Anda di halaman 1dari 26

EPIDEMIOLOGI PERIODONTAL MEASURE

Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Epidemiologi Dental

Dosen Pengampu Mata Kuliah :

Erni Mardiati,SKM,M.Kes(Epid)

Disusun Oleh :

Nama : Mar’atus Sholihah

NIM : P1337425218002

Semester : IV

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

D IV TERAPIS GIGI DAN MULUT

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

TAHUN 2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit periodontal adalah suatu penyakit yang kronis, tidak sakit dan
berjalan lambat. Penyakit ini biasanya tidak menyebabkan perasaan kurang
enak, sehingga orang yang terserang penyakit ini tidak menyadari adanya
perubahan patologis pada jaringan penyangga giginya. Pada waktu penyakit ini
mencapai fase puncak, akan menyebabkan tanggalnya gigi dan keadaan ini
mempunyai arti kalau ditinjau dari sudut kesehatan masyarakat. WHO
menyatakan: “Tidak ada bangsa dan daerah di dunia ini yang bebas dari
penyakit periodontal", praktis sebagian besar manusia terkena penyakit
periodontal.
Penyakit periodontal merupakan penyakit yang mengenai jaringan
periodontal seperti gingiva, sementum, ligamen periodontal, serta tulang
alveolar. Epidemiologi penyakit periodontal menunjukkan bahwa prevalensi
dan keparahan penyakit periodontal dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
faktor lokal rongga mulut dan faktor sistemik. Banyak penelitian yang
menyatakan bahwa keparahan penyakit periodontal sejalan dengan
bertambahnya umur.
Permulaan terjadinya kerusakan biasanya timbul pada saat plak bakterial
terbentuk pada mahkota gigi, meluas disekitarnya dan menerobos sulkus
gingiva yang nantinya akan merusak gingiva disekitarnya. Plak menghasilkan
sejumlah zat yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam
perkembangan penyakit periodontal. Peradangan pada gingiva dan
perkembangannya pada bagian tepi permukaan gigi terjadi ketika koloni
mikroorganisme berkembang.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja klasifikasi penyakit periodontal ?
2. Bagaimana indeks pengukuran penyakit periodontal ?
3. Apa saja faktor penyebab penyakit periodontal ?
4. Bagaimana patomekanisme terjadinya penyakit periodontal ?
5. Apa saja pencegahan dai penyakit periodontal ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit periodontal
2. Untuk mengetahui indeks pengukuran penyakit periodontal
3. Untuk mengetahui faktor penyebab penyakit periodontal
4. Untuk mengetahui patomekanisme terjadinya penyakit periodontal
5. Untuk mengetahui faktor penyebab penyakit periodontal
D. MANFAAT
Manfaat dari laporan ini adalah untuk memberikan pengetahuan
kepada mahasiswa mengenai hal-hal apa saja yang terkait dalam materi
epidemiologi dental measure.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KLASIFIKASI PENYAKIT PERIODONTAL


Penyakit periodontal dibagi atas dua golongan yaitu gingivitis dan
periodontitis. Bentuk penyakit periodontal yang paling sering dijumpai adalah
proses inflamasi dan mempengaruhi jaringan lunak yang mengelilingi gigi
tanpa adanya kerusakan tulang, keadaan ini dikenal dengan Gingivitis. Apabila
penyakit gingiva tidak ditanggulangi sedini mungkin maka proses penyakit
akan terus berkembang mempengaruhi tulang alveolar, ligamen periodontal
atau sementum, keadaan ini disebut dengan Periodontitis.
a) Gingivitis
Gingivitis adalah inflamasi pada gingival tanpa adanya kerusakan
perlekatan epitel sebagai dasar sulkus, sehingga epitel tetap melekat pada
permukaan gigi di tempat aslinya. Gambaran klinis gingivitis umumnya
berupa jaringan gingiva berwarna merah dan lunak, mudah berdarah pada
sentuhan ringan, ada perbedaan kontur gingiva, ada plak bahkan kalkulus,
tanpa adanya kerusakan puncak alveolar yang dapat diketahui secara
radiografis. Gingivitis disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik. Faktor
lokal adalah plak bakteri gigi, yang menyebabkan terjadinya gingivitis
kronis sedangkan faktor sistemik adalah gingivitis yang disebakan oleh
karena penyakit sistemik. Gingivitis merupakan tahapan awal terjadinya
suatu peradangan jaringan pendukung gigi (periodontitis) dan terjadi karena
efek jangka panjang dari penumpukan plak.
Gingivitis kronis merupakan suatu kondisi yang umum. Jika di obati,
maka prognosis gingivitis adalah baik, namun jika tidak di obati maka
gingivitis dapat berlanjut menjadi periodontitis. Gingivitis kronis
merupakan suatu penyakit gusi yang timbul secara perlahan-lahan dalam
waktu yang lama. Penderita gingivitis jarang merasakan nyeri atau sakit
sehingga hal ini menjadi alasan utama gingivitis kronis kurang mendapat
perhatian. Rasa sakit merupakan salah satu symptom yang membedakan
antara gingivitis kronis dengan gingivitis akut.
Gingivitis kronis, seperti namanya adalah peradangan pada jaringan
gingiva. Tidak terkait dengan resorpsi tulang alveolar ataupun migrasi epitel
penghubung ke arah apikal. Poket lebih dalam dari 2 mm dapat terjadi pada
gingivitis kronis disebabkan oleh peningkatan ukuran gingiva karena udema
atau hiperplasi (poket semu). Terdapat beberapa jenis gingivitis, yaitu yang
paling umum adalah tipe yang diinduksi oleh plak.
1. Gingivitis yang diinduksi plak
Sebenarnya keadaan ini terjadi pada semua orang dengan derajat
tertentu. Gambaran klasiknya berupa gambaran tiga keadaan, yaitu
adanya kemerahan, pembengkakan, dan pendarahan pada probing secara
perlahan, dan umumnya dihubungkan dengan keluhan pasien bahwa
"gusinya berdarah saat menyikat gigi". Dapat pula disertai dengan
adanya poket semu. Gingivitis ini terjadi akibat infeksi ringan yang
disebabkan oleh adanya plak yang tidak tersikat, yang berkaitan dengan
perubahan flora Gram positif aerob ke Gram negatif anaerob. Keadaan
ini mengakibatkan perubahan peradangan pada gingiva terkait.
Perubahan peradangan ini dapat dengan mudah pulih setelah dilakukan
tindakan kontrol plak secara efektif.
Meskipun gingivitis bersifat reversibel atau dapat pulih kembali,
perlu diingat bahwa kalkulus dan faktor lain yang mempermudah retensi
plak (misalnya restorasi mengemper) dapat mempersulit tindakan
pembersihan mulut yang sempurna. Dengan demikian, semua faktor
tersebut harus diperbaiki dengan skaling dan perbaikan restorasi yang
sesuai, selain menjaga kebersihan mulut. Gingivitis dapat merupakan
tahap awal, atau penanda periodontitis kronis, dan keadaan ini harus
ditentukan melalui pemeriksaan derajat perlekatan jaringan
(menggunakan probe untuk mendeteksi adanya "poket absolut"), serta
pemeriksaan radiografis untuk melihat adanya kerusakan tulang alveolar,
jika diperlukan.
2. Gingivitis yang dipengaruhi oleh faktor sistemik
Termasuk di sini adalah gingivitis terkait pubertas. Gingivitis yang
berkaitan dengan siklus menstruasi, gingivitis terkait kehamilan,
granuloma piogenikum, gingivitis terkait diabetes melitus, serta gingivitis
terkait kelainan darah, misalnya gingivitis terkait leukemia.
3. Gingivitis yang dipengaruhi oleh obat-obatan
Meliputi pembesaran gingiva akibat penggunaan obat dan
gingivitis yang terinduksi oleh obat, misalnya gingivitis terkait
penggunaan obat kontrasepsi oral serta pembesaran gingiva secara
berlebihan karena penggunaan obat fenitoin atau siklosporin.
4. Penyakit gingiva yang dipengaruhi oleh keadaan malnutrisi
Meliputi gingivitis terkait defisiensi asam askorbat (scurvy) serta
gingivitis karena defisiensi protein.
5. Gingivostomatitis herpetik primer
Infeksi virus yang paling sering mengenai mulut.Antibodi yang
menunjukkan infeksi masa lalu ditemukan pada hampir semua orang
dewasa.
6. Gingivitis streptokokal akut
Gingiva seperti “daging” merah, sangat sakit biasanya disebabkan
oleh streptokokus Lancefield A. Terapi: penisilin V 500 mg 4 kali sehari
selama 7 hari dan menjaga kebersihan mulut.
b) Periodontitis
Periodontitis adalah peradangan yang mengenai jaringan pendukung
gigi, disebabkan oleh mikroorganisme spesifik dapat menyebabkan
kerusakan yang progresif pada ligament periodontal, tulang alveolar disertai
pembentukan poket, resesi atau keduanya. Periodontitis berdasarkan gejala
klinis gambaran radiografis diklasifikasikan menjadi periodontitis kronis
dan periodontitis agresif.
1. Periodontitis kronis
Periodontitis kronis merupakan penyakit yang secara progresif
berjalan lambat. Penyakit ini disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik.
Walaupun periodontitis kronis merupakan penyakit yang paling sering
diamati pada orang dewasa, periodontitis kronis dapat terjadi pada anak-
anak dan remaja sebagai respon terhadap akumulasi plak dan kalkulus
secara kronis.
Periodontitis kronis dapat dipandang sebagai kombinasi
perkembangan infeksi dan radang gingivitis ke jaringan yang lebih dalam
dari membran periodontium. Semua periodontitis merupakan
perkembangan gingivitis, tetapi tidak semua gingivitis akanberkembang
menjadi periodontitis. Periodontitis diklasifikasikan sebagai lokal jika
sisi terkena kurang dari 30% serta menyeluruh jika sisi yang terkena
lebih dari 30%. Karakteristik yang umum pada pasien dengan
periodontitis kronis :
1) Prevalensi lebih banyak pada dewasa namun dapat terjadi pada anak-
anak
2) Besar destruksi konsisten dengan faktor lokal
3) Berhubungan dengan variasi pola mikrobial
4) Kalkulus subgingiva seringkali ditemukan
5) Perjalanan penyakit lambat sampai sedang, namun ada kemungkinan
pada beberapa periode berjalan cepat.
6) Dapat dimodifikasi oleh hal seperti: penyakit sistemik seperti HIV dan
diabetes mellitus, faktor predisposisi lokal dari periodontitis, faktor
lingkungan seperti merokok dan stres emosional.
Berdasarkan keparahan penyakit diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Ringan : terdapat kehilangan perlekatan 1-2 mm.
2) Sedang : terdapat kehilangan perlekatan 3-4 mm.
3) Berat : terdapat kehilangan perlekatan 5 mm atau lebih.
Periodontitis diawali dan dipertahankan oleh plak mikroba tetapi
faktor yang berasal dari hospes menentukan patogenesis dan kecepatan
perkembangan penyakit. Pada kebanyakan kasus perkembangan penyakit
lambat sampai sedang, tetapi dapat terjadi periode kerusakan jaringan
yang cepat. Faktor risiko meliputi plak, usia, kebiasaan merokok,
penyakit sistemik, stres, dan genetik.
Penyakit ini ditandai oleh kerusakan bundel serabut periodontium
pada tepi servikal, resorbsi tulang alveolar, dan proliferasi epitel
penghubung ke arah apikal di bawah garis pertemuan semen-email
(CEJ). Diagnosis didasarkan pada:
1) Probing untuk memperjelas adanya perdarahan (yang merupakan
indikator tunggal paling bermanfaat untuk menilai aktivitas penyakit),
pengukuran derajat perlekatan kedalaman poket, serta pendeteksian
keberadaan kalkulus subgingiva.
2) Uji mobilitas dan vitalitas gigi
3) Pemeriksaan radiografis (bitewing vertikal dan periapikal).
2. Periodontitis Agresif
Periodontitis agresif adalah bentuk periodontitis yang berkembang
cepat, sering kali parah, tetapi jarang ditemukan. Sering ditandai dengan
awitan penyakit pada usia muda dan cenderung terjadi dalam keluarga yang
tidak memiliki riwayat medis. Jumlah plak tidak sebanding dengan
keparahan kerusakan jaringan periodontium. Sering dihubungkan dengan
keberadaan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitants. Fenotip
makrofag yang hiper-renponsif. Perkembangan kerusakan perlekatan
jaringan dapat berhenti sendiri.
Periodontitis agresif dikenal juga sebagai early-onset periodontitis.
Periodontitis agresif biasanya mempengaruhi individu sehat yang berusia di
bawah 30 tahun. Periodontitis agresif berbeda dari periodontitis kronis pada
usia serangan, kecepatan progresi penyakit, sifat, dan komposisi mikroflora
subgingiva yang menyertai, perubahan dalam respon imun host, serta
agregasi familial penderita.
Klasifikasi periodontitis agresif:
1) Periodontitis agresif menyeluruh (GAP): dulu disebut generalized
juvenile periodontitis (JP menyeluruh).
2) Periodontitis agresif lokal (LAP): dulu disebut localized juvenile
periodontitis (JP lokal).
Bentuk GAP adalah periodontitis menyeluruh yang berat, terjadi pada
individu dewasa muda (kurang dari 30 tahun). Kerusakan perlekatan
jaringan menyeluruh di area interproksimal mengenai paling sedikit tiga gigi
permanen selain molar pertama dan insisif. Terjadi kerusakan perlekatan
jaringan dan tulang alveolar yang parah secara episodik. Respons antibodi
serum yang jelek terhadap bahan penyebab infeksi. Bentuk LAP adalah
periodontitis lokal berat dengan awitan pada sekitar usia pubertas.
Kerusakan perlekatan jaringan lokal terjadi setidaknya pada 2 gigi
permanen, yang salah satunya adalah gigi molar pertama, serta melibatkan
tidak lebih dari 2 gigi lain selain molar pertama dan incisivus.
Karakteristik umum pada pasien periodontitis agresif :
1) Secara umum klinis pasien sehat
2) Kehilangan perlekatan (attachment loss) dan destruksi tulang secara
cepat
3) Jumlah deposit mikroba tidak konsisten dengan keparahan penyakit
4) Ada faktor keturunan dari individu.
Karakteristik yang umum namun tidak universal
1) Penyakit biasanya diinfeksi oleh Actinobacillus actinomycetemcomitans.
2) Abnormalitas dari fungsi fagosit
3) Hiperresponsive makrofag, peningkatan produksi prostaglandin
E2 (PGE2) dan interleukin-1β.
4) Pada beberapa kasus, progresifitasnya self-arresting.
Perawatan:
1) Kontrol plak supragingiva yang memadai
2) Instrumentasi subgingiva untuk menghilangkan biofilm
3) Pemberian antibiotic
B. INDEKS PENGUKURAN PENYAKIT PERIODONTAL
1. Indeks Gingiva (GI)
Keparahan kondisi ini dinyatakan dalam skala 0 sampai 3
1) Skor 0 apabila gingiva normal
2) Skor 1 apabila inflamasi ringan, sedikit perubahan warna, sedikit edema,
tidak ada perdarahan waktu penyondean
3) Skor 2 apabila inflamasi sedang, kemerahan, edema, dan mengkilat,
perdarahan waktu penyondean
4) Skor 3 apabila inflamasi parah, kemerahan yang nyata dan edema,
ulserasi, kecenderungan perdarahan spontan.
Unit gingiva mesial, bukal, distal, dan lingual diberi skor secara terpisah.
Indeks ini sangat sensitif pada gingivitis dini.
2. Indeks-Indeks Kerusakan Periodontal
a. Indeks Periodontal (Russel, 1956)
Semua gigi diperiksa, skore yang digunakan pada indeks ini adalah
sebagai berikut:
1) Skor 0 = negatif
Tidak ada inflamasi dan jaringan pendukung maupun gangguan
fungsikarena kerusakan jaringan pendukung
2) Skor 1 = gingivitis ringan
Terlihar daerah inflamasi ringan pada tepi bebas gingiva, tetapidaerah
ini tidah sampai mengelilingi gigi.
3) Skor 2 = Gingivitis
Inflamasi mengelilingi gigi, tetapi tidak terlihat kerusakan atau
dalam perlekatan giginya.
4) Skor 6 = gingivitis dengan pembentukan poket
Perlekatan epitelial rusak dan terlihatadanya poket, tidak ada
gangguan mastikasi, gigi melekat kuat dalam soketnya dantidak
bergeser.
5) Skor 8 = kerusakan tahap lanjut dengan hilangnya fungsi mastikasi.
Gigi depan goyang kadang bergeser. Nyeri pada perkusi dengan alat
logam dan dapat terdepresi kedalam soketnya.
Peraturan, jika meragukan berikan skore terendah
b. Indeks Penyakit Periodontal (PDI)
Indek penyakit periodontla yang di perkenalkan oleh Ramfjord adalah
merupakan perluasan dari indeks Russell. Indeks Ramfjord didesain
terutama untuk menentukan luas kedalaman poket di bawah tautan
semento enamel.
Skornya adalah sebagai berikut:
a) Skor 0 apabila sehat
b) Skor 1 apabila perubahan inflamasi ringan sampai sedang yang belum
meluas ke sekitar jaringnagigi,
c) Skor 2 apabila  perubahan inflamasi ringan sampai sedang yang sudah
terbuka meluas ke jaringan gigi
d) Skor 3 apabila gingivitis yang parah , ditandai dengan kemerahan
yang nyata kecunderungan perdarahan yang ulserasi.
e) Skor 4 apabila perluasan poket sedalam 3 mm apikal dari daerah
pertautan enamel sementum
f) Skor 5 apabila perluasan sedalam 3-6 mm
g) Skor 6 apabila perluasan seadalam 6 mm.
Tanda lain dari PDI adalah bahwa hanya enam gigi geligi yaitu
6/14 atas, 41/6 bawah yang digunakan dalam pemeriksaan dan
pengukuran. Data dari gigi geligi inidigunakan mewakili gigi geligi lain
secara keseluruhan dan skore rata-ratanya adalahskore dari pasien.
c. Indeks Kebutuhan Perawatan Periodontal Komunitas (CPITN)
1) Sistem pemberian skor adalah
Kedo 0 tidak ada poket atau perdarahan gingiva saat penyondean
Kode 1 pendarahan gingiva pada saat penyondean
Kode 2 kalkulus supra dan sub gingiva
Kode 3 poket sedalam 3,5-5,5 mm
Kode 4 poket > 6mm
Disini menggunakan sonde berujung bulat yang khusus dengan
diameter sebesar 0,5 mm dengan panjang 3,5- 5,5 mm dan berwarna
hitam.
2) Gigi geligi di bagi menjadi 6 segmen ( 4 gigi posterior dan 2 gigi
anterior) dimanadi setiap segmen terdapat satu atau beberapa gigi
yang tidak perlu di cabut.
3) Bila digunakan untuk tujuan epidemiologi, biasanya dilakukan
pemeriksaan terhadap 10 gigi tertentu. Bila digunakan untuk
perawatan 6 gigi indeks diperiksa pada anak-anak dan remaja
sedangkan pada individu dewasa semua gigi diperiksa (20 tahun).
4) Rencana perawatan ditentukan dengan landasan sebagai berikut:
Kode 0 tidak memerlukan perawatan.
Kode 1 memerlukan perbaikan perawatan gigi di rumah.
Kode 2 dan 3 memerlukan scaling dan perbaikan perawatan gigi di
rumah.
Kode 4 memerlukan perawatan yang lebih rumit, misalnya scaling,
perbaikan perawatan gigi dirumah dan operasi.
C. FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT PERIODONTAL
Penyebab penyakit periodontal multifaktoral dengan kesetaraan dan
keterkaitan erat antara faktor lokal, pekerjaan lingkungan, merokok, jenis
kelamin, stres dan psikososial. Selain itu tingkat pendidikan dan sosial
ekonomi yang rendah dapat mengakibatkan kurangnya kesadaran akan
pentingnya kebersihan rongga mulut, sehingga hal ini menjadi kendala dalam
usaha peningkatan kesehatan gigi dan mulut.
1. Plak
Plak Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada
permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam
suatu matrik interseluler jika seseorang melalaikan kebersihan gigi dan
mulutnya. Faktor lokal yang sering disebut sebagai faktor etiologi dalam
penyakit periodontal, antara lain adalah bakteri dalam plak, kalkulus, materi
alba, dan debris makanan. Di antara faktor-faktor tersebut yang terpenting
adalah plak gigi. Semua faktor lokal tersebut diakibatkan karena kurangnya
memelihara kebersihan gigi dan mulut.
Loe dkk (1965) mengadakan penelitian mengenai proses terjadinya
gingivitis pada pasien-pasien dengan gingiva sehat. Mereka meminta para
pasien ini mengabaikan kebersihan gigi dan mulut dan meneliti perubahan-
perubahan yang terjadi pada mikroflora plak. Penelitian ini menunjukkan
adanya hubungan yang erat antara plak dan gingivitis. Gejalak klinis
gingivitis mulai terlihat 10-21 hari setelah prosedur pembersihan mulut
dihentikan. Secara klinis juga terbukti bahwa mulut yang berpenyakit
periodontal selalu memperlihatkan adanya penimbunan plak yang jauh lebih
banyak dari mulut yang sehat. Dengan penelitian kuantitatif ditunjukkan
bahwa jumlah plak dalam kalkulus di dalam mulut yang berpenyakit
periodontal adalah kurang dari 10 kali lebih banyak daripada di dalam mulut
yang sehat.
2. Kalkulus
Kalkulus merupakan suatu massa yang mengalami kalsifikasi yang
terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi. Kalkulus merupakan plak
terkalsifikasi. Jenis kalkulus di klasifikasikan sebagai supragingiva dan
subgingiva berdasarkan relasinya dengan gingival margin. Kalkulus
supragingiva ialah kalkulus yang melekat pada permukaan mahkota gigi
mulai dari puncak gingival margin dan dapat dilihat. Kalkulus ini berwarna
putih kekuning-kuningan atau bahkan kecoklat-coklatan. Konsistensi
kalkulus ini seperti batu tanah liat dan mudah dilepaskan dari permukaan
gigi dengan skeler.
Pembentukan kalkulus tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah plak di
dalam mulut, tetapi juga dipengaruhi oleh saliva. Saliva dari kelenjar saliva
mengalir melalui permukaan fasial molar atas melalui ductus Stensen
sedangakn orifisium ductus Wharton’s dan ductus Bhartolin kosong pada
permukaan lingual insisivus bawah dari masing-masing kelenjar
submaxillary dan sublingual.
Kalkulus subgingival adalah kalkulus yang berada dibawah batas
gingival margin, biasanya pada daerah saku gusi dan tidak dapat terlihat
pada waktu pemeriksaan. Untuk menentukan lokasi dan perluasannya harus
dilakukan probing dengan eksplorer, biasanya padat dan keras, warnanya
coklat tua atau hijau kehitam-hitaman, konsistensinya seperti kepala korek
api dan melekat erat ke permukaan gigi
3. Impaksi Makanan
Impaksi makanan (tekanan akibat penumpukan sisa makanan)
merupakan keadaan awal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit
periodontal. Gigi yang berjejal atau miring merupakan tempat penumpukan
sisa makanan dan juga tempat terbentuknya plak, sedangkan gigi dengan
oklusi yang baik mempunyai daya self cleansing yang tinggi.
Tanda-tanda yang berhubungan dengan terjadinya impaksi makanan
yaitu:
1) Perasaan tertekan pada daerah proksimal
2) Rasa sakit yang sangat dan tidak menentu
3) Inflamasi gingiva dengan perdarahan dan daerah yang terlibat sering
berbau
4) Resesi gingiva
5) Pembentukan abses periodontal menyebabkan gigi dapat bergerak dari
soketnya, sehingga terjadinya kontak prematur saat berfungsi dan sensitif
terhadap perkusi
6) Kerusakan tulang alveolar dan karies pada akar.
4. Faktor Genetik
Telah banyak diketahui bahwa kerentanan terhadap penyakit
periodontal berbeda antara kelompok ras atau etnis tertentu misalnya di
Amerika, orang Afrika-Amerika memiliki lebih banyak penyakit
periodontal daripada orang ras Kaukasian meskipun perbedaan ini bisa
disebabkan dari faktor lingkungan, namun hal ini bisa disebabkan perbedaan
susunan genetik dari ras atau etnis tertentu.
Proses terjadinya periodontitis berhubungan didalam satu keluarga.
Dasar dari persamaan ini baik karena memiliki lingkungan atau gen yang
sama atau keduanya telah diteliti dalam beberapa penelitian dan didapatkan
kesimpulan bahwa selain pada susunan genetik yang sama, persamaan
dalam keluarga disebabkan karena adat dan lingkungan yang sama.
Hubungan saudara kandung dalam penelitian ini, kaitannya dengan jaringan
periodontal tidak bisa ditolak.
5. Usia
Dari beberapa penelitian yang dilakukan, mengenai perbandingan
perkembangan gingivitis antara orang dewasa dan orang tua menunjukkan
perkembangan gingivitis lebih cepat pada kelompok orang tua (65-80 tahun)
menunjukkan terjadi penyusutan jaringan ikat, terjadi peningkatan aliran
gingival crevicular fluid (GCF) dan terjadi peningkatan gingival indeks.
Seiring dengan pertambahan usia, gigi geligi menjadi memanjang hal
ini menunjukkan bahwa usia dipastikan berhubungan dengan hilangnya
perlekatan pada jaringan ikat. Namun, penelitian ini juga menunjukkan
bahwa pada gigi geligi yang memanjang sangat berpotensi mengalami
kerusakan. Kerusakan ini meliputi periodontitis, trauma mekanik yang
kronis yang disebabkan cara menyikat gigi, dan kerusakan dari faktor
iatrogenik yang disebabkan oleh restorasi yang kurang baik atau perawatan
scalling and root planing yang berulang-ulang. Kesimpulan dari penelitian
ini menunjukkan bahwa hanya sedikit kaitan antara umur dengan kerusakan
jaringan periodontal. Namum disamping itu beberapa studi melaporkan
bahwa faktor genetik berpengaruh terhadap kerentanan terjadinya penyakit
periodontal.
6. Kebiasaan
Salah satu penyebab penyakit periodontal yang berkaitan dengan
kebiasaan ialah merokok. Peningkatan prevalensi dengan kerusakan
jaringan periodontal berhubungan dengan kebiasaan merokok dimana terjadi
interaksi bakteri yang menghasilkan kerusakan jaringan periodontal yang
lebih agresif. Ketidak seimbangan antara bakteri dengan respon jaringan
periodontal bisa disebabkan karena perubahan komposisi plak subgingiva
yang disertai dengan peningkatan jumlah dan virulensi dari organisme
patogen.
7. Faktor Iatrogenik
Faktor iatrogenik dari penumpatan atau protesa terutama adalah
berupa lokasi tepi tambalan, spasi antara tepi tambalan dan gigi yang tidak
dipresparasi, kontur tambalan, oklusi, materi tambalan, prosedur
penambalan, desain protesa lepasan. Tepi tambalan yang overhang
menyebabkan keseimbangan ekologi bakteri berubah dan menghambat jalan
atau pencapaian pembuangan akumulasi plak. Lokasi tepi tambalan terhadap
tepi gingiva serta kekasaran di area subgingival, mahkota dan tambalan
yang terlalu cembung, kontur permukaan oklusal seperti ridge dan groove
yang tidak baik menyebabkan plak mudah terbentuk dan tertahan, atau bolus
makanan terarah langsung ke proksimal sehingga sebagai contoh terjadi
impaksi makanan.
8. Trauma dari Oklusi
Trauma dari oklusi menyebabkan kerusakan jaringan periodonsium,
tekanan oklusal yang menyebabkan kerusakan jaringan disebut traumatik
oklusi. Trauma dari oklusi dapat disebabkan oleh :
1) Perubahan-perubahan tekanan oklusal.
Misal adanya gigi yang elongasi, pencabutan gigi yang tidak diganti,
kebiasaan buruk seperti bruksim, clenching.
2) Berkurangnya kapasitas periodonsium untuk menahan tekanan oklusal.
3) Kombinasi keduanya.
Selain faktor-faktor penyebab di atas, terdapat faktor lain yang
mempengaruhi terjadinya penyakit periodontal, yaitu faktor sistemik:
1. Demam
Demam yang tinggi pada anak-anak sering terjadi penyakit
periodontal selama menderita demam yang tinggi, (misal disebabkan pilek,
batuk yang parah). Hal ini disebabkan anak yang sakit tidak dapat
melakukan pembersihan mulutnya secara optimal dan makanan yang
diberikan biasanya berbentuk cair. Pada keadaan ini saliva dan debris
berkumpul pada mulut menyebabkan mudahnya terbentuk plak dan terjadi
penyakit periodontal.
2. Vitamin
Defisiensi vitamin Di antara banyak vitamin, vitamin C sangat
berpengaruh pada jaringan periodontal, karena fungsinya dalam
pembentukan serat jaringan ikat. Defisiensi vitamin C sendiri sebenarnya
tidak menyebabkan penyakit periodontal, tetapi adanya iritasi lokal
menyebabkan jaringan kurang dapat mempertahankan kesehatan jaringan
tersebut sehingga terjadi reaksi inflamasi (defisiensi memperlemah
jaringan).
3. Drugs atau obat-obatan
Drugs atau obat-obatan dapat menyebabkan hiperplasia, hal ini sering
terjadi pada anak-anak penderita epilepsi yang mengkomsumsi obat anti
kejang, yaitu phenytoin (dilantin). Dilantin bukan penyebab langsung
penyakit jaringan periodontal, tetapi hiperplasia gingiva memudahkan
terjadinya penyakit. Penyebab utama adalah plak bakteri.
4. Hormonal
Penyakit periodontal dipengaruhi oleh hormon steroid. Peningkatan
hormon estrogen dan progesteron selama masa remaja dapat memperhebat
inflamasi margin gingiva bila ada faktor lokal penyebab penyakit
periodontal.
D. PATOMEKANISME TERJADINYA PENYAKIT PENYAKIT PERIODONTAL
a. Patomekanisme Terjadinya Gingivitis
Karena plak berakumulasi dalam jumlah sangat besar di regio
interdental yang terlindungi, inflamasi gingiva cenderung dimulai pada
daerah papilla interdental dan menyebar dari daerah ke sekitar leher gigi.
Histopatologi dari gingivitis kronis dijabarkan dalam beberapa
tahapan: lesi awal timbul 2-4 hari diikuti gingivitis tahap awal, dalam waktu
2-3 minggu akan menjadi gingivitis yang cukup parah.
1. Lesi awal
Perubahan terlihat pertama kali di sekitar pembuluh darah gingiva yang
kecil disebelah apikal dari epitelium jungtional. Pembuluh ini mulai
bocor dan kolagen perivaskular mulai menghilang, digantikan dengan
beberapa sel inflamasi, sel plasma dan lmfosit T cairan jaringan dan
protein serum.
2. Gingivitis tahap awal
Bila deposit plak masih tetap ada, perubahan inflamasi tahap awal akan
berlanjut disertai dengan meningkatnya aliran cairan gingiva dan migrasi
Polymorphonuclear Neutrophils (PMN). Perubahan yang terjadi baik
pada epithelium jungsional maaupun pada epitelium krevikular
merupakan tanda dari pemisahan sel dan beberapa proliferas dari sel
basal.
3. Gingivitis tahap lanjut
Dalam waktu 2-3 minggu, akan terbentuk gingivitis yang lebih parah.
Perubahan mikroskopik terlihat terus berlanjut, pada tahap ini sel-sel
plasma terlihat mendominasi. Limfosit masih tetap ada dan jumlah
makrofag meningkat. Pada tahap ini sel mast juga dapat ditemukan.
Gingiva sekarang berwarna merah, bengkak, dan mudah berdarah.
b. Patomekanisme Terjadinya Periodontitis
Proses utama yang menyebakan hilangnya perlekatan dan
pembentukan poket:
1. Plak subgingiva yang meluas ke arah apikal yang menyebabkan
junctional epithelium terpisah dari permukaan gigi.
2. Respon jaringan inflamasi epithelium poket berakibat pada destruksi dari
jaringan ikat gingiva, membran periodontal dan tulang alveolar.
3. Proliferasi di apikal dari junctional epithelium menyebabkan migrasi dari
perlekatan epithelium.
4. Tingkat kerusakan jaringan tidak bersifat konstan, tetapi episodic,
sejumlah tipe penyakit dapat terjadi, mulai dari kerusakan slowly
progressive hingga aktivitas episodic yang berkembang cepat.
E. PENCEGAHAN PENYAKIT PERIODONTAL
Pencegahan penyakit periodontal merupakan kerja sama yang dilakukan
oleh dokter gigi, pasien dan personal pendukung. Pencegahan dilakukan
dengan memelihara gigi-gigi dan mencegah serangan serta kambuhnya
penyakit. Pencegahan dimulai pada jaringan periodontal yang sehat yang
bertujuan untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan jaringan
periodontal dengan mempergunakan teknik sederhana dan dapat dipakai di
seluruh dunia.
Umumnya penyakit periodontal dan kehilangan gigi dapat dicegah
karena penyakit ini disebabkan faktor-faktor lokal yang dapat ditemukan,
dikoreksi dan dikontrol. Sasaran yang ingin dicapai adalah mengontrol
penyakit gigi untuk mencegah perawatan yang lebih parah.
Pencegahan penyakit periodontal meliputi beberapa prosedur yang saling
berhubungan satu sama lain yaitu :
1. Kontrol Plak
Kontrol plak merupakan cara yang paling efektif dalam mencegah
pembentukan kalkulus dan merupakan dasar pokok pencegahan penyakit
periodontal , tanpa kontrol plak kesehatan mulut tidak dapat dicapai atau
dipelihara. Setiap pasien dalam praktek dokter gigi sebaiknya diberi
program kontrol plak
1) Bagi pasien dengan jaringan periodonsium yang sehat, kontrol plak
berarti pemeliharaan kesehatan.
2) Bagi penderita penyakit periodontal, kontrol plak berarti penyembuhan.
3) Bagi pasien pasca perawatan penyakit periodontal, kontrol plak berarti
mencegah kambuhnya penyakit ini.
Metode kontrol plak dibagi atas dua yaitu secara mekanis dan kimia
1) Secara mekanis merupakan cara yang paling dapat dipercaya, meliputi
penggunaan alat-alat fisik dengan memakai sikat gigi, alat pembersih
proksimal seperti dental floss, tusuk gigi dan kumur-kumur dengan air.
2) Kontrol plak secara kimia adalah memakai bahan kumur - kumur seperti
chlorhexidine (Betadine, Isodine).
2. Profilaksis mulut
Profilaksis mulut merupakan pembersihan gigi di klinik, terdiri dari
penyingkiran materi alba, kalkulus, stain dan pemolisan gigi.
Untuk memberikan manfaat yang maksimum bagi pasien, profilaksis
mulut harus lebih luas dan meliputi hal-hal berikut :
1) Memakai larutan pewarna (disclosing solution) untuk mendeteksi plak.
Gincu kue warna ros dapat dipakai untuk mendeteksi plak pada anak-
anak.
2) Penyingkiran plak, kalkulus (supra dan sub gingiva) pada seluruh
permukaan.
3) Membersihkan dan memolis gigi, menggunakan pasta pemolis/pasta gigi
4) Memakai zat pencegah yang ada dalam pasta pemolis/pasta gigi.
5) Memeriksa tambalan gigi, memperbaiki tepi tambalan yang
menggantung.
6) Memeriksa tanda dan gejala impaksi makanan.
3. Pencegahan trauma dari oklusi
Menyesuaikan hubungan gigi-gigi yang mengalami perubahan secara
perlahanlahan (akibat pemakaian yang lama). Hubungan tonjol gigi asli
dengan tambalan gigi yang tidak tepat dapat menimbulkan kebiasaan oklusi
yang tidak baik seperti bruxim atau clenching.
4. Pencegahan dengan tindakan sistemik
Cara lain untuk mencegah penyakit periodontal adalah dengan
tindakan sistemik sehingga daya tahan tubuh meningkat yang juga
mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal. Agen pencedera seperti plak
bakteri dapat dinetralkan aksinya bila jaringan sehat.
5. Pencegahan dengan prosedur ortodontik
Prosedur ortodontik sangat penting dalam pencegahan penyakit
periodontal. Tujuan koreksi secara ortodontik ini adalah untuk pemeliharaan
tempat gigi tetap pengganti, letak gigi dan panjang lengkung rahang.
6. Pendidikan kesehatan gigi masyarakat
Agar pencegahan penyakit periodontal menjadi efektif, tindakan
pencegahan harus diperluas dari klinik gigi kepada masyarakat. Hal yang
penting diketahui masyarakat ialah bukti bahwa penyakit periodontal dapat
dicegah dengan metode yang sama atau lebih efektif dari metode
pencegahan karies gigi.
Pendidikan kesehatan gigi masyarakat adalah tanggung jawab dokter
gigi, organisasi kedokteran gigi dan Departemen Kesehatan. Pengajaran
yang efektif dapat diberikan di klinik. Sedangkan untuk masyarakat dapat
diberikan melalui kontak pribadi, aktivitas dalam kelompok masyarakat,
media cetak maupun elektronik, perkumpulan remaja, sekolah dan wadah
lainnya.
Perlu diluruskan adanya pertentangan psikologis pada masyarakat,
seperti :
1) Menerangkan bahwa kerusakan yang disebabkan penyakit periodontal
pada orang dewasa dimulai pada masa anak-anak.
2) Menghilangkan dugaan bahwa pyorrhea (gusi berdarah) tidak dapat
dielakkan dan disembuhkan. Juga menghilangkan pendapat masyarakat
bahwa kehilangan gigi selalu terjadi bila mereka sudah tua.
3) Menegaskan bukti bahwa seperti karies gigi, penyakit periodontal
biasanya tidak menimbulkan rasa sakit pada awalnya sehingga
masyarakat tidak menyadarinya. Pemeriksaan gigi dan mulut secara
teratur diperlukan untuk mengetahui adanya karies gigi dan penyakit
periodontal secepatnya kemudian segera merawatnya bila ditemukan
adanya penyakit.
4) Memberi penjelasan bahwa perawatan periodontal yang efektif adalah
bila segera dirawat sehingga lebih besar kemungkinan berhasil
disembuhkaqqqn. Disamping itu waktu yang digunakan lebih sedikit dan
merupakan caraq yang paling ekonomis daripada menanggulangi
penyakit.
5) Menegaskan manfaat pencegahan dengan higine mulut yang baik dan
perawatan gigi yang teratur.
6) Menerangkan bahwa tindakan pencegahan penyakit gigi dan mulut harus
merupakan inti dari perencanaan kesehatan gigi masyarakat.
7) Pencegahan kambqquhnya penyakit Setelah kesehatan jaringan tercapai,
diperlukan program yang positif untuk mencegah kambuhnya penyakit
periodontal. Ini merupakan tanggung jawab bersama antara dokter gigi
dan pasien (untuk pasien anak peran orang tua juga dibutuhkan). Pasien
harus mentaati pengaturan untuk menjaga higine mulut dan kunjungan
berkala, dokter gigi harus membuat kunjungan berkala sebagai pelayanan
pencegahan yang bermanfaat.
BAB III
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Eko Casmoro
Tanggal Lahir : Palembang, 07 Maret 1992
Umur : 28 Tahun
Pekerjaan : Kuli bangunan
Status : kawin
Agama : Islam
BB / TB : 68 kg / 168 cm
B. ANAMNESA
Seorang pasien laki-laki berusia 28 tahun datang ke Poli Gigi dan
Mulut RSMH Palembang pada tanggal 2 maret 2020 dengan keluhan
banyak karang gigi di gigi-giginya terutama pada rahang bawah pasien.
Pasien merasa kurang percaya diri merasa bau mulut sehingga giginya
ingin dibersihkan.
C. RIWAYAT KESEHATAN UMUM
Baik
D. RIWAYAT KESEHATAN GIGI
Pasien pernah melakukan pencabutan gigi bawah kanan kurang
lebih 15 tahun yang lalu.
E. PEMERIKSAAN GIGI
Interdental Hygienqe Index ( HYG ) pasien sebelum menyikat gigi
20 % dan setelah menyikat gigi 46,67 % Probe Bleeding Index ( PBI )
pasien sedang yaitu 2,13. Data ini menunjuqkkan bahwa kebersihan mulut
pasien cukup buruk.
Hasil pemeriksaan kedalaman poket dengan menggunakan probe
WHO pada saat pasien datang dijelaqqskan pada table di bawah ini :
Elemen Gigi Bukal / Labial Lingual / Palatal Mesial Distal
18 1 1 2 2
17 1 1 2 2
16 2 2 2 2
15 2 2 2 2
14 2 2 2 2
13 2 2 1 1
12 2 2 1 1
11 2 2 1 1
21 2 2 1 1
22 2 2 1 1
23 2 2 2 2
25 2 2 2 2
26 2 2 2 2
27 1 1 2 2
28 1 1 2 1
38 1 1 2 2
37 1 1 2 2
36 1 1 2 2
35 2 2 2 2
34 2 2 3 2
33 2 2 2 3
32 2 2 2 3
31 2 2 2 2
41 2 2 2 2
42 2 2 2 2
43 2 2 3 2
44 2 2 3 3
45 1 1 2 2
47 1 1 1 2
48 1 1 2 2

F. PEMERIKSAAN VITAL SIGN


Tekanan darah : 100/80 mmHg
Nadi : 70 kali/menit
Pernapasan : 23 kali/menit
Pupil mata : Normal

G. PEMERIKSAAN KLINIS
Pemeriksaan ekstra oral : Tidak ada kelainan
Pemeriksaan Intra oral
 Bau Mulut : Ada
 Bibir : Normal
 Lidah : Normal
 Dasar Mulut : Normal
 Palatum : Normal
 Oropharyngeal : Normal
 Saliva : Normal
 Kel. Lipfe : Normal
 Frenulum : Normal
 Foto Intra Oral Kunjungan Pertama

H. ETIOLOGI
Etiologi lokal dari kasus ini adalah buruknya kebersihan mulut
sehingga terbentuk plak / karang gigi yang berbatasan dengan tepi gusi.
Plak dan karang gigi mengandung banyak bakteri yang akan menyebabkan
infeksi pada gusi.
I. DIAGNOSA
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan etiologi, maka diagnose
dari kasus ini adalah Gingivitis associated with dental plaue only.
J. RENCANA PERAWATAN
 FASE I
 kontrol plak ( edukasi, motivasi, intruksi )
 scalling dan root planning
 FASE II ( bedah )
 Kureqtase
 FASE III ( restorasi )
 Pro konservasi : restorasi gigi 28, 36, 47
 FASE IV ( control berkala )
 Recall at time
 Maintenance
 Control plak dan scalling
 Control pertama ( 16 Maret 2020 )
o PBI = 1,85 ( sedang )
o HYG sebelum 55,56 % ( buruk )
o HYG sesudah 62,96 % (sedang )
o Scalling kembali dan edukasi pasien
 Control kedua ( 30 Maret 2020 )
o PBI = 1,25 ( sedang )
o HYG sebelum 74,07 ( sedang )
o HYG sesudah 88,89 % ( baik )
 Control ketiga ( 13 April 2020 )
o Dilakuqkan brushing
o PBI = 0,81 ( ringan )
o HYG sebelum 74,07 ( sedang )
o HYG sesudah 85,18 ( baik )
 Control keempat ( 27 April 2020 )
o Dilakukan scalling manual
o PBI = 0,37 ( ringan )
o HYG sebelum 88,89 % ( baik )
o HYG sesudah 92,29 % ( baik )
 Control kelima ( 11 Mei 2020 )
o Dilakukan brushing
o PBI = 0,22 ( ringan )
o HYG sebelum 88,89 % ( baik )
o HYG sesudah 96,59 % ( baik )
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Gingivitis merupakan peradangan ( inflamasi ) yang terjadi pada gingiva /
suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan nondestruktif penyakit
periodontal. Fase terjadinya gingivitis dapat dibagi menjadi aku, subakut, dan
kronis.
Gingivitis merupakan penyakit gingiva yang paing sering terjadi dan
merupakan respon inflamasi tanpa merusak jaringan pendukung. Etiologi dari
gingivitis pada kasus ini adalah buruknya kebersihan mulut sehingga terbentuknya
plak / karang gigi di bagian perbatasan gigi dan tepi gusi. plak dan karang gigi
mengandung banyak bakteri yang akan menyebabkan infeksi pada gusi.
Pada kasus ini penatalaksanaan gingivitis dilakukan dengan cara scalling
dan root planning untuk menghilangkan pla dan kalkulus yang merupakan
penyebab utama terjadinya gingivitis pada pasien ini.

DAFTAR PUSTAKA
http://ocw.usu.ac.id.id/course/download/6110000048/pe_142_slide_epidemiologi
_penyakit_gingiva_dan_periodontal.pdf
https://www.slideshare.net/AfizZullah/resume-gingivitis-dwi-rama
https://www.academia.edu/39069419/Laporan_Kasus_Periodontitis_Agresif_Gen
eralis
http://grhasia.jogjaprov.go.id/images/grhasia/pdf/PENYAKITPERIODONTAL.pd
f

Anda mungkin juga menyukai