dan meraba limfonodi. Pemeriksaan intraoral mencakup pemeriksaan OHI, bau mulut, pemeriksaan gigi geligi dan periodonsium. Pemeriksaan gigi geligi dilakukan dengan memeriksa satu persatu gigi untuk melihat kelainan yang ada pada setiap gigi. Pemeriksaan periodonsium meliputi pemeriksaan terhadap semua tanda-tanda periodontal yang meliputi keberadaan plak dan kalkulus, inflamasi pada gingiva, keberadaaan poket periodontal, distribusi, kedalaman poket, level perlekatan dan tipe poket, perdarahan pada probing, keberadaan lesi furkasi, dan keberadaan abses gingiva atau abses periodontal. Pada pemeriksaan klinis peradangan awal gingiva menunjukan hal hal berikut: a) Warna gingiva, terjadi perubahan dari warna pink (merah muda) ke warna merah, merah tua, merah kebiruan pada gingval tepit an meluas sampai gingival cekat. b) Kontur gingiva, terjadi perubahan bentuk gingiva dari bentuk normal seperti kerah baju (lancip) menjadi membulat dan datar. c) Tekstur gingiva, terjadi pengurangan stippling (gambaran seperti kulit jeruk). d) Konsistensi, terjadi perubahan kekenyalan gingiva dari kenyal, lunak (odematus) menjadi fibrotik. e) Ukuran gingiva, dari yang normal sampai membesar dan menyebabkan terjadinya proliferasi jaringan (didukung dengan hasil radiograf). f) Tendensi perdarahan, dapat diliat pada saat gigi, bila berdarah maka terdapat proses inflamasi. g) Rasa sakit, terjadi bila ada pembengkakan. Hasil pemeriksaan intraoral terlihat peradangan pada papila interdental dan perdarahan saat dilakukan probing. Plak indeks pasien cukup tinggi yaitu 85% kemungkinan pasien kurang menjaga kebersihan mulut sehingga terdapat banyak plak yang memicu adanya peradangan pada ginggiva.
E. Pemeriksaan radiografis Gingivitis merupakan inflamasi pada jaringan lunak gingival. Jaringan lunak gingival tidak akan tampak pada gambaran radiografis. Sehingga, pemeriksaan ini hanya dibutuhkan guna melihat apakah inflamasi tersebut telah menyebar ke jaringan pendukung gigi (Periodontitis). Tanda inflamasi telah menyebar ke jaringan pendukung gigi adalah tampak hilangnya tulang alveolar. (Hall, 2003) IV. Diagnosis Penyakit Terdapat peradangan di daerah antar gigi Bila gosok gigi terdapat perdarahan Pada ro foto tidak ada kelainan pada tulang pendukung gigi Dari info di atas dapat disimpulkan bahwa diagnosis penyakitnya yaitu gingivitis karena dari ro foto tidak ada kelainan pada tulang pendukung gigi, apabila ada kelainan maka diagnosis penyakitnya periodontitis.
V. Rencana Perawatan Gingivitis merupakan peradangan pada gingiva dengan penyebab utamanya adalah akumulasi plak. Rencana perawatan yang paling tepat yaitu dengan penghilangan faktor etiologinya yaitu plak. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan perjalanan penyakit dan memberikan kesempatan gingiva untuk kembali sehat seperti semula.
Rencana perawatan gingivitis : Kontrol plak Kalkulus dan Plak removal Kontrol OHI Motivasi Setelah evaluasi ulang, memungkinkan untuk gingivoplasti Gingivektomi, pada beberapa kasus berat (Laskaris, 2003) Eliminasi faktor lokal dilakukan meliputi penghilangan kalkulus dan membebaskan daerah impaksi makanan. Jadi perawatan yang dilakukan adalah scaling dan root planning. Scaling yaitu pembersihan plak dan kalkulus melalui hand instrument ataupun ultrasonic scaler. Setelah dihilangkan faktor etiologinya maka dilakukan pengontrolan oral hygiene. Simple gingivitis dikontrol dengan kesehatan oral yg tepat dengan ataupun tanpa mouth rinse. Obat-obat penyebab hiperplasi gingiva juga sebaiknya dihentikan bila memungkinkan.jika tidak, pemeliharaan kesehatan mulut dirumah ditingkatkan dan lebih sering dilakukan scaling setidaknya 3 bulan sekali. Menggosok gigi secara teratur dengan pasta gigi berfluoride dapat meminimalisir pembentukan plak. Flossing juga dapat dilakukan untuk menghilangkan plak di antara gigi-gigi dan area yang sulit dijangkau. Apabila gingivitis yang terjadi telah parah bisa direkomendasikan gingivoplasty. Gingivoplasty dapat dilakukan jika terjadi pembesaran gingival yang berlebih, gingiva telah menutupi sebagian gigi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan hanya melakukan plak kontrol tanpa disertai dengan perawatan periodik lanjutan dapat mencegah terjadinya gingivitis dalam jangka waktu lama.
VI. Prognosis a. Dental plaque-induced Gingival disease Gingivitis associated with dental plaque Plaque-induced gingivitis merupakan reversible diseases yang muncul akibat akumulasi plak pada gingival margin. Gejala klinis yang tampak yaitu: tidak adanya loss attachment. Pada umumnya prognosis untuk pasien ini adalah baik (good) jika semua iritan dan faktor lokal luar lainnya dapat dihilangkan, tercapainya kontur gingival yang kondusif dan pasien kooperatif dengan menjaga oral hygiene. Plaque-induced gingival diseases modified by systemic factors Karena respon inflamasi dari bakteri ini sangat bergantung pada faktor sistemik maka prognosis untuk pasien ini merupakan long-term prognosis yang bergantung pada tidak hanya pada kontak bakteri plak tapi juga kontrol atau koreksi dari faktor sistemik penyebabnya. Plaque-induced gingival diseases modified by medication Sama halnya dengan gingivitis yang dipengaruhi oleh kondisi sistemik maka prognosis untuk gingivitis yang dipengaruhi oleh medikasi juga sangat bergantung pada problem kondisi sistemik pasien. Medikasi yang diberikan tidak boleh menyebabkan gingival enlargement sebagai efek samping. Gingival diseases modified by malnutrition Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan kelainan gingiva, yaitu menyebabkan inflamasi gingiva dan perdarahan saat probing. Prognosis untuk pasien ini sangat bergantung pada jumlah konsumsi dan kekurangan vitamin.
b. Non-plaque Non-plaque induced gingivitis dapat dilihat dari infeksi bakteri, fungi atau virus. Prognosis untuk pasien ini bergantung pada eliminasi faktor penyebab (agen infeksi).
VII. Premis-premis yang Mengindikasikan Keadaan Penyakit 1. Inflamasi pada Gingiva Pasien tersebut mengeluhkan peradangan gusi pada daerah antar gigi dan saat dilakukan pemeriksaan intraoral, ditemukan adanya peradangan di daerah papila interdental. Peradangan ditandai dengan adanya rasa sakit dan kemerahan. Hal ini sesuai dengan gejala-gejala pada gingivitis yaitu pembengkakan pada gusi karena edema jaringan, warna merah menyala atau merah ungu pada gusi karena proliferasi vaskuler dan gusi terlihat mengkilat karena stippling yang hilang (Barnett, 2005). Hal ini sesuai dengan keluhan pasien dan tanda klinis yang ditemukan sehingga mengindikasikan terjadinya gingivitis. 2. Perdarahan pada gingiva Selain itu, pasien juga mengeluhkan terjadinya perdarahan saat menggosok gigi. Pada pemeriksaan intraoral, perdarahan juga terjadi saat dilakukan probing. Salah satu gejala gingivitis adalah gingiva yang berdarah saat menggosok gigi, flossing dan mengkonsumsi makanan yang keras. Perdarahan juga terjadi saat dilakukan probing (Kandel, 2003). Hal ini sesuai dengan keluhan pasien dan tanda klinis yang ditemukan sehingga mengindikasikan terjadinya gingivitis. 3. Plak gigi Pada saat dilakukan inspeksi, pasien memiliki skor plak sebesar 85%. Plak adalah lapisan lunak yang tidak terlihat dan melekat pada permukaan email gigi. Plak mengandung bakteri, molekul saliva dan sisa sel epitel dan leukosit (Berman, 2002). Hilangnya aspek higienis dalam mulut menyebakan akumulasi plak di sekeliling daerah leher gigi pada pinggiran gingiva. Apabila tidak dibersihkan, plak gigi dapat mempercepat respons peradangan gingiva sehingga terjadi gingivitis. (Behrman, 1999). Hal ini sesuai dengan skor plak yang tinggi sehingga mengindikasikan terjadinya gingivitis. 4. Rontgen foto Pada saat dilakukan rontgen foto, tidak tampak adanya kelainan pada tulang pendukung gigi. Penemuan radiografi yang umum ditemukan pada gingivitis antara lain adalah tidak tampak adanya kehilangan tulang alveolar, masih terdapat crestal lamina dura dan tingkat tulang alveolar dari area cemento enamel junction berkisar antara 1-2 mm. Apabila pada rontgen foto ditemukan putusnya kontinuitas lamina dura hingga destruksi crest septum interdental dan berkurangnya tinggi tulang alveolar, maka hal ini sudah mengarah ke periodontitis (Newman, 2012). Oleh karena pada rontgen foto tampak tulang pendukung gigi masih sangat baik dan belum terjadi destruksi ataupun berkurangnya tinggi tulang pendukung gigi, hal ini sesuai dengan indikasi gingivitis dimana tulang pendukung gigi masih utuh. BAB III KESIMPULAN
Pasien didiagnosis menderita gingivitis yang ditandai dengan: inflamasi gingiva, perdarahan saat probing, penumpukan plak gigi yang menjadi faktor utama terjadinya penyakit ini, dan ronsen foto yang menunjukkan tulang pendukung masih normal. Perawatan terhadap gingivitis dilakukan dengan mengeliminasi faktor-faktor penyebab terjadinya gingivitis yang meliputi : penghilangan kalkulus, kontrol plak, dan menjaga OHI. Prognosis terhadap gingivitis yang diderita oleh pasien dilihat dari faktor penyebabnya adalah baik.
BAB IV DAFTAR PUSTAKA Barnett, L. 2005. The Manual of Dental Assisting. Marrickville: Elsevier Australia. Behrman, R. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC. Berman, 2002. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb. Jakarta: EGC. Carranza, Fermin A. 2012. Carranzas Clinical Periodontology. 11 th Edition. St Loius : Elsevier Saunders Hall, W.B. 2003. Critical Decisions in Periodontology, Volume 1. Ontario: BD Decker. Kandel, J. 2003. The Encyclopedia of Senior Health and Well Being. New York: Christine Adamec Klaus, H. Tedith, MR. 1985. Color Atlas of Periodontology. Thieme Inc. New York. Laskaris, G. 2003. Color Atlas of Oral Diseases. Third Edition. New York: Thieme Musaikan, W.S. 2002. Gambaran Gingivitis pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Semampir tahun 2002.J. Majalah Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Edisi Khusus Temu Ilmiah Nasional III ISSN 0852-9027. Surabaya. Nield, J.S. 2003. DE Foundation of Periodontitis for Dental Hygienist. Philadelpia: Lippincott, Williams and Wilkins Newman, M. 2012. Radiographic Aids in the Diagnosis of Periodontal Disease. Missouri: Elsevier Saunders. NYS Department of Health AIDS Institute."Clinical Manifestations and Management of HIV- Related Periodontal Disease". Oral Health Care for People with HIV Infection: HIV Clinical Guidelines. p. 31. Potter, Patricia A. dan Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan,Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Scully, Crispian. 2008. Oral and maxillofacial medicine : the basis of diagnosis and treatment (2nd ed. ed.). Edinburgh: Churchill Livingstone. pp. 101, 347. Suproyo, Hartati. 2009. Penatalaksanaan Penyakit jaringan Periodontal. Edisi 2. Kanwa Publisher.Yogyakarta. Varney Helen, Kriebs, Jan M., dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4. Jakarta : EGC. Wolf, H. Hessell, T. 2006. Color Atlas of Dental Hygiene. New York: Thieme